KATA KATA PENYEMANGAT KEHIDUPAN

Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih berguna daripada selalu benar karena tidak pernah melakukan apa-apa

Jangan segan utk mengulurkan tangan Anda. Tapi, jgn juga segan utk menjabat tangan orang lain yang datang pada Anda

Dalam masalah hati nurani, pikiran pertama lah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang terbaik

Jangan habiskan waktumu untuk memikirkan apa yang orang lain lakukan, fokuskan dirimu pada apa yang seharusnya kamu kerjakan.

Ingatlah Tuhan dalam setiap langkahmu, karena Tuhan tidak pernah mengabaikanmu meski mungkin kamu sering melupakanNya.

Kesuksesan bukanlah segalanya, kegagalan hanya proses semata, berbuat yang terbaik adalah yang terutama.

Luangkan waktumu untuk keluarga. Karena saat dapat berkumpul bersama, itu adalah kebahagiaan yang sempurna.

Hidup ini memang tidak Pasti ,tetapi kalau anda tidak pernah menyerah, Sukses suatu saat pasti akan jadi milik anda

Salah satu resiko terbesar dalam hidup, adalah saat kita berusaha sekuat tenaga menghindari resiko itu sendiri

Tersenyumlah jika kamu dihina karena itu tanda sebentar lagi kamu akan ditinggikan. Tuhan Maha Adil.

Nikmatilah hidup selama anda masih memilikinya dan terus belajar untuk bersyukur dengan keadaanmu.

Jika masa lalumu buruk, itu bukan alasan. Tapi saat masa depanmu buruk, mungkin kamu terlalu banyak beralasan.

Mereka yang terdekat sekalipun, tidak akan selalu ada ketika dibutuhkan, karena kadang kita harus dengan kuat melewati semuanya seorang diri.

Seseorang mungkin akan membencimu karena kebaikan dirimu, namun sahabat tetap menyayangimu meski mereka tahu kejelekanmu.

Orang yang kita sayang mungkin terlihat biasa-biasa saja dimata orang lain. Tetapi terlihat luar biasa dimata kita. :)

Mengenalmu adalah suatu anugerah, menyakitimu adalah suatu larangan. Mendampingi hidupmu adalah suatu kebahagiaan.

Debar, resah, dan segala rasa membuncah menunggumu datang. Rapalan doa pun kurentang, berharap hujan tak berperan sebagai penghalang.

Setiap yang di tinggalkan demi sesuatu yang lebih baik lagi pasti akan di landa rasa rindu. Tenang, akan ada kemudahan dr Allah.

Curahkanlah isi hatimu kepada Allah, karena hanya Allah sebaik-baiknya tempat mengadu.

Sempurnakanlah ikhtiar dan janganlah menjadi takabur manakala ikhtiar itu berbuah sukses karena sukses adalah karunia Allah semata.

Kerinduan adalah dahaga yang tiada terpuaskan oleh larutan apapun. Hanyalah doa yang mampu mengurangi dahaga rindu hingga kita bertemu.

Seperti pagi membasuh wajahku, kubasuh hatimu dengan lembut doa di bibirku : “Ya Allah, jagalah ia untukku, dengan cinta sejati-Mu.

Jalan menuju kebahagian itu tidak ditaburi bunga mawar yang harum, melainkan penuh duri dan pahit. – William Shakespear

Kumpulan Pantun Cinta Paling Romantis Terbaru 2015

Ada golok sudah tumpul,
diasah sama bang Ipul,
you make may days beautiful and my nights wonderful .

Ada burung cendrawasih,
makan duku sampe modar,
percayalah kasih,
kasih sayangku takkan pernah pudar.

Hari jumat hujan lebat,
awan mendung hitam pekat,
rayuanmu sungguh hebat,
mampu membuatku terpikat.

Ada orang Maluku di jitak,
dijitak sama orang Ba…tak,
selama jantungku masih berdetak,
cintaku tak akan luluh lantak.

Sungguh bahaya ular berbisa,
bila tergigit akan koma,
sungguh bahagia kurasa,
bila kita slalu bersama.

Jangan pernah ke selokan,
nanti kotor ditertawakan,
jangan pernah ragukan,
janji setia yg ku ikrarkan.

Ke kota ngajar sihir,
meski belum mahir,
cinta ini takan berakhir,
meski hidup telah berakhir.

Kamar kos-kosan bentuknya persegi,
disewa tukang roti,
takan bosan kuucapkan slamat pagi,
untukmu sang pemilik hati .

Single bukanlah takdir;
tapi tangga menuju kedewasaan.
bukalah cinta dari semua tabir;
biar hidupmu dalam lingkup kebahagiaan.

Manchester City dua;
Arsenal kosong.
terlepas dari tipu-daya cintanya;
kini hatiku terasa plong.

Beli majalah bobo di pasar cikini.
Ya udah kamu bobo,
aku jagain dari sini.

Kemacetan jalan Jakarta;
bukan karena si Komo lewat.
sejak kita menjalin cinta;
ngelakuin apapun aku jadi makin semangat.

Itu bukan salahmu;
tapi salah yang membantu.
takdir cintaku adalah kamu;
yang akan selalu melekat pada diriku.

Tepi kolem nanam jamur
biji tomat numbuh pepaya
Tiap malem susah tidur
masih teringat indah matanya .

Buka pintu ada benalu..
ada kismis di atas batu
hey kamu putri malu,
cuma ingin bilang ai miiiiss yuu..

Daripada ngebikin sambal,
mendingan ngebikin kue getuk.
Daripada aku terus ngegombal,
mendingan kita jadian aja yuk. .

Burung gagak suka dikandangin,
kalo gajah suka dilepasin.
Katanya gak suka dibohongin,
tapi malah suka digombalin.

KUMPULAN KATA BIJAK MARIO TEGUH

Hasil gambar untuk gambar mario teguh
Orang yang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

Jangan nilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana. Semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya.

Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas tuk bersyukur atas kesuksesan.

Kadang kamu harus buat keputusan tuk mengalah, atau kamu akan kehilangan dia yang kamu cinta hanya karena kamu keras kepala.

 Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah, karena kamu dan dia adalah tim yang sama dengan tujuan yang sama.

Orang yang bisa mengendalikan emosinya adalah pemenang hidup sejati.

Jika bertanya, jangan mendiktekan jawabannya, agar informasi baru bisa bertamu.

Sebenarnya tantangannya bukan me-manage waktu tapi me-manage diri kita sendiri.

Anda mengetahui apa yang sharusnya tidak dilakukan ketika Anda “gagal”.Jadi Anda menciptakan pengetahuan baru dan itu bukan kegagalan.

Lebih mudah melakukan sesuatu dengan benar daripada menjelaskan mengapa Anda tidak melakukannya dengan benar.

Seringkali kamu ragu untuk mengucapkan apa yang ada dihatimu karena kamu tidak yakin dia akan mendengarkanmu.

Yang penting itu bukan apa yang kita ketahui tapi apa yang kita bersedia pelajari.

Jgn menyerang orang karena iri dan dengki agar relasi dan rejeki terus bersemi dalam hidup ini.

Pria, Jika wanita marah, ajaklah dia berbelanja atau ke salon. Niscaya amarahnya langsung hilang.

Meski disakiti berkali-kali, wanita bijak tetap bs memafkan dan semakin tegar seperti batu karang.

Makanan enak yang ditawarkan ke pria yang sedang marah, akan memedam amarahnya.

Menangis mungkin bukan solusi tapi terkadang dapat menjadi obat penenang.

Wanita bijak seperti angsa diatas air. Anggun namun tetap bekerja. Tetap tegar meski terluka.

Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih menyengat.

Marilah kita membaikkan diri, sebelum menyesal pun tidak ada gunanya.

Wahai Yang Maha Lembut,manjakanlah hatiku yang sendiri ini, bahagiakanlah aku dalam pernikahan yang penuh cinta, yang mesra, yang setia.

Wahai Yang Maha Cinta, sandingkanlah aku dengan jiwa pilihan-Mu, yang karena kebaikanku – baikkanlah ia, tapi jika ia lebih baik – baikkanlah aku.

Bukan kemiskinan yang merendahkan, tapi hati yang menistai kebaikannya sendiri.

Tuhan, sesungguhnya kedamaianku hanya seperkasa keberserahanku kpd kekuasaan-Mu.

Aku mohon Engkau menegaskan hatiku untuk menetapkan pilihanku.

Tuhan, kami titip Ibunda kami ya? Mohon dijaga, disayangi, dan dipastikan bahwa hatinya damai dan bahagia.

Burung tidak akan bisa terbang sebelum ia mencoba mengepakkan sayap. Kita pun begitu, jika ingin bisa melakukan sesuatu, kita harus mencoba.

Senyuman adalah obat gratis yang mampu membuat awet muda dan menambah kecantikan/ketampanan secara isntan dan otomatis.

Hidup terasa manis bagi yang berpikir demikian, pahit bagi yang berpikir sebaliknya.

Orang sombong biasanya suka mengatakan hal berlebihan yang sebenarnya tidak ada padanya.

Orang yang emosional biasanya kurang rasional hingga tindakannya tidak proporsional.

Kesabaran memang penuh ujian, jika anda selalu lulus, kemenangan itu akan permanen selamanya.

Tuhanku, teduhkanlah hatiku dan pagari aku dengan malaikat-Mu malam ini agar esok pagi aku terbangun dengan damai. Amin.

Jangan sedih bila belum dipromosi karena tidak pandai cari muka, ‘muka’ akan datang jika anda tetap bekerja dengan hati.

Tuhan Yang Maha adil, berikanlah aku keadilan atas mereka yang telah melukaiku dengan sengaja. Amin.

Jangan sedih bila sekarang masih dipandang sebelah mata, buktikan bahwa anda layak mendapatkan kedua matanya.

makalah transportasi laut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang           
Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di antara pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi  pemersatu berbagai pulau, daerah dan kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar pantai, kesatuan Indonesia dapat terwujud. Pelayaran  yang menghubungkan pulau-pulau, adalah urat nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa kejayaan suatu Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut. Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor strategis, perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Karena nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan internasional diangkut dengan menggunakan sarana dan prasarana transportasi Laut, dan menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang (yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam) membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan, yang seringkali hanya bisa dilakukan dengan transportasi Laut.
            Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan diperaiaran, kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Secara garis besar pelayaran dibagi menjadi dua yaitu pelayaran niaga (yang terkait dengan kegiatan komersial) dan pelayaran Non Niaga (yang terkait dengan kegiatan non komersil seperti pemerintahan dan bela Negara).
            Angkutan diperairan (dalam makalah ini disepadankan dengan transportasi Laut) adalah kegiata pengangkutan penumpang, dan atau barang, dan atau hewan, melalui suatu wilayah perairan (laut, sungai, dan danau penyeberangan) dan teritori tertentu (dalam negeri atau luar negeri), dengan menggunakan kapal, untuk layanan khusus dan umum. Wilayah perairan terbagi menjadi :
1.      Perairan laut : wilayah perairan laut.
2.      Perairan sungai dan danau : wilayah perairan pedalaman, yaitu : sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan.
3.      Perairan penyeberangan : wilayah perairan yang memutuskan jaringan jalan atau jalur kereta api. Angkutan penyeberangan berfungsi sebagai jembatan penggerak, penghubung jalur.
Teoriti Pelayaran terbagi menjadi :
1.      Dalam negeri : untuk angkutan domestik, dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di wilayah Indonesia.
2.      Luar negeri : untuk angkutan internasional (ekspor/import), dari pelabuhan Indonesia (yang terbuka untuk perdagangan luar negeri ) ke pelabuhan luar negeri, dan sebaliknya.
Angkutan Dalam Negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera Indonesia, dalam bentuk :
1.      Angkutan Khusus, yang diselenggarakan hanya untuk melayani kepentingan sendiri sebagai penunjang usaha pokok dan tidak melayani kepentingan umum, di wilayah perairan laut, dan sungan dan danau, oleh perusahaan yang memperoleh ijin operasi untuk hal tersebut.
2.      Angkutan Umum, yang diselenggarakan untuk melayani kepentingan umum, melalui : pelayaran rakyat, oleh perorangan atau badan hukum yang didirikan khusus untuk usaha pelayaran, dan memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia jenis tradisional (kapal layar, atau kapal layar motor tradisional atau kapal motor berukuran minimal 7GT), beroperasi di wilayah perairan laut, dan sungai dan danau di dalam negeri.
Pelayaran Nasional, oleh badan hukum yang didirikan khusus untuk usaha pelayaran, dan yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia jenis non tradisional, beroperasi di semua jenis wilayah perairan (laut, sungai dan danau, penyeberangan) dan teritori (dalam negeri dan luar negeri). Pelayaran perintis yang diselenggarakan oleh pemerintah di semua wilayah perairan (laut, sungai dan danau, penyeberangan) dalam negeri untuk melayani daerah terpencil (yang belum dilayani oleh jasa pelayaran yang beroperasi tetap dan teratur atau yang moda transportasi lainnya belum memadai) atau daerah belum berkembang (tingkat pendapatan sangat rendah), atau yang secara komersial belum menguntungkan bagi angkutan laut.
Angkutan luar negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera Indonesia dan asing, oleh : perusahaan pelayaran nasional yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 175GT; perusahaan pelayaran patungan, antara perusahaan asing dengan perusahaan nasional yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT; dan perusahaan pelayaran asing, yang harus diageni oleh perusahaan nasional dengan kepemilikan minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT untuk pelayaran internasional atau minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 175GT untuk pelayaran lintas batas.
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 1800 pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga untuk menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana tranportasi yang memadai.
Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut, karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah Nusantara.
Perahu Pinisi Makassar
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memanfaatkan kapal-kapal sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti yang tergambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik yang telah mampu berlayar sampai ke Pulau madagaskar  (Afrika). Juga pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi Selatan.
Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan  yang sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.
Relief Perahu Bercadik Di Candi Borobudur
Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal. Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT. Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal Indonesia dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini dimunculkan oleh Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama perusahan itu adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie.
Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah Hindia Belanda mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan perbaikan kapal-kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan Kaigun. Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda dan baru diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).
Pada athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (saat itu menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker, kapal penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL adalah kapal Baruna Jaya VIII milik LIPI.
Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau, meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.
Perkembangan trasportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat memproduksi kapal angkut penumpang yaitu Palindo jaya 500. kapal tersebut diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibuat untuk menunjang sarana trasportasi laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian, kegiatan trasportasi laut akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
BAB II
TRANSPORTASI LAUT DI INDONESIA
1.      Usaha Angkutan Jasa Transportasi Laut       
Usaha jasa angkutan memiliki beberapa bidang usaha menunjang, yaitu kegiatan usaha yang menunjang kelancaran proses kegiatan angkutan, seperti di uraikan di bawah ini:
1.      Usaha bongkar muat barang, yaitu kegiatan usaha pembongkaran dan  barang dan atau hewan dari dan ke kapal.
2.      Usaha jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), yaitu kegiatan usaha untuk pengiriman dan penerimaan barang dan hewan melalui angkutan darat, laut, dan udara.
3.      Usaha ekspedisi muatan kapal laut, yaitu kegiatan usaha pengurusan dokumen dan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut melalui laut.
4.      Usaha angkutan di perairan pelabuhan, yaitu kegiatan usaha pemindahan penumpang dan atau barang atau hewan dari dermaga ke kapal atau sebaliknya dan dari kapal ke kapal, di perairan pelabuhan.
5.      Usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau alat apung, yaitu kegiatan usaha menyediakan dan penyewaan peralatan penunjang angkutan laut dan atau alat apung untuk pelayanan kapal.
6.      Usaha tally, yaitu kegiatan usaha perhitungan, pengukuran, penimbangan, dan pencatatan muatan kepentingan pemilik muatan atau pengangkut.
7.      Usaha depo peti kemas, yaitu kegiatan usaha penyimpanan, penumpukan, pembersihan, perbaikan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pengurusan peti kemas.
2.      Kronologi Ringkas Kebijakan Transportasi Laut Indonesia
          Pada tahun 1985 diterbitkan Instruksi Presiden nomor 4 yang bertujuan meningkatkan ekspor nonmigas menekan biaya pelayaran dan pelabuhan. Pelabuhan yang melayani perdagangan luar negeri ditingkatkan jumlahnya secara drastis, dari hanya 4 menjadi 127. Untuk pertamakalinya pengusaha pelayaran Indonesia harus berhadapan dengan pesaing seperti feeder operator yang mampu menyewakan biaya lebih rendah. Liberasi berlanjut pada tahun 1988 ketika pemerintah melongarkan proteksi pasar domestic. Sejak itu, pendirian perusahaan pelayaran tidak lagi disyaratkan memiliki kapal berbendera Indonesia. Jenis ijin pelayaran dipangkas, dari lima hanya menjadi dua. Perusahaan pelayaran memiliki fleksibilitas lebih besar dalam rute pelayaran dan penggunaan kapal (bahka penggunaan kapal berbendera asing untuk pelayaran domestic). Secara de facto , prinsip cabotage tidak lagi diberlakukan.
         Pada tahun ini pula diberlakukan keharusan men-scrap kapal tua dan pengadaan kapal dari galangan dalam negeri. Undang-undang pelayaran nomor 21 tahun 1992, semakin memperkuat pelonggaran perlindungan tersebut. Berdasarkan UU 21/92 perusahaan asing dapat melakukan usaha patungan dengan perusahaan pelayaran nasional untuk pelayaran domestic. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 1999, pemerintah berupaya mengubah kebijakan yang terlalu longgar, dengan menetapkan kebijakan sebagai berikut:
1.      Perusahanaan pelayaran nasional Indonesia harus memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 175 GT.
2.      Kapal berbendera asing diperbolehkan beroperasi pada pelayaran domestic hanya dalam jangka waktu terbatas (3 bulan).
3.      Agen perusahaan pelayaran asing kapal harus memiliki satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000 GT.
4.      Di dalam perusahaan patungan, perusahaan nasional harus memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000 GT (berlipat dua dari syarat deregulasi 1988 yang 2,500). Pengusaha agen kapal asing memprotes keras, sehingga pemberlakuan ketentuan ini diundur hingga Oktober 2003.
5.      Jaringan pelayaran domestic dibagi menjadi 3 jenis trayek, yaitu utama (main route), pengumpan (feeder route) dan perintis (pioneer route). Jenis ijin operasi pelayaran dibagi menurut jenis trayek tersebut dan jenis muatan (penumpang, kargo umum, dan kontener).
Rangkaian regulasi dan deregulasi tersebut di atas menjadi salah satu faktor terhadap kondisi dan masalah yang dihadapi sector transportasi Laut Indonesia, dari waktu ke waktu.
3.      Profil Armada Transportasi Laut Di Indonesia
         Dari sisi besaran DWT, kapasitas kapal konvesional dan tanker mendominasi armada pelayaran yang uzur (umur rata-rata kapal di Indonesia 21 tahun, 2001, dibandingkan dengan Malaysia yang 16 tahun, 2000, atau singapura yang 11 tahun, 2000).  Meskipun demikian, justru pada kapasitas muatan dry-bulk dan liquid bulk pangsa pasar domestic armada  nasional paling kecil. Pada umunya, kapal Indonesia mengankut kargo umum, tapi sekitar setengah muatan dry-bulk dan liquid-bulk diangkut oleh kapal asing atau kapal sewa berbendera asing. Secara keseluruhan armada nasional meraup 50% pangsa pasar domestic. Sekitar 80% liquid-bulk berasal dari PT Pertamina. Penumpang angkutan laut bukan feri terutama dilayani oleh PT Pelni yang mengoperasikan 29 kapal (dalam lima tahun terakhir, PT Pelni menambah 10 kapal). Perusahaan swasta juga membesarkan armada dari 430 (1997)  menjadi 521 unit (2001).
       Armada Pelayaran Rakyat, yang terdiri dari kapal kayu (misalnya jenis Pinisi, seperti yang banyak berlabuh dipelabuhan Sunda Kelapa) membentuk mekanisme industry transportasi laut yang unik. Kapal-kapal yang berukuran relatif kecil (tapi sangat banyak) melayani pasar yang tidak diakses oleh kapal berukuran besar, baik karena alasa financial (kurang menguntungkan) atau fisik (pelabuhan dangkal). Industri Pelayaran Rakyat berperan sangat penting dalam distribusi barang dan dari pelosok Indonesia. Armada pelayaan rakyat mengangkut 1.6 juta penumpang(sekitar 8% penumpang bukan feri) dan 7.3 juta Metric Ton barang (sekitar 16% kargo umum). Tapi kekuatan armada ini cenderung melemah, terlihat dari kapasitas 397,000 GRT pada tahun 1997 menjadi 306,000 GRT pada tahun 2001. (sumber data: Stramindo, berdasarkan statistic DitJen HubLa).
4.      Manajemen Transportasi Laut
DALAM UU.NO.17 Th.2008, Ttg PELAYARAN :
1.                  PELAYARAN ADALAH SATU KESATUAN SISTEM YANG TERDIRI ATAS ANGKUTAN DI PERAIRAN, KEPELABUHANAN, KESELAMATAN DAN KEAMANAN, SERTAPERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
2.                  ANGKUTAN DI PERAIRAN ADALAH KEGIATAN MENGANGKUT DAN/ATAU MEMINDAHKAN PENUMPANG DAN/ATAU BARANG DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL KEPELABUHANAN ADALAH SEGALA SESUATU YANG BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN FUNGSI PELABUHAN UNTUK MENUNJANG KELANCARAN, KEAMANAN,DAN KETERTIBAN ARUS LALU LINTAS KAPAL DAN/ATAU BARANG, KESELAMATAN DAN KEAMANAN BERLAYAR, TEMPAT PERPINDAHAN INTRA DANATAU ANTARMODA SERTA MENDORONG PEREKONOMIAN NASIONAL DAN DAERAH DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN TATA RUANG WILAYAH
3.                  KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ADALAH SUATU KEADAAN TERPENUHINYA PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN YANG MENYANGKUT  ANGKUTAN PERAIRAN, KEPELABUHANAN DAN LINGKUNGAN MARITIM
 WAYS
1.                  DITATA SECARA TERPADU INTRA DAN MODA TRANSPORTASIMENDORONG DAN MENUNJANG SEKTOR PEMBANGUNAN
2.                  DITATA DALAM JARINGAN PELAYANAN UTAMA, DAN PENGUMPANAN.
3.                  DITETAPKAN PERSYARATAN PEMBANGUNAN, PENGOPRASIAN DAN
4.                  PEMELIHARAAN UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN.
5.                  DELENGKAPI DENGAN SARANA UNTUK KEAMANAN, KETERTIBAN DAN
6.                  KELANCARAN DALAM BERLALULINTAS
7.                  DITETAPKAN PENANGGUNG JAWAB PEMBINAAN, PEMBANGUNAN,
8.                  PENGOPRASIAN SERTA PEMELIHARAAN.
9.                  IATUR TARIF UNTUK SETIAP PENGGUNAANNYA.
10.              DIATUR SANKSI PIDANA UNTUK SETIAP PELANGGARAN/TINDAK PIDANA
VEHICLES
·                     DI TETAPKAN PERSAYARATAN TEKNIS UNTUK KELAIKANNYA.
·                     DIATUR KETENTUAN PENGUJIAN GUAN PEMENUHAN PERSYARATAN LAIK OPERASI.
·                     DIATUR  KEWAJIBAN  UNTUK  MENDAFTARKAN/MEMPEROLEH  TANDA KEBANGSAAN.
·                     DITETAPKAN AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG/KEBISINGAN DALAM RANGKA
·                     PELESTARIAN LINGKUNGAN.
·                     DITETAPKAN PERSYARATAN KESELAMATAN SELAMA PENGOPRASIAN.
·                     DITETAPKAN TATA CARA PENGOPRASIAN SERTA PEMELIHARAAN.
·                     DILAKUKAN PENGUJIAN SECARA BERKALA UNTUK TETAP MENJAMIN KELAIKAN.
·                     DIATUR PERIZINAN,  PENGUSAHAAN DAN TARIF ANGKUTAN ORANG DAN BARANG, SERTA TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DAN ASURANSI
·                       DILAKUKAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN OLEH PEJABAT YANG BERWENANG.
·                     DITETAPKAN LARANGAN DAN SANKSI PIDANA.
5.      Masalah Transportasi Laut Di Indonesia
         Dalam periode 5 tahun (1996-2000) jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia meningkat, dari 1,156 menjadi 1,724 buah, atau bertambah perusahaan (peningkatan rata-rata 10.5% p.a). Sementara kekuatan armada pelayaran nasional membesar, dari 6,156 menjadi 9,195 unit (peningkatan rata-rata 11.3% p.a). Tapi dari segi kapasitas daya angkut hanya naik sedikit, yaitu dari 6,654,753 menjadi 7,715,438 DWT. Berarti kapasitas rata-rata perusahaan pelayaran nasional menurun. Sepanjang periode tersebut, volume perdagangan laut tumbuh 3% p.a. Volume angkutan naik dari 379,776,945 ton (1996) menjadi 417,287,411 ton (2000), atau meningkat sebesar 51,653,131 ton dalam waktu lima tahun, tapi tak semua pertumbuhan itu dapat dipenuhi oleh kapasitas perusahaan pelayaran nasional (kapal berbendera Indonesia), bahkan untuk pelayaran domestic (antar pelabuhan Inonesia). Pada tahun 2000, jumlah kapal asing yang mencapai 1,777 unit dengan kapasitas 5,122,307 DWT meraup muatan domestic sebesar 17 juta ton atau sekitar 31%.
         Walhasil, saat ini industri pelayaran Indonesia sangat buruk. Perusahaan pelayaran nasional kalah bersaing di pasar pelayaran nasional dan internasional, karena kelemahan di semua aspek, seperti ukuran, umur, teknologi, dan kecepatan kapal. Di bidang muatan internasional (ekspor/import) pangsa perusahaan pelayaran nasional hanya sekitar 3% to 5%, dengan kecenderungan menurun. Proporsi ini sangat tidak seimbang dan tidak sehat bagi pertumbuhan kekuatan armada pelayaran nasional.
         Data tahun 2002 menunjukan bahwa pelayaran armada nasional Indonesia semakin terpuruk dipasar muatan domestic. Penguasaan pangsanya menciut 19% menjadi hanya 50% (2000:69%). Sementara untuk muatan internasional tetap dikisaran 5%. Dari sisi financial, Indonesia kehilangan kesempatan meraih devisa sebesar US$10.4 Milyar, hanya dari transportasi laut untuk muatan ekspor/ import saja. Alih-alih memperoleh manfaat dari penerapan prinsip cabotage (yang tidak ketat) industri pelayaran Indonesia malah sangat bergantung pada kapal sewa asing. Armada nasional pelayaran Indonesia menghadapi banyak masalah, seperti : banyak kapal, terutama jenis konvensional, menganggur Karena waktu tunggu kargo yang berkepanjangan; terjadi kelebihan kapasitas, yang kadang-kadang memicu perang harga yang tidak sehat; terdapat cukup banyak kapal, tetapi hanya sedikit yang mampu memberikan pelayanan memuaskan; tingkat produktivitas armada dry cargo sangat rendah, hanya 7,649 ton-miles/ DWT atau sekitar 39.7% dibandingkan armada sejenis di Jepang yang 19,230 ton-miles / DWT.
         Situasi pelayaran sangat pelik, karena ketergantungan pada kapal sewa asing terjadi bersamaan dengan kelebihan kapasitas armada domestic. Situasi bagai lingkaran tak berujung itu disebabkan lingkungan investasi perkapalan   yang tidak kondusif. Banyak perusahaan pelayaran ingin meremajakan armadanya, tapi sulit memperoleh pinjaman di pasar uang domestic. Dan disisi lain lebih mudah memperoleh pinjaman dari sumber-sumber luar negeri. Beberapa perusahaan besar cenderung mendaftarkan kapalnya di luar negeri (flagged-out). Tapi perusahaan kecil dan menengah tidak mampu melakukannya, sehingga tak ada alternative kecuali menggunakan kapal berharga murah, tapi tua dan scrappy. Akibatnya terjadi ketergantungan yang semakin besar pada kapal sewa asing dan pemrosotan produktivitas armada.
6.          Masalah Investasi Transportasi Laut
          Di Indonesia terdapat dua kelompok besar penyelenggara transportasi Laut, yaitu oleh pemerintah (termasuk BUMN) dan swasta. Masing-masing kelompok terbagi dua. Di pihak pemerintah terbagi menjadi BUMN pelayaran yang menyelenggarakan transportasi umum dan BUMN non pelayaran yang hanya menyelenggarakan pelayaran khusus untuk melayani kepentingan sendiri. Pihak swasta terbagi menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil (termasuk pelayaran rakyat). Ragam mekanisme penyaluran dana investasi pengadaan kapal ternyata sejalan dengan pembagian tersebut. Masing-masing pihak di tiap-tiap kelompok memiliki mekanisme pembiayaan tersendiri.
7.        Hambatan dalam Pendanaan Kapal
   Dunia pelayaran Indonesia menghadapi banyak hambatan structural dan sistematis di bidang financial, seperti di paparka di bawah ini:
1.      Keterbatasan lingkup dan skala sumber dana : Official Development Assistance(ODA), terkonsentrasi untuk investasi public di berbagai sector pembangunan, kecuali pelayaran. Other Official Finance (OOF), kredit ekspor dari Jepang sedang terjadwal ulang. Foreign Direct Investment (FDI), sejauh ini tidak ada anggaran pemerintah hanya dialokasikan untuk pengadaan kapal pelayaran perintis. Pinjaman Bank asing tersedia hanya untuk perusahaan pelayaran besar (credit worthby) pinjaman Bank swasta nasional hanya disediakan dalam jumlah sangat kecil.
2.      Tingkat suku bunga  pinjaman domestic 15-17% p.a untuk jangka waktu pinjaman 5 tahun.
3.      Jangka waktu pinjaman yang hanya 5 tahun terlalu singkat untuk industri pelayaran.
4.      Saat ini kapal yang dibeli tidak bisa dijadikan sebagai kolateral.
5.      Tidak ada program kredit untuk kapal feeder termasuk pelayaran rakyat, kecuali pinjaman jangka pendek berjumlah sangat kecil dari bank nasional.
6.      Tidak ada kebijakan pendukung.
7.      Prosedur peminjaman (appraisal, penyaluran, angsuran) kurang ringkas.
8.   Masa Depan Transportasi Laut
         Stramindo memprediksi bahwa dalam  20 tahun ke depan (2004-2024), volume dry cargo akan berlipat 2.8 kali, volume liquid cargo berlipat 1.4 kali, dan secara keseluruhan volume angkutan domesik akan berlipat 2 kali. Jenis muatan yang paling pesat pertumbuhannya adalah kargo container. Volumenya akan berlipat 5.2 kali, dari 11 juta ton (2004)menjadi 59 juta ton (2024). Pertumbuhan dry cargo sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan ekonomi , dan tidak tergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Tingkat produksi minyak saat ini akan terhenti pada tahun 2006, seperti yang akan diperkirakan pemerintah. Di masa 20 tahun kedepan, volume angkutan minyak akan menurun, sekalipun konsumsi bertambah. Struktur logistic minyak akan berubah, sebagian volume domestic minyak mentah akan diganti dengan impor minyak.
         Sebagai akibatnya pertumbuhan volume angkutan liquid kargo (yang didominasi minyak) tidak sepesat dry cargo. Pertumbuhan volume penumpang (transportasi Laut maupun udara) akan sejalan dengan pertumbuhan GDP. Tapi GDP yang semakin tinggi hanya berpengaruh positif pada transportasi udara, dan berpengaruh negative pada transportasi laut. Karena itu diprediksi proporsi laut-udara akan berubah 60-40 (2001) menjadi 51-49 (2024) dengan tingkat pertumbuhan rendah 1.5 kali lipat. Proyeksi pertumbuhan volume muatan barang dan penumpang domestic yang menggunakan transportasi Laut.
BAB III
KESIMPULAN
1.          UMUM
         Industri pelayaran, bahkan transportasi Laut yang merupakan salah satu bagiannya memiliki banyak aspek yang saling terkait. Karena itu, upaya peningkatan daya saing pada aspek yang relevan perlu dilakukan secara simultan. Aspek relevan tersebut meliputi : Pembenahan administrasi dan manajemen pemerintahan di laut, termasuk keselamatan dan keamanan Laut serta perlindungan laut.
2.         Finansial
         Industri transportasi laut menghadapai situasi pelik, yaitu timbulnya masalah ketergantungan pada kapal sewa asing dan kelebihan kapasitas armada secara bersamaan. Pangkal pelik situasi tersebut berasala dari lingkungan investasi perkapalan yang tidak kondusif. Perusahaan pelayaran yang ingin meremajakan armadanya , sulit memperoleh dukungan dana. Jika dibiarkan, kepelikan tersebut akan seperti spiral yang menyeret perusahaan pelayaran kearah keterpurukan yang semakin dalam.
         Hanya ada satu persyaratan yang dibutuhkan, agar perusahaan pelayaran nasional dapat keluar dari keterpurukan tersebut, yaitu iklim investasi yang kondusif. Kondusivitas tersebut diperlukan untuk memberdayakan perusahaan pelayaran, sehingga perusahaan pelayaran tersebut memiliki beberapa karakteristik kemampuan dalam hal: mengakses sumber dana keuangan untuk pengadaan kapal yang dibutuhkan menikmati laba bisnis yang stabil menghindari kemrosotan asset kapal dalam jangka menengah dan panjang melakukan reinvestasi pada armada yang lebih berdaya saing.

TUGAS MATA KULIAH

GEOGRAFI TRANSPORTASI

(GEM 2106 )

 

 STRATEGI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI AIR DI KORIDOR KAPUAS

 

 

 

Disusun Oleh:

Nurul Lathifah

Rosana Eri Puspita

Agus Nur Katamso

Trisni Syamsu P

Muhammad Andre S

Betti Utari

Andika Arya Timor

Petra Putra

Willy Fikosima

 

 

 FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2007

ABSTRAK

Strategi pengembangan transportasi air di koridor Kapuas merupakan upaya untuk menyusun sistem transportasi air yang terpadu (antar moda), terintegrasi (antar daerah), berkeadilan (pendanaan dan kewenangan) serta berkelanjutan (ramah lingkungan). Kajian yang akan dilakukan merupakan kajian komprehensif yang mencakup aspek  perencanaan, kelembagaan dan operasionalnya

Dalam rangka menyusun sistem transportasi air yang terintregratif (terpadu) dengan moda transportasi lainnya sepanjang koridor Kapuas, dilakukan studi penyususunan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Air di Koridor Kapuas. Kawasan yang termasuk dalam koridor kapuas meliputi Kota Pontianak dan empat kabupaten yaitu Pontianak, Sanggau, Sintang dan Pustusibu. Wilayah-wilayah tersebut terkait dalam suatu jaringan transportasi khususnya terlintas Sungai Kapuas.

.

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1. Latar Belakang

Transportasi sebagai urat nadi kehidupan sangat dituntut dalam peranannya dalam roda pembangunan negara. Pada dasarnya fungsi dari sistem transportasi beserta sarana dan fasilitasnya adalah sebagai elemen yang menghubungkan titik-titik yang terpisah di dalam ruang dengan berbagai mekanisme yang terdapat di dalamnya.

Kalimantan Barat yang berpenduduk 3,27 km menempati wilayah seluas 146.807 km mempunyai kepadatan rata-rata 25 jiwa/kilometer persegi. Propinsi Seribu Sungai ini sangat didominasi denngan transportasi airnya didukung keberadaan sungai-sungai besar di propinsi tersebut.

Julukan ini selaras dengan kondisi geografis Propinsi Kalimantan Barat yang mempunyai ratusan sangat besar dan kecil diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagaian besar kecamatan. Sungai besar utama adalah Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia yaitu 1.806 km yang mana sepanjang 942 km dapat dilayari.

Wilayah Kalimantan Barat banyak dialiri sungai dan anak sungai, hal ini yang menyebabkan angkutan sungai dapat menjangkau ke tempat-tempat yang relatif jauh dari pusat kota. Karena itu pula angakutan sungai/danau/pedalaman sangat penting perannya untuk menjamin kelancaran kegiatan ekonomi dan masyarakat lainnya.

Banyak jenis kendaraan pedalaman yang dikenal di Kalbar antara lain sampan/perahu, bandung, tongkang dan beberapa jenis kendaraan lainnya baik bermesin maupun tidak. Akan tetapi jumlah kendaraan ini dari tahun ke tahun semkain berkurang. Ini karena dampak dibukanya jalan-jalan darat menjuju pelosok-pelosok Kalbar. Keadaan ini memerlukan penanganan secara simultan mulai dikembangkan sistem transportasi sungai sebagai intergal dari sistem transportasi secara keseluruhan.

Dalam rangka menyusun sistem transportasi air yang terintregratif (terpadu) dengan moda transportasi lainnya sepanjang koridor Kapus, dilakukan studi penyususunan Strategi Pengembangan Sistem Transportasi Air di Koridor Kapuas. Kawasan yang termasuk dalam koridor kapuas meliputi Kota Pontianak dan empat kabupaten yaitu Pontianak, Sanggau, Sintang dan Pustusibu. Wilayah-wilayah tersebut terkait dalam suatu jaringan transportasi khususnya terlintas Sungai Kapuas.

Belum adanya wadah pengelolaan bersama diharapkan akan memberikan gambaran dan masukan kepada para pihak perencana dan regulator untuk mengembangakan potensi wilayah. Aksesibilitas di daerah Kalimantan Barat masih tergolong sulit karena kondisi geografi dan penyebaran penduduk yang tidak merata sehingga ada beberapa daerah masih belum terjangkau oleh jalan darat.

Namun keberadaan sungai sebagai sarana penghubung antar daerah mendorong masyarakat banyak bermukim di daerah aliran sungai.masyarakat Kalimantan Barat sebagian besar bermatapencaharian petani dan berkebun.

Strategi ini sebagai sebagian langkah kongkrit untuk bersama mengembangkan sarana dan prasarana transportasi air di dalam koridor kapuas. Pengembangan ini antara lain dengan perbaikan prasarana berupa dermaga, alur air dan aksesibilitas dari transportasi darat, sedangkan untuk sarananya adanya peningkatan kualitas pelayanan, kuantitas kapal/perahu. Usaha ini diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat tepian sungai dan meningkatkan kepedulian pada pengusaha untuk ikut serta memperhatikan konservasi alam sepanjang alur Sungai Kapuas.

 

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Geografi Transportasi dan melakukan studi mengenai perkembangan transportasi kondisi fisik, ekologis, sosio ekonomis, dan sistem transportasi beserta kendalanya yang digunakan untuk pengembangan sistem transportasi air di koridor Kapuas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AIR DI SUNGAI KAPUAS

 

II.1 Transportasi air

Transportasi air memiliki peran yang sangat penting di beberapa wialyah Indonesia yang memiliki wilayah perairan yang luas terutama pada daerah-daerah pedalaman yang tidak dapat terjangkau dengan trasnportasi darat. Pada saat ini perkembangan transportasi air mengalami penurunan pengguna akibat perkembangan transporasi darat yang pesat. Luas perairan yang dimiliki Indonesia seluas 7,9 km2 bisa menjadikan Indonesia sebagi negara dengan basis kekuatan pelayaran kerakyatan untuk mengembangkan ekonominya. Namun sayangnya pelayaran Indonesia ini mendorong kekurangan devisa yang masuk disebabkan pembayaran ongkos pengiriman kepada perusahaan yang dimiliki oleh negara lain. Kekurangan ini menjadi kendala bagi perkembangan pelayaran di Indonesia.

Sistem transportasi air tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi umumnya, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dimilki oleh daerah dan mempunyai proses perkembangan wilayah yang hendak memperluas jangkauan pemasaran dana pelayanan dalam menunjang berbagai sektor kegiatan sosial ekonomi di setiap titik serta merangsang timbulnya aktivitas-aktivitas baru dalam perekonomian daerah. Sistem lalulintas sungai dan antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sistem transportasi yang secara tradisional digunakan untuk berbagai kepentingan baik dari pedalaman (rural) menuju muara sungai dan selanjutnya akan disambung dengan lalulintas kapal skala kecil antar pulau.

Dalam perencanaan, akan dilakukan perbaikan infrastruktur dan sarannya hingga pelayanan rakyat dapat kembali bangkit dan menjadi transportasi andalan masyarakat pada wilayah-wilayah yang aksesibilitas ke wialyah lain harus melalui sungai.

Perkembangan transportasi darat dan transportasi air tidak selamnaya merupakan suatu persaingan hal ini disebabkan adanya beberapa wialyah yang tidak dapat terjangkau dengan transportasi darat yaitu pada daaerah-daerah pedalaman melihat letak daerah-daerah yang masih berupa kepulauan-kepulauan kecil. Banyak sungai yang mengalami pengeringan di musim kemarau sehingga tidak dapat dilayari sedangkan kondisi jalan darat banyak yang rusak diakibatkan beban berlebih yang diterima oleh jalan. Transportasi air banyak diandalkan bagi kalangan ndustri dan pertanian untuk membawa barang dagangan ke daerah-daerah pedalaman. Permasalahan lain yang muncul adalah menurunnya jumlah angkutan penumpang maupun barang dari tahun ke tahun.

Penyelenggaraan transportasi air pedesaan di Indonesia masuk dalam sektor Pelayaran rakyat yang pelaksanaannya diatur dalam beberapa undang-undang atau peraturan dari pusat untuk memberikan arahan operasional di lapangan.

Penyelenggaraan angkutan pelayaran rakyat diatur dalam :

  1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran yang tertuang dalam pasal 77 ayat 1 dan 2 yang berisi mengenai peran pelayaran rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisional, mempunyai peranan penting dan mempunyai karakteristik tersendiri.
  2. Mengenai pajak daerah yang diatur dalam Undang-undang RI no.18 tahun 1997 tentang pajak daerah yang tertuang pada pasal 8 diantaranya berisi menegnai Dasar Pengenaan Pajak di Atas Air dihitung berdasarkan nilai jual kendaraan di Atas Air dan objek pajak kendaraan di atas air meliputi; kendaraan dengan ukuran isi kotor kurang dari 20M3 atau kurang dari 7GT, kendaraan liar untuk pesiar dan kendaraan air untuk kepentingan angkutan perairan daaratan.

Keadaan di lapangan beberapa hal yang lepas dari pengamtan pemerintah, misal pemungutan pajak-pajak yang tidak diatur dengan undang-undang atau kebijakan pemerintah. Pajak-pajak tersebut disepakati oleh asosiasi pengusaha angkutan sungai setempat.

Pemerintah mengusulkan pajak untuk kapal-kapal dengan kekuatan kurang dari 7GT dihilangkan dan ini merupakan gagasan yang baik untuk mendukung perkembangan transportasi air di pedesaan. Saat ini juga pemerintah sedang  membuat rancangan Undang-undang mengenai Pelayaran yang berisi kapal, pengukuran kapal, pendaftaran dan kebangsaan kapal Indonesia, keselamatan daan navigasi kapal, peti kemas, pencegahan pencemaran dari kapal serta manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal.

Isu mengenai otonomi daerah menunjukkan kewenangan pembinaan terhadap transportasi air ini di tangan daerah lokal melalui suatu asosiasi seperti GASDAP (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan ) untuk tingkat kabupaten.

Kebijakan nasional membuat beberapa strategi kebijakan :

  1. Pengembangan jaringan pelayaran,
  2. Pengembangan prasarana,
  3. Modernisasi prasarana,
  4. Peningkatan pelayaran,

Di Indonesia terjadi kelangkaan pembiayaan untuk pengembangan prasarana tarnsportasi air ini karena rendahnya daya beli masyarakat terhadap moda ini. Keadaan ini menyebabkan para investor kurang berminat terhadap usaha pengembangan tersebut.

Studi transportasi air perdesaan di Indonesia memberikan gambaran mengenai kondisi fisik dan infrastruktur serta fasilitas pada transportasi air dipedalaman. Dipandang dari sisi kebijakan, penerapan yang terjadi di daerah masih dikendalikan oleh pemerintah setempat. Pengaturan dari pemerintah masih mencakup untuk kapal-kapal pelayaran. Kepedulian ini akan memberikan pencerahan dalam pengemabngan transportasi air perdesaan yang masih menjadi andalan bagi masyarakat Indonesia yang berdomisili di pulau-pulau terpencil.

Masalah terkait dengan kerjasama antar kabupaten dan kota di Kalimantan Barat mengindikasikan beberapa isu terkait dengan operasional dana kelembagaan yang ada saat ini. Beberapa permasalahan muncul namun solusi belum dapat diperoleh terbentur dengan adanya Undang-undang Otonomi daerah. Kondisi ini menyebabkan semakin berlarutnya masalah dan mengahambat dalam penyelenggaraan pembangunan di Koridor Kapuas.

Perkembangan transportasi di daerah ini menumpu pada sektor darat, air, dan udara. Kondisi geografis propinsi Kalimantan Barat yang wilayahnya banyak terdapat sungai besar yang dapat dilayari. Sungai Kapuas merupakan sungai yang terbesar menjadi urat nadi peneyelenggaraan transportasi di propinsi ini. Masyarakat pedalaman yang bermukim di daerah sungai sangat mengandalkan keberadaan sarana dan prasarana air ini.

Permasalahan yang terjadi pada Sungai Kapuas yang melintasi banyak Kabupaten ini tidak bisa dianggap ringan, keberadaanya akan mempengaruhi kondisi antar wilayah dalam propinsi. Saat ini penurunan muka air Sungai Kapuas sudah berada kondisi yang mengkhawatirkan. Ini semakin ditunjukkan jumlah angkutan air yang menuju daerah hulu semakin menurun dari waktu ke waktu.

Keadaan ini perlu menjadi perhatian semua pihak mengingat peranan trnsportasi sungai ini terhadap mobilitas masyarakat dalam memeneuhi kebutuhan hidup masyarakat itu sendiri.

 

II.2 Lalulintas Angkutan Sungai Kapuas

Letak Kota Pontianak di hilir Sungai Kapuas mempunyai peranan penting dalam distribusi dan transfer penumpang maupun barang yang berasal dari hilir. Aktifitas dermaga Kapuas besar maupun Kapuas Kecil setiap harinya dipadati kegiatan turun naik penumpang dan bongkar muat barang. Ini memberikan kontribusi besar bagi pendapatan daerah. Pelabuhan induk Propinsi Kalimantan Barat juga terletak di hilir Sungai Kapuas yang merupakan terusan laut lepas. Sehingga tampak aktivitas di sepanjang dermaga di daerah hilir Sungai Kapuas ini ramai.

Dalam studi ini dilakukan survei lalulintas kapal dari hari-hari kerja dan hari libur untuk mengetahui fluktuasi lalulintas kapal  harian rata-rata. Untuk dapat mengetahui asal-tujuan pada kedua wilayah tersebut dilakukan dengan mencatat jumlah penumpang yang turun naik di sepanjang trayek. Selain itu dicatat juga berapa total waktu yang diperlukan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang mulai dari titik awal trayek ke titik akhir trayek. Data ini dinilai penting, karena makin besar prosentase waktu yang dibutuhkan untuk turun naik penumpang merefleksikan keadaan buruknya kondisi dermaga, dan dekatnya jarak desa ke desa tempat berhenti penumpang sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menepi dan naik turun penumpang menjadi banyak.

 

II.3. Volume Laulintas Angkutan Sungai

Volume lalulintas yang melewati masing-masing Sungai yang disurvei menunjukkan kesibukan dari sungai tersebut. Sungai Kapuas menunjukkan volume lalulintas yang besar dan variasi angkutan sungainya terdiri dari berbagai jenis motor air, yaitu speed boat, kapal barang, kapal penumpang, kapal bermotor, sampan bermotor dan tak bermotor.kesibukan di sungai Kapuas terjadi pada jam 08:00 – 09:00 pagi dan 12:00 – 13:00 siang hari. Pola ini terlihat hampir setiap hari kecuali hari minggu. Di hari minggu pola pergerakan sungai agak berbeda. Pagi hari, volume lalulintas meningkat dan selanjutnya akan menurun pada siang hari. Pada sore hari volume lalulintas kembali meningkat.

 

II.4. Karakteristik Penumpang

Penumpang angkutan sungai di Sunagi Kapuas mempunyai pola perjalanan teratur, baik itu harian ataupun mingguan. Angkutan sungai sebagai satu-satunya sarana transportasi menjadikan ketergantungan mobilitas mereka dengan angkutan sungai.

Sebagian besar mereka tidak setiap hari menggunakan angkutan air dengan alasan tidak adanya pilihan moda transportasi. Maksud perjalanan dengan menggunakan motor air adalah untuk berbelanja, kerja dan keperluan keluarga. Jenis kendaraan lain yang dimiliki berbeda untuk masing-masing daerah. Saat ini kondisi sarana angkutan air berupa kapal motor belum memenuhi standart sehingga munculnya beberapa keluhan dari pengguna angkutan sungai, misalkan masalah kebisingan mesin motor air. Keluhan ini dinilai wajar karena mesin motor air umumnya terletak di bagian tengah-tengah motor air tanpa ada penutup mesin atau peredam suara. Selain kebisingan, masalah lain yang perlu menjadi perhatian adalah kondisi dermaga untuk naik turun penumpang.

Tanggapan mereka tentang deermaga yang dikelola pemerintah cukup baik hanya saja diperlukan ruang tunggu penumpang dan tingkatkan keamanan mereka terhaaaddap copet dikawasan dermaga tersebut.

 

II.5. Pemilikan Operasi Angkutan

Angkutan sungai di Kalimantan Barat pada umumya dimiliki oleh orang perorang bukan oleh perusahaan. Meskipun dari orang-perorang tersebut mendirikan perusahaan angkutan sungai, namun pengaruh perorangannya tetap menonjol. Angkutan motor dibeli atau dipesan secara tunai dengan menggunakan uang pribadi tanpa menggunakan pinjaman bank. Ternyata pihak bank tidak dapat menerima motor air yang terbuat dari kayu sebagai jaminan Bank. Itulah sebabnya untuk membuat 1 kapal bervariasi tergantung dana yang dimiliki oleh si pembeli. Bagi pembeli yang memiliki modal cukup, pembuatan motor air bisa cepat. Namun bagi pembeli yang tidak memiliki modal cukup, maka pembuatan kapal menyesuaikan dengan dana yang diberikan kepada pembauat kapal.

Kapal baru sebelum dioperasikan harus didaftarkan terlebih dahulu ke Syahbandar untuk mendapatkan SYARAT UKUR. Surat ukur memuat ukuran fisik kapal, data mesin dan kelayakan kapal secara keseluruhan. Berdasarkan surat ukur ini diterbitkan SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL.

Ijin trayek diberikan kepada pemilik kapal apabila telah melengkapi :

  1. Sertifikat kesempurnaan kapal
  2. Ijin Usaha
  3. Rekomendasi dari Kepala Desa dimana trayek akan melewati desa tersebut
  4. Rekomendasi dari Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Pedalaman (GAPASDAP)

Apabila ijin trayek telah dimiliki, maka kapal baru dapat dioperasikan sesuai dengan trayek yang diijinkan. Motor air dioperasikan/dibawa oleh Pemilik sendiri atau diserahkan ke Pengemudi (juragan). Juragan motor harus memilki SURAT TANDA KECAKAPAN NAKHODA (seperti SIM bagi pengemudi kendaraan bermotor di darat) yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota.

Pada umumnya, setiap motor air hanya dapat melayani 1 round-trip selama satu hari. Di Pontianak, untuk route Kubu Padi Pontianak, maupun Ambawang-Pontianak, mulai subuh dan pagi hari, kapal motor meninggalkan desa Kubu Padi/Ambawang) dan tiba di Pontianak jam 10:00, selanjutnya siang hari mereka kembali lagi ke desa.

Pengoperasian motor air sehari-hari adalah sebagai berikut: pemilik motor menyerahkan motor airnya kepada sopir/juragan. Pendapatan yang diperoleh supir/juragan pada hari itu diserahkan kepada pemilik. Selanjutnya pemilik memeberi upah kepada supir maupun awak kapal.

 

II.6. Kondisi Prasarana Fisik Transportasi Air

Dermaga yang berfungsi untuk turun naik penumpang atau barang baik di Pontianak, maupun di Sambas menjadi tanggung jawab pemerintah setempat. tanggung jawab pemerintah tersebut meliputi perencanaan, pengembangan dan pemeliharaan.

Di Pontianak ada 3 dermaga yang masih digunakan, dimana ukuran dan lokasinya dicantumkan pada tabel 1

Tabel 1 Ukuran Dermaga Angkutan Sungai di Pontianak

No

Nama Dermaga

Ukuran

Konstruksi

1

2

3

Kapuas Indah

Kapuas Besar

Teng Sheng Hie

36 x 12 meter

36 x 12 meter

32 meter

Ferro Coment

Ferro Coment

Ferro Coment

 

Dermaga yang berada di sepanjang tepian sungai, dibangun dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Kondisi dermaga ini memprihatinkan karena konstruksinya dari kayu dan minimnya dana untuk pemeliharaan.

 

II.7 Kelembagaan Angkutan Air

Sejak tahun 2001, kewenangan penanganan angkutan air menajdi tanggung jawab kabupaten/kota dimana angkutan air itu beroperasi. Tahun-tahun sebelumnya, angkutan air ditangani oleh kantor Wilayah Perhubungan (kanwil perhubungan) Tingkat-I Kalimantan Barat, yaitu Seksi Lalulintas, Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Seksi LALA ASDP).

Dengan semangat otonomi daerah, pelimpahan wewenang mulai diserahkan kepada masing-masing kabupaten/kota. Dengan demikian di tingkat Pemerintah Kota atau Kabupaten, Dinas Perhubungannya juga memiliki Seksi yang menangani lalulintas sungai dan penyeberangan..

Karena era otonomi telah berlangsung, kenyataan di lapangan masih terdapat dualisme kewenangan antara pemerintah Kota dengan Pemerintah provinsi.

Tumpang tindih kewenangan tersebut terjadi dalam hal pemberian sertifikasi Kapal Pedalaman dan pemberian ijin dermaga untuk keperluan pribadi/swasta. Tumpang tindih juga terjadi antara Pemerintah Kota dengan SyahBandar (perhubungan Laut), yaitu kewenangan nautis dan teknis penanganan kapal pedalaman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI SUNGAI DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT

III.1 Peranan Transportasi Sungai

Pada umumnya, di Kalimantan Barat permukiman penduduk, pusat perdagangan, industri serta perkebunan berlokasi di sepanjang aliran sungai, sehingga keberadaan sungai mempunyai arti penting serta strategis dalam menunjang dan memperlancar pembangunan di berbagai sektor dan daerah. Di daerah-daerah terpencil atau pedalaman, sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai dan danau.

Peranan trasnsportasi untuk masa-masa yang akan datang perlu ditingkatkan terutama dalam menunjang kelancaran arus barang, khususnya untuk sektor perkebunan maupaun pertambangan yang menjadi komoditi  utama di propinsi ini.

Pelaksanaan dan pelayanan angkutan sungai, danau dan penyeberangan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya realtif lebih murah, di sebabkan antara lain :

  1. Mempergunakan sarana alam yang sudah tersedia, hanya diperlukan pemeliraan dan pengerukan pada alur-alaur pelayaran tertentu.
  2. Hemat energi, relatif bebas polusi.
  3. Angkutan barang dapat dengan volume yang bear, baiaya murah dan dapat terjangkau oleh masyarakat yang luas.
  4. Kepadatan lalulintas tidak teralalu padat.

Dalam perkembangannya, transportasi air mengalami pasang surut peranan dalam mendukung pergerakan di Propinsi Kalimantan Barat. Dengan berfungsinya beberapa ruas jalan darat  yang sejajar dengan sungai dan telah dibangunnya beberapa jembatan yang melewati sungai, berakibat menurunnya aktifitas angkutan sungai, terutama untuk angkutan penumpang. Bagi daerah-daerah pedalaman yang belum tesedia jalan darat serta angkutan warga transmigarsi, transportasi sungai masih dominan atau tetap diperlukan.

Setiap wilayah di Propinsi Kalimantan Barat mempunyai kebijakan dan wewenang dalam pengelolaan dalam mengembangkan trasnportasi sungai, namun ditinjau dari program rencana daerah terlihat bahwa pengembangan transportasi sungai belum mendapat perhatian baik dalam program perencanaan maupun pendanaan.

Orientasi pemerintah setempat masih bertumpu pada jaringan jalan. Peranan transportasi sungai untuk masa-masa yang akan datang perlu ditingkatkan terutama dalam menunjang kelancaran arus barang, khususnya untuk sektor perkebunan maupun pertambangan yang menjadi komoditi utama di propinsi ini.

Hambatan, Tantangan dan Kebijaksanaan dalam pengembangan Transportasi Sungai

  1. Hambatan

Dalam pengembangan transportasi sungai di Kalimantan Barat baik prasarana maupun sarananya terdapat beberapa hambatan antara lain :

1)      Musim Kemarau

Musim kemarau yang lamanya kurang lebih tiga bulan, hanya kapal motor dengan ukuran 1-2 meter yang dapat dilayari sampai ke perhuluan, sedangkan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dapat dilayari sepanjang tahun misalnya Sungai Kapuas.

2)      Jembatan

Dibangun beberapa jembatan ynag melalui sungai sehingga ruang gerak kapal motor beserta  gandenganya baik secara vertikal maupun horisontal tidak bebas, hal Ini disebabakan lebar alur pelayaran di bawah jembatan (antara dua tiang) menjadi sempit dan juga tinggi  jembatan dari permukaan air terbatas, sehingga sering terjadi senggolan atau benturan kapal/motor/tongkang gandeng terhadap tiang pilar jembatan.

3)      Perundang-undangan

Belum jelasnya kewenangan LLASDP di perairan pedalaman, baik menyangkut pembinaan, pengawasan, pengaturan terhadap sarana, prasarana, maupun teknis operasioanal mengakibatkkan transportasi sungai   kurang berkembang sebagaimana yang diharapkan.

  1. Tantangan

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan transportasi sungai di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :

  1. Teknologi

Perkembangan di sektor perekonomian di daerah Kalimantan Barat , tuntutan terhadap efisiensi maupun sarana teknologi sarana angkutan yang menyangkut type sarana kapal dan tongkang sungai perlu dikembangkan peneyempurnaan/moderenisasi, demikian juga halnya dengan type dermaga/ponton baik untuk kapal pedalaman maupun penyeberangan perlu disesuaikan dengan kondisi air sehingga memudahkan dalam pengoperasian dan perawatan/pemeliharaan.

  1. Sumberdaya Manusia

Pada umumnya penyelenggaraan transportasi sungai masih bersifat tradisional, di mana sumberdaya manusia (masyarakat pemakai jasa, petugas operasional serta penyedia pengguna jasa perlu ditingkatkan terutama kualitasnya, sehingga sistem transportasi sungai yang lancar, aman, nyaman sesuai tuntutan zaman dapat diciptakan.

  1. Lingkungan hidup

Kesadaran terhadap lingkungan hidup sangat diperlukan yaitu kesadaran dari penyelenggaran transportasi sungai maupun masyarakat sepanjang aliran sungai untuk memperhatikan menjaga serta memikirkan lingkungan hidup dan kelestraian sungaoi terhadap pencemaran sungai dari limbah-limbah industri (kayu, karet, samah, minyak bebas), sehingga peran sungai bagi masyarakat dan pemerintah dapat diandalkan.

  1. Perkebunan dan pertambangan.

Perkembangan di sektor perkebunan dan ditemukannya beberapa kandungan pertambangan, yang ada pada umumnya berlokasi di dekat sepanjang aliran sungai-sungai di Kalimantan, menurut keandalan penyelenggaraan transportasi sungai yang cepat, aman dari lokasi perkebunan ke tempat pengelolaan industri maupun ke pelabuhan ekspor.

 

 III.2. Kebijaksanaan Pengembangan

Kebijaksanaan pembangunan transportasi sungai dan penyebrangan sebagaimana ditetapkan dalam GBHN adalah dilanjutkan dan ditingkatkan baik sebagai transportasi yang bediri sendiri maupun sebagai transportasi yang merupakan bagian dari jenis transportasi lain sehingga perannya dalam menunjang pembangunan di berbagai sektor dan daerah termasuk permukiman di pedalaman dan daerah terpencil dapat diandalkan.

Perhatian khusus perlu diberikan pada upaya pemeliharaan sarana dan prasarana jalur pelayaran sungai, kualitas lingkungan alur taransportasi dan pemeliharaan sumber daya alam daan lingkungan alur transportasi dan pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta sejalan dari satu Tri Program Utama Kalimantan Barat.

Berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh GBHN, serta memperhatikan hambatan dan tantangan di bidang transportasi sungai. Beberapa kebijaksanaan yang ditetapkan antara lain :

  1. Kepemilikan Type Sarana dan Prasarana Yang Tepat, yaitu :

a)      Pemilikan dan penentuan type sarana/kapal maupun tongkang harus disesuaikan dengan sifat dan besarnya volume angkutan yang dominan pada masa sekarang ataupun untuk masa-masa  yang akan datang, yang paling dominan adalah untuk mengantisipasi angkutan barang yaitu hasil perkebunan dan pertambangan yaitu kapal/motor khusus untuk angkutan barang dan type tongkang bermotor. Juga harus disesuaikan dengan karakteristik sungai-sungai di Kalimantan Barat, yang pada umumnya cukup panjang dan lebar berbelok-belok serta mempunyai arus yang cukup deras, yang juga perlu diperhatikan jangan sampai mengakibatkan tebiing-tebing sungai longsor/rusak

b)      Penentuan type dermaga dan pelabuhan penyeberangan, harus disesuaikan dengan kondisi daripada struktur tanah, pasang surut air laut demi memudahkan pengoperasian, pemeliharaan maupun perawatan dermaga daan pelabuhan penyeberangan serta kelancaran kegiatan bongkar muat barang, penumpang dan kendaraan..

  1. Koordinasi dengan sektor lain

Diperlukan koordinasi dengan sektor lainnya dalam mengembangkan transportasi sungai khusus untuk kelancaran lalu lintas kapal, terutama dalam perencanaannya sehingga penyelenggaraannya transportasi sesuai dengan baik, mantap dan terpadu. Sektor tersebut antara lain : Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah, pariwisata dan Perindustrian.

  1. Peningkatan kualitas SDM di bidang transportasi sungai sangat diperlukan baik terhadap petugas, masyarakat, pengusaha angkutan sungai meliputi aspek :

a)      Keselamatan berlalulintas

b)      Peningkatan kualitas pengusaha angkutan

c)      Peningkatan kualitas petugas operasional dan pemantapan pembinaan SDM yang terencana.

  1. Penyempurnaan Peraturan Perundangan

Penyempurnaan dan pemantapan pedoman teknis, pedoman kerja yang telah ada dan perlu disempurnakan serta dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan kemajuan teknologi dan kompleksitas pekerjaan di bidang transportasi sungai, peraturan/pedoman teknis perlu disosialisasikan kepada masyarakat dan aparat guna memudahkan aparat LLASDP dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah di bidang lalulintas dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan.

5). Peran swasta dan Koperasi

Peningkatan partisipasi swasta dan koperasi dalam penyelenggaraan trasnportasi sungai perlu dibina, ditingkatkan serta kemudahan-kemudahan, hal ini dilakukan kerjasama dengan GAPASDAP maupun instansi terkait lainnya.

6) Pemeliharaan Alur pelayaran

Untuk kelancaran, keamanan lalulintas kapal di perairan sungai, terutama ke Pelabuhan Laut ekspor diperlukan pemeliharaan alur pelayaran dilaksanakan dan ditingkatkan yaitu dengan melakukan pengerukan pada beberapa alur pelayaran dari tunggul-tunggul kayu dan dari limbah-limbah industri kayu dan crumb Rubber. Selain itu pengadaan, pemasangan rambu-rambu sungai perlu ditingkatkan terutama pada alur pelayaran sungai yang rawan kecelakaan serta pada lalu lintas kapal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV
KESIMPULAN

 

 

  1. Transportrasi Sungai sangat berpotensi untuk dikembangkan di Kalimantan Barat.
  2. Pengembangan tranportrasi di sungai Kapuas, Kaimantan Barat memerlukan studi yang komprehensif dengan melihat berbagai aspek yang berada pada sungai kapuas, seperti: kondisi laulintas, volume lalu lintas, karakteristik penumpang, kepemilikan operasi angkutan, kondisi prasarana fisik transportrasi, serta kelembagaan angkutan air.
  3. Melihat peranan transportrasi sungai yang cukup besar, maka perlu disusun kebijakan transportrasi sungai serta berbagai strategi dengan berkacamata pada hambatan dan tantangan yang selama ini dihadapi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Adisasmita, Raharjo. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

 

Dahuri, Rochmin. 2004. Pemmbangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta : LP3ES

 

Dirjen Bina Pemerintah Daerah, Departemen Dalam Negeri-Jakarta Pusat Studi Transportasi dan Logistik-UGM kerjasama dengan PT Cipta Perdana Nusa Lestari. Laporan Akhir Penyusunan Strategi Pengembangan Sisitem Transportasi Air Di Koridor Kapuas.

makalah transportasi

BAB I
PENDAHAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
            Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000 pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
            Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
            Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vitaldalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang ada.
            Skala ekonomi (economy of scale), lingkup ekonomi (economy of scope), dan keterkaitan (interconnectedness) harus tetap menjadi pertimbangan dalam pengembangan transportasi dalam kerangka desentralisasi dan otonomi daerah yang kerap didengungkan akhir-akhir ini. Ada satu kata kunci ini disini, yaitu integrasi, di mana berbagai pelayanan transportasi harus ditata sedemikian rupa sehingga saling terintegrasi, misalnya truk pengangkut kontainer, kereta api pengangkut barang, pelabuhan peti kemas, dan angkutan laut peti kemas, semuanya harus terintegrasi dan memungkinkan sistem transfer yang terus menerus (seamless).
            Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat dipenuhi oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta pelayanan pelabuhan dan bandara yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut harus saling terintegrasi dalam satu sistem logistik dan manajemen yang mampu menunjang pembangunan nasional.
            Transportasi jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana ketika seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka orang tersebut akan menemui perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan Indonesia. Disamping itu sudut pandang sosial juga mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola transportasi yang terbentuk juga merupakan perwujudan dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan transportasi penduduk akan terjadi secara massal dan masif ketika mendekati hari raya. Hal ini menunjukkan perwujudan sifat manusia yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung halaman setelah lama tinggal di perantauan.
            Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang cukup besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
            Sektor transportasi dikenal sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang telah berkembang sangat dinamis serta berperan didalam menunjang pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis. Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya dalam menunjang serta mendorong peningkatan ekonomi nasional, regional dan lokal, stabilitas politik termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui berbagai indikator transportasi antara lain: kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas keterjangkauan, beban publik dan utilisasi.
2.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Uraian umum mengenai pengertian dari transportasi.
2.      Transportasi juga merupakan tulang punggung dari perekonomian.
3.      Penjelasan tentang manajemen angkutan atau traffic management.
3.      TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.                  Untuk mengetaui secara umum tentang karakteristik dari dunia transportasi secara keseluruhan terutama pada bagian distribusi transportasi.
2.                  Untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan transportasi di Indonesiaa saat ini, terutama distribusi transportasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara umum, transportasi dibedakan dalam beberpa jenis yaitu:
·                     Transportasi udara
·                     Transportasi laut
·                     Transportasi darat
Menurut Abbas Salim (1993), transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dimana dalam transportasi terdapat dua unsur penting yaitu:
1.      Pemindahan/pergerakan.
2.      Secara fisik tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Dalam transportasi terdapat dua kategori penting :
1)      Pemindahan bahan-bahan dan hasil produksi dengan menggunakan alat angkut.
2)      Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rustian Kamaludin (1986), bahwa transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu barang dari suatu tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu pergerakan pemindahan barang – barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Selain itu menurut Rustian Kamaludin (1986), manfaat dari adanya transportasi dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
1.      Nilai guna tempat (Place Utility)
Yaitu kenaikan atau tambahan nilai ekonomi atau nilai guna dari suatu barang atau komoditi yang diciptakan dan mengangkutnya dari suatu tempat  ke tempat lainnya yang mempunyai nilai kegunaan yang lebih kecil, ke tempat atau daerah dimanabarang tersebut mempunyai nilai kegunaan yang lebih besar yang biasanya diukur dengan uang (interens of money)
2.   Nilai guna waktu (Time Utility)
      Yaitu kesanggupan dari barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menyediakan barang-barang, tidak hanya dimana mereka membutuhkan, tetapi dimana mereka perlukan.
Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, hal ini terlihat bahwa :
1)      Adanya muatan yang diangkut.
2)      Tersedianya kendaraan sebagai alat angkut.
3)      Adanya jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut tersebut.
Pemindahan barang dan manusia dengan angkutan adalah untuk bertujuan menaikkan atau menciptakan nilai ekonomi dari suatu barang, dengan demikian pengangkutan dilakukan karena nilai suatu barang lebih tinggi di tempat tujuan dari pada tempat asalnya.
BAB III
PEMBAHASAN
TRANSPORTASI DAN DISTRIBUSI FISIK
1.      Transportasi Tulang Punggung Perekonomian
            Pengertian Transportasi secara umum adalah Rangkaian kegiatan memindahkan/ mengangkut barang dari produsen sampai kepada konsumen dengan menggunakan salah satu moda transportasi, yang dapat meliputi moda transportasi darat, laut/ sungai maupun udara.
Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai kepada konsumen lazim disebut rantai transportasi (chain of transportation).
            Tiap sektor disebut mata rantai (link) yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kelancaran dan kecepatan arus transportasi ditentukan oleh mata rantai yang terlemah dari rangkaian kegiatan transportasi tersebut, sampai pada mata rantai yang terkuat.
Transportasi mempunyai peranan penting bagi industri karena produsen mempunyai kepentingan agar barangnya diangkut sampai kepada konsumen tepat waktu, tepat pada tempat yang ditentukan, dan barang dalam kondisi baik.
            Di Indonesia dikenal pula transportasi dalam arti mencakup sama dengan pengertian distribusi dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 10 tahun 1988 tanggal 26 Februari 1988 tentang Jasa pengurusan Transportasi , pasal 1 berbunyi :
            “yang dimaksud dengan jasa pengurusan transportasi (Freight Forwarding) dalam keputusan ini adalah usaha yang ditunjukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut, dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penundaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen, perhitungan biaya angkut, klaim, asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya”
            Transaksi perdagangan adalah proses pemindahan barang dari penjual kepada pembeli dengan pembayaran yang dilakukan pembeli kepada penjual
Beralih atau perpindahan barang dagangan tersebut dapat terjadi melalui :
•      Dari gudang (stock) yang dimiliki penjual, menuju gudang/ tempat yang ditunjukan oleh pembeli
•      Dari pabrik dimana barang tersebut diproduksi menuju gudang/ tempat yang ditunjuk oleh pembeli
•      Dari gudang/ daerah pertanian atau perkebunan dimana barang (hasil pertanian) tersebut dihasilkan
•      Dari lokasi pertambangan (barang tambang) menuju gudang/ tempat pabrik dimana hasil tambang tersebut dibutuhkan jadi bahan baku
2.      Hinterland dan Intermoda Transportasi
            Hinterland adalah daerah belakang suatu pelabuhan. Luas suatu hinterland relatif dan tidak mengenal batas administratif suatu daerah, provinsi atau batas suatu negara tergantung kepada ada atau tidaknya pelabuhan yang berdekatan dengan daerah tersebut.
Intermoda Transportasi adalah Pengangkutan barang atau penumpang dari tempat asal sampai ketempat tujuan dengan menggunakan lebih dari satu moda transport tanpa terputus dalam arti biaya, pengurusan adminisratif, dokumentasi dan adanya satu pihak yang bertanggung jawab sebagai pengangkut.
            Pelayanan intermoda transportasi disebut pula pelayanan dari pintu ke pintu (door to door service).
            Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam hal intermoda transportasi, yaitu :
1.      Aspek teknis
            Secara teknis harus ada hubungan tiap moda dengan fasilitas yang digunakan untuk menangani jenis barang atau kemasan yang dibawa.
2.      Aspek dokumentasi/file
            Hanya ada satu macam dokumen pengangkutan yaitu yang dikeluarkan oleh yang  bertindak sebagai pengangkut
3.      Aspek tanggung jawab (liability)
            Dalam pelaksanaan intermoda transportasion hanya satu pihak yang bertanggung jawab terhadap terselenggaranya transportasi.
Dari segi nasional ada beberapa faktor yang harus diciptakan agar intermoda transportation ini berhasil mencapai tujuannya :
1.      Prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi yang baik, dari/ke hinterland.
2.      Peraturan perundang undangan yang mendukung yang menyangkut dokumen pengangkutan, prosedur bea cukai, pertanggungan jawab pengangkutan (liability) termasuk terminal operator liability.
3.      Keserasian hubungan antarmoda baik secara teknis maupun sistem operasi.
4.      Tersedianya informasi yang akurat tentang kegiatan transportasi.
LOKASI DAN TRANSPORTASI
            Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi industri/ pabrik adalah tersedianya jasa pengangkutan. Transportasi merupakan faktor yang penting diperhatikan, karena aktifitas pengangkutan meliputi mengangkut memindahkan sampai ketempat tujuan yang membutuhkan biaya pula.
            Sebaiknya pabrik/ industri didirikan di daerah yang mempunyai fasilitas pengangkutan tersedianya jalan jalan kendaraan ke pabrik, dekat dengan stasiun kereta api atau pelabuhan sehingga pabrik tersebut mudah dihubungi.
Dalam analisis lebih lanjut untuk menentukan lokasi industri/ pabrik, sebagai patokan utama ialah biaya transportasi.
            Penentuan lokasi perusahaan dapat ditempatkan pada lokasi yaitu :
1.      Terpusat pada sumber bahan baku
2.      Dipusatkan dekat pasar
3.      Ditempatkan pada sumber daya manusia
4.      Penempatan dimana saja, setiap lokasi sama yang disebut junction yaitu jarak antara ketempat sumber bahan baku pasar dan SDM sama.
MANAJEMEN ANGKUTAN/LALU LINTAS (TRAFFIC MANAGEMENT)
            Traffic dapat didefinisikan pengangkutan penumpang dan muatan dengan alat angkutan dari suatu tempat ke tempat lain.
            Angkutan penumpang (passanger traffic) angkutan penumpang dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :
a.       Pengangkutan penumpang antarkota dengan kendaraan.
b.      Alat pengangkutan yang digunakan adalah bus, mobil, sedan, angkutan kereta api, angkutan menggunakan kapal laut dan pengangkutan dengan pesawat udara.
c.       Selain itu pengangkutan penumpang penyebaran secara geografis yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negri dan luar negeri ke daerah daerah.
            Angkutan muatan (barang), jumlah muatan yang di angkut untuk antar kota menggunakan berbagai bagai jenis moda transportasi antara lain menggunakan kereta api, truk, container (sistem peti kemas) kapal dan tongkang yang ditarik oleh tugboat.
            Barang barang umum yang diangkut dalam jumlah besar atau partai kecil. Distribusi pengangkutan barang barang berbeda menurut volume yang diangkut, pengiriman barang dalam jumlah besar maupun kecil, jarak, berat dari muatan yang diangkut pun berbeda.
Untuk pengangkutan domestik dan perdagangan internasional ada pola tertentu yang digunakan untuk lalu lintas muatan (barang). Arus barang dan lembaga penyalur komoditi yang dimanfaatkan dalam rangka pengiriman barang melalui pengangkutan perlu di analisis mengenai lalu lintas muatan (traffic).
            Analisis traffic
            Tujuan dari analisis traffic ini adalah :
a.       Untuk menentukan tempat pemasaran dan pemanfaatan angkutan yang tersedia.
b.      Bahan pertimbangan untuk pelayanan, bagi sumber pendapatan dan tarif angkutan.
c.       Menentukan pengaruh dari persaingan sempurna, dalam mengangkut barang barang serta pertimbangan untuk penentuan tarif jasa angkutan.
d.      Untuk mengembangkan pasar baru serta penemuan sumber sumber bahan baku.
MATERIAL HANDLING DAN TRANSPORTASI
Pengertian material handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan bahan dan barang barang dengan menggunakan alat transportasi.
Dalam material handling yang harus diperhatikan adalah peralatan (alat angkut) yang digunakan alat mekanis atau nin mekanis. Tujuan utama dari material handling ialah memindahkan barang dari satu titik ke titik lain dengan biaya minimum tanpa ada pengulangan (delay) untuk pengangkutan tersebut
Adapun jenis alat material handling yang digunakan terdiri dari :
1. Ban berjalan (conveyor), dipakai dalam pabrik untuk proses produksi.
2. Derek (crane)
3. Forklift
4. Kereta Api
5. Truk
6. Container (transtanier)
7. chasis/Trailer
8. Top Loader
            Sejalan dengan kemajuan teknologi angkutan dewasa ini untuk pengiriman barang banyak digunakan peti kemas (container) terutama pelayanan.
DOKUMEN ANGKUTAN
            Dalam pengiriman barang dibutuhkan beberapa dokumen dalam pengangkutan yang disebut transportation ducuments.
            Dibawah ini diberikan beberapa contoh dokumen dalam transportasi
1.      Dokumen pengiriman barang
            Suatu perusahaan ekspedisi yang melaksanakan pengiriman barang menggunakan shipment documents sebagai bukti bagi penerima barang nantinya, bahwa barang barang tersebut telah diangkut oleh perusahaan ekspedisi.
2.      Surat muatan (Bill of Lading)
            Di dalam bill of lading diadakan kontrak barang barang yang diangkut, hal mana sipengirim barang akan menyerahkan kepada sipenerima atas dasar perjanjian yang telah dibuat.
Ada pun tujuan daripada bill of lading ialah :
a.       Sipenerima akan menerima barang dalam kondisi baik.
b.      Pengangkutan berdasar isi kontrak yang telah dibuat.
c.       Semua transaksi dalam pengangkutan dijelaskan dalam perjanjian.
3.      Dokumen bagi manajemen
Ada beberapa jenis manajemen dokumen yaitu :
a.       Kontrak
Dalam kontrak dijelaskan jangka waktu, dan asal/tujuan pengiriman barang.
b.      Tarif
Untuk angkutan harus jelas tarif yang dihitung untuk pengangkutan tersebut.
c.       Polis asuransi
Selama dalam perjalanan barang barang yang diangkut diasuransikan terdiri dari :
a.       Asuransi atas kerugian barang
      b.  Asuransi atas kerusakan barang barang
d.      Biaya biaya/cost
Dalam pengangkutan yang diperhitungkan adalah biaya uang tambang.
e.       Cif (cost insurance and freight)
Selama dalam pengangkutan yang diperhitungkan adalah biaya, asuransi dan uang tambang.
f.       Franco gudang artinya si pengirim/si penjual barang hanya bertanggung jawab atas barang sampai masuk ke dalam gudang.
g.      Manifest yaitu surat muatan yang dibawa oleh nahkoda kapal memuat seluruh barang barang dan penumpang yang diangkut.
BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya.
2.      Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain.
3.      Kebanyakan dari negara maju menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Ada baiknya pemerintah memperhatikan hal tersebut.
B.     SARAN
1.      Untuk memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah harus menaruh perhatian besar pada pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan bandar udara. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur tersebut.
2.      Selain membangun berbagai infrastruktur trasnportasi, pemerintah kiranya perlu untuk selalu menyediakan transportasi yang murah dan terjangkau bagi masyarakat di daerah terpencil/pinffiran, misalnya dengan kebijakan-kabijakan untuk menurunkan harga BBM, memberikan subsidi, melakukan pengawasan ketat terhadap tata niaga dan distribusinya dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Salim, Abbas. 1993. Manajenen Transportasi, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Kamaludin, Rustian. 1986. Ekonomi Transportasi, Jakarta; Ghalia Indonesia.

Transportasi

 

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. (Salim, A Abbas 2006 Manajemen Transportasi, Jakarta : Rajawali pers.)

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut dapat lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan – tujuan tertentu. (Fidel, Miro. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga)

Transportasi meruapkan sebuah proses yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut, dan mengalihkan di mana proses ini tidak dapat dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan. (Fidel, Miro. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga)

Daerah terpencil adalah daerah  yang memiliki kondisi sosial, ekonomi dan fisik relatif tertinggal dibandingkan daerah lain atau sekitarnya, yang dicirikan oleh adanya permasalahan sebagai berikut : rendahnya tingkat kesejahteraan dan ekonomi masyarakat, keterbatasan Sumberdaya Alam (rendahnya produktifitas lahan / kritis minus), rendahnya aksesibilitas dan terbatasnya ketersediaan prasarana dan sarana kawasan,serta rendahnya kualitas Sumberdaya Manusia.

Kawasan Tertinggal secara lokasi pada umumnya berada di kawasan pedalaman, kawasan kepulauan/gugus pulau terpencil,pesisir pantai, atau kawasan perbatasan terpencil. Contoh     Kawasan Tertinggal : KAWASAN Kepulauan Sangihe Talaud, Kawasan Pulau Nias, Kawasan Pedalaman/ Perbatasan Kalimantan dengan Sarawak (Malaysia), Kawasan kritis minus di Sukabumi bagian selatan, Kawasan Pedalaman Jaya Wijaya, Kawasan Perbatasan Irian Jaya dengan Papua Nugini, dll.

Pengertian lain tentang Daerah terpencil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d , Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 9 ayat (1) huruf d *23736 dan Pasal 11 ayat (15) dan ayat (16) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 adalah daerah yang memiliki potensi ekonomi berupa sumber daya alam di bidang pertanian, perhutanan, pertambangan, pariwisata dan perindustrian, tetapi keadaan prasarana dan sarana ekonomi yang tersedia masih terbatas, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi nyata, penanam modal perlu membangun atas beban sendiri prasarana dan sarana yang dibutuhkannya seperti jalan, pelabuhan, tenaga listrik, telekomunikasi, air, perumahan karyawan, pelayanan kesehatan, sekolah, tempat peribadatan, pasar dan kebutuhan sosial lainnya, yang memerlukan biaya yang besar. (2)Diberikan perlakuan yang sama dengan daerah terpencil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (15) dan ayat (16) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 adalah daerah perairan laut yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral dalam kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter (deep sea deposits).

Transportasi daerah terpencil adalah ??

2. RUMUSAN MASALAH

  1. Mengapa transportasi itu penting?
  2. Bagaimana kondisi transportasi yang ada didaerah terpencil?
  3. Apa sajakah bentuk-bentuk transportasi yang ada didaerah terpencil?
  4. Berilah contoh kasus bentuk transportasi daerah terpencil?
  5. Bagaimana pengembangan transportasi didaerah terpencil?

 

 

BAB II

ISI

           Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda baik itu sumberdaya alamnya maupun potensi yang lain. Disamping itu pula kebutuhan manusia untuk memenuhi kehidupannya selalu berubah. Hal inilah yang membuat transportasi sangat penting bagi manusia karena kebutuhan manusia tidak sama dan belum tentu semua kebutuhan itu terdapat didaerahnya faktor inilah yang memperngaruhi manusia  untuk pindah dari satu tempat ketempat yang lain.

Dalam determinan perkembangan wilayah ada enam aspek/faktor  penting yang mendasari maju tidak suatu wilayah. Ke enam faktor penting itu adalah sumberdaya alam,  peralatan manufaktur, pekerja, modal, pasar, dan keahlian teknologi. Determinan pengembangan wilayah yang terdiri atas enam faktor tersebut sebenarnya tidak bisa diabaikan begitu saja oleh suatu wilayah, karena jika salah satunya saja tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan wilayah tersebut menjadi kurang maju atau bahkan tertinggal.

Yang menjadi masalah adalah tidak semua wilayah memiliki ke enam faktor penting tersebut. Masing-masing wilayah memang memiliki potensi tersendiri yang bisa dikembangkan tetapi sangat jarang kita menemui keenam faktor determinan itu dalam satu wilayah. Misalnya saja kita ambil contoh kota Yogyakarta dengan kabupaten Sleman. Di kota banyak terdapat modal, peralatan ,pasar dan keahlian teknologi tetapi sumberdaya alam tidak terdapat dikota, sedangkan sebaliknya Sleman memiliki banyak pekerja dan sumberdaya alam tetapi tidak mempunyai yang lainnya sehingga kedua wilayah itu pasti akan saling berinteraksi untuk bisa saling memenuhi kebutuhannya masing-masing. Disini dapat kita lihat arti penting adanya transportasi. Transportasi dapat menghubungkan wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya untuk tujuan saling berinteraksi memenuhi kebutuhan masing-masing wilayah. Transportasi juga akan mempermudah akses pada  semua aspek antar wilayah yang berbeda. Sehingga dari hal ini sedikit dapat kita simpulkan bahwa baik buruknya sistem transportasi antar wilayah akan mempengaruhi maju tidaknya wilayah-wilayah tersebut.

Bentuk–bentuk transportasi ada tiga yaitu tranportasi laut, darat, dan udara. Transportasi udara ada Pesawat terbang layang (Glider), Pesawat bermesin piston, Pesawat bermesin turbo propeler, Pesawat bermesin turbojet, Pesawat bermesin turbofan, Pesawat bermesin ramjet. Pesawat terbang atau pesawat udara adalah mesin atau kendaraan apapun yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Transportasi laut ada Kapal, seperti sampan atau perahu, merupakan suatu kendaraan yang dibuat untuk lautan atau pengangkutan merintang air. Ia biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti perahu keselamatan. Secara kebiasaannya kapal bisa membawa perahu tetapi perahu tidak boleh membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat.

Transportasi darat ada Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus. Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara. Sepeda adalah alat transportasi yang sederhana, tanpa mesin sehingga di Indonesia dikenal sebagai kereta angin. Delman adalah kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. Bemo adalah singkatan dari “becak motor” dan merupakan kendaraan bermotor roda tiga yang biasanya digunakan sebagai angkutan umum di Indonesia. Becak merupakan alat angkutan yang ramah lingkungan karena tidak menyebabkan polusi udara (kecuali becak bermotor tentunya) dan masih banyak lagi namun untuk daerah terpencil tidak semua alat transportasi tersebut dapat digunakan hanya sebagian saja yang dapat digunakan untuk transportasi didaerah terpencil.

 

Beberapa contoh Studi Kasus yang ada kaitannya dengan ketersediaan transportasi di daerah terpencil/terisolir di Indonesia

  1. Kabupaten Aceh Tengah

Letak kabupaten yang berada di tengah-tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan wilayah yang didominasi pegunungan, menjadikan daerah ini masih terisolir. Prasarana transportasi menjadi kendala utama. Takengon dan daerah lain di Aceh Tengah bisa dibilang jauh dari keramaian arus lalu lintas. Jalur ke Takengon menjadi semacam jalan “buntu”. Artinya, angkutan semacam bus dan truk tidak dapat melanjutkan perjalanan ke daerah lain, sehingga kembali melalui jalan yang sama.

Akses menuju ke daerah ini sangat bergantung pada jalan Bireun-Takengon, serta jalan alternatif Takengon-Blang Kejeren-Kutacane yang kurang representatif. Kondisi kedua jalan itu sangat tidak kondusif, baik karena rawan longsor maupun gangguan lainnya seperti gangguan keamanan.

Tak heran bila di daerah yang bergunung-gunung masih terdapat kawasan yang tidak memiliki prasarana transportasi seperti kawasan Samarkilang, Karang Ampar, Pameu, dan Jamat.Kawasan ini masih terisolasi dari berbagai aspek. Sebagian besar produk pertanian yang dihasilkan hanya digunakan untuk kebutuhan hidup.

Menyadari persoalan itu, salah satu upaya pemerintah kabupaten (pemkab) untuk mengatasinya adalah memperbaiki dan membuka ruas jalan baru yang bernilai ekonomis, baik antarkecamatan maupun antarkabupaten. Terutama jaringan jalan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran.

Anggaran yang disediakan bagi sektor transportasi mencapai Rp 57,25 milyar atau 52,77 persendari total belanja pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2001 yang sebesar Rp 108,49 milyar. Pembukaan ruas jalan baru bukan saja menguntungkan bagi penduduk, tetapi juga pemkab dapat memetik hasil dari mempromosikan keindahan alam “Negeri Antara” yang dimilikinya. (Kompas, 2002)

  1. Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

Setelah berpisah dengan Kabupaten Bulungan tahun 1999, nama daerah baru ini belum banyak didengar. Apalagi, tidak ada jalan darat untuk mencapainya. Terpaksa harus memanfaatkan jasa angkutan sungai ataupun pesawat udara. Setelah jalan Trans Kalimantan selesai dibangun tahun 2000, Kabupaten Malinau baru bisa dijangkau dengan sarana transportasi darat.

Meski pusat pemerintahannya dilintasi jalan raya yang menghubungkan titik-titik utama di Pulau Kalimantan, prasarana berstatus jalan kabupaten belum menjangkau keseluruhan wilayah. Delapan puluh persen wilayahnya belum juga tertembus oleh infrastruktur jalan. Tak heran, sistem transportasi di kabupaten yang memiliki 24 sungai ini bertumpu pada angkutan sungai. Bahkan, beberapa daerah terpencil hanya bisa dicapai dengan pesawat terbang.

Lokasi daerah ini sangat jauh dari pusat kota, sehingga akses ke dunia luar sangat sulit. Daerah ini menjadi sangat terisolir. Untuk tiba di sana, butuh tiga sarana transportasi. Pertama, naik pesawat ke Samarinda, lalu disambung dengan speed boat. Sekitar tiga jam perjalanan, kemudian naik angkutan umum, kemudian berjalan kaki. Jarak dari Malinau ke Balikpapan saja masih sekitar 700 kilometer, itupun harus menempuh perjalanan dengan kapal laut sehari semalam. (Swaramuslim.net, 2006)

Kabupaten yang dicapai 30 menit dari Tarakan menggunakan pesawat ini harus bergantung pada daerah sekelilingnya. Kota Tarakan menjadi penyuplai barang-barang kebutuhan pokok penduduk yang dikirim dengan memanfaatkan angkutan sungai. Bahkan, ada beberapa barang seperti telur, gula, minuman, dan makanan kaleng dikirim dari Malaysia melalui Kabupaten Nunukan.

Namun, ketersediaan barang-barang kebutuhan tetap menjadi masalah di bagian-bagian Malinau yang terpencil. Keterbatasan sarana transportasi menyebabkan kenaikan harga barang. Sebagai contoh, harga BBM Rp 15.000 per liter karena beratnya medan dan mahalnya ongkos pengangkutan ke daerah yang terpencil.

Di masa mendatang, pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan pemerintah kabupaten adalah terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Pembangunan hanya akan tetap terkutub di titik-titik tertentu bila tak ada dukungan jaringan prasarana yang merata. Saat ini pemerintah daerah memulai pembangunan dengan sistem gunting. Maksudnya, pembangunan dilakukan dari dua arah bersamaan. Satu arah dari ibu kota menuju daerah-daerah terpencil di pinggiran, pada saat yang sama dari daerah terpencil ke pusat pemerintahan.

Bila jaringan jalan tersedia menyeluruh, sektor lain yang berpotensi terakselerasi lebih laju, seperti sektor perkebunan dan pariwisata. Selama ini berbagai obyek wisata jauh dari pusat kota dan sulit dicapai. (Kompas, 2003)

  1. Sintang, Pontianak, Kalimantan Barat

Infrastruktur jalan dan jembatan sebagai sarana membuka daerah terisolasi di pedesaan masih jadi kebutuhan utama. Banyak desa dan dusun di pehuluan terisolir lantaran tak tersedianya infrastruktur jalan. Di Kayan Hulu misalnya, 9 desa dari 14 desa di kecamatan tersebut relatif tertinggal pembangunannya sementara 5 desa lainnya bisa diakses langsung melalui jalan darat, dan sisanya masih mengandalkan transportasi sungai.

Akibat keterisoliran tersebut malah ada warga dari satu desa, yakni Desa Nanga Kemangai, yang urbanisasi ke kota kecamatan dan kota kabupaten untuk mencari pekerjaan. Ini membuat tingkat keterisolasian masyarakat dari segi ekonomi dan budaya jauh tertinggal. Ditambah, sejak diserang hama belalang kembara dua tahun terakhir ini, ladang berpindah gagal panen.

Selain tak tersedianya jalan darat menuju desa dan dusun, tertinggalnya masyarakat di daerah pehuluan sungai yang jauh di daerah terpencil juga disebabkan tak meratanya potensi SDA (sumber daya alam). Diperkirakan ada 16 ribu penduduk yang tinggal di daerah terisolir. Umumnya masyarakat itu pekerjaan utamanya ladang berpindah dan masih tergantung alam.

Kendati masih mengalami keterbatasan, menurut Abdul Sufriyadi, masyarakat Kayan Hulu masih punya keyakinan bahwa pemerintahan daerah saat ini (Milton-Jarot) bisa membuka keterisolasian di Kayan Hulu serta dapat menyediakan program-program padat karya bagi penduduk yang gagal panen pasca serangan hama belalang dua tahun terakhir ini. Karena selain ladang berpindah, masyarakat petani di Kayan Hulu juga masih bersandar dengan SDA yang ada walaupun relatif terbatas. (Pontianak Post Online, 2007)

  1. Nusa Tenggara Barat

Secara geografis, NTB umumnya terisolir dari segi transportasi dan komunikasi. Hal ini bisa dilihat, kalau ke Mataram ibu kota Propinsi NTB dari Jakarta harus mampir dulu di Surabaya atau daerah lain.

Semestinya, Mataram sebagai ibu kota propinsi mampu ditempuh dari berbagai penjuru di seluruh Indonesia, khususnya Jakarta, tanpa harus mampir atau transit di daerah lain. Kendati sekarang ini, sudah ada maskapai penerbangan melayani Mataram-Jakarta dan sebaliknya, itu masih belum cukup dan mesti ditambah, sehingga akses transportasi ke NTB tetap lancar.

Di sisi lain, NTB sebagai daerah yang rawan bencana memerlukan sarana telekomunikasi memadai, sehingga mampu mengatasi permasalahan ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Untuk itu, adanya kerjasama daerah yang tergabung dalam forum regional di daerah ini mampu mempercepat pembangunan yang diinginkan.

Masing-masing daerah yang tergabung dalam forum regional tersebut harus saling bahu membahu mengembangkan produk-produk unggulan yang dimiliki, sehingga sesuai dengan yang diinginkan bersama. (Suara NTB, 2006)

  1. Sumbawa Selatan

Wilayah selatan pulau Sumbawa masih terisolir. Tidak ada lintasan jalan sepanjang 400 kilometer. Akibatnya, terjadi hambatan pergerakan ekonomi masyarakat di desa-desa selatan daerah Nusa Tenggara Barat. Diperlukan dana pembiayaan Rp500an miliar untuk membuka isolasi daerah tersebut.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTB Lalu Fathurahman menjelaskan idealnya dibutuhkan kelancaran transportasi di Selatan Sumbawa. “Untuk terbukanya jalan di sana, diperlukan sekitar 50 unit jembatan penghubung,” ujarnya.

Selain jalan tersebut, guna meningkatkan kesejahteraan dan sumber daya manusianya, NTB juga memerlukan ketersediaan infrastruktur lainnya berupa pembangkit listrik tenaga uap kapasitas 100 megawatt, rumah sakit umum di setiap kabupaten, air, perguruan tinggi, pendidikan dasar dan peluang lapangan kerja untuk masyarakat.  (Tempo Interaktif, 2006)

  1. Papua

Pemekaran daerah baru di Papua sejak tahun 2001 sampai tahun 2006 mencapai 16 daerah pemekaran. Permasalahan daerah pemekaran di Papua terkait minimnya sarana akses di daerah terpencil dan terisolir.

Permasalahan pemekaran daerah baru di Papua merupakan ketidakpuasan daerah yang terisolir dan terpencil. Selain itu, daerah pemekaran muncul karena tidak ada intervensi pembangunan dan juga minimnya intervensi negara dalam hal ini pemerintah pusat. Rencana pemekaran daerah Papua kedepan dibutuhkan sarana aksesbilitas untuk jangka panjang.  (Okezone, 2007)

Dalam kunjungan kerja ke Papua, Menkokesra Aburizal Bakrie juga menyatakan bahwa diharapkan dalam tiga tahun mendatang tidak ada lagi daerah terisolir di Papua. Jalan tembus yang akan menghubungkan daerah di kawasan Pegunungan Tengah dengan kawasan pesisir di Kabupaten Timika nantinya diharapkan sudah selesai dalam waktu dekat. Dengan adanya jalan ini roda perekonomian bisa berjalan lebih lancar dan harga-harga pun tidak terlalu tinggi. (www.menkokesra.go.id, 2006)

  1. Kabupaten Seram, Maluku

Kabupaten Seram Bagian Timur yang dikategorikan kabupaten miskin di Indonesia oleh Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, kini masih terisolir khusus di bidang transportasi dan komunikasi. Ruas jalan aspal yang ada di kabupaten tersebut hanya sepanjang empat kilometer. Untuk menjangkau satu desa ke desa lain, maupun ke kota kecamatan dan kota kabupaten hanya bisa melewati laut. Itu juga kalau kondisi lautnya mendukung.

Selain dataran luas, kabupaten yang memiliki banyak pulau dan terpencil makin membuat jaringan transportasi antar pulau sangat terbatas. Banyaknya pulau-pulau terpencil itu hanya dilayari kapal perintis antara 2 hingga 4 minggu sekali di beberapa lokasi saja. Persoalan ini tentu saja berpengaruh, termasuk akses pelayanan kesehatan ke masyarakat.

Akibat kondisi itu pula, saat wabah malaria menyerang Dusun Wawasa Kecamatan Kepulauan Gorom pada awal Mei 2005 lalu menewaskan 22 orang dan 761 warga di dusun tersebut sakit parah. Warga Wawasa meninggal selain krisis pangan di daerahnya, juga akibat lambatnya penanganan kesehatan karena keterisolasiannya.

Pengobatan warga yang terjangkit malaria sulit dilakukan akibat tidak adanya fasilitas kesehatan di Wawasa. Puskesmas terdekat berada di desa induknya Amarsekaru, yang dapat ditempuh dengan menggunakan perahu tradisional ketinting selama 1 hingga 1,5 jam. Karena terbatasnya sarana tranportasi dan biaya transportasi yang tinggi, warga sulit untuk berobat dan perawat di puskesmas terdekat juga sulit mengunjungi korban. (Fkmcpr, 2006)

 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. transportasi merupakan sarana penghubung yang sangat penting dalam mempengaruhi maju tidaknya suatu wilayah.
  2. kondisi geografis daerah terisolir mengakibatkan sulitnya pembagunan sektor transportasi
  3. bentuk transportasi di daerah terpencil di dominasi oleh truk, motor trail, pesawat terbang, speed boat, dan kapal laut.
  4. kondisi transportasi di daerah terpencil kurang layak baik dari segi sarana maupun prasarana dan rendahnya anggaran yang disediakan untuk sektor transportasi di daerah terpencil

SARAN

  1. Untuk memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah harus menaruh perhatian besar pada pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan bandar udara. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur tersebut.
  2. sehibungan dengan penyediaan berbagai macam moda saran/prasarana transportasi bagi daerah pinggiran terpencil, prioritas perlu ditekankan pada pengembangan fasilitas pelayanan transportasi di daerah pedesaan, daerah/pulau terpencil, dan daerah transmigrasi, yang diharapkan akan meningkatkan aktifitas perekonomian wilayah-wilayah tersebut.
  3. selain membangun berbagai infrastruktur trasnportasi, pemerintah kiranya perlu untuk selalu menyediakan transportasi yang murah dan terjangkau bagi masyarakat di daerah terpencil/pinffiran, misalnya dengan kebijakan-kabijakan untuk menurunkan harga BBM, memberikan subsidi, melakukan pengawasan ketat terhadap tata niaga dan distribusinya dan sebagainya.
  4. dalam hal peningkatan kualitas pelayanan transportas, pemerintah wajib menerapkan kebijakan-kebijakan regulasi dan manajemen transportasi yang efektif, serta melakukan pengawasan-pengawasan ketat terhadap pengoperasia kebijakan-kebijakan tersebut untuk meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh perusahan atau organisasi penyelenggara transportasi.
  5. hal terakhir yang paling penting dari pembanaunan sarana/prasaranatransportasi adalah pembangunan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia di bidang transportasi. Selain itu, diperlukan peran serta segenap pengguna transportasi untuk memelihara sarana dan prasarana transportasi, serta turut mematuhi berbagai peraturan keselamatan yang ada utuk mengurangi terjadi kecelakaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR  PUSTAKA

 

MG Retno Setyowati. 2002. Kabupaten Aceh Tengah.

http://72.14.235.104/search?q=cache:IrWq0SNnbXcJ:bankdata.depkes.go.id/kompas/Kabupaten%2520Aceh%2520Tengah.pdf+bentuk+transportasi+di+daerah+terisolir&hl=id&ct=clnk&cd=5&client=opera. Download : 4 Maret 2007.

Ratna Sri Widyastuti. 2003. Kabupaten Malinau.  http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0306/17/otonomi/373649.htm. Download : 4 Maret 2007.

Supriyantho Khafid. 2006. Selatan Sumbawa Masih Terisolir 400 kilometer.

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/nusatenggara/2006/04/09/brk,20060409-76007,id.html. Download : 11 Maret 2007.

Sutarmi. 2007. Pemekaran Papua Terjadi karena Akses ke Daerah Terisolir Minim.

http://www.okezone.com/index.php?option=com.content&task=view&id=5797&Itemid=67 – 47k –. Download : 4 Maret 2007.

 

__________. 2007. 16 Ribu Penduduk Terisolir Satu Desa WarganyaUrbanisasi.

http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?. Download : 11  Maret 2007.

 

__________. 2007. 2009 Tak Ada Daerah Terisolir di Papua.

       http://menkokesra.go.id/content/view/1184/39/. Download : 11 Maret 2007.

 

__________. 2007. Mendulang Uang di Kota, Daerah Pedalaman Krisis Dokter.

       http://www.fkmcpr.nl/?page=4851. Download : 11 Maret 2007.

 

__________. 2006. Bersaing dengan Missionaris. http://swaramuslim.net/FAKTA/.

Download : 11 Maret 2007.

 

___________. 2006. NTB Masih Terisolasi. http://www.suarantb.com/             2006/09/23/Tokoh/index.html. Download : 4 Maret 2007.

sistem transportasi darat, laut

BAB I

Pendahuluan

 

I.1 Latar Belakang Masalah

Dahulu saat belum mengenal alat transportasi yang praktis seperti sekarang, manusia membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sampai ke tujuannya. Jika daerah yang dijelajah adalah dataran yang luas, manusia akaan menggunakan tenaga hewan seperti kuda dan lain-lain, namun tetap saja waktu tempuhnya masih membutuhkan waktu yang lama. Jika daerah tujuannya terpisah dengan perairan, manusia menggunakan rakit atau perahu berlayar kecil agar sampai ke tujuannya. Dengan perahu yang mengandalkan tenaga angin,  ternyata waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tujuannya juga memakan waktu yang lama. Di masa lalu, transportasi begitu penting peranannya agar manusia bisa pergi ke tempat tujuannya atau membawa barang-barang untuk diperdagangkan dan begitu juga saat ini. Sifat manusia yang tidak pernah puas dan kebutuhan akan peningkatan kualitas transportasi membuat manusia berusaha untuk mengembangkan teknologi transportasi. Pada masa revolusi industri di Inggris, penemuan mesin uap oleh James Watt dikembangkan kembali dengan kreativitas yang menghasilkan peralatan yang makin memudahkan kehidupan manusia, seperti alat transportasi. Penemuan mesin uap melahirkan mesin penggerak kereta api, mobil, mesin penggerak kapal laut, bahkan pesawat terbang. Peralatan transportasi tersebut makin berkembang seiring berjalannya waktu yang meningkatkan efisiensi waktu tempuh, bahan bakar, kapasitas muatan, dan tingkat keamanannya. Alat transportasi menjadi sangat penting peranannya di era modern untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang makin kompleks.

Menyadari pentingnya transportasi, pemerintah memberi perhatian khusus pada sistem transportasi di negaranya. Kebutuhan akan perpindahan dan distribusi barang yang semakin kompleks membuat transportasi menjadi hal yang harus selalu dibenahi. Perpindahan dan distribusi barang sangat penting karena hal inilah yang membuat perekonomian masyarakat berjalan. Tanpa alat transportasi, suplai barang-barang kebutuhan akan terhambat yang pastinya dapat mengakibatkan kelaparan masal. Jika tidak ada angkutan, orang tidak dapat berpindah ke tempat lain sehingga dia tidak dapat bekerja di tempatnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan transportasi selalu berkembang seiring dengan waktu. Peningkatan kualitas transportasi yang dilihat dari kemampuan jarak jelajah, kenyamanan, tingkat harga, efisiensi waktu, dan standard keamanan dan keselamatan selalu menjadi hal yang diperhatikan oleh pemerintah. Pastinya setiap pemerintah di suatu negara memiliki keadaan dan kondisi sistem  transportasi yang berbeda-beda. Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan cara penanganan sistem transportasi dari negara lain, akan menjadi bahan input yang menarik untuk selanjutnya digunakan untuk mengembangkan sistem transportasi di tanah air sendiri. Makalah ini membahas perbandingan peran pemerintah di negara Arab Saudi, Malaysia, dan Indonesia dalam menangani sistem transportasi yang meliputi transportasi darat, laut, maupun udara. Diharapkan makalah ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk kemudian mengembangkan sistem transportasi Indonesia jika ada input yang cocok untuk pengembangan kualitas sistem transportasi di tanah air.

 

I.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sistem transportasi darat, laut, dan udara di Arab?
  2. Bagaimana sistem transportasi darat, laut, dan udara di Malaysia?
  3. Bagaimana sistem transportasi darat, laut, dan udara di Indonesia?
  4. Bagaimana perbandingan sistem transportasi antar ketiga negara tersebut?

 

I.3 Tujuan Penulisan

  1. Untuk menjelaskan kondisi sistem transportasi darat, laut, dan udara di Arab.
  2. Untuk menjelaskan kondisi sistem transportasi darat, laut, dan udara di Malaysia.
  3. Untuk menjelaskan kondisi sistem transportasi darat, laut, dan udara di Indonesia.
  4. Untuk membandingkan kondisi sistem transportasi antar ketiga negara tersebut.

 

I.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini, yakni pada Bab 1 Pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab 2 Kerangka Teori  Bab 3 Pembahasan terdiri atas konsep. Sedangkan pada Bab 4 merupakan penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.

 

I.5 Metode Penelitian

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka.

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

II.1 Pelayanan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian service dalam Oxford (2000) didefinisikan sebagai  “a system that provides something that the public needs, organized by the government or a private company”. Oleh karenanya, pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.[1]

Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapat beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu umum, masyarakat, dan negara. Public dalam pengertian umum atau masyarakat dapat kita temukan dalam istilah public offering (penawaran umum), public ownership (milik umum), dan public utility (perusahaan umum), public relations (hubungan masyarakat), public service (pelayanan masyarakat), public interest (kepentingan umum) dll. Sedangkan dalam pengertian negara salah satunya adalah public authorities(otoritas negara), public building (bangunan negara), public revenue (penerimaan negara) dan public sector (sektor negara)( Nurcholis.2005. hal. 175). Dalam hal ini, pelayanan publik merujukkan istilah publik lebih dekat pada pengertian masyarakat atau umum. Namun demikian pengertian publik  yang melekat pada pelayanan publik tidak sepenuhnya sama dan sebangun dengan pengertian masyarakat. Nurcholish (2005: 178) memberikan pengertian publik sebagai sejumlah orang yang mempunyai kebersamaa berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.[2]

Pengertian pelayanan publik didalam pasal 1 UU no.25 tahun 2009 dikatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara  dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik diberikan oleh pemerintah, seperti contohnya  Badan Usaha Milik Negara/Daerah.[3]

Dalam pemberian pelayanan publik, pemerintah harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam Widodo, 2001).

Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :

  1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;
  2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
  3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :
    1. Prosedur/tata cara pelayanan;
    2. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;
    3. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam             memberikan pelayanan;
    4. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
    5. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
  4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-      hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka      agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;
  5. Efisiensi, mengandung arti :
    1. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
    2. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
  6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
  7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
  8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani  yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.[4]

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.

 

II.2 Definisi Transportasi

Transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Transportasi seperti itu merupakan suatu jasa yang diberikan guna menolong barang atau orang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Menurut Setijowarno dan Frazila (2001) transportasi berarti suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang dan atau barang) dari satu tempat ke tempat yang lain, baik dengan atau tanpa sarana (kendaraan, pipa, dan lain-lain).[5] Menurut Miro (2005), Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mangangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana ditempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. [6]Transportasi merupakan suatu proses yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses dimaksud sesuai dengan waktu yang diinginkan. Sedangkan menurut Salim (2006), Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.Jadi bisa dikatakan kalau transportasi merupakan usaha mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.[7]

Adapun unsur yang membentuk makna transportasi ialah :[8]

  • Manusia yang membutuhkan
  • Barang yang dibutuhkan
  • Kendaraan sebagai alat/sarana
  • Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi
  • Organisasi (pengelola transportasi)

Kelima unsur ini mempunyai ciri-ciri tersendiri yang harus dipertimbangkan dalam menelaah masalah transportasi. Dalam hubungan ini perbaikan atau peningkatan transportasi terjadi bila terjadi perlakuan dan perbaikan pada salah satu atau lebih unsur-unsur tersebut.

Aspek-aspek transportasi (M. Abdulkadir, 1991):

  1. Pelaku, adalah orang yang melakukan transportasi. Pelaku ini ada yang berupa badan usaha seperti perusahaan pengangkutan/transportasi dan ada pula yang beupa manusia pribadi, seperti buruh pengangkutan.
  2. Alat transportasi/ pengangkutan, adalah alat yang digunakan untuk menyelenggarakan transportasi atau pengangkutan. Alat ini digerakkan secara mekanik dan memenuhi syarat undang-undang, seperti kendaraan bermotor, kapal laut, kapal udara, mobil Derek, dan lain-lain.
  3. Barang atau penumpang, yaitu muatan yang diangkut oleh alat transportasi tersebut.
  4. Perbuatan, yaitu kegiatan mengangkut barang atau penumpang sejak pemuatan sampai dengan penurunan di tempat yang ditentukan.
  5. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai barang atau penumpang (orang).
  6. Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba di tempat tujuan yang ditentukan dengan selamat, dan biaya pengangkutan lunas.

 

II.3 Peran Transportasi

  1. Ketersediaan Barang : Adanya transport membuat barang dapat dikirim pada pembeli (pasar),  biaya transport yang murah membuat barang –barang dapat dikirim kepada pembeli lain yang lebih jauh tempat tinggalnya
  2. Stabilitas Harga  : Transport / pergerakan barang membuat harga-harga barang menjadi stabil, peningkatan harga suatu barang dari satu tempat akan memuat barang serupa  datang dari tempat lain
  3. Nilai Tanah : Transport membuat barang-barang hasil produksi dapat dikirim ke pembeli, tanah menjadi produktif sehingga mempunyai harga bernilai, banyak tanah menjadi tidak produktif karena transport tidak tersedia.
  4. Transport dan Harga Barang : Transport  berpengaruh pada  biaya produksi  dan harga barang menjadi murah , penurunan biaya transport membuat harga barang turun barang sehingga bisa dikirim ke tempat yang lebih jauh lagi
  5. Kompetisi : Transport membuat barang- barang dapat dikirim /dijual, transport yang murah membuat barang dapat dikirim/ dijual ketempat yang lebih jauh lagi
  6. Urbanisasi : Perkembangan kota sangat tergantung pada transport, keterbatasan transportasi menghambat perkembangan kota.
  7. Transport dan Kegiatan Sosial :  Adanya transport membuat  kita dapat mengunjungi keluarga, tempat rekreasi, penurunan biaya transport akan membuat  kita dapat mengunjungi keluarga , tempat rekreasi yang lebih jauh lagi.

 

 

 

 

 

 

II. 4 Manfaat Transportasi

Menurut Warpani (1990) manfaat transportasi dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan masyarakat, yang dapat dikelompokkan dalam beberapa segi, yaitu segi ekonomi, segi sosial dan segi politik.[9]

  1. Manfaat Ekonomi

Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.

  1. Manfaat Sosial

Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya a) pelayanan untuk perorangan atau kelompok, b) pertukaran atau penyampaian informasi, c) Perjalanan untuk bersantai, d) Memendekkan jarak, e) Memencarkan penduduk.

  1. Manfaat Politis
    1. Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan nasional yang semakin kuat dan meniadakan isolasi.

 

  1. Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah suatu negara.

 

  1. Keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak dikehendaki mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien yang memudahkan mobilisasi segala daya (kemampuan dan ketahanan ) nasional, serta memungkinkan perpindahan pasukan-pasukan perang selama masa perang.

 

  1. Sistem pengangkutan yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan mengangkut penduduk dari daerah yang mengalami bencana ke tempat yang lebih aman.

 

  1. Manfaat Kewilayahan

Memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman.

 

 

 

II. 5 Jenis-jenis Transportasi

            Menurut Utomo, ada tiga jenis transportasi, yakni :[10]

  1. Transportasi darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi,kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-ekonomi.
  2. Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal,tongkang, perahu, rakit.
  3. Transportasi udara: pesawat terbang.

Transportasi udara dapat menjangkau tempat – tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

III.1     Transportasi di Arab Saudi, Malaysia, dan Indonesia.

 

Arab Saudi

Arab Saudi atau Saudi Arabia atau Kerajaan Arab Saudi adalah negara yang terletak di Jazirah Arab. Beriklim gurun dan wilayahnya sebagian besar terdiri atas gurun pasir dengan gurun pasir yang terbesar adalah Rub Al Khali. Orang Arab menyebut kata gurun pasir dengan kata sahara. Negara Arab Saudi berbatasan langsung (searah jarum jam dari arah utara) dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman, dan Laut Merah. Wilayah Arab Saudi terbagi atas 13 provinsi, yakni BahahHududusy Syamaliyah, Jauf, Madinah, Qasim, Riyadh, Syarqiyah, Arab Saudi (Provinsi Timur), ‘Asir, Ha’il, Jizan, Makkah, Najran, dan Tabuk.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1.1 Peta Negara Arab Saudi

Arab Saudi terletak di antara 15°LU – 32°LU dan antara 34°BT – 57°BT. Luas kawasannya adalah 2.240.000 km². Arab Saudi merangkumi empat perlima kawasan di Semenanjung Arab dan merupakan negara terbesar di Asia Timur Tengah. Permukaan terendah di sini ialah di Teluk Persia pada 0 m dan Jabal Sauda’ pada 3.133 m. Arab Saudi terkenal sebagai sebuah negara yang datar dan mempunyai banyak kawasan gurun.

Ibu kota dari Arab Saudi adalah Riyadh. Arab Saudi menggunakan sistem Kerajaan atau Monarki dimana pemerintahan di pimpin oleh Raja, yaitu Abdullah bin Abdulaziz al-Saud. Mata uang yang digunakan adalah riyal (SAR). Hukum yang digunakan adalah hukum syariat islam dengan berdasar pada pengamalan ajaran Islam berdasarkan pemahaman kaum wahhabi terhadap  Al-Quran dan Hadist. Memiliki hubungan internasional dengan negara negara lain baik negara negara Arab, negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam, maupun negara negara lain.

Pada tanggal 23 September 1932, Abdul Aziz bin Abdurrahman as-Sa’ud, dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sa‘ud, memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi atau Saudi Arabia (al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su‘udiyah) dengan menyatukan wilayah Riyadh, Najd (Nejed), Ha-a, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz kemudian menjadi raja pertama pada kerajaan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami, nama Saudi berasal dari kata nama keluarga Raja Abdul Aziz as-Sa’ud

Arab Saudi terkenal sebagai Negara kelahiran Nabi Muhammad SAW serta tumbuh dan berkembangnya agama Islam, sehingga pada benderanya terdapat dua kalimat syahadat yang berarti “Tidak ada tuhan (yang pantas) untuk disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah utusannya”.

 

  1. A.       Transportasi Arab Saudi

Pada saat berdirinya Kerajaan Arab Saudi modern pada tahun 1932, negara ini tidak memiliki sarana transportasi modern dan pelabuhan, dan kurang dari 30 mil jalan beraspal. Tetapi sekarang, Kerajaan memiliki jaringan transportasi jalan modern, transportasi darat, kereta api, udara, dan masyarakat transportasi laut. Negara ini juga dihubungkan oleh jaringan komunikasi canggih yang berfungsi sebagai dasar bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Selain itu, rencana pembangunan lima tahun difokuskan pada peningkatan infrastruktur transportasi Kerajaan , dan Arab Saudi saat ini telah memiliki salah satu jaringan transportasi nasional terbaik di dunia.

a.     Transportasi Darat

Transportasi darat di Arab Saudi terdiri dari bus, kereta, dan taxi

Saudi Public Transport Company (SAPTCO) 

Jaringan bus Saudi menyediakan transportasi yang terjangkau baik di dalam dan antara kota-kota di Arab. Jaringan transportasi bus dioperasikan oleh Saudi Public Transport Company (SAPTCO), terdiri dari 2.000 bus yang disediakan oleh SAPTCO. Transportasi bus masih dimonopoli oleh negara yaitu perusahaan SAPTCO, sementara jika terdapat private company, hanya diperuntukkan  untuk jasa penyewaan saja,seperti di Arab Saudi (by SAPTCO), Uni Emirat Arab (by RTA) dan Qatar (by KARWA).

Bus SAPTCO membawa setiap lebih dari 3 juta penumpang dalam kota-kota besar seperti Riyadh, Jeddah, Dammam, Madinah dan Mekah, dan ke kota-kota dan kota-kota di seluruh negara. SAPTCO menyediakan banyak layanan bagi masyarakat, yaitu :

  • Layanan untuk rute intracity
  • Layanan untuk rute intercity
  • Layanan untuk rute internasional
  • Layanan penyewaan
  • Layanan bus VIP
  • Layanan haji dan umroh

Rute intracity mencakup 10 kota besar yang meliputi Mekah, Madinah, Riyadh, Jeddah, Taif, Dammam, Abha, Gaseem, Tabuk dan Hael. Karena peran yang ditugaskan untuk perusahaan dalam bidang transportasi, untuk menekankan pentingnya layanan intracity di Mekkah dan mengalokasikan semua sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajibannya selama masa haji dan umrah karena merupakan satu-satunya perusahaan menyediakan jasa tersebut kepada standar yang dibutuhkan padahal dibeli, baru-baru ini, 300 bus Mercedes untuk meningkatkan layanannya.

SAPTCO’s Intercity link Layanan sebagian besar kota, kota dan desa-desa di seluruh Arab Saudi, tercatat sekitar empat juta penumpang setiap tahun rata-rata 579 perjalanan sehari-hari di bus modern, dilengkapi dengan baik. Pentingnya layanan seperti meningkat karena tarif ekonomis, dikembangkan dan ditingkatkan berarti, kualitasnya di samping keamanan dan kemampuan untuk mencapai 362 kota dan desa dalam Kerajaan.

Untuk mengatasi kebutuhan peningkatan, perusahaan meningkatkan kualitas layanan ini yang meliputi: peningkatan jumlah layanan, perjalanan ke tempat-tempat suci dan tempat-tempat wisata, meningkatkan fasilitas penumpang dan stasiun, memperbarui dan berkembang meja layanan untuk transit sesuai dengan penumpang ‘, meningkatkan tingkat komitmen untuk perjalanan yang tepat waktu.

Selain itu, jasa yang diberikan oleh SAPTCO adalah SAPTCO’s VIP Express. Layanan VIP menawarkan layanan kelas satu perjalanan melalui jalan darat. Layanan ini tersedia antara Riyadh dan Al-Khobar di Timur Propinsi dan juga antara Mekkah dan Madinah di Western Propinsi dan dari Bahrain. Jumlah penumpang VIP mencapai lebih dari 33.000 untuk tahun 2004.

SAPTCO juga menyediakan sepuluh rute internasional yang digunakan oleh hampir setengah juta wisatawan setiap tahunnya. Untuk rute internasional, Perusahaan memberikan jasa transportasi internasional untuk sepuluh negara-negara tetangga, yaitu UEA Bahrain, Qatar, Kuwait, Mesir, Suriah, Yordania, Yaman, Sudan dan Libanon.  Dikarenakan perjalanan ini merupakan rute internasional, yaitu dari negara Arab menuju negara lain, maka setiap penumpang diwajibkan untuk memiliki paspor.

Tidak hanya pelayanan dalam rute lokal dan internasioal, SAPTCO menyediakan pula pelayanan penyewaan bus untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau. SAPTCO sudah sering kali di sewakan bagi banyak departemen pemerintah Saudi, delegasi resmi, kedutaan besar asing, perusahaan swasta terkemuka, penyelenggara umrah dll.

Selain itu, SAPTCO mengoperasikan layanan bis khusus selama haji, ziarah tahunan ke situs suci Arab Saudi. Selama waktu ini, sebanyak 15.000 bus ekstra membawa peziarah ke dan dari Mekah.[11] SAPTCO memainkan peran penting dalam penyediaan jasa transportasi selama periode Haji dan Umrah. Perusahaan ini mengangkut banyak peziarah dari bandara dan pelabuhan untuk Mekkah dan Madinah. Ini juga mengangkut peziarah lokal dari berbagai kota Saudi ke Mekah dan Madinah dan tempat-tempat suci. Dalam rangka untuk memenuhi kewajibannya selama periode Haji perusahaan menggunakan semua sumber daya untuk menyediakan layanan yang lebih baik kepada para peziarah dan memungkinkan mereka untuk melakukan haji dengan mudah.

Untuk perjalanan rute lokal (intercity,intracity) maupun internasional, harga untuk anak-anak dibawah 2 tahun perjalanan gratis. Anak-anak yang berusia diantara 2-12, dan Penyandang Cacat, perjalanan dengan setengah harga. Selain itu, untuk satu orang pendamping penumpang cacat mendapatkan juga potongan setengah harga. Pelajar juga berhak mendapatkan potongan harga 50% jika memperlihatkan kartu Identifikasi Mahasiswa.  Diskon 24% tersedia untuk tiket pulang-pergi pada rute yang paling dibeli di terminal SAPTCO.tarif diskon lain yang tersedia dari waktu ke waktu.

Sedangkan untuk perjalanan VIP, perjalanan  dari Riyadh ke  Al Khobar: SR 90 (Rp 225.000,-)satu arah, dan SR 160 (Rp 400.000) untuk perjalanan pulang-pergi, Riyadh ke Bahrain: SR 150 (Rp 375.000) satu arah, dan SR 225 (Rp 562.500,-) untuk perjalanan pulang-pergi, Mekah ke Madinah: SR 80 (Rp 200.000,-)satu arah, dan SR 140 (Rp 350.000,-) untuk perjalanan pulang-pergi.

                       

SRO (Saudi Railways Organization)

Transportasi kereta api di Arab Saudi dikelola oleh Arab Saudi Railway Corporation (sekarang Saudi Railways Organization/SRO), yang menyediakan layanan pengiriman pada tiga jalur utama sebesar 1.018 km. SRO menghubungkan Riyadh dengan Teluk Persia pelabuhan Dammam[12] kereta penumpang SRO beroperasi antara Riyadh dan Dammam. Didirikan pada tahun 1976 (1396 AH) sebagai utilitas publik yang independen, diatur oleh sebuah dewan direksi, penumpang, telah menggunakan jalan lintas ini.

Kereta Api tetap menjadi sarana transportasi paling terbelakang di Kerajaan Saudi Arabia. Ada jarak yang sangat jauh untuk menutupi, dalam kondisi lingkungan yang sering merugikan, dan hal itu tak terelakkan bahwa layanan maskapai tampaknya menjadi lebih praktis modus transportasi ke negara melaksanakan program pembangunan utama pada paruh kedua abad kedua puluh.

SRO menyediakan layanan berupa pelayanan bagi penumpang antara Riyadh dan Dammam melalui Al-Ahsa dan Abqaiq, serta layanan kargo antara Riyadh dan Dammam, melalui Al-Kharj, Al-Ahsa, Abqaiq, Haradh dan Al-Tawdhihiyah. Terdapat 3 macam atau kelas kereta yang disediakan oleh SRO, yaitu :

  • Al-Rihab, yang paling mewah, penumpang kelas ini menikmati kursi empuk dan nyaman dan ruang yang lebih besar, selain untuk akses ke TV dan surat kabar.
  • Al-Taleaa adalah yang terbaik kedua dalam hal kemewahan, kenyamanan dan ruang kabin.
    • Al Qafela adalah kelas biasa.

Harga yang diberikan oleh SRO cukup terjangkau yaitu dari harga termurah 10 riyal (Rp 25.000,-)  hingga yang termahal 130 riyal (Rp 325.000,). Setiap penumpang harus menunjukkan kartu ID mereka untuk memverifikasi usia mereka. Untuk pelajar, diberikan potongan setengah harga dengan syarat memperlihatkan kartu pelajar terlebih dahulu, sedangkan anak-anak di bawah usia sepuluh tahun dan orang pikun tidak diizinkan untuk melakukan perjalanan tanpa didampingi.[13]

 

 

 

 

 

Tabel 3. Harga Perjalanan Kereta SRO

(Saudi Riyal )
Route Al-Rehab Class Al-Taleaa Class Al-Qafilah Class
Full Ticket Half Ticket Infant Full Ticket Half Ticket Infant Full Ticket Half Ticket Infant
Dammam – Abqaiq
Abqaiq – Dammam 
25 13 3 13 7 2 10 5 1
Dammam – Hufof
Hufof – Dammam
40 20 4 25 13 3 20 10 2
Dammam – Riyadh
Riyadh- Dammam
130 65 13 75 38 8 60 30 6
Abqaiq – Hufof
Hufof – Abqaiq
25 13 3 13 7 2 10 5 1
Abqaiq – Riyadh
Riyadh – Abqaiq
115 85 12 65 33 7 55 28 6
Hufof – Riyadh
Riyadh – Hufof
100 50 10 55 28 6 45 23 5

Sumber: http://www.saudirailways.org

 

                                Al Mashaaer Al Mugaddassah Metro Project

Al Mashaaer Al Mugaddassah Metro Project merupakan proyek pembangunan jalur metro 20km-panjang yang akan menghubungkan kota-kota     suci Mekah, Arafat, Muzdalifa dan Mina. Sebuah kontrak senilai $ 1.8 miliar untuk           proyek ini diberikan oleh pemerintah Arab Saudi pada bulan Februari 2009            kepada perusahaan yang dipimpin oleh China Railway Construction (CRCC). CRCC akan melaksanakan pembangunan infrastruktur, dan akan          mengintegrasikan berbagai sistem proyek.[14]

Proyek monorail di Mekah adalah salah satu dari banyak proyek yang dilakukan oleh Arab Saudi untuk memperluas jaringan kereta api untuk memenuhi kebutuhan transportasi dengan pertumbuhan populasi sekitar 25 juta dan untuk meningkatkan infrastruktur logistik kuno. Proyek ini akan membantu mengangkut sekitar 3,5 juta orang yang tiba di Mekah setiap tahunnya untuk melakukan Haji. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi lima juta di masa yang akan datang.[15]

Proyek ini diharapkan dapat memecahkan masalah kemacetan lalu lintas di kota suci selama periode Haji dan juga membantu dalam memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat di Arab Saudi. Masterplans disusun oleh MonoMetro menunjukkan bahwa lima monorel yang perlu dibangun untuk menangani aliran peziarah ke kota suci. Proyek ini akan membantu mengangkut sekitar 500.000 peziarah dalam enam sampai delapan jam. Ini juga akan membantu pengurangan sekitar 25.000 bus dari sekitar 70.000 armada yang digunakan untuk mengangkut peziarah.[16]

 

Taksi

Ada beberapa perusahaan taksi di Arab Saudi, seperti Dhahran taxi, Jeddah taxi, Medina taxi, dan Riyadh taxi.[17] Dalam penentuan tarif harga dalam menggunakan taksi, tidak ada tarif atau argo jika ingin menggunakan taksi. Jadi untuk menentukan harga taksi, ditentukan dari harga setelah tawar-menawar antara pengguna taksi dan supir taksi.

 

b.   Transportasi Udara

Maskapai penerbangan nasional Arab Saudi, Saudi Arabian Airlines (SAA), dimulai pada tahun 1945. Maskapai ini sekarang memiliki sekitar 140 armada pesawat dengan penerbangan ke kota di Arab Saudi dan di seluruh dunia. Saudi Arabian Airlines terus mengembangkan armada, belum lama SAA membeli 15 pesawat regional dari perusahaan Brasil Embraer.Saudi Arabian Airlines mengangkut sekitar 15 juta penumpang per tahun, sepertiga dari mereka penerbangan internasional.

Arab Saudi Airlines telah melakukan perjalanan jauh untuk memodernisasi armadanya. Hal ini dilakukan setelah melakukan studi komprehensif untuk persyaratan penerbangan yang meliputi; baik panjang dan kebutuhan operasional jangka pendek, menentukan jenis pesawat yang optimal, dan analisis beberapa faktor operasional seperti; kejauhan, jumlah penumpang, jumlah penerbangan , persaingan dan akhirnya baik regional dan internasional. Rencana modernisasi termasuk memperoleh 50 pesawat Airbus320, di samping pembelian dan sewa 12 pesawat baru Boeing787. Maskapai ini akan mendapatkan pesawat lain Airbus330 ukuran 8 lebar dengan kapasitas penumpang 320. Pengiriman pengiriman pertama akan dalam waktu dekat, yang akan membawa jumlah pesawat dalam armadanya menjadi 70 pesawat.[18]

SAA menyediakan pelayanan dalam 3 kelas, yaitu kelas ekonomi (business class), kelas tamu (guest class) dan kelas eksekutif (first class). Kepuasan pelanggan adalah prioritas utama baik di udara dan di darat, dimulai dengan pemesanan, check-in, boarding, in-flight service, deplaning, penanganan bagasi dan bantuan pada saat kedatangan.

Kondisi maskapai Saudi Arabian Airlines (penumpng, kargo, dan bagasi) mengikuti pada peraturan dan batasan yang berkaitan dengan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Konvensi Warsawa sebagaimana telah diubah dengan Protokol Den Haag. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kondisi Saudi Arabian Airlines yang nyaman dan bersih, maka perusahaan mengenakan tarif yang berdasarkan ketentuan yang terdapat di dalam tiket penumpang.[19]

Harga dalam menggunakan perjalanan SAA ditentukan oleh seberapa jauh perjalanan dari daerah asal dan juga ditentukan oleh pilihan kelas yang dipilih. Semakin tinggi tingkat kelas, semakin tinggi harga tiket, dan semakin baik pula pelayanan yang diberikan.

Bandar Udara di Arab Saudi terdiri dari 3 macam bandara, yaitu bandara internasional, regional dan domestik.  Bandara internasional Arab Saudi terletak di 4 kota, Dammam (King Fahd International Airport), Jeddah (King Abdulaziz International Airport), Riyadh (King Khalid International Airport), dan Madinah (Prince Mohammad bin Abdulaziz International Airport). Sedangkan bandara regional tersebar di enam kota dan bandara domestik tersebar di 26 kota.

King Fahd International Airport terletak di Dammam, Arab Saudi. Bandara Raja Fahd merupakan bandar udara terbesar di dunia dengan area seluas 780 km² (301 mi²), melebihi Bandar Udara Internasional Montreal-Mirabel di Kanada dengan area seluas 356 km² (137 mi²). Bandara ini memiliki 6 lantai dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan seperti pada lantai satu terdapat tempat parkir bus, lantai ini terletak di bawah tanah. Lantai dua merupakan penghubung antara terminal dan parkir mobil dan rumah klinik Departemen Kesehatan. Lantai tiga terdapat pelayanan Bea dan Imigrasi untuk penumpang yang  baru saja tiba melalui gerbang tertentu dan bagi mereka tiba dengan bus bandara dari pesawat. Lantai empat merupakan area sebagai penghubung antara pesawat dan kedatangan & tingkat keberangkatan, lantai ini terdapat ruang tunggu untuk penumpang domestik. Lantai lima merupakan area proses keberangkatan dan check-in counter. Sedangkan lantai enam dimana merupakan lantai teratas merupakan area  kantor administrasi bandara, selain itu terdapat pula balkon yang dirancang untuk memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan dari pesawat lepas landas dan pendaratan, dilantai ini juga terdapat kafetaria untuk karyawan, perpustakaan dan ruang presentasi.[20]Selain itu, terdapat pula masjid untuk fasilitas beribadah.

King Abdulaziz International Airport merupakan bandara yang pertama kali dibentuk oleh kerajaan Arab Saudi untuk dijadikannya bandara internasional pertama di Arab Saudi.  Awalnya pembangunan bandara ini dikelola oleh pemerintah/kerajaan Arab Saudi, tetapi sejalan dengan perbaikan bandara ini, maka pemerintah mengembangkan sektor bandara secara komersial melalui pengenalan kompetisi dan meningkatkan partisipasi sektor swasta.[21] Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memberikan kewengangan terhadap General Authority of Civil Aviation (GACA) dalam mengelola pengembangan dan renovasi bandara ini. Maka, GACA bekerja sama dengan Netherland Airport Consultant dalam pengembangan bandara King Abdulaziz atas kerjasama sistem public private partnership. King Abdulaziz International Airport ini memiliki terminal khusus untuk haji dan the royal terminal dimana merupakan untuk penggunaan eksklusif Raja Arab Saudi, anggota lain dari keluarga kerajaan, dan tamu pribadi mereka, termasuk mengunjungi Kepala Negara.[22]

King Khalid International Airport terletak di Riyadh, Saudi Arabia. Bandar udara ini menempati area perkiraan 225 kilometer persegi dan mencakup semua utilitas utama dan fasilitas bandara seperti pusat perbelanjaan, paviliun kerajaan, bangunan kargo udara, kantor pos, bangunan swasta penerbangan, masjid, menara kontrol , tempat penerbangan berisi dua jalur lepas-landa masing-masing sejajar berukuran 4.200 meter, di samping bagian-bagian tanah dan ruang parkir pesawat. Bangunan-bangunan perangkat bandara meliputi: kompleks pemerintahan pusat, kompleks keselamatan publik, stasiun utama pemadam kebakaran, pemadam kebakaran stasiun cabang dua, bangunan komunikasi, pusat meteorologi, pasokan dan bangunan dapur pusat, jasa tanah pemeliharaan peralatan workshop, pemeliharaan utilitas bagian rumit dan kompleks perumahan untuk staf bandara.[23]

Prince Mohammad bin Abdulaziz International Airport sejak pembukaannya di tahun 1972 (1392 H) terletak Utara-Timur Al-Madinah Al-Munawwarah pada jarak 15 km dari pusat kota. Bandar udara ini menyaksikan sebuah ekspansi yang terus meningkat dan program pembangunan berkelanjutan sejak berdirinya dan sampai sampai saat ini adalah menerima peziarah dan pengunjung Masjid Nabi. Pentingnya Al Madinah Bandaratelah berasal dari pentingnya Kota Suci Al-Madinah. Karena salah satu bandara yang paling penting di dalam Kerajaan, untuk mengubah Bandara Madinah dari Bandara Domestik menjadi Bandara Internasional dengan mempertimbangkan pentingnya peran transportasi udara yang bermain dalam memberikan pelayanan kepada para peziarah dan pengunjung Masjid Nabi.

 

c.      Transportasi Laut

Karena Arab Saudi bukan merupakan negara kepulauan, maka di Arab Saudi Saudi tidak terdapat perusahaan yang secara khusus menyediakan alat transportasi laut bagi masyarakat yang ingin bepergian melalui jalur laut. Tetapi, Arab Saudi memberikan pelayanan jasa dalam hal pengangkutan kargo yang dijalankan oleh United Arab Shipping Company.

Saudi Port Authority merupakan badan pemerintah yang mengawasi pelabuhan di Arab Saudi . Didirikan pada 1976 sebagai lembaga independen Perdana Menteri kantor, untuk membawa bersama-sama pemerintahan dan operasi dari beberapa pelabuhan di negara itu didalam satu lembaga. Seiring dengan pelaksanaannya dari pelabuhan itu, pelabuhan didelegasikan oleh kontrak pemerintah untuk pelabuhan khusus bagi perusahaan swasta.[24]

Arab Saudi memiliki 21 pelabuhan modern yang memfasilitasi perkembangan industri. Pelabuhan Saudi memindahkan beberapa dua juta kaki setara unit-dua puluh (TEUs) per tahun. Sekitar 12.000 kapal mengunjungi pelabuhan Saudi setiap tahunnya, sebanyak satu kapal setiap 30 menit. Pelabuhan yang dioperasikan oleh Saudi Ports Authority, yang memasok peralatan dan tiang-tiang bangunan. Pemeliharaan disediakan sebagian besar oleh perusahaan swasta.

Lebih dari setengah dari itu laut Arab Saudi lalu lintas melewati Pelabuhan Islam Jeddah, salah satu pelabuhan utama di Timur Tengah dan titik awal bagi peziarah. Fasilitas pelabuhan baru di Kota Industri Yanbu di Laut Merah meningkatkan efisiensi ekspor petrokimia. Pelabuhan utama lainnya berada di Dammam, Jizan dan Jubail.

Pelabuhan untuk kapal nelayan dan kargo kecil juga telah dibangun atau ditingkatkan, dan pada akhir 1990-an perusahaan jasa pariwisata swasta mendirikan hydrofoil (sayap yang berjalan diatas air)  untuk menghubungkan Jeddah dengan pusat-pusat industri dan beberapa kota di sepanjang Laut Merah.

Terdapat pelayanan yang diberikan Saudi Ports Authority, yaitu seperti tempat berlabuh, terminal khusus, peralatan yang disediakan, perbaikan kapal, mercusuar dan bantuan navigasi, serta terminal penumpang. Tempat berlabuh didistribusikan antara delapan pelabuhan komersial dan industri yang ada, masing-masing, 183 dan 46 tempat berlabuh dari berbagai jenis, konstruksi dan tujuan. Tanggung jawab utama untuk pengelolaan dan operasi dari Laut Merah dan Teluk Arab pelabuhan dan tempat berlabuh, jaringan tersebut terbesar di Timur Tengah, terletak pada Saudi Port Authority, yang berkantor pusat di Riyadh.

Selain itu, Pelabuhan Arab Saudi terbagi menjadi beberapa terminal independen atau terminal khusus. Ada terminal terpisah untuk menangani kontainer, kargo umum, kargo membeku dan dingin, kargo curah, kapal Ro-Ro, dan ternak dan selanjutnya ke daerah operasional terminal, peralatan, gudang, workshop, dan meter terbuka. Spesialisasi dalam pekerjaan ini telah mengakibatkan peningkatan produktivitas dan penghematan biaya operasi, sedangkan memberikan pelayanan yang lebih baik. Saudi Port Authority juga memfasilitasi partisipasi sektor swasta dalam pengelolaan dan pengoperasian pelabuhan karena setiap terminal dijalankan secara independen oleh keahlian bidangnya.[25]

Pelayanan dalam bidang peralatan, Saudi Port Authority telah memberikan prioritas tinggi untuk mekanisasi dengan menyediakan lebih dari 3500 unit peralatan yang memungkinkan pelabuhan untuk menangani semua jenis kapal kargo dan menawarkan semua jasa untuk semua jenis kapal. Hal ini adalah salah satu faktor utama di balik keberhasilan pelabuhan selama 22 tahun terakhir dalam menangani lebih dari satu miliar ton kargo. Sejak modernisasi peralatan secara langsung terkait dengan peningkatan produktivitas dan penurunan biaya pemeliharaan, Saudi Port Authority telah menempatkan program-program yang sedang berjalan untuk mengembangkan peralatan pelabuhan berkala.[26]

Mercusuar di pelabuhan Arab Saudi merupakan menara kontrol laut yang telah dibangun di semua pelabuhan dengan standar internasional terbaik, untuk menjamin navigasi laut palung aman. Ada juga jaringan yang komprehensif bantuan navigasi untuk mengarahkan lalu lintas masuk dan keluar dari pelabuhan Saudi, dan untuk menandai saluran dan bahaya di perairan Saudi. Terdapat sekitar 633 alat bantu navigasi, dimana 72% adalah tenaga surya. Mercusuar yang ada dipelihara secara berkala oleh dua kapal yang didedikasikan untuk tujuan ini. Satu melayani pantai Laut Merah, sementara yang lain beroperasi di Teluk. Alat bantu navigasi ini telah membantu mempertahankan tingkat tinggi di pelabuhan yang aman bagi navigasi Saudi dan perairan daerah. Mercusuar juga membantu kapal untuk menavigasi ke dan dari pelabuhan Saudi sepanjang jam sepanjang tahun, sehingga menurunkan harga barang. Hal ini memiliki efek positif di harga barang di pasar lokal dan ekspor nasional. Karena pengalaman Saudi Port Authority dan prestasi di bidang keselamatan navigasi, Kerajaan Arab Saudi telah terpilih kembali untuk kelima kalinya sebagai anggota Komite Eksekutif Asosiasi Internasional Lighthouses Authorities (IALA).[27]

Sementara pelayanan bagi penumpang kapal, Saudi Port Authority memberikan prioritas tinggi untuk layanan penumpang, terutama jamaah haji. Telah dibangun dua terminal lengkap, yaitu terminal di pelabuhan Jeddah Islam, dan pelabuhan Dhiba. Lebih dari satu juta penumpang terdapat di kedua pelabuhan tersebut setiap tahunnya.[28]

 

Malaysia

Malaysia merupakan sebuah Negara Bangsa yang terdiri daripada Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak. Ia meliputi 13 buah Negeri (Perlis, Kedah, Pulau Pinang, Perak, Selangor, Negeri Sembilan, Pahang, Melaka, Johor, Kelantan, Terengganu, Sabah dan Sarawak) dan 1 Kerajaan Persekutuan yang terdiri dari 3 buah Wilayah (Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan Labuan dan Wilayah Persekutuan Putrajaya).

 

 

Malaysia terletak berhampiran dengan Garisan Khatulistiwa iaitu Garisan Lintang 2º dan 7º Utara dan Garisan Bujur 100º dan 119ºTimur. Keluasan Malaysia meliputi 329, 961.22 kilometer persegi. Semenanjung Malaysia sahaja meliputi seluas 131,598 kilometer persegi, manakala, Sabah dan Sarawak adalah 198, 069.61 kilometer persegi.

Semenanjung Malaysia bersebelahan dengan Negara Thailand (utara), Singapura (selatan), Sarawak bersebelahan dengan Negara Brunei Darussalam dan Sabah bersebelahan dengan Filipina. Laut China Selatan seluas 531.1 kilometer persegi memisahkan Semenanjung Malaysia dengan Sabah dan Sarawak, Selat Melaka memisahkan Semenanjung dengan Sumatera, Indonesia dan Selat Teberau memisahkan Malaysia dengan Singapura.

Malaysia adalah negara berpenduduk terbanyak ke-43 dan negara dengan daratan terluas ke-66 di dunia dengan jumlah penduduk kira-kira 27 juta dan luas wilayah melebihi 320.000 km2 . Kuala Lumpur adalah ibukota resmi dan kota terbesar di Malaysia. Disahkan sebagai Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dan Pusat Administrasi Persekutuan pada tanggal 1 Februari 1974. Kuala Lumpur mempunyai keluasan 243.65 kilometer persegi dan mempunyai 11 kawasan Parlimen.[29]

Malaysia merupakan negara federal dengan pemerintahan pusat berada di Kuala Lumpur, kemudian ada negara-negara bagian. Kepala negara Malaysia adalah seorang raja yang diangkat oleh dewan raja, yakni raja yang berkuasa untuk periode 5 tahun. Kedudukan raja yang disebut dengan nama “Yang Dipertoan Agung” ini bersifat seremonial dan untuk upacara-upacara saja. Meskipun demikian, atas usul Perdana Menteri, “ Yang Dipertoan Agung” dapat membubarkan parlemen. Badan legislatif  Malaysia terdiri dari dua kamar, yakni Dewan Rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum dengan sistem distrik, dan Dewan Negara (senat) yang dipilih oleh parlemen negara bagian dan ditunjuk oleh raja. Dewan rakyat memiliki wewenang legislatif dan dipilih untuk masa tugas 5 tahun. Dewan negara tidak memiliki banyak wewenang yang signifikan.

Sementara itu, kekuasaan eksekutif sehari-hari berada di tangan seorang Perdana Menteri yang merupakan salah satu anggota Dewan Rakyat yang ditunjuk parlemen menjadi Perdana Menteri. Dalam melakukan tugasnya, Perdana Menteri bertanggung jawab kepada Parlemen.

  1. A.       Transportasi di Malaysia

Keberadaan transportasi sangat penting dalam menunjang kehidupan masyarakat modern yang menginginkan segalanya serba cepat. Dengan adanya alat transportasi yang memadai,  masyarakat dapat menghemat waktu dan tenaga ketika melakukan perjalanan, baik perjalanan antar kota maupun antar negara. Pemerintah Malaysia juga menyadari akan pentingnya tranportasi dalam kehidupan masyarakat negaranya. Oleh karena itu, Pemerintah Malaysia memberi perhatian lebih dalam pembangunan transportasi di negaranya. Alat tranportasi sendiri terbagi menjadi tiga kelompok, yakni transportasi darat, laut, dan udara.

  1. Transportasi Darat

Bentuk-bentuk transportasi darat yang ada di Malaysia adalah Bus, Taxi, dan Kereta Api. Namun, yang paling banyak digunakan ialah Bus dan Taxi.

 

Bus

Bus merupakan jenis transportasi yang paling banyak diminati oleh para wisatawan atau para penduduk Malaysia karena merupakan alat transportasi yang paling murah untuk berpergian antar negara bagian atau untuk pergi ke pusat-pusat kota. Biasanya ada dua jenis terminal bus yang ada di tiap-tiap kota utama, yakni untuk bus ekspress dan untuk bus local. Untuk bus ekspress, semuanya dilengkapi dengan Air Conditioner, terdiri dari dua macam kelas, yakni kelas ekonomi dan kelas eksekutif. Kelas ekonomi dilengkapi dengan 40 tempat duduk tiap busnya sedangkan bus kelas eksekutif hanya memiliki 24 tempat duduk tiap busnya. Local Bus melayani perjalanan antar kota namun biasanya hanya dalam ruang lingkup satu negara bagian. Bus local merupakan bus dengan tarif termurah dengan tarif per kilometernya telah ditetapkan oleh pemerintah.  Jenis bus lainnya adalah mini bus , yang mana tarif yang dikenakan untuk setiap rute sama yaitu sebesar 60 sen.

Tidak semua bus yang ada di Malaysia disediakan oleh pemerintah, namun pihak swasta juga banyak ikut terlibat dalam penyediaan jasa transportasi ini. Beberapa penyedia layanan jasa transportasi yang ada di Malaysia antara lain Rapid KL, Cityliner, Len Seng, Megacoach, Metrobus, Selangor Omnibus, SJ Bus, Sri Indah/RM Transport, Transnasional, dan Triton. Rapid KL yang merupakan singkatan dari Rangkaian Pengangkutan Integrasi Deras Sdn Bhd merupakan perusahaan milik negara yang didirikan pada tahun 2004.

 

 

Taxi

Selain bus, transportasi lain yang paling diminati ialah taxi. Ada dua jenis taxi di Malaysia, yaitu city taxi dan interstate taxi. Dalam menetapkan tarif, city taxi menggunakan argo. Untuk setiap dua kilometer pertama dihargai RM 1.50 dan 10 sen untuk setiap 200m setelahnya. Di Kuala Lumpur taxi biasanya berwarna kuning hitam atau yang terbaru ialah berwarna merah putih. Untuk mengangkut penumpang yang lebih banyak, di Malaysia tersedia taxi yang berbentuk mini van. Akan tetapi tarif yang dikenakan untuk taxi model ini lebih mahal dibandingkan taxi dengan model biasa -sedan-.

Interstate taxi merupakan taxi yang biasa digunakan untuk berpergian dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya. Tarif yang dikenakan untuk taxi jenis ini ialah tetap, karena taxi ini tidak menggunakan argo dalam penetapan tarifnya. Oleh karena itu, biasanya sebelum menggunakan jasa angkutan taxi, penumpang terlebih dulu menanyakan tarif yang harus dikeluarkan untuk mencapai  tujuan yang diinginkan.

 

Kereta

Sistem perkeretaapian di Malaysia terdiri atas light rail transit (LRT), monorail, kereta komuter, KLIA Ekspress dan KLIA Transit, serta funicular railway line.

           

  • LRT (Light Rail Transit)

Terdapat tiga jalur LRT di Malaysia. LRT yang pertama ialah STAR LRT sepanjang 27km yang memiliki dua jalur, yaitu Jalur Ampang dan Jalur Petaling. Jalur Ampang menghubungkan antara Sentul Timur dengan Ampang di Kuala Lumpur bagian Utara. Jalur Sri Petaling menghubungkan antara Sentul Timur dengan Sri Petaling di Kuala Lumpur bagian Selatan. STAR LRT dengan dua jalur ini memiliki 25 stasiun. PUTRA LRT atau Jalur Kelana Jaya membentang sepanjang 29km dan merupakan kereta sistem otomatis terpanjang ketiga di dunia. Jalur ini menghubungkan antara Terminal Putra di Gombak dengan Terminal Kelana Jaya di Petaling Jaya. Jalur ini memiliki 24 stasiun.  LRT yang ketiga ialah LRT yang ada di dalam Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang digunakan untuk mengangkut penumpang pesawat di Bandara KLIA dari Gedung Terminal Utama ke Gedung Satelit. LRT di KLIA ini biasa disebut “Aerotrain”, dengan rel sepanjang 1286m. Setiap kereta memiliki 3 gerbong yang digerakkan secara otomatis.

  • Monorail

Monorail di Kuala Lumpur menghubungkan antara Titiwangsa dengan Central Kuala Lumpur. Jalur monorail ini memiliki panjang 8.6km, memiliki 11 stasiun pemberhentian yang masing-masing berjarak antara 0.45 sampai 1.1 kilometer. Tiap jalur memiliki dua parallel rel hamper selama perjalanan kecuali ketika akan memasuki stasiun pemberhentian terakhir, kedua rel tersebut bergabung menjadi satu rel. Sistem ini menggunakan dua gerbong kereta untuk tiap rangkaian kereta yang mana merupakan asli buatan Malaysia. Transportasi kereta monorail ini dioperasikan oleh KL Monorail Sdn Bhd.

  • Kereta Commuter

KTM Komuter merupakan kereta listrik komuter yang dikelola oleh PT. Kereta Tanah Melayu. Hal ini pertama kali di perkenalkan pada tahun 1995 di Kuala Lumpur, sehingga masyarakat dapat berpergian tanpa harus terjebak macet. Kereta ini dilengkapi dengan air-conditioned. Jumlah penumpang layanan kereta ini setiap tahunnya ialahh sebanyak 36.557 juta orang. Jalur kereta KTM komuter ini ialah Sentul Pelabuhan Klang Route dan Rawang- Seremban Route.

  • KLIA Ekspress dan KLIA Transit

KLIA Ekspress dan KLIA Transit KLIA dikelola oleh Ekspress Rail Link Sdn Bhd (ERL). Ekspress dan KLIA Transit merupakan kereta api yang menghubungkan antara Kuala Lumpur Sentral (KL Sentral) dengan Kuala Lumpur International Airport (KLIA), namun bedanya ialah KLIA Ekspress merupakan kereta tanpa pemberhentian selama perjalanan antara KL Sentral dengan KLIA, sedangkan KLIA Transit selalu berhenti di setiap stasiun yang dilewati selama perjalanan dari KL Sentral ke KLIA. Tiga stasiun pemberhentian tersebut yaitu Bandar Tasik Selatan, Cyberjaya/Putrajaya, dan Salak Tinggi.

Tarif yang dikenakan dalam menggunakan KLIA Ekspress ialah RM35. Berbeda halnya dengan KL Sentral dimana pengenaan tarif disesuaikan dengan jarak yang ditempuh. Namun tarif untuk perjalanan antara KL Sentral-KLIA dan KLIA-KL Sentral sama dengan tarif yang dikenakan jika menggunakan KLIA-Ekspress yaitu RM35. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel di bawah ini:

Tarif Ekspress Rail Link

One Way Fares

KL Sentral

Bandar Tasik Selatan

Cyberjaya/Putrajaya

Salak Tinggi

KLIA

KL Sentral

RM4.20

RM9.50

RM12.50

RM35.00

Bandar Tasik Selatan

RM4.20

RM5.30

RM8.30

RM26.50

Putrajaya/Cyberjaya

RM9.50

RM5.30

RM3.00

RM6.20

Salak Tinggi

RM12.50

RM8.30

RM3.00

RM3.20

KLIA

RM35.00

RM26.50

RM6.20

RM3.20

 

  • Funicular Railway

Merupakan kereta yang digunakan pada daerah berbukit karena kemampuannya untuk bergerak naik dan turun pada lereng yang curam. Di Malaysia, kereta funicular ini baru terdapat di Penang yang diberi nama Penang Hill Railway. Kereta in digunakan untuk menaiki lembah Penang dari Air Itam, dekat Kota George di Pulau Penang, Malaysia. Perjalanan ini hanya memakan waktu sekitar setengah jam.

 

b.    Transportasi Udara

Perusahaan penerbangan yang ada di Malaysia antara lain Malaysia Airlines, Air Asia,  Berjaya Air, FireFly dan MASwings. Malaysia Airlines merupakan perusahaan penerbangan nasional utama yang ada di Malaysia dengan semua penerbangan berangkat dari Malaysia. Berjaya Air merupakan perusahaan penerbangan untuk pesawat-pesawat kecil yang biasa di gunakan sebagai pesawat sewaan. Air Asia merupakan salah satu perusahaan penerbangan yang paling popular dikarenakan harga tiket yang terjangkau. Selain melayani penerbangan domestik, Air Asia juga melayani rute perjalanan ke beberapa negara lainnya seperti Indonesia, Thailand, Australia, China dan Singapura.

Malaysia memiliki enam bandara internasional, masing-masing di Kuala Lumpur, Kota Kinabalu, Penang, Langkawi, Kuching, dan Johor Baru. Di Kuala Lumpur sendiri memiliki dua bandara, yaitu Kuala Lumpur International Airport (KLIA) dan Low Cost Carrier International (LCCT). Letak kedua bandara ini tidak begitu jauh, yakni sekitar 20 km dari KLIA Main Terminal Building (MTB). Hal tersebut terlihat pada gambar berikut:

 

  1. 1.      Kuala Lumpur International Airport (KLIA)

KLIA merupakan bandara dengan areal yang cukup besar dengan beragam toko dan layanan lainnya. Kuala Lumpur International Airport (KLIA) merupakan bandara utama yang terletak 34 mil sebelah selatan ibukota dan merupakan titik masuk utama pengunjung luar negeri. Lebih dari 20 miliar penumpang melalui bandara ini setiap tahunnya dan rute yang tersedia juga termasuk penerbangan ke kota-kota yang ada di Eropa, Amerika Utara, Afrika dan Australia. Bandara ini terpilih sebagai bandara terbaik dunia selama dua tahun berturut-turut karena bandara ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:[30]

  1. Airline Lounges

Fasilitas di Airline Lounge termasuk makanan kecil dan minuman gratis serta majalah dan surat kabar, TV, tempat duduk yang nyaman serta layar informasi penerbangan. Beberapa lounge juga menawarkan fasilitas untuk bisnis seperti telepon, mesin faks, domputer dan akses internet.

Terdapat enam Airline Lounges dalam bandara ini, dimana tiap lounge dibedakan berdasarkan asal negara penumpangnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di table berikut :

 

AIRLINE LOUNGE LOCATION GUEST
MAS GOLDEN Lounge West Wing (C1-C6), Mezzanine Level for Malaysia Airlines passengers only*
Contact Pier Domestic
Contact Pier International
Royal Orchid Lounge North Wing (C11-17), Mezzanine Level for Thai Airways passengers only*
Cathay Pacific Lounge East Wing (C21-C27), Mezzanine Level for Cathay Pacific passengers only*
Silver Kriss Lounge North Wing (C11-17), Mezzanine Level for Singapore Airlines passengers only*
Emirates Lounge East Wing (C21-C27), Mezzanine Level for Emirates Airlines passengers only*
Dynasty Lounge South Wing (C31-37), Mezzanine Level for China Airlines passengers only*
* Terms & conditions apply.

 

  1.  Payphones

KLIA juga dilengkapi dengan telepon-telepon umum yang ditempatkan di tempat strategis sehingga mudah dijangkau oleh para penumpang.

  1. Baggage Wrapping & Strapping

KLIA juga memberikan service lain berupa jasa pembungkusan koper-koper. Biaya yang dikenakan untuk pembungkusan tiap koper adalah sebesar 7RM.

  1. KLIA TV

Untuk menghibur para penumpang agar tidak bosan dalam menunggu waktu penerbangannya, KLIA menyediakan beberapa TV yang dipasang di seluruh sudut bandara.

  1. Trolleys

Trolley-trolley ini disediakan dengan tujuan memudahkan para penumpang dalam membawa barang-barang bawaannya.

  1. Prayer and silent room

Prayer room atau ruang ibadah yang diberi nama SURAU ini diperuntukkan bagi umat muslim untuk menjalankan shalat lima waktu. Silent room diperuntukkan bagi penumpang yang ingin menghabiskan waktu untuk meditasi.

  1. Facilities for the disabled

Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh KLIA cukup bersahabat bagi orang-orang cacat dan mereka yang membutuhkan bantuan khusus. Semua terminal menyediakan lift, toilet, telepon dan fasilitas lainnya yang mudah diakses untuk kenyamanan semua pengguna.

  1. Restrooms

Toilet tersedia di setiap lantai sehingga mudah dijangkau oleh para penumpang.

  1. Nurseries

Bagi para penumpang yang membawa anak-anak mereka, terdapat fasilitas nursery yang dilengkapi dengan tempat tidur, kursi, serta wastafel untuk mengganti popok anak mereka.

  1. Auto Teller Machines (ATM)

KLIA menyediakan cukup banyak ATM untuk memudahkan para penumpang yang ingin mengambil uang tunai.

  1. Bureau de Change

Untuk memudahkan para penumpang yang ingin menukarkan mata uangnya, KLIA menyediakan delapan lokasi penukaran mata uang asing, yakni Maybank (near Cafe Marche restaurant), RHB (next to Watch Shoppe), Maybank (before the baggage reclaim area), CIMB (before the baggage reclaim area), RHB (after the baggage clearance at International Arrival), CIMB (for arrival, before the Immigration counters), CIMB (Centre Hub heading to North Wing),  Maybank dan RHB (Centre Hub heading to South Wing) .

  1. Smoking lounges

Merokok dalam bandara tidak diizinkan, akan tetapi demi memenuhi kebutuhan para penumpang yang ingin merokok, KLIA menyediakan ruang untuk merokok, sehingga para perokok terpenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu penumpang lain yang tidak merokok.

Selain fasilitas-fasilitas yang disebutkan diatas, KLIA juga memberikan berbagai pelayanan lainnya seperti penyediaan kios pelayanan individu. Dengan adanya pelayanan ini, para penumpang dapat menikmati waktu sebelum penerbangan. Ada tiga pelayanan yang disediakan, yakni Internet Kiosk, Multimedia Kiosk, Mode of Payment. Dalam Internet Kiosk, para penumpang dapat menikmati layanan internet secara gratis sembari menunggu waktu penerbangannya. Multimedia Kiosk memberikan beberapa pelayanan seperti layanan telepon, akses internet, informasi tentang Malaysia, Petunjuk interaktif, directory platform, entertaintment platform, layanan pembelian tiket secara online, Isi ulang kartu pra-bayar, dan pembayaran tagihan. Kios ketiga ialah Mode of Payment, dalam pembayaran tiket penerbangan, pembeli diberikan tiga cara, yaitu dengan cash, credit cards, dan coins. Pelayanan lainnya ialah terdapatnya klinik dan farmasi, bank, serta restaurant .[31] KLIA juga menyediakan beragam fasilitas untuk memudahkan penumpang dalam menggunakan alat transportasi lainnya seperti adanya:

  1. rental mobil,
  2. bus-bus yang mengantar penumpang ke Kuala Lumpur Sentral Station,
  3. airport taxi

menyediakan pelayanan taxi dan limo dari KLIA ke tempat-tempat tujuan di Kuala Lumpur dan Selangor. Ada empat tipe taxi yang disediakan, seperti yang terlihat dalam table berikut:

 

Type of Taxi/Limo

Model

Capacity

Budget taxi Proton Wira 3 passengers only
Premier Limo Perdana – V6 4 passengers only
Super Luxury Mercedes E240 3 / 4 passengers only
Jaguar S-type
Family Service Kia Pregio Van 8 passengers only

 

  1. Trains

Express rail link mengoperasikan KLIA Ekspress dan KLIA transit line, yang mana menghubungkan antara bandara dengan pusat kota, yang kemudian diakhiri dengan KL City Air Terminal (KL CAT) yang berada di KL Sentral.

  1. 2.      Low Cost Carrier International (LCCT)

Lain halnya dengan KLIA, dimana bandara tersebut memiliki areal yang cukup luas dengan berbagai macam pelayanan yang diberikan. LCCT hanya memiliki areal sebesar  35,290 meter persegi dengan satu gedung saja untuk pemberangkatan dan kedatangan. Low Cost Carrier International (LCCT) merupakan bandara yang secara khusus dibuat untuk memenuhi kebutuhan penumpang yang menurut catatan Perusahaan penerbangan Air Asia mengalami lonjakan yang sangat tinggi. Maskapai penerbangan terkemuka dan termurah, Air Asia merupakan operator utama di Bandara LCCT ini.

Bandara LCCT memiliki bentuk yang sederhana dengan hanya memiliki satu gedung saja. Pintu masuk keberangkatan domestik dan Internasional berada pada pusat hall yang sama. Jarak antara loket pendaftaran dengan gerbang keberangkatan tidak jauh, yakni hanya sekitar 50m. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Bandara LCCT ini tidak jauh berbeda dengan Bandara KLIA, yakni toko-toko makanan dan minuman, tempat pertukaran mata uang asing, telepon umum, ATM, Loket pemesanan Hotel, tempat sewa mobil, taksi, dan bus, areal parker, tempat ibadah, pelayanan pemaketan barang.[32]

c.     Transportasi Laut

Seperti halnya Indonesia, Negara Malaysia merupakan negara kepulauan. Untuk menghubungkannya, diperlukan suatu alat trasnportasi laut. Pelabuhan di Malaysia dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu pelabuhan utama/major dan pelabuhan minor. Pelabuhan utama terbagi lagi menjadi dua, yakni Major State Ports dan Major Federal Ports.

Major State Ports di negara ini berada dalam pengawasan Pemerintahan Federal yaitu Menteri Transportasi Malaysia, terdiri dari :

  1. 1.                  Port Klang
  2. 2.                  Port of Tanjung Pelepas
  3. 3.                  Penang Port
  4. 4.                  Johor Port
  5. 5.                  Kuantan Port
  6. 6.                  Kemamam Port
  7. 7.                  Bintulu Port

Sedangkan Major Federal Ports berada dalam pengawasan pemerintah masing-masing negara bagian, terdiri dari :

  1. 1.      Kuching Port
  2. 2.      Rajang Port
  3. 3.      Miri Port
  4. 4.      Kota Kinabalu Port
  5. 5.      Sandakan Port

Pelabuhan-pelabuhan lainnya yang berada dalam ruang lingkup Departemen Kelautan diklasifikasikan sebagai pelabuhan kecil / minor ports. Pelabuhan ini antara lain Labuan Port , Dickson Port, dan Kerteh Port.Alat transportasi laut yang banyak digunakan di Malaysia ialah kapal ferry. Pelayanan kapal ferry di Malaysia sangatlah teratur, yakni jalan setiap setengah jam atau setiap satu jam sekali. Sebagian besar pulau-pulau di Malaysia dihubungkan oleh kapal ferry. Akan tetapi, kapal ferry tidak hanya dimanfaatkan untuk menghubungkan antar pulau-pulau di Malaysia, wisatawan asing dari Thailand, Indonesia, dan Singapura dapat pula menggunakan kapal ferry untuk mengunjungi Malaysia. Pos-pos pemeriksaan umum untuk masuk ke Malaysia dengan menggunakan kapal ferry ialah sebagai berikut:[33]

  1. Ferry dari Singapore ke Malaysia
  • Tanah merah (Singapore) ke Terminal Internasional Johor Baru & Sebana Cove (Johor).
  • Changi Point Ferry Terminal ( dekat pusat jajanan ) ke Tanjung Belungkor (Johor) dan
    • Changi Point Ferry Terminal ke Panggerang (Johor)
  1. Ferry dari Thailand ke Singapore
  • Tak Bai (Thailand bagian Selatan) ke Pengkalan Kubur di Kelantan (pantai timur Malaysia bagian barat)
  • Satun (Thailand bagian Selatan) ke Pulau Langkawi (Kedah)
  1. Ferry dari Indonesia ke Malaysia
  • Medan ke Pulau Penang
  • Bintan dan Batam ke Terminal International Johor Baru

 

Perjalanan ke Malaysia dari Thailand, Singapore, Indonesia dan pelabuhan-pelabuhan Asia lainnya dapat juga menggunakan kapal-kapal pesiar mewah. Beberapa pelabuhan dimana kapal-kapal pesiar dapat berhenti di Malaysia adalah : Port Klang (dekat Kuala Lumpur), Pulau Langkawi (dekat Porto Malay), Pulau Penang (pelabuhan Swettenham), pelabuhan Dickson (dekat Kuala Lumpur), Kuching (Sarawak), Kota Kinabalu (Sabah), dan Sandakan (Sarawak).

Untuk menghubungi antara suatu daerah di Malaysia yang terpisah oleh sungai, juga diperlukan alat transportasi. Transportasi sungai biasa digunakan oleh masyarakat Malaysia yang berada di daerah pedesaan, dan hal ini lebih sering terjadi di Malaysia bagian Timur. Sungai-sungai di Sarawak sangat berperan penting untuk transportasi. Sarawak memiliki 55  buah sungai, dimana sekitar 50 % dari sungai tersebut dipakai untuk lalu lintas angkutan masyarakat dan sisanya untuk lalu lintas barang seperti kayu gelondongan.

 

Indonesia

Indonesia adalah negara beriklim tropis yang berada pada garis lintang 6°LU-11°LS dan 95° BT-141°BT. Indonesia secara geografis diapit oleh dua benua dan dua samudra, yaitu benua Asia dan Australia, dan samudra Hindia dan Pasifik. Ibukota negaranya adalah di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta, di pulau Jawa bagian barat. Indonesia memiliki 33 provinsi dengan bentuk negara kesatuan dan dipimpin oleh presiden yang bekerja sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sistem pemerintahan di Indonesia menganut asas trias politica yang membagi kekuasaannya menjadi tiga, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kebijakan dibuat oleh legislatif dan dilaksanakan oleh eksekutif, dan yudikatif melakukan judicial review dari kebijakan yang dibuat. Indonesia memiliki kurang lebih 500 suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurut data pada 14 oktober 2008, jumlah penduduk Indonesia mencapai 238.315.176 jiwa di tahun 2008[34], dan menempati urutan keempat penduduk terbanyak di dunia dengan China 1.332.451.196 jiwa dengan urutan pertama, India 1.153.207.176 jiwa, Amerika 304.596.396 jiwa, Indonesia 238.315.176, dan disusul oleh Brazil 197.036.192 jiwa[35]. Jumlah penduduk Indonesia yang besar pastinya membuat kebutuhan pelayanan publik khususnya transportasi menjadi besar juga. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan transportasi, pemerintah Indonesia membuat instansi yang menangani masalah transportasi dan perhubungan di Indonesia yang dikenal sebagai Departemen Perhubungan. Departemen Perhubungan membagi sistem transportasi di Indonesia menjadi tiga, yaitu transportasi darat, laut dan udara yang selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :

  1. a.      Transportasi Darat

Makalah ini membahas 3 alat transportasi darat di Indonesia yaitu kereta api, taksi dan bus yang mayoritas diminati oleh masyarakat di Indonesia.

Kereta Api

Kereta api di Indonesia saat ini dikelola oleh PT KA atau PT Kereta Api. Perkeretaapian di Indonesia dimulai secara resmi pertama kali saat 28 September 1945 yang diproklamirkan oleh AMKA (Angkatan Moeda Kereta Api) [36]. Nama instansi kereta api di Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan sejak tahun 1945 sampai sekarang. Berdasarkan PP. No. 19 Tahun 1998, Keppres No. 39 Tahun 1999, Akte Notaris Imas Fatimah, instansi kereta api Indonesia resmi menjadi PT Kereta Api (Persero)[37].

PT KA memiliki 5 produk andalan untuk memberi pelayanan transportasi kereta api kepada masyarakat. Pertama adalah Kereta Api Penumpang yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Eksekutif Argo dengan 8 jenis armada yang memiliki kualitas terbaik dari segi kenyamanan dan waktu tempuhnya, kelas Bisnis Eksekutif yang memiliki level tengah dengan 16 jenis armada, dan kelas ekonomi yang terbagi lagi menjadi tiga yang melayani perjalanan jarak jauh, KA ekonomi lokal, dan wilayah Jabodetabek. Untuk kereta api kelas ekonomi, PT KA membuat rute perjalanan yang memudahkan masyarakat untuk berkunjung ke tempat-tempat kota tujuan wisata untuk menunjang ekonomi nasional[38]. Kedua, PT KA melayani masalah transportasi barang yang meliputi batubara, BBM (bahan bakar minyak), peti kemas, parcel BHP yang bisa melayani transportasi barang-barang kelontong elektronik, dan lain-lain, overnight service, semen, barang cepat, CPO (crude palm oil), dan pulp. Ketiga, PT KA menyediakan kereta khusus wisata yang untuk berbagai keperluan seperti rapat, pesta pernikahan dan lain-lain yang dikenal dengan sebutan Kereta Wisata. Kereta Wisata memiliki tiga armada yaitu Nusantara, Bali, dan Toraja. Ketiga jenis kereta ini memiliki karakteristik yang mencerminkan budaya di Indonesia. Keempat, PT KA menyediakan jasa penyewaan gedung, periklanan, dan perparkiran untuk masyarakat umum. Terakhir, PT KA menyediakan jasa TITAM atau Tiket Terpadu Antar Moda, yang memudahkan masyarakat untuk melakukan sistem single ticketing atau kemudahan pengintegrasian agar dapat mencapai tujuan dengan praktis tanpa harus memesan tiket berkali-kali. Untuk kemudahan masalah tiket, PT KA menyediakan layanan pemesanan melalui pembelian tiket secara langsung di loket stasiun, melalui loket PT POS, call center, melalui agen, dan  pusat reservasi. Berikut adalah peta layanan kereta api di Jawa dan Sumatera :

Peta Rute Pulau Jawa[39]

Peta Rute Pulau Sumatera[40]

Taksi

Untuk transportasi darat jenis taksi, makalah ini akan membahas tentang pelayanan taksi Blue Bird karena perusahaan ini adalah salah satu perusahaan taksi terbaik di Indonesia. Taksi Blue Bird mulai menjalankan bisnisnya pada tahun 1972 dengan mengoperasikan 25 unit taksi lalu kemudian mengalami perkembangan hingga memiliki 20.000 unit taksi. Setiap bulannya, Blue Bird dapat melayani 3 juta penumpang ke seluruh Indonesia. Layanan Blue Bird tersedia di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bali, Bandung, Banten, Lombok, Semarang, Surabaya, Manado, Yogyakarta, dan wilayah lain yang menjadi pusat wisata dan bisnis[41]. Blue Bird menggunakan sistem argometer yang dihitung per jarak tempuh dan waktu. Untuk mendapatkan pelayanan transportasi, Blue Bird dapat ditelepon ke call center-nya, atau bisa ditemui di jalan-jalan raya. Selain itu Blue Bird juga memiliki sistem GPS untuk memberikan pelayanan yang memudahkan pencarian lokasi konsumen berdasarkan pesanan telepon yang masuk[42].

Bis

Untuk pelayanan transportasi bis, makalah ini membahas tentang bus Transjakarta yang memiliki kualitas  pelayanan yang baik. Bis Transjakarta mulai beroperasi pada tanggal 15 Januari 2004 dengan berdasar pada Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 untuk memberikan jasa angkutan yang terjangkau bagi warga Jakarta[43]. Bis Transjakarta dibawahi langsung oleh Gubernur DKI Jakarta. Berjalan selama 6 tahun, bis Transjakarta melayani 8 koridor dengan total panjang lintasan 123,35 km dan mengangkut rata-rata 250.000 orang per hari[44]. Bis Transjakarta diberi keistimewaan berupa jalur khusus yang terkenal dengan sebutan busway, atau bisa juga disebut Bus Rapid Transit/BRT [45]untuk menghilangkan hambatan dari kemacetan. Pengoperasian Transjakarta juga dimaksudkan agar penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta bisa berkurang sehingga bisa mengurangi kemacetan jalan di Jakarta. Dengan tiket yang disubsidi oleh pemerintah, bis Transjakarta menjadi sangat terjangkau bagi siapa saja. Penumpang hanya perlu membeli satu tiket, dan selanjutnya dia bisa melakukan transit kemana saja tanpa harus membayar tiket kembali selama dia tidak keluar dari halte bis Transjakarta. Area pelayanannya melingkupi kota Jakarta dengan 141 halte ber-platform setinggi 110 cm. Di dalam halte disediakan tempat sampah, informasi rute, dan pintu otomatis untuk kenyamanan pengguna jasa bis Transjakarta[46]. Kamera pengawas juga dipasang di halte untuk menjamin keamanan penumpang. Bahkan kita bisa ikut melihat langsung keadaan halte melalui internet pada website bis Transjakarta. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar gas yang ramah lingkungan dan jumlah armada bis mencapai 426 unit. Ada sekitar 3500 orang yang dipekerjakan untuk mengelola operasional bis Transjakarta yang bekerja sebagai pramudi, petugas keamanan, petugas tiket, dan petugas kebersihan[47]. Bis  Transjakarta full AC dan dilengkapi oleh papan pengumuman elektronik disertai pengumuman suara mengenai lokasi pemberhentian bis agar penumpang merasa nyaman dan mudah

Transportasi Laut

Untuk transportasi laut, pengelolaan di Indonesia dilakukan oleh PT Pelni atau Pelayaran Nasional Indonesia. PT PELNI bermula dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tanggal 5 September 1950 yang isinya mendirikan Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-kapal (PEPUSKA)[48]. PT Pelni melayani jasa angkutan barang dan penumpang antar pulau[49]. PT Pelni mengoperasikan 28 unit armada kapal penumpang dan 1 kapal Feri cepat dan 4 unit armada kapal barang. Kapal PT Pelni menyinggahi 91 pelabuhan dengan 47 kantor cabang dan terdapat sekitar 300 travel agent yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain bertujuan komersil, PT Pelni juga melayani pelayaran menuju pulau terluar berdasar pada Pepres No.78 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar[50]. Menurut data tahun 2006,  PT Pelni mempekerjakan 5.328 orang pegawai. Untuk memesan tiket, para pencari layanan dapat menghubungi call center atau mendatangi langsung kantor cabangnya.

Untuk infrastruktur seperti pelabuhan, Indonesia memiliki 1.735 pelabuhan, diantaranya 141 pelabuhan bertaraf internasional dan ada 25 pelabuhan yang sudah ditetapkan sebagai pelabuhan utama (hub port) yang akan menjadi pintu gerbang perdagangan (ekspor-impor) dengan mancanegara[51](data 29 Juli tahun 2009). Pelabuhan Batam adalah pelabuhan tersibuk di Indonesia. Setiap hari pelabuhan Batam didatangi rata-rata 120 kapal penumpang dari dan ke luar negeri, 120 kapal domestik, dan 150 kapal barang. Namun pengelolaannya masih manual sehingga lintas barang menjadi tidak teratur dan rawan korupsi[52]. Pelabuhan Batam menyediakan layanan kapal berupa jasa labuh, jasa Transit Anchorage Area (TAA) atau Jasa Parkir & Lego Jangkar, jasa pandu, jasa tunda dan kepil, jasa tambat, dan jasa pelayanan air. Untuk pergerakan barang, pelabuhan Batam juga melayani jasa bongkar muat barang, pelayanan dermaga untuk kelancaran arus barang, jasa penumpukan atau penyimpanan di gudang, dan depo peti kemas untuk penempatan peti kemas di lapangan penumpukan[53]. Pelabuhan Batam juga menyediakan jasa penyewaan alat-alat bongkar muat barang seperti forklift, motor boat, alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Pelayanan air bersih dan penyediaan listrik juga menjadi usaha jasa di pelabuhan Batam untuk menunjang proses kegiatan di pelabuhan.

Transportasi Udara

Indonesia memiliki maskapai penerbangan dalam negeri yang memiliki kualitas terbaik dan dikelola oleh pemerintah yang terkenal dengan  PT GIA atau Garuda Indonesia Airlines. Pada akhir tahun 1950, GIA memiliki 38 pesawat terbang dan terus mengalami perkembangan hingga sekarang. Pada tahun 2009, GIA mendapatkan 50 Boeing B737-800NG (Next Generation) untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara. Dan nantinya pada tahun 2011 GIA akan mendapatkan 10 pesawat Boeing B777-300 ER (Extended Range) yang bisa terbang dengan 365 penumpang dan mampu menempuh jarak hingga 14.685 km nonstop[54].

GIA melayani transportasi udara wilayah domestik dan mancanegara, bahkan hingga ke Amerika dan Eropa. Tercatat bahwa GIA memiliki 43 tujuan bandara di dalam dan luar negeri. Frekuensi penerbangan mencapai 1.700 kali per minggu dan selalu menghadapi persaingan yang ketat dengan maskapai penerbangan lain yang menawarkan layanan yang lebih murah. PT GIA memiliki tiga sasaran dalam manajemennya yaitu laba, tingkat layanan dan ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance/OTP). PT GIA mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2004 yang sebelumnya rugi sebesar Rp800 miliar, lalu menurun menjadi Rp668 miliar pada 2005, pada 2007 rugi menjadi Rpl96 miliar, dan pada 2007 keuntungan muncul sebesar Rp60 miliar dan pada 2008 meraih keuntungan signifikan sebesar Rp670 miliar[55]. Selain itu, maskapai penerbangan GIA melakukan ekspansi pelayanan penerbangan luar negeri Jakarta-Taipei (Taiwan), Denpasar-Brisbane (Australia), dan Jakarta-Amsterdam (Belanda) melalui Dubai (Uni Emirat Arab), dan 7 penerbangan domestik yang meliputi Bengkulu, Ambon, Palu, Ternate, dan lain-lain[56]. PT GIA juga melakukan pelayanan angkutan barang menyusul rencana pembelian empat pesawat kargo untuk beroperasi di wilayah domestik, Asia, dan Eropa. Untuk pemesanan tiket, PT GIA melayani call center, pemesanan melalui internet, dan melayani langsung melalui loket.

Untuk infrastruktur transportasi udara, pada tahun 2009, Indonesia memiliki 27 bandara berstatus internasional[57]. Sedangkan jumlah seluruh bandara di Indonesia adalah 498 bandara[58] yang berarti jumlah bandara domestik di Indonesia sekitar 471 bandara. Bandara Internasional Soekarno Hatta adalah yang terbesar di Indonesia[59] dengan luas 18 km persegi[60]. Bandara Sukarno-Hatta berada sekitar 20 km barat Jakarta, di Kabupaten Tangerang, Banten. Operasinya dimulai pada 1985, menggantikan Bandara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Bandara Kemayoran telah ditutup, sementara Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer. Terminal 2 dibuka pada tahun 1992[61]. Bandara Sukarno-Hatta memiliki dua landasan paralel yang dipisahkan oleh dua taxiway sepanjang 2,400 m. Terdapat dua bangunan terminal utama: Terminal 1 untuk semua penerbangan domestik kecuali penerbangan yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara Airlines, dan Terminal 2 melayani semua penerbangan internasional juga domestik oleh Garuda dan Merpati. Bandara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang bandara Charles de Gaulle di Paris. karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu. Sayangnya bandara ini mendapat perawatan yang kurang karena letak yang kurang strategis dan memiliki pendapatan yang kurang. Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 150 loket check-in, 30 pengklaiman bagasi dan 42 gerbang. Setiap sub-terminal memiliki 25 loket check-in, 5 pengklaiman bagasi dan 7 gerbang.  PT Angkasa Pura II sedang merencanakan pembangunan terminal baru dengan fitur desain yang modern. Terminal 3 dibangun untuk maskapai bertarif rendah. Terdapat sebuah rencana besar untuk membangun 5 terminal penumpang + 1 terminal haji dan 4 landasan pacu. Di tahun 2009, bandara ini terhubung dengan Stasiun Manggarai (stasiun pusat Jakarta masa depan) oleh kereta api[62].

 

 

 

III.2 Perbandingan Sistem Transportasi Amerika Serikat dan Inggris

 Transportasi Darat

  Arab Saudi Malaysia Indonesia
Bus
  • Pemerintah berperan sebagai agen tunggal dalam penyediaan transportasi bus (SAPTCO)
    • Tidak semuanya dijalankan oleh pemerintah, terbukanya partisipasi dari pihak swasta untuk ikut tergabung dalam menyediakan jasa transportasi bus
    • Operator bus milik pemerintah : RapidKL
    • Operator swasta yang ikut berperan: Cityliner, Len Seng, Megacoach, Metrobus, Selangor Omnibus, SJ Bus, Sri Indah/RM Transport, Transnasional, dan Triton.
      • Diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta (untuk bis Transjakarta dibawahi langsung oleh gubernur)
Taksi
  • Diselenggarakan oleh pihak swasta.
  • Nama perusahaan taksi disesuaikan dengan nama daerah
  • Diselenggarakan oleh pihak swasta
  • Dua tipe taksi: city taxi dan interstate taxi
    • Diselenggarakan oleh swasta
Kereta
  • Pemerintah berperan sebagai agen tunggal dalam penyediaan transportasi kereta api (SRO)
  • Dalam penyediaan kereta monorail, pemerintah berkerjasama dengan pihak swasta yakni Arab dengan China, dengan menerapkan konsep public private sector.
    • Ada lima jenis transportasi kereta: LRT, monorail, komuter, KLIA Ekspress-KLIA Transit, dan Funicular Railway.
    • LRT dikelola oleh Pemerintah melalui RapidKL, sedangkan sisanya dikelola oleh swasta.
    • Untuk menghubungkan antar gedung dalam bandara KLIA, terdapat aerotrain.
      • Diselenggarakan oleh pemerintah dan dikelola langsung oleh pemerintah

 

 

Transportasi Udara

  Arab Malaysia Indonesia
Pesawat Udara

 

 

 

  • Pemerintah berperan sebagai agen tunggal dalam penyediaan transportasi pesawat udara (SAA)

 

 

    • Pemerintah menyediakan pelayanan transportasi udara nasional dan bertindak sebagai provider (ada pihak swasta juga)

 

Transportasi Laut

  Arab Malaysia Indonesia
Alat Transportasi
  • Kapal Ferry
  • Cruise ship
  • Kapal angkut barang
    • Diselenggarakan oleh pemerintah dan ada partisipasi swasta
Pelabuhan
  • Dikelola oleh pemerintah, yaitu perusahaan Saudi Port Authority.

Pelayanan yang diberikan lebih banyak dalam hal memfasilitasi bidang perdagangan

  • Terdiri dari 2 jenis, yaitu: Major Port dan Minor Port. Major Port terbagi lagi menjadi dua, yaitu Major Federal Port dan Major State Port.
  • Major Federal Port berada di bawah pengawasan Pemerintahan negara federal.
  • Major State Port berada di bawah pengawasan pemerintah negara pusat.
  • Minor Port berada di bawah Departemen Kelautan.
    • ·Diselenggarakan oleh pemerintah dan member layanan berupa bongkar muat pelabuhan, tempat berlabuh kapal, pegisian bahan bakar dll

 

Dari tabel perbandingan diatas, terlihat bahwa transportasi di negara Malaysia, Arab Saudi, dan Indonesia memiliki kesamaan dalam bentuk transportasi yang disediakan, yaitu secara umum transportasi darat yang terdiri dari bus, kereta, dan taksi. Dalam transportasi laut, yaitu kapal dan pelabuhan. Sedangkan transportasi udara, pelayanan yang diberikan berupa bandara dan pesawat udara.Walaupun bentuk transportasi yang diberikan secara umum adalah sama, tetapi dari ketiga negara tersebut terdapat  berbagai macam jenis transportasi yang disediakan sesuai dengan kebijakan dari pemerintah negara yang bersangkutan.

Kebijakan dalam penyediaan alat transportasi publik berbeda-beda dari setiap negara tersebut, dimana pemerintah Arab lebih menekankan kepada peran pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik, sehingga penyediaan alat transportasi di Arab diselenggarakan oleh pemerintah, seperti dalam penyediaan pelayanan bus (SAPTCO), kereta api (SRO), pesawat udara (Saudi Arabian Airlines), pelayanan kargo (United Arab Shipping Company), serta pelabuhan (Saudi Port Authority). Tetapi, seiring berjalannya waktu, pemerintah Arab sudah mulai menerapkan kebijakan kerja sama dengan negara lain (public private partnership) seperti dalam proyek pembangunan monorail.

Sedangkan kebijakan yang diterapkan di Malaysia dalam penyediaan alat transportasi publik menerapkan sistem public private partnership, dimana pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan pelayanan publik. Namun, meski perusahaan swasta turut ikut serta dalam menyediakan pelayanan publik, Pemerintah Malaysia masih menjalankan perannya sebagai regulator, misal dalam menentukan tarif, ketentuan-ketentuan, dll.

Untuk pengelolaan transportasi di Indonesia, pengelolaannya juga sudah menerapkan public private partnership, namun implementasinya belum begitu sempurna sehingga masih ada peneglolaan dan manajemen transportasi yang masih belum baik. Pemerintah berperan sebagai regulator, producer, dan provider dalam penyediaan layanan transportasi agar tercipta aksesibilitas dan standard dalam pelayanan transportasi.

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

IV.1 Kesimpulan

Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda dalam pelaksanaan pelayanan publik di bidang transportasi walaupun jenis alat transportasi yang diberikan adalah sama. Perbedaan terlihat dalam pelaksanaan pelayanan publik di Arab jika dibandingkan dengan Malaysia dan Indonesia. Arab Saudi lebih menerapkan sistem pemerintah yang lebih dominan dalam pemberian pelayanan, walaupun seiring dengan jalannya waktu, saat ini Arab Saudi sudah membuka peluang kerja sama terhadap pihak swasta (public private partnership).

Persamaan terlihat dalam pemberian kebijakan dalam hal pelayanan publik di bidang transportasi di negara Malaysia dan Indonesia. Kedua negara ini sama-sama menerapkan sistem public private partnership dimana hampir seluruh jenis transportasi yang ada dijalankan oleh pihak swasta. Meskipun perusahaan swasta yang lebih berperan aktif dalam pelaksanaannya, tetapi pemerintah masih memiliki peran sebagai regulator. Di Indonesia dalam penyediaan pelayanan transportasi sudah memiliki keinginan kearah pelayanan yang lebih baik. Terdapat kerjasama antara pemerintah dengan swasta dalam hal penyediaan pelayanan transportasi.

 

 

IV.2 Saran

Untuk memperbaiki kualitas pelayanan, perlu adanya pembenahan sistem transportasi di Indonesia, seperti dalam hal kenyamanan dan keamanan, serta perlu ada perbandingan dan penerapan sistem luar negeri yang cocok dengan Indonesia. Setelah itu, sebaiknya Indonesia menjadikan pihak luar negeri sebagai lawan bersaing untuk peningkatan penyediaan pelayanan publik.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Abbas Salim, 2006, Manajemen Transportasi, Rajagrafindo Persada: Jakarta

Fidel Miro, 2005, Perencanaan Transportasi: Untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi, Erlangga: Jakarta,

Setijowarno dan Frazila, 2001, Pengantar Sistem Transportasi, Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang:

Warpani, Suwarjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB: Bandung

http://www.scribd.com/doc/11319869/Teori-Pelayanan-Publik, diunduh pada 30 April 2010

http://explore-indo.com/layanan-publik/48-layanan-publik/174-pelayanan-publik-bagian-1.html, diunduh pada 30 april 2010

http://explore-indo.com/layanan-publik/48-layanan-publik/174-pelayanan-publik-bagian-1.html, diunduh pada 30 april 2010

Humam Santosa Utomo, “Manajamen Transportasi”,<http://ab-fisip-upnyk.com/files/sILABI%20+%20PERT%201.pdf>, 6 Mei 2010

http://www.saptco.com.sa/en/services_ad_on_buses.htm

www.saudirailways.org

http://www.railway-technology.com/projects/al-mashaaer-al-mugad/

http://www.railway-technology.com/projects/al-mashaaer-al-mugad/

http://www.infotaxi.org/saudi-arabia_taxi.htm

http://www.saudiairlines.com/portal/site/saudiairlines/

http://www.the-saudi.net/kfia/magazine/kfia-english-2.htm, diunduh pada 7 mei 2010

http://www.saudiairportcities.org/project.html, diunduh pada 7 mei 2010

www.airport-technology.com/projects/abdul_aziz/, diunduh pada 7 mei 2010

http://www.gaca.gov.sa/GACA/Airports/Default.aspx?aNo=2&aID=003&fID=305&cid=1&l=EN, diunduh pada 7 mei 2010

www.saudiportauthority.com

http://www.ports.gov.sa/section/full_story.cfm?aid=75&catid=23

Redaksi, “Geografi”, <http://pmr.penerangan.gov.my/index.php?option=com_content&view=article&id=4:geografi&catid=12:profil-malaysia&Itemid=16>, 5 Mei 2010

Malaysia Airports (KLIA), “Facility”, <http://www.klia.com.my/index.php?ch=76&pg=220>, 5 Mei 2010

Ibid, “services”, <http://www.klia.com.my/index.php?ch=76&pg=220>, 5 Mei 2010

LCCT, <http://www.lcct.com.my/facilities?zenid=5dd4000962c6d43d1e6387e0a6ec8e7f>

http://www.mymalaysiabooks.com/malaysia/transport_pg2.htm, 5 Mei 2010

http://cimahicommunity.blogspot.com/2009/08/5-negara-dengan-populasi-penduduk.html diakses pada Jum’at, 7 Mei 2010

http://www.kereta-api.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1&Itemid=3

www.kereta-api.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8&Itemid=11

http://www.bluebirdgroup.com/about.php?sect=company

http://traveltextonline.com/read/traveltalk/noni-blue-bird-tambah-5000-gps-hingga-2011

http://transjakarta.co.id/page.php#tab-2

http://transjakarta.co.id/page.php

http://transjakarta.co.id/page.php#tab-2

http://transjakarta.co.id/page.php#tab-3

http://www.pelni.co.id/about-us.asp?entId=1&loc=id

http://www.ciosociety.com/?p=546

http://pob.batam.go.id/main/service_page.php?Act=8

http://www.garuda-indonesia.com/about-us/history

http://bataviase.co.id/node/51181

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/05/29/19131276/Jumlah.Bandara.Internasional.Terlalu.Banyak

http://top50.ilmci.com/?p=3021

http://koran.republika.co.id/koran/128/29822/Bandara_Soekarno_Hatta_Gerbang_Indonesia_yang_Rapuh

http://bandarudara.com/internasional.html


[3] UU no.25 tahun 2009, diunduh pada 30 april 2010

[5]  Setijowarno dan Frazila, 2001, Pengantar Sistem Transportasi, Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang:

[6]  Fidel Miro, 2005, Perencanaan Transportasi: Untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi, Erlangga: Jakarta,

 

[7] Abbas Salim, 2006, Manajemen Transportasi, Rajagrafindo Persada: Jakarta

 

[8] Humam Santosa Utomo, “Manajamen Transportasi”, < http://ab-fisip-upnyk.com/files/sILABI%20+%20PERT%201.pdf>, 6 Mei 2010

[9] Warpani, Suwarjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB: Bandung

 

 

[10]  Humam Santosa Utomo, op. cit.,

[15] ibid

[16] ibid

[19] Ibid,.

[26] Ibid,.

[27] Ibid,.

[28] Ibid,.

[30] Malaysia Airports (KLIA), “Facility”, <http://www.klia.com.my/index.php?ch=76&pg=220>, 5 Mei 2010

[31] Ibid, “services”, <http://www.klia.com.my/index.php?ch=76&pg=220>, 5 Mei 2010

[35] ibid

[37] ibid

[40] ibid

[47] ibid

[50] ibid

[52] ibid

[56] ibid

[61] ibid

[62] ibid

Makalah transportasi darat

Makalah transportasi darat 

Transportasi darat

1. TRANSPORTASI DARATI.1.
Pengertian Transportasi Darat dan bersifat alamiah saja, meliankan diperlukanFungsinya adanya suatu sistem yang baik supaya tujuan pergerakan di atas dapat dicapai. Sistem Transportasi darat adalah segala macam transportasi yang berkembang saat ini telahbentuk pemindahan barang atau manusia dari mewujudkan suatu bentuk pelayanan melaluisuatu tempat ke tempat yang lainnya dengan berbagai sarana pergerakan mekanistik yangmengguanakan sebuah moda transportasi hampir menjangkau ke semua jaringan wilayah(kendaraan bermotor) yang digerakkan oleh di muka bumi ini.
Dengan demikian, saat ini,manusia dengan di dukung suatu infrastruktur melalui sistem transportasi moderen bukan haljalan (jalan raya ataupun rel).

Pergerakkan ini yang sukar untuk menjangkau pusat aktivitasdi tujukan untuk mempermudah manusia manusia dari berbagai sudut pergerakan.melakukan aktivitas sehari – hari untuk Perkembangan teknologi pergerakan pun telahmemperoleh biaya kehidupannya. mengalami kemajuan yang sangat pesat dalamMenurut nasution (2004), terdapat 5 unsur kurun satu abad ini.
Berbagai jenis moda telahtransportasi, yaitu : tersedia, dengan berbagai keunggulan dana) Manusia, yang membutuhkan transportasi kelengkapan sarana.b) Barang, yang diperlukan manusiac) Kendaraan, sebagai sarana transportasi Dari hal tersebut di atas terlihat bahwad) Jalan, sebagai prasarana transportasi kualitas dan perkembangan teknologi saranae) Organisasi, sebagai pengelola transportasi dan prasarana transportasi sangat mempengaruhi kelancaran kebutuhan Perpindahan itu sendiri dilandasi akibat perpindahan.

Oleh karena itu, terdapat suatuproses interaksi manusia karena adanya hukum hubungan yang sangat kuat diantara aktivitasketerbatasan, yang mayoritas keterbatasan manusia dan transportasi. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, transportasitersebut adalah keterbatasan produksi, ruang dalam kehidupan masyarakat moderenpekerjaan dan bahan baku yang tidak selalu merupakan satu kesatuan rantai kehidupantersedia secara merata di muka bumi.
Selain yang berpengaruh dalam pembangunan baikitu, faktor geografis bumi yang membatasi segi ekonomi, sosial budaya maupun politik.potensi dan sumber daya alam juga merupakan Gambar 1.1 memperlihatkan, bagaimanasalah satu aspek pertimbangan dalam hukum hubungan antara aktivitas manusia danketerbatasan.

Adanya alasan hukum kebutuhan transportasi. Seterusnya, fungsi sarana dan prasarana transportasi dalamketerbatasan tersebut, komunitas struktur menopang kebutuhan aktivitas manusia secaramanusia telah terbagi dalam 2 kelompok fungsi lebih terperinci dapat didefinisikan sebagai :kerja, yaitu kelompok produsen dan kelompok 1.

Mempercepat suatu pergerakan angkutankonsumen. Interaksi yang akhirnya terjadi barang/orang sebagai salah satu tuntutandiantara kedua kelompok tersebut akan dari semakin majunya aktivitas manusia.menimbulkan suatu perpindahan atau 2. Mengurangi tahanan terhadap gerakan.pergerakan.

Efek dari adanya kebutuhan 3. Mengurangi kemungkinan kerusakan barang/orang yang diangkut.perpindahan/pergerakan orang dan barang, Angkutan Angkutanakan menimbulkan suatu tuntutan untuk Sumber Daya Lokasi pasarpenyediaan prasarana dan sarana pergerakan Produksisupaya tercipta suatu pergerakan yangberlangsung dengan kondisi aman, nyaman Manusia / Konsumendan lancar, serta ekonomis dari segi waktudan biaya. Pada akhirnya, kebutuhan akan Gambar.1.1 Hubungan antara transportasi dantransportasi bukan hanya suatu kebutuhan yang aktivitas manusia.

2. Dalam hal ini transportasi perlu mengadakan Kerugian ekonomi per tahun pada tahun pemilihan jenis prasarana yang mampu 2002 akibat inefisensi sistemmelayani kegiatan manusia secara aman, transportasi diperkirakan sebesar 5.5 trilyun, di mana 3 trilyun untuk biayanyaman dan ekonomis. operasi kendaraan, dan 2.5 trilyun untukI.2. Masalah – Masalah dalam Transportasi biaya waktu perjalanan (SITRAMP, 2004).

Darat dan pengaruhnya Pertambahan penduduk dan luas kota b. Sistem transportasi belum menjaminmenyebabkan jumlah lalu lintas juga pemerataan untuk seluruh anggotameningkat. Sedangkan sistem lalu lintas masyarakatmendekati jenuh, sehingga bertambahnya Lalu lintas di Jakarta didominasi olehjumlah lalu lintas berpengaruh besar terhadap kendaraan pribadi, jumlah angkutankemacetan lalu lintas, yang berarti pula umum (bus) hanya 4%, sepeda motorbertambahnya waktu dan biaya perjalanan di 67%, mobil pribadi 23% (Polda Metrodalam sistem lalu lintas tersebut. Jaya, 2006).

Pertumbuhan kendaraan Pemilihan sistem transportasi yang dalam lima tahun terakhir mencapaisalah untuk wilayah perkotaan dapat 9.5% per tahun (paparan Dirjen Binamengakibatkan terjadinya kemacetan lalu Marga ke KKPPI tanggal 18 Desemberlintas, yang berarti pemborosan besar dari 2007).

penggunaan energi dan ruang, serta timbulnya Proporsi volume lalu lintas padamasalah pencemaran udara akibat gas buang beberapa koridor utama adalah: sepedakendaraan yang semakin besar jumlahnya. motor 60%,sedan 32%. Angkutan Dalam makalah ini memelihat studi umum (mobil penumpang umum-kasus macet, sepertinya hampir setiap hari MPU, bus sedang, dan bus besar) 5%Jakarta dan sekitarnya mengalaminya. Tentu (Kedeputian V Menko Perekonomian,saja kemacetan ini membawa dampak tidak 2007).langsung maupun langsung terhadap kehidupan Fasilitas bagi pejalan kaki danmasyarakatnya, yaitu secara psikologi dan pengguna kendaraan tidak bermotormateri yang sangat besar. Secara psikologis sangat minimbanyak mencakup banyak hal, tetapi yang c.

Besarnya kontribusi sistem transportasi paling sering timbul adalah meningkatnya terhadap dampak lingkungankesensitifan mental terutama mudahnya emosi Particulate Matter 10 (PM10)marah akan muncul, hal ini terjadi karena merupakan partikel debu yang banyak manusia mengalami persaingan dengan banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor danorang kearah tujuan tertentu secara tidak debu yang berada di jalanan.

Particulat Matterdisengaja dan fokus fikiran selalu bubar ketika 10 (PM10) bersifat sangat mudah terhirup danmendadak tujuan kearah tertentu menjadi memiliki tingkat kelolosan yang tinggiterhalang, tidak hanya oleh satu orang, tetapi terhadap saringan pernafasan manusia sehinggabanyak orang. dapat mengganggu sistem pernafasan. Secara umum, permasalahan Berdasarkan Peraturan Pemerintahtransportasi di Ibukota Indonesia (Kota Jakarta) Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999dapat dikelompokan dalam beberapa hal Tangal 26 Mei 1999 Baku Mutu Udara Ambienberikut:

Nasional, menyatakan bahwa kadar debua. Sistem transportasi belum efisien sehingga partikel 10 mikron di udara yang memenuhimenghambat aktifitas ekonomi. syarat adalah tidak melebihi dari 150 μg/m3 Dari total waktu perjalanan pada 25 dari 33 stasiun pemantau kualitas beberapa ruas jalan, 40% merupakan udara menunjukkan kadar PM10 telah melebihi waktu bergerak dan 60% merupakan ambang batas, bahkan terdapat sepuluh stasiun waktu hambatan.

Kecepatan rata-rata yang menunjukkan kadar PM10 mencapai lebih lalu lintas adalah 20.21 km/jam dari 2 kali lipat dari ambang batas yang telah (Kedeputian V Menko Perekonomian, ditetapkan. Kerugian ekonomi akibat kualitas 2007). udara yang rendah diperkirakan mencapai 2.8 trilyun pada tahun 2002, apabila tidak segera

3. diperbaiki kualitas dan kuantitas pada angkutanumum, diperkirakan akan terjadi peningkatan greenhouse gases (seperti CO2) dari tahun2002 sampai dengan 2020 sebesar 2.35 kali(SITRAMP, 2004). Partikel debu dapat menggangu kesehatanmanusia seperti timbulnya iritasi pada mata,alergi, gangguan pernapasan dan kanker paru- Sumber: http://kolomkita.detik.com/upload/photo/1jakarta8.jpgparu. Gambar.2 Kondisi Kemcetan Kota JakartaTabel.1 Dampak Kesehatan Akibat Polusi Siang dan malam hari Udara I.3 Alternatif/Solusi Mengatasi Pemasalahan Transportasi Dalam kurun waktu beberapa tahun ini berbagai solusi telah dilakukan Pemerintah DKI untuk mengatasi permasalahan transportasi di kota Jakarta. Akan tetapi upaya- upaya tersebut belum mampu untukd. Sistem transportasi belum memenuhi memberikan hasil yang diharapkan.

Adapuntingkat keselamatan dan keamanan alternatif – alternatif yang telah di lakukan oleh Jumlah korban kecelakaan di jalan tol pemerintah untuk mengatasi kemacetan dalam kota mangalami penurunan dari tersebut adalah sebagai berikut : sekitar 380 pada tahun 1995 menjadi sekitar 200 pada tahun 2006. Akan tetapi a. Area Traffic Control System (ATCS) proporsi jumlah korban dengan luka Solusi ini belum memberikan hasil yang berat dan meninggal dunia relatif stabil diharapkan karena beban volume lalu lintas (CMNP, http://www.cmnp.co.id/). yang tinggi, banyaknya hambatan samping Bahkan hasil Study on Integrated pada ruas jalan dan persimpangan, dan kondisiTransportation Master Plan (SITRAMP) oleh teknis infrastruktur ATCS yang kurangJICA/Bappenas menunjukkan : Jika sampai mamadai.tahun 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukanpada sistem transportasi Jabodetabek (Jakarta, b. Aturan 3 in 1Bogor, Depok Tangerang dan Bekasi), maka Terdapat beberapa kelemahan dariestimasi kerugian ekonomi yang terjadi sebesar skema ini antara lain: (1) tidak adanyaRp. 28,1 Triliun dan kerugian nilai waktu manajemen atau aturan yang melarangperjalanan yang mencapai 36,9 Triliun. Melihat pengunaan jalan-jalan lokal, sehinggakondisi kemacetan di Kota Jakarta yang pengguna jalan akan mencari jalan-jalan lokal semakin hari semakin bertambah parah dan (jalan tikus) yang ada untuk menghindarifaktor kerugian yang tidak sedikit dari akibat daerah 3 in 1, ini memindahkan kemacetan kekemacetan tersebut, tentunya kita tidak akan daerah lain, (2) beroperasinya penyedia jasabisa tinggal diam. ilegal yang berperan sebagai penumpang Kondisi kemacetan yang terjadi dikota (jockey) dengan imbalan sejumlah uang, untukJakarta adalah sebagai berikut: melengkapi jumlah penumpang menjadi 3 c. Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) Solusi ini juga belum memberikan hasil yang optimal, Busway belum bisa berbuat banyak untuk menarik minat pengguna kendaraan pribadi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena opportunity cost dan standard kebutuhan kenyamanan pengguna kendaraan pribadi relatif tinggi dimana hal ini belum mampu dipenuhi oleh Busway, serta daerah
4. pelayanan yang terbatas dan belum mengurangi penggunaan kendaraanmenjangkau daerah pinggiran Jakarta. pribadi, sebagai contoh penetapan hari bebas kendaraan, melarang kendaraan d. Pembangunan Ruas Jalan Toll pribadi untuk wilayah tertentu, batasan Dalam Kota jumlah penumpang lebih dari 3 Dalam beberapa tahun terakhir, telahdibangun beberapa ruas jalan toll di kota b. Cooperative instruments adalahJakarta sebagai upaya untuk menambah keterlibatan individu, perusahaankapasitas jaringan jalan di Jakarta. swasta atau institusi pemerintah dalamPembangunan ruas jalan toll di Jakarta belum mengurangi kemacetan lalu lintas,mampu mengatasi kemacetan di Jakarta. sebagai contoh carpooling.Terdapat kecenderungan, peningkatan kapasitasjalan justru menjadi salah satu variabel yang c. Economic instruments menggunakanmendorong penggunaan kendaraan pribadi. insentif dan/atau disinsentif untuk Berdasarkan data dari Dishub DKI mencapai tujuan transportasi yangJakarta tahun 2010, pertumbuhan kendaraan berkelanjutan (sustainable transport).mencapai 1.172 unit setiap hari. Sedangkan di Salah satu economic instrument yangtahun 2011, pertumbuhan naik sebesar 11,26 sering diaplikasikan adalah roadpersen. Ditlantas Polda Metro Jaya pricing.mengungkapkan, jumlah kendaraan yang lalulalang di jalanan ibukota tahun kemarinsebanyak 13.347.802 dan Republika baru baru Tabel.2 Pengelompokkan Road Pricingini memberitakan bahwa di tahun 2012 ini akan Berdasarkan Tujuannyaada 1,3 juta kendaraan baru di Jakarta, darihasil penelitian ini kita dapat bayangkanbagaimana keadaan kota Jakarta 3 tahunkedepan, maka saat ini pemerintah akanmenerapkan Electronic Road Pricing (ERP)dan Mass Rapid Transit (MRT) A. Electronic Road Pricing (ERP) merupakan kebijakan sistemtransportasi yang berkelanjutan (sustainabletransport system policy) adalah manajemenpermintaan perjalanan (travel demandmanagement). Secara umum, tujuan darikebijakan travel demand management adalahuntuk mendorong pengguna jalan untukmengurangi perjalanan yang relative tidakperlu (terutama pengguna kendaraan pribadi)dan mendorong penggunaan moda transportasiyang lebih efektif, lebih sehat, dan ramah Biaya yang dikenakan juga bertujuanlingkungan. untuk memberikan kesadaran kepada pengguna Kebijakan travel demand management kendaraan pribadi bahwa perjalanan merekadapat dikelompokan menjadi tiga grup yaitu: dengan kendaraan pribadi mempunyaiinstrumen-instrumen regulasi (regulatory kontribusi terhadap kerusakan lingkungan daninstruments), persetujuanpersetujuan kerjasama kerugian kepada masyarakat yang tidak(cooperative agreements), dan instrument- mengunakan kendaraan pribadi. Kondisi iniinstrument ekonomi (economic instruments). seringkali tidak dipikirkan oleh masyarakat dan pengambil kebijakan. Congestion pricing telah a. Regulatory instruments umumnya sukses diaplikasikan di beberapa kota seperti ditetapkan oleh pemerintah dan berisi Singapore, Oslo, Stockholm, dan London. standar-standar, larangan-larangan dan Dana yang terkumpul, bisa juga dijadikan prosedur administrasi untuk sebagai salah satu sumber pembiayaan untuk
5. mendukung beroperasinya moda transportasi Km) yang akan mulai dibangun sebelum tahapyang lebih efektif, sehat, dan ramah lingkungan I beroperasi dan ditargetkan beroperasi palingsepert Bus Rapid Transit, Mass Rapid Transit. lambat 2018 (dipercepat dari target awal 2020). Studi kelayakan untuk fase ini sudah selesai B. Mass Rapid Transit (MRT) dilaksanakan.

Pendanaan proyek sebesar kurang MRT (mass rapid transit) secara lebih 83% berasal dari pinjaman JICA (JBIC)harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan Jalur Lebakbulus-Bundaran HI ini terdiriyang mampu mengangkut penumpang dalam dari jalan layang dan terowongan bawah tanahjumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dengan 13 stasiun.

Tujuh di antaranyadan kecepatan yang sangat tinggi (rapid). merupakan stasiun layang dan 6 stasiun bawahMenurut modanya, MRT dapat dikelompokkan tanah yang terintegrasi dengan modamenjadi beberapa jenis, antara lain: subway, transportasi lainnya seperti bus kota, busway,tram, dan monorail. MRT bagian dari solusi dan kereta api.transportasi. MRT mampu mengangkut Untuk jarak tempuh Stasiun Lebakbulus-penumpang dari satu titik asal ke titik tujuan Bundaran HI diperkirakan hanya memakansecara cepat, dan dalam jumlah yang besar. waktu 30 menit, jauh lebih cepat denganNamun, selain MRT kondisi saat ini sekitar 1 sampai 2 jam pada untuk mengatasi kemacetan diperlukan saat-saat jam sibuk. Pada tahun pertama operasilangkah-langkah lain seperti, peningkatan nanti, tiap rangkaian MRT terdiri dari 6disiplin lalu lintas, pembatasan volume lalu gerbong. Masing-masing gerbong mampulintas, mendorong pengguna kendaraan pribadi. memuat sekitar 250 penumpang. Sekali jalan, MRT mampu mengangkut sekitar 1.500 Pemerintah Indonesia akan menerapkan penumpang. sistem MRT untuk mengatasi kemacetan diJakarta dan sekitarnya, Mass Rapid TransitJakarta (MRT Jakarta) yang berbasis relrencananya akan membentang kurang lebih±110.8 km , yang terdiri dari Koridor Selatan –Utara (Koridor Lebak Bulus – KampungBandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km danKoridor Timur – Barat sepanjang kurang lebih±87 km. Penetapan jalur ini sebagai prioritasdidasarkan pada pertimbangan, jalur Selatan- Gambar. 3 Skema Station MRT Phase IUtara Jakarta bersama dengan jalur Timur-Barat adalah jalur perekonomian yang cukup Kesimpulan:pesat untuk masa kini dan masa depan. 1. Transportasi sangat berguna untuk meningkatkan interaksi antara manusiaPembangunan Koridor Selatan-Utara dari dan pertumbuhan ekonomi suatuLebak Bulus – Kampung Bandan dilakukandalam 2 tahap: Negara atau Daerah 2. Kondisi kota Jakarta emakinTahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan mengkhawatirkan sehingga pemerintah Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 Indonesia harus dengan cepatstasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah mengelolala Permintaan Transportasitanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir (Transport Demand Management)2016. Saat ini sedang dalam pembuatan basicdesign (sejak November 2009) dan ditargetkan 3. Sebelum Mengoperasikan MRT diselesai akhir tahun ini dan pembangunan fisik Jakarta di terapkan, Pemerintah harusdimulai 2012 mampu mengurangi keinginanTahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara masyarakat untuk pemakaian kendaraandari Bundaran HI ke Kampung Bandan (8.1
6. pribadi dan berpindah ke tranportasiyang ramah lingkungan.

Transportasi Sebagai Aktivitas Sosial Ekonomi

Bagian I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000 pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.

Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang ada.

Skala ekonomi (economy of scale), lingkup ekonomi (economy of scope), dan keterkaitan (interconnectedness) harus tetap menjadi pertimbangan dalam pengembangan transportasi dalam kerangka desentralisasi dan otonomi daerah yang kerap didengungkan akhir-akhir ini. Ada satu kata kunci ini disini, yaitu integrasi, di mana berbagai pelayanan transportasi harus ditata sedemikian rupa sehingga saling terintegrasi, misalnya truk pengangkut kontainer, kereta api pengangkut barang, pelabuhan peti kemas, dan angkutan laut peti kemas, semuanya harus terintegrasi dan memungkinkan sistem transfer yang terus menerus (seamless).

Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat dipenuhi oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta pelayanan pelabuhan dan bandara yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut harus saling terintegrasi dalam satu sistem logistik dan manajemen yang mampu menunjang pembangunan nasional.

Transportasi jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana ketika seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka orang tersebut akan menemui perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan Indonesia. Disamping itu sudut pandang sosial juga mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola transportasi yang terbentuk juga merupakan perwujudan dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan transportasi penduduk akan terjadi secara massal dan masif ketika mendekati hari raya. Hal ini menunjukkan perwujudan sifat manusia yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung halaman setelah lama tinggal di perantauan.

Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang cukup besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.

Kurang tanggapnya pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang dapat diraih dari tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari. Sistem transportasi dan logistik yang efisien merupakan hal penting dalam menentukan keunggulan kompetitif dan juga terhadap pertumbuhan kinerja perdagangan nasional dalam ekonomi global. Jaringan urat nadi perekonomian akan sangat tergantung pada sistem transportasi yang andal dan efisien, yang dapat memfasilitasi pergerakan barang dan penumpang di berbagai wilayah di Indonesia.

Bagian II

TRANSPORTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Pada hakikatnya transportasi merupakan proses perpindahan barang, manusia, maupun jasa. Dalam proses perpindahan tersebut terdapat suatu proses dimana seseorang akan melakukan aktivitas ekonomi. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah ketika seorang mahasiswa berangkat menuju kampus menggunakan sarana transportasi umum berupa bus. Ketika mahasiswa menumpang bus tersebut telah terjadi aktivitas ekonomi disaat mahasiswa membayar ongkos kepada kernet. Dalam perjalanan biasanya pedagang asongan akan turut menumpang bus dengan menawarkan barang daganganya. Ketika itu kembali lagi terjadi aktivitas ekonomi disaat mahasiswa tersebut membeli barang dagangan pedagang tersebut. Melalui contoh sederhana tersebut dapat dimaknai bahwa transportasi merupakan sarana penunjang bagi aktifitas ekonomi.

Dalam era Otonomi daerah saat ini, transportasi memegang peranan penting bagi kelancaran pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Perubahan sistem dari sentralisasi menjadi desentralisasi membawa angin segar bagi daerah agar sebisa mungkin dapat mendayagunakan kemampuan dan potensi daerahnya untuk kelangsungan pembangunan. Distribusi barang dan jasa yang baik dan lancar menuntut keberadaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai agar distribusi mampu mengcover seluruh lingkup daerah tersebut.

Sebagai contoh adalah Propinsi Papua. Semenjak pemberlakuan otonomi daerah, propinsi Papua dituntut untuk lebih mandiri dalam pembangunan daerahnya dan pembangunan daerah Papua akan berjalan lancar jika distribusi barang, jasa, maupun manusia (dalam hal ini adalah tenaga ahli) berjalan sebagaimana mestinya. Namun demikian perbedaan spasial yang ada antara kota-kota besar di Papua dan daerah pedalaman memberikan hambatan yang cukup besar dalam distribusi. Perbedaan spasial disamping menyajikan keberagaman sumber daya antar daerah juga memberikan hambatan spasial yang tidak ringan baik itu dikarenakan oleh perbedaan topografi, perbedaan kultur, dan sebagainya. Selama ini distribusi barang dan jasa yang mampu mengcover seluruh wilayah Papua cukup mengandalkan sarana transportasi udara berupa penerbangan perintis. Melalui penerbangan perintis, kebutuhan akan distribusi barang dan jasa dapat tercover, mengingat hambatan spasial yang tidak dapat diatasi oleh sarana transportasi darat. Namun, selama ini titik pusat penerbangan perintis di Papua hanya terdapat di kota-kota besar seperti Jayapura, Merauke, Manokwari, Sorong, dan Biak. Disamping itu armada penerbangan perintis yang terdapat di Papua masih belum memadai dalam mengcover seluruh distribusi barang agar lebih cepat dan memiliki kuantitas yang besar. Hal ini disebabkan pesawat transport yang selama ini melayani rute penerbangan perintis tersebut masih berupa pesawat berbaling-baling berbadan kecil disamping kondisi bandara yang belum mampu didarati pesawat sekelas Boeing 737. Sehingga sampai saat ini pembangunan di Papua belum berjalan secara optimal.

Era otonomi daerah juga memberikan kesempatan bagi tiap-tiap daerah untuk memekarkan diri. Hal tersebut menyebabkan banyak wilayah mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, sampai Desa yang ingin melepaskan diri dari struktur yang lama karena merasa mampu mandiri untuk berdiri sebagai Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan sampai dengan Desa yang baru. Salah satu contoh propinsi baru hasil pemekaran daerah adalah propinsi Bangka-Belitung. Propinsi baru penghasil timah ini memiliki modal yang lebih dari cukup untuk berdiri sebagai propinsi. Namun demikian hambatan spasial berupa kondisi fisik propinsi tersebut yang berupa kepulauan dengan dua pulau terbesar yaitu pulau Bangka dan Belitung cukup memberikan permasalahan bagi distribusi pembangunan. Pengadaan dan optimalisasi armada transportasi baik armada laut maupun udara akan memudahkan distribusi barang dan jasa bagi propinsi baru tersebut. Dengan mengandalkan sarana transportasi laut yang memiliki jumlah armada yang belum memadai, nampaknya Propinsi Bangka-Belitung patut memikirkan optimalisasi sarana transportasi yang ada maupun memikirkan jalur transportasi udara agar mampu melancarkan distribusi pembangunan.

Dari beberapa contoh diatas dapat disimpulkan bahwa transportasi memegang peranan vital bagi pembangunan ekonomi daerah. Melalui tersedianya sarana dan prasarana yang baik maka distribusi barang, jasa, maupun manusia akan mampu berjalan lebih lancar, cepat, dan dalam kuantitas yang besar sehingga pembangunan di daerah akan berjalan dengan mulus.

A. TRANSPORTASI PUBLIK DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN

Dalam banyak kasus di lapangan dapat kita amati bahwa secara tidak langsung transportasi mencerminkan kondisi sosial suatu masyarakat. Pola pergerakan transportasi manusia juga merupakan salah satu cerminan kondisi sosial suatu masyarakat. Dalam waktu-waktu tertentu terkadang sejumlah besar penduduk melakukan pergerakan secara bersamaan secara masif dengan menggunakan sarana transportasi publik. Tentunya pergerakan penduduk ini akan berimplikasi pada perekonomian pula. Salah satu contoh dari kasus tersebut adalah fenomena mudik Lebaran.

Terdapat suatu fenomena menarik di masyarakat yang bisa disaksikan setiap tahun menjelang Idul Fitri atau Lebaran. Sebagian masyarakat daerah yang kebetulan bekerja di kota-kota besar menjalankan ritual tahunan berupa mudik ke tempat asalnya. Kerinduan terhadap daerah tempat dilahirkan dan dibesarkan, keinginan bersilaturahmi serta berkumpul bersama saudara dan handai taulan, serta motivasi lain semisal ingin menunjukkan keberhasilan hidup di kota, menjadi faktor pendorong dan alasan bagi warga masyarakat untuk pulang kampung.

Peristiwa itu seharusnya bisa ditangkap oleh pemerintah daerah untuk membantu pengembangan ekonomi Kabupaten atau Kota. Meskipun masa tinggal para pemudik di daerah asalnya tidak terlalu lama, hal itu tetap berdampak terhadap perekonomian daerah. Biasanya beberapa pemerintah daerah sudah menyiapkan acara penyambutan secara khusus terhadap para pemudik tersebut. Pola semacam itu bisa dikembangkan sehingga akhirnya timbul sinergi antara pemudik, kota besar, dan perekonomian daerah asal mereka.

Aktivitas mudik, terutama pada saat Lebaran di samping Natal dan Tahun Baru, merupakan perhelatan akbar tahunan yang diselenggarakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya pelaku mudik yang harus bekerja keras demi mewujudkan keinginan mereka, namun pemerintah dituntut pula berpartisipasi aktif dalam kegiatan itu.

Penyediaan sarana transportasi publik yang cukup, nyaman, dan memadai merupakan sebagian kecil tugas pemerintah yang dilakukan setiap tahun. Tahun lalu diperkirakan dua sampai tiga juta warga Jakarta kembali ke daerah asalnya untuk merayakan Lebaran bersama keluarga. Angka itu berarti lebih dari 30% total penduduk Jakarta yang berjumlah sekitar 8,4 juta jiwa.

Secara nasional diperkirakan ada sekitar 13,5 juta pemudik yang kembali ke daerah asalnya. Meski bersifat temporer, perpindahan penduduk dalam jumlah besar itu tentu berdampak secara ekonomi baik terhadap kota tempat bekerja maupun daerah-daerah yang dilalui dan dituju. Umumnya kaum pekerja yang ingin mudik harus mengumpulkan dan mempersiapkan dana jauh-jauh hari. Tidak berlebihan jika dikatakan mereka setahun penuh bekerja dan mengumpulkan uang dengan salah satu motivasinya agar bisa berlebaran di kampung halaman.

Perlu dicermati adalah apabila kegiatan mudik dikalkulasi secara ekonomi maka akan ditemukan fakta bahwa aktivitas tersebut melibatkan perputaran uang tidak sedikit. Memang belum ada penelitian dan perhitungan komprehensif mengenai masalah itu, namun diduga perputaran uang yang terkait secara langsung atau tidak langsung dengan kegiatan mudik bisa triliunan rupiah.

Fenomena ekonomi semacam itu menjadi bahan perdebatan antara pelaku, ekonom, dan pemerintah. Ada yang beranggapan mudik adalah pemborosan dan merupakan aktivitas yang bersifat counter productive. Secara ekonomi hal itu terkait dengan pemahaman mengenai konsep opportunity cost, yaitu uang yang sudah dipakai untuk satu kegiatan tidak akan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain.

B. Kondisi Transportasi Publik Indonesia

Setelah membahas pengaruh mudik lebaran dan aktivitas ekonomi ada baiknya kita mengakaji kondisi sarana transportasi publik yang selama ini menghubungkan seluruh daerah di Indonesia dan menjadi pendukung aktivitas ekonomi masyarakat.

Secara garis besar kondisi sarana dan prasarana transportasi publik di Indonesia masih belum dioptimalkan. Hal tersebut dapat dievaluasi secara sederhana melalui pengamatan di lapangan. Dalam bahasa keseharian, terdapat empat hal yang kita bisa jadikan tolok ukur dalam melakukan evaluasi sederhana kondisi transportasi kita, yaitu: keselamatan, keamanan, keterjangkauan, dan kenyamanan (keempat hal ini selanjutnya disebut dengan 4K).

Aspek pertama dan utama adalah masalah keselamatan. Hal ini tidak bisa ditawar karena kita semua tentunya tidak menginginkan musibah menimpa diri kita. Berbagai data kecelakaan (Jasa Raharja, kepolisian, Departemen Perhubungan) yang selalu berbeda menunjukkan bahwa angka korban kecelakaan meninggal dunia dan luka cukup mencengangkan, yaitu mencapai sekitar 80 orang per hari.

Aspek kedua adalah keamanan. Berbagai survei transportasi, baik di perkotaan maupun antarkota dan desa memperlihatkan bahwa para penumpang umumnya masih menempatkan aspek ini ke dalam dua hal utama dalam melakukan perjalanan. Wawancara sederhana dengan para pemudik Lebaran lalu dari berbagai modal angkutan menunjukkan bahwa keamanan merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para pemudik. Kenyataan ini konsisten dengan berbagai kajian bahwa faktor keamanan sangat memengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan jenis kendaraan yang dipilih, misalnya bis dengan kereta api, pesawat dengan kendaraan carteran, dan lain-lain.

Ketiga adalah masalah keterjangkauan. Seseorang memilih alat angkut tentunya berdasarkan anggaran di kantong masing-masing. Ada yang bisa naik kapal terbang atau naik kapal laut, selebihnya dengan bis, kereta api, kendaraan pribadi, sepeda motor, atau yang lainnya. Pemerintah terlihat telah berupaya maksimal untuk mengatur tarif sehingga aspek keterjangkauan ini tidak menyusahkan rakyat banyak. Pelayanan angkutan kelas ekonomi, yang sering kali dianggap sebagai kewajiban pelayanan umum, telah dicoba untuk diatur sehingga masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki berbagai aksesibilitas dalam aktivitas kesehariannya.

Fenomena low cost carrier atau kapal terbang yang terjangkau menyebabkan sebagian pemudik angkutan laut berpindah naik kapal terbang. Bandara menjadi semakin ramai dan bahkan overcrowded sehingga masalah 4K juga sekarang menular di angkutan udara. Di angkutan darat, tekanan terhadap kereta api tidak sedramatis dulu karena sekarang banyak alternatif bagi pemudik, misalnya bis yang jumlahnya cukup banyak, mobil carteran, dan bahkan sepeda motor yang semakin menjadi favorit di kalangan tertentu karna keterjangkauannya.

Aspek terakhir dari 4K adalah kenyamanan. Dalam suasana di mana pasokan (supply) jauh lebih kecil daripada permintaan (demand), maka aspek ini tampaknya harus agak ditoleransi oleh para penumpang angkutan umum, utamanya yang berkantong pas-pasan. Kenyamanan tampaknya menjadi aspek luxury bagi sebagian besar pengguna transportasi di Indonesia. Dari mulai mereka yang berjalan kaki, naik kendaraan tidak bermotor, sepeda motor, hingga kendaraan mewah, tidak akan terlepas dari aspek ketidaknyamanan, tentunya dengan derajat yang berbeda-beda.

Bagi mereka yang berpenghasilan rendah, aspek survival akan lebih mengemuka dalam melakukan perjalanan. Sedangkan bagi mereka yang berpenghasilan menengah ke atas, perjalanan pada waktu, ruang, dan moda yang sama (kendaraan pribadi) biasanya akan menyebabkan kemacetan dan berujung pada ketidaknyamanan.

Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya transportasi memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perdagangan. Kelancaran dan ketepatan waktu pengiriman barang baik itu untuk ekspor maupun impor menjadi harga mutlak dalam perdagangan internasional.

Indonesia sebagai negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentunya patut memperhatikan fakta tersebut. Selama ini arus barang dan jasa yang masuk menuju Indonesia didominasi oleh jalur udara dan perairan, mengingat kondisi Indonesia berupa negara kepulauan sehingga arus barang dan jasa yang masuk melalui Indonesia terbatas di Kalimantan (Malaysia Serawak), dan Papua (Papua New Guinea). Jalur perairan didominasi oleh kapal-kapal kargo dan tanker besar yang memasok barang baik keluar maupun masuk dari pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia. Kebanyakan dari kapal-kapal tersebut datang melalui Selat Malaka menuju Singapura dan berlabuh di pelabuhan utama Jawa. Jalur udara merupakan jalur yang lebih fleksibel dalam mengcover seluruh wilayah Indonesia, namun kapasitas angkutnya lebih terbatas dibandingkan dengan kapal.

Dalam aplikasinya di lapangan, kebanyakan hambatan dalam pendistribusian barang melalui perairan adalah faktor regulasi yang rumit dan pungutan liar. Akibatnya banyak pengiriman barang yang tertunda akibat waktu pengurusan izin. Disamping itu masalah keamanan juga menjadi isu yang penting. Selama ini kawasan selat Malaka masih disatroni oleh kawanan perompak yang kebanyakan bersembunyi di daerah Sungai Musi Palembang. Hambatan fisik berupa kondisi cuaca juga berpengaruh, namun semenjak ditemukanya peralatan navigasi perairan modern hambatan ini dapat dieliminir.

Hambatan dalam pendistribusian barang maupun jasa melalui udara kembali tidak lepas dari prosedur imigrasi dan pungutan liar sehingga arus distribusi cenderung melambat. Namun demikian jalur udara merupakan jalur distribusi yang permasalahnya tidak serumit jalur distribusi perairan dan elatif aman sehingga kerap dijadikan sarana bagi penyelundup untuk menyelundupkan barang baik keluar maupun masuk menuju Indonesia.

Hambatan-hambatan tersebut terkadang juga terkadang datang dari negara lain. Contohnya adalah masalah embargo ekonomi. Melalui embargo ekonomi negara lain dapat menutup hubungan dagang dan berakibat pada instabilitas pemasukan negara dari perdagangan.

Berbagai permasalahan dalam transportasi barang dan jasa baik dari luar negeri maupun dalam negeri dapat mengurangi volume perdagangan nasional. Hal tersebut dapat menciptakan penurunan volume dagang dan investasi. Pemerintah sudah sepatutnya memberikan perhatian yang cukup dalam menangani permasalahan-permasalahan tersebut untuk meningkatkan pemasukan Negara yang berguna bagi pembangunan.

C. Kebutuhan Energi di Sektor Transportasi

Proyeksi kebutuhan energi untuk sektor transportasi termasuk di dalamnya subsektor transportasi darat, udara, air dan kereta api. Kebutuhan energi yang terbesar didominasi oleh angkutan darat sebesar 80 % dari total kebutuhan. Transportasi darat diperkirakan akan tumbuh sebesar 5.2 % per tahun sedangkan untuk transportasi air dan udara naik masing-masing sebesar 7.1 % dan 6.6% pertahun. Transportasi air yang tumbuh paling cepat hanya mempunyai pangsa 14 % sedangkan transportasi udara dengan pangsa 9 % pada yang tumbuh sebesar 6.5 % per tahun. Pangsa konsumsi energi listrik ini masih sangat kecil yaitu sebesar 0.2 % pada tahun 2021 atau sebesar 5 PJ/tahun.

Berdasarkan skenario DNC dapat dihitung emisi polutan yang ditimbulkan oleh penggunaan energi di sektor transportasi berdasarkan koefisien emisi kendaraan bermotor. Untuk menentukan koefisien emisi dilakukan pengambilan sampel gas buang kendaraan bermotor pada saat diam. Dilakukan juga observasi dengan menggunakan kamera video pada berbagai jenis kondisi lalu lintas. Pengambilan sampel dilakukan pada 350 kendaraan secara random di berbagai tempat di Jakarta. Dengan tambahan informasi dari literatur dan dengan menggunakan data hasil pengukuran dapat ditentukan koefisien emisi. Yang termasuk dalam perhitungan ini adalah emisi NO2, SO2, SPM dan VHC untuk wilayah Jawa.

Beberapa kebijaksanaan pemerintah yang telah dilaksanaan untuk mengurangi emisi polutan dan diversifikasi penggunaan energi di sektor transportasi ditunjukkan pada Tabel 2. Bensin yang saat ini beredar yaitu Premium RON 92, Premix RON 94, Premium TT dan Super TT. Dengan adanya bensin tanpa Pb ini maka terbuka peluang untuk pemasangan katalitik konverter yang dapat mengurangi emisi polutan dari gas buang kendaraan bermotor. Sedangkan penggunaan kendaraan berbahan bakar gas (CNG maupun LPG) disamping akan mengurangi emisi juga untuk menunjang program diversifikasi. Pada skenario ERC pengurangan emisi ditekankan pada penggunaan katalitik konverter pada kendaraan berbahan bakar bensin dan penggunaan mesin diesel yang beremisi rendah. Dengan skenario ERC dapat mengurangi emisi rata-rata sebesar 85 % bila dibandingkan dengan skenario DNC. Pengurangan emisi SO2, NO2, VHC dan SPM pada tahun 2021 di Jawa masing-masing adalah sebesar 0.07 juta ton per tahun, 0.65 juta ton per tahun, 0.20 juta ton per tahun dan 0.01 juta ton per tahun. Pengurangan terbesar emisi NO2 dan VHC karena penggunaan katalitik konverter.

D. Penggunaan Teknologi Pengurangan Emisi

Teknologi yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi gas buang adalah penggunaan katalitik konverter pada kendaraan yang berbahan bakar bensin dan penggunaan mesin diesel yang beremisi rendah. Beberapa negara maju telah melakukan penelitian serta menggunakan katalitik konverter untuk mengurangi emisi NOx, CO dan VHC dari gas buang kendaraan yang menggunakan BBM. Pemasangan katalitik konverter untuk mobil baru dapat menurunkan emisi NOx, CO dan VHC sebesar 90 %.Persentasi penurunan emisi Nox dapat berkurang sampai menjadi 70 % untuk mobil yang sudah beroperasi lebih dari 80.000 km. Katalitik konverter ini hanya bisa diterapkan untuk kendaraan yang menggunakan BBM yang tidak mengandung Pb (tanpa TEL). Biaya tambahan untuk pemasangannya adalah sebesar 5 % dari rata-rata harga mobil. Penetapan suatu standar yang berupa undang-undang atau surat keputusan diperlukan sebagai upaya untuk pengendalian pencemaran. Sampai saat ini sudah ada Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keputusan Menteri KLH tahun 1988 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan, Keputusan Menteri KLH tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan untuk DKI Jakarta ada SK Gubernur tahun 1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan. Dengan adanya standar ini diperlukan pelaksana pengawasan sehingga baku mutu yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Dengan meningkatkan efisiensi penggunaan energi maka energi yang dibutuhkan per unit output akan berkurang sehingga akan mengurangi besarnya emisi per unit operasi kendaraan tiap kilometer. Peluang untuk meningkatkan efisiensi dan konservasi masih terbuka untuk sektor transportasi. Penetapan suatu standar yang berupa undang-undang atau surat keputusan diperlukan sebagai upaya untuk pengendalian pencemaran. Sampai saat ini sudah ada Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keputusan Menteri KLH tahun 1988 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan, Keputusan Menteri KLH tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi

Sumber Tidak Bergerak dan untuk DKI Jakarta ada SK Gubernur tahun 1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan. Dengan adanya standar ini diperlukan pelaksana pengawasan sehingga baku mutu yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan meningkatkan efisiensi penggunaan energi maka energi yang dibutuhkan per unit output akan berkurang sehingga akan mengurangi besarnya emisi per unit operasi kendaraan tiap kilometer. Peluang untuk meningkatkan efisiensi dan konservasi masih terbuka untuk sektor transportasi.

Bagian III

KESIMPULAN

Sektor transportasi tumbuh dan berkembang seiring dengan peningkatan erekonomian nasional. Transportasi merupakan sarana yang penting bagi masyarakat modern untuk memperlancar mobilitas manusia dan barang. Saat ini BBM merupakan andalan utama bahan bakar di sektor transportasi. Pada tahun delapan puluhan, pemakaian bahan bakar minyak (BBM) di sektor transportasi telah mengalami pertumbuhan sebesar 6,8 % per tahun. Mengingat sumber daya minyak bumi semakin terbatas maka perlu diupayakan diversifikasi energi untuk sektor transportasi. Gas buang sisa pembakaran BBM mengandung bahan-bahan pencemar seperti SO2 (Sulfur Dioksida), NOx (Nitrogen Oksida), CO (Karbon Monoksida), VHC (Volatile hydrocarbon), SPM (Suspended Particulate Matter) dan partikel lainnya. Bahan-bahan pencemar tersebut dapat berdampak negatif terhadap manusia ataupun ekosistem bila melebihi konsentrasi tertentu.

Dengan peningkatan penggunaan BBM untuk sektor transportasi maka gas buang yang mengandung polutan juga akan naik dan akan mempertinggi kadar pencemaran udara. Oleh karena itu perlu suatu strategi yang tepat dalam penggunaan energi di sektor transportasi untuk mengurangi emisi polutan ini sehingga penggunaan energi dapat tetap ramah terhadap lingkungan.

Dengan skenario DNC penggunaan energi di sektor transportasi untuk jangka panjang akan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan akibat emisi gas buang. Pencemaran lingkungan tersebut dapat dikurangi dengan menerapkan teknologi baru untuk kendaraan bermotor. Teknologi yang bisa diterapkan untuk mengurangi emisi khususnya yang berupa emisi NOx, CO dan VHC adalah : penggantian BBM ke BBG, pemasangan katalitik konverter pada kendaraan berbahan bakar bensin dan penggunaan mesin diesel yang beremisi rendah. Teknologi ini diterapkan pada skenario ERC sehingga dapat mengurangi emisi NO2, SO2, SPM dan VHC.

Peluang terbesar untuk mengurangi emisi adalah penggunaan katalitik konverver dan penggunaan mesin diesel yang beremisi rendah karena BBM Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai transportasi dan pengaruhnya pada aspek sosial dan ekonomi antara lain adalah :

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya.
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain.
Kebanyakan dari negara maju menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Ada baiknya pemerintah memperhatikan hal tersebut.
Sistem transportasi dan logistik yang efisien merupakan hal penting dalam menentukan keunggulan kompetitif dan juga terhadap pertumbuhan kinerja perdagangan nasional dalam ekonomi global.
Secara tidak langsung transportasi mencerminkan kondisi social suatu masyarakat.
Berbagai permasalahan dalam transportasi barang dan jasa baik dari luar negeri maupun dalam negeri dapat mengurangi volume perdagangan nasional.

Transportasi Sebagai Aktivitas

Makalah Ekonomi Transportasi

BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi adalah suatu pelayanan jasa yang kita butuhkan setiap harinya demikian juga bagi masyarakat lain didunia. Pernah tidak kita bayangkan apabila satu hari saja pelayanan transportasi berhenti. Akan banyak sekali dampak yang ditimbulkannya. Mungkin ada orang yang tidak bisa makan pada hari itu, akan ada orang yang tidak bisa bekerja, barang-barang tidak akan bisa didistribusikan, perekonomian akan macet total. Pendek kata transporasti sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern.
Oleh karena itu dampak transportasi terhadap kehidupan umat manusia sangat banyak positifnya. , untuk membahas apa benar transportasi yang begitu bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, ternyata ada dampak negatifnya atau paling tidak berdampak kurang baik terhadap kehidupan manusia apabila jasa transportasi tidak dikelolah dengan baik atau tidak digunakan untuk tujuan baik.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas adalah antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan tranportasi dalam kehidupan masyarakat ?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk dapat memahami mengenai bagaimana peranann transportasi dalam kehidupan masyarakat.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis sehubungan dengan hari akhir atau hari kiamat.

E. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan yang bersumber dari referensi-referensi yang berhubungan dengan judul yang dibahas , artikel-artikel serta media online.

BAB.II
PEMBAHASAN
A. Pengertian transportasi
Dewasa ini ,pertama – tama ekonomi transportasi mengandung arti yang baru sebagai suatu studi tentang fungsi transportasi didalam struktur dan berbagai aktivitas dari system ekonomi dan dari organisasi social sebagai keseluruhan di Negara yang bersangkutan. Sejalan dengan itu, ekonomi transportsai bertujuan untuk dapat mengerti dan memahami fungsi transportasi.
Pengertian transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare ,dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) kesebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan / atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

B. Klasifikasi Transportasi
Transportasi dapat diklasifikasikan menurut macam atau moda atau jenisnya (modes of transportations) yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis transportasi itu berlangsung dan dari sudut tekhnik dan serta alat angkutnya.
C. Peran Transportasi
Transportasi merupakan unsure yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi , social, politik dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan mengikuti perkembangan yang terjdi dalam berbagai bidang dan sector tersebut. Hubungan antara kemajuan berbagai aspek jasa transportasi ini adalah berkaitan erat sekali dan saling bergantung satu sama lainnya.
Sehubungan dengan itu pembangunan bidang ekonomi dan bidang – bidang lainnya perlu didukung dengan pembangunan dan perbaikan dalam sektoer transportasiatau sector pengangkutan tersebut.
D. Manfaat transportasi

Menurut Sukarto (2006: 94-95) transportasi memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia yang meliputi manfaat sosial, ekonomi, politik, dan fisik.
1) Manfaat Sosial
Dalam kehidupan sosial / bermasyarakat ada bentuk hubungan yang bersifat resmi, seperti hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta, maupun hubungan yang bersifat tidak resmi, seperti hubungan keluarga, sahabat, dan sebagainya. Untuk kepentingan hubungan sosial ini, transportasi sangat membantu dalam menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan, seperti:
a) Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok
b) Pertukaran dan penyampaian informasi
c) Perjalanan pribadi maupun sosial
d) Mempersingkat waktu tempuh antara rumah dan tempat bekerja
e) Mendukung perluasan kota atau penyebaran penduduk menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.

2) Manfaat Ekonomi
Manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Sumberdaya alam ini perlu diolah melalui proses produksi untuk menjadi bahan siap pakai untuk dipasarkan, sehingga selanjutnya terjadi proses tukar menukar antara penjual dan pembeli. Tujuan dari kegiatan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan manusia melalui cara mengubah letak geografi orang maupun barang. Dengan transportasi, bahan baku dibawa ke tempat produksi, dan dengan transportasi pula hasil produksi dibawa ke pasar. Para konsumen datang ke pasar atau tempat-tempat pelayanan yang lain (rumah sakit, pusat rekreasi, pusat perbelanjaan dan seterusnya) dengan menggunakan transportasi.
3) Manfaat Politik
Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi memegang peranan penting. Beberapa manfaat politik transportasi, adalah:
a) Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan isolasi.
b) Transportasi mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas secara lebih merata.
c) Keamanan negara sangat tergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi kemampuan dan ketahanan nasional, serta memungkinkan perpindahan pasukan selama masa perang atau untuk menjaga keamanan dalam negeri.
d) Sistem transportasi yang efisien memungkinkan perpindahan penduduk dari daerah bencana.
4) Manfaat Fisik
Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan kota sesuai dengan rencana tata guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung penuh terhadap perkembangan fisik suatu kota atau wilayah

E. Masalah transportasi darat di kota Ambon

Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Ambon cukuplah kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Namun permasalahan trnsportasi yang terjadi di Kota Ambon terjadi hampir di setiap jaringan atau unit-unit hingga unit terkecil dari sistem tersebutpun memiliki masalah. Masalah yang terjadi bisa masalah yang terjadi dari unit tersebut maupun masalah akibat pengaruh dari sistem.
Sistem dan fasilitas trasnportasi memang diakui banyak pihak telah membawa dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia dari waktu ke waktu, namun tidak dapat dipungkiri bahwa seiring perkembangannya, transportasi juga membawa masalah-masalah dari setiap pergerakannya.

a) Masalah Lingkungan

Polusi
Salah satu hasil dari sistem transportasi yang tidak diinginkan adalah polusi yang ditimbulkan. Menurut data jasa raharja tahun 2007, transportasi merupakan penyumbang emisi sebanyak 23,6%. Transportasi darat turut menyumbang sebagian besar dari angka 23,6% tersebut, hal ini kembali ke pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya yaitu karena dominasi aktifitas transportasi berada di darat. Tingginya angka emisi yang ditimbulkan oleh transportasi darat dikarenakan beberapa faktor seperti:
1. Tidak ada kebijakan yang mengontrol sistem emisi transportasi
2. Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor yang seharusnya wajib dilakukan secara berkala tidak berjalan dengan efektif
3. Kualitas BBM yang rendah
4. Tingginya mobilitas manusia di darat
5. Tingginya penggunaan kendaraan bermotor
7. Rendahnya kualitas angkutan umum
Permasalahan polusi udara layaknya ditangani dengan optimal karena kondisi bumi saat ini yang sudah hampir mencapai ambang batas, dimana lingkungan tidak lagi mampu memenuhi semua kebutuhan manusia. Efek paling buruk dari emisi transportasi ini adalah meningkatkan resiko pemanasan global dan kerusakan ozon. Masalah lain yang timbul akibat polusi udara adala terganggunya kesehatan masyarakat. Tingginya dominasi transportasi yang ada di darat dengan banyaknya masuia yang berada di lokasi sekitar aktifitas trasnportasi membuat masyarakat menghirup udara yang terkontaminasi dengan limbah bahan bakar kendaraan. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat karena bisa menyebabkan penyakit pernafasan, termasuk diantaranya asma, bronchitis serta penyakit pernafasan lainnya.
Bentuk polusi yang lain yang cukup mengganggu dan mungkin berbahaya secara fisis maupun psikis adalah kebisingan udara. Ini adalah hasil yang tidak diinginkan dari setiap pergerakan. Masalah ini sering terjadi di jalan-jalan dimana kendaraan beroperasi dengan kecepatan yang tinggi atau kendaraan-kendaraan yang memodifikasi alat pembuangannya hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

b) Masalah Sosial

Kemacetan

Kemacetan merupakan salah satu masalah yang dinilai paling mengganggu kenyamanan pengguna transportasi darat, kemacetan dapat mengurangi efektifitas kerja maupun kegiatan masayarakat, memperlambat manusia untuk melakukan katifitas, meningkatkan polusi udara, polusi suara serta merupakan pemborosan bahan bakar yang semakin hari semakin menipis.
Kemacetan lalu-lintas di jalan raya disebabkan ruas-ruas jalan sudah tidak mampu menampung luapan arus kendaraan yang datang serta luasan dari jalan tersebut tidak seimbang dengan jumlah kendaraan yang melintas. Hal ini terjadi, juga karena pengaruh hambatan samping yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan ruas jalan, seperti: parkir di badan jalan, berjualan di trotoar dan badan jalan, pangkalan becak dan angkutan umum, kegiatan sosial yang menggunakan badan jalan, serta adanya masyarakat yang berjalan di badan jalan. Selain itu, kemacetan juga sering terjadi akibat manajemen transportasi yang kurang baik, ditambah lagi tingginya aksesibilitas kegunaan lahan di sekitar sisi jalan tersebut.
Kemacetan lalu lintas juga seringkali disebabkan rendahnya tingkat kedisiplinan pengguna jalan, misalnya parkir di badan jalan, angkutan umum yang sering berhenti di sembarang tempat, kendaraan-kendaraan yang enggan rapat kiri ataupun kendaraan-kendaraan yang membelok di sembarang tempat.

Kecelakaan Lalu Lintas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan lalu lintas terutama di darat sangatlah beragam, mulai dari faktor pengemudi, faktor kendaraan dan faktor cuaca
a. Faktor Manusia
Faktor manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing untuk balapan di jalan umum.
Banyaknya kasus kecelakaan darat selama ini dikarenakan supir kendaraan yang mengantuk saat mengemudi, hal ini biasanya terjadi pada kendaraan-kendaraan yang muatannya berupa barang, seringkali kendaraan tersebut melakukan perjalanan di malam hari dengan menempuh rute yang cukup jauh sehingga diperlukan kondisi tubuh yang baik.
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan terkadang tidak diikuti dengan kesadaran pengguna jalan untuk mentaati rambu-rambu lalu lintas atau saling menghormani sesama pengguna jalan, padahal contoh kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa sudah sering diberitakan di media masa. Ketidakdisiplinan dari pengguna jalan ini tentu dapat membahayakan pengguna jalan yang lain, manusia tidak akan tau apakah ia akan mengalami kecelakaan lalu lintas sebagai korban yang ditubruk atau menjadi tersangka penabrakan.
b. Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
Pengujian kendaraan bermotor secara regular merupakan hal wajib yang seharusya dilakukan setipa pemilik kendaraan bermotor apakah kendaraannya masih layak jalan. Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit PKB dan pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah, bagi kendaraan yang memenuhi kelaikan akan disahkan oleh pejabat yang ditunjuk akan diberi tanda uji. Pada pengujian berkala, hal yang akan diuji adalah :
1. sistem pengereman dan daya pengereman
2. Lampu-lampu dan daya pancar lampu utama
3. Emisi gas buang
4. Sistem kemudi beserta kaki-kakinya
5. Speedometer
c. Faktor Cuaca
Hari hujan juga mempengaruhi kinerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
Angka kecelakaan mencerminkan kualitas managemen transportasi yang ada di dalam suatu wilayah, bagaimana pengaturan jalan raya, pengawasan peraturan lalu lintas yang ditepakan serta bagaimana sistem tersebut menjamin semua jaringan transportasi bisa berfungsi dengan baik agar tidak membahayakan penggunanya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sistem transportasi, managemen transportasi, jaringan transportasi belum bisa dikatakan baik karena angka kecelakaan lalu lintas serta kerugian yang ditimbulkannya masih cukup tinggi. Kelalaian dari aparat pengendali juga sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas terutama darat, semisal ada masyarakat yang tidak menggunakan helm di jalan raya, terkadang polisi lalu lintas acuh atau tidak peduli.
Pola pengaturan atau penataan jaringan jalan juga dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan lalu lintas darat, jalan yang berlubang ditambah dengan kurangnya fasilitas transportasi contohnya lambu penerangan jalan, maka resiko kecelakaan cukup tinggi.
Masalah Fasilitas dan Pelayanan
Kurangnya Fasilitas Transportasi
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yang pesat tanpa diikuti dengan pengadaan sistem trasnportasi yang memadai untuk ukuran kota itu merupakan bentuk besarnya demand daripada supply nya, begitu pula kebalikannya, lajunya pertumbuhan sistem transportasi yang tidak sesuai dengan ukuran perkembangan suatu kota, merupakan wujud supply lebih besar daripada demand untuk transportasi. Kondisi-kondisi yang telah disebutkan di atas akan berakibat pada timbulnya permasalahan-permasalahan baru dalam sistem transportasi.

F. Solusi kemacetan

Kemacetan menjadi momok baru bagi warga Kota Ambon. Tingginya jumlah kendaraan, serta belum terpenuhinya kebutuhan transportasi layak dan memadai menjadi salah satu sebab terjadinya kemacetan di wilayah ini. Ada beberapa titik kemacetan terparah, di antaranya di jalan pantai Mardika,di depan masjid Batu Merah An-nur, pasar Baku Dapa Arumbai dan lain sebagainya. Sementara kepadatan arus kendaraan cukup tinggi sehinnga kerap tersendat. Apalagi jika terjadi kasus kecelakaan di jalur-jalur vital, kemacetan panjang sudah pasti tak terelakkan.
Pemerintah Kota Ambon bekerja sama dengan pihak kepolisian telah berupaya mengatasi momok kemacetan ini. Di antaranya rekayasa lalu lintas, penempatan personil di titik rawan macet, serta berbagai upaya lain seperti perbaikan dan penambahan infrastruktur jalan.Serta adanya pelayanan transportasi yang baik dapat menekan kemacetan.

BAB.II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan / atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Transportasi dapat diklasifikasikan menurut macam atau moda atau jenisnya (modes of transportations) yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis transportasi itu berlangsung dan dari sudut tekhnik dan serta alat angkutnya.
Disamping memiliki peran dan manfaat yang banyak bagi kebutuhan masyarakat transportasi juga memiliki dampak negative yang sngat merugikan masyarakat disekitarnya.

B. Saran
Untuk menangani masalah kemacetan yang ada dan sering terjadi pemerintah harus sigap mengambil kebijakan memperbaiki fasilitas transportasi serta dapat menekan perizinan operasi bagi angkutan yang baru.Selain itu juga pengawasan yang ketat terhadap suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah lebih penting.

DAFTAR PUSTAKA

Kamaludin,Rustian.2003.Ekonomi Transportasi,karekteristik,teori dan kebijakan.jakarta:Ghalia Indonesia
http://www.okezone.com
Ambon Ekspres

Menakjubkan: Perahu Nabi Nuh AS Telah Ditemukan Melalui Penelitian Ilmiah (revised and completed)


http://pro-iklan-gratis.blogspot.com/2009/12/sejarah-mobil-pertama-berbahan-bensin.html
– See more at: http://poetralombe.blogspot.com/2013/04/makalah-ekonomi-transportasi.html#sthash.n30k6KvW.dpuf
http://poetralombe.blogspot.com/2013/04/makalah-ekonomi-transportasi.html

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DI INDONESIA

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DI INDONESIA

Dalam sejarah perkembangannya, manusia selalu mengalami perubahan. Baik dalam beberapa hal manusia selalu dituntut untuk bisa bertahan hidup. Namun tak hanya itu, sejak manusia purba sampai manusia modern terus beradabtasi baik dengan lingkungan (alam) nya maupun dengan hubungannya dengan sesamanya. Terciptanya system teknologi, melalui dibuatnya peralatan dengan berbagai kebutuhannya untuk bertahan hidup, kini berubah sebagai alat untuk memudahkan manusia bertahan hidup dan menjalaninya,bahkan sebagai prestise dan gaya hidup. Teknologi dipahami sebagai segala sesuatu yang menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Alat transportasi yang awalnya manusia hanya menggunakan alas kaki dan tenaga binatang guna mencapai tempat tujuan, kini sejalan dengan laju perkembangan teknologi, bergam kendaraan diciptakan. Udara, darat, air, semua terjamah. Berawal dari rasa keingin tahuan manusia terhadap lingkungannya dan mencari tempat yang dapat dihuni untuk memenuhi segala keinginannya, manusia menciptakan alata transportasi. Bahkan demi hasratnya ini bangsa Barat berlayar ke Timur. Keinginan nuntuk hidup dan hidup lebih mendorong terciptanya penjajahan dan
penindasan terhadap yang lain.

Di Indonesia perkembangan transportasi mulai dirasakan setelah bangsa asing berdatangan ke Indonesia. Sebelumnya masyarakat di Indonesia hanya menggunakan sarana transportasi hewan seperti kuda, lembu, dan sapi untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ketempat yang lain. Setelah datangnya bangsa asing transport tasi di Indonesia mulai menggunakan alat gerobak yang beroda. Kemudian perkembangan transportasi Indonesi semakin maju ketika Indonesia mulai dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada masa ini alat-alat transportasi sudah menggunakan mesin-mesin pengangkut. Kedatangan bangsa-bangsa Belanda membawa peralatan transportasi data yang sudah modern.
Kemajuan transportasi di Indonesia berlanjut ketika pemerintah inggris menjadi penguasa. Pada masa itu Indonesia dipimpin oleh Rafles yang kemudian mengembangakan system transportasi Indonesia dengan membangun jalan raya yang membentang dari Anyer sampai Panarukan. Disamping itu pemerintah Rafles juga membangun stasiun-stasiun kereta api di daerah-daerah kemajuan transportasi pada masa pemerintahan Inggris ini ditujukan untuk memperlancar distribusi hasil-hasil produksi industri Inggris ke Indonesia. Setelah berakhirnya pemerintahan Inggris di Indonesia system transportasi di Indonesia lama kelamaan mengalami kemajuan.
Perkembangan teknologi transportasi di Indonesia terus berlanjut sampai Indonesia merdeka. Pemerintah mengembangkan teknologi transportasi didorong oleh kebutuhan manusia akan transportasi. Dengan adanya transportasi dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia. Secara umum pemerintah Indonesia pada masa itu meningkatkan teknologi transportasi karena dengan adanya fungsi transportasi yaitu, pertama memperlancar hubungan, pengangkutan dan interaksi antar desa, antar kota, antar wilayah, antar pulau, bahkan antar Negara. Hal ini dilakukan karena keadaan wilayah Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dipisahkan oleh perairan. Kedua, memperlancar mobilitas arus perperpindahan penduduk, distribusi barang dan jasa serta informasi ke seluruh pelosok tanah air.

Dari tahun ketahun sistem teknologi transportasi di Indonesia semakin meningkat. Pada masa pemerintahan orde baru teknologi transportasi dijadikan sebagai program pembangunan. Hal ini dilaksanakan agar pemerintah Indonesia dapat memberikan kemudahan bagi rakyat Indonesia untuk mengakses po tensi-po tensi daerah lain. Kebijakan transportasi pertama kali yang dilakukan pemerintah orde baru adalah melakukan ekspor alat transportsi umum berupa bus secara besar-besaran, pembangunan terminal-terminal, serta jalan-jalan raya penghubung antar daerah. Pelaksanaan program ini dilakukan oleh Departemen Perhubungan. Kemudian pemerintah orde baru membentuk lembaga transportsi darat yaitu Preusahaan Jawatan Kereta Api dan perusahaan umum angkutan bus yang disebut Perum Damri.

Seiring dengan munsulnya era kebebasan perusahaan-perusahaan transportasi mulai berkembang. Banyak bermunculan perusahaan-perusahaan transportasi di Indonesia. Disamping itu pemerintah indonesi juga mendirikan pabrik karoseri atau pabrik perakitan alat-alat transportasi. Pendirian pabrik ini membawa kemajuan transportasi yang sangat pesat di Indonesia. Bahkan sampai era sekarang transportasi di Indonesia mengalami puncaknya hingga memunculkan masalah kepadatan arus lalulintas dijalan . jalan-jalan menjadi padat dengan bertambahnya alat-alat transportasi.
Secara umum teknologi transportasi di Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah yaitu daratan, lautan dan udara. Adapun perkembangan transportasidi Indonesia di ketiga wilayah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Transportasi darat
1) Angkutan jalan raya
2) Angkutan kereta api
b. Penyeberangan dan transportasi laut
1) Angkutan kapal laut
c. Transportasi udara
1) Pesawat terbang

• Masalah yang dihadapi transportasi di Indonesia

Hilangnya Adam Air di perairan Majene Sulawesi Selatan,1 Januari 2007, menewaskan 102 awak dan penumpangnya, disusul lagi patahnya badan pesawat maskapai yang sama saat akan take off ,meski tidak ada korban jiwa dan dilanjutkan dengan terbakarnya Garura Indonesia di Yogjakarta beberapa saat setelah landing, 7 Maret 2007 lalu menewaskan 21 orang penumpangnya. Peristiwa naas ini tidak hanya melanda transportasi udara, laut dan darat juga mengalami hal serupa. Tenggelamnya KM Senopati, terbakarnya KM.Levina ditambah lagi kereta api Bengawan yang terjun ke sungai serta,beberapa kali kereta api keluar dari relnya, semuanya ini merenggut korban jiwa dan materi yang tidak sedikit.

Pada tahun 2006 saja, data statistik kecelakaan transportasi yang dikeluarkan Departemen Perhubungan menyebutkan, telah terjadi 79 kasus kecelakaan kerata api yang menewaskan 50 orang. Kecelakaan di jalan raya jumlah korban meninggal sebanyak 11.619 orang. Dan untuk angkutan udara terdapat 46 kasus mulai dari pesawat tergelincir, pecah ban sampai mendarat di bandara yang bukan tujuan akhirnya. Dan untuk angkutan laut dan penyeberangan tercatat 81 kasus termasuk kecelakaan KM. Senopati Nusantara 29 Desember 2006 yang tercatat sebagai kecelakaan paling buruk karena jumlah korban melebihi 400 orang. Sungguh semua ini merupakan awan kelabu bagi dunia transportasi Indonesia. Akibatnya masyarakat yang hendak melakukan perjalanan menggunakan jasa transportasi apa saja, yang ada hanya kekhawatiran. Karena semua jasa transportasi jelas-jelas dirasakan sudah tidak aman.

Sistem jaringan transporasi di Indonesia saat ini jauh dari baik. Padahal pergerakan penumpang dalam dan antar wilayah, pergerakan ekonomi, jaringan distribusi dan sistem logistik barang dan jasa sangat tergantung pada sistem jaringan transportasi. Sistem jaringan transportasi yang stabil dan handal sangat menentukan efisiensi perekonomian. Berbagai musibah transportasi yang beruntun terjadi di Indonesia melahirkan suara-suara yang menuntut agar Menteri Perhubungan Hatta Rajasa segera mundur dari jabatannya. Karena dianggap tidak mampu mengatur berbagai regulasi di Departemen Perhubungan dengan baik. “Saya sudah serahkan kepada Presiden, dan siap untuk apapun. Terserah kepada presiden.” Demikian jawaban Hatta kepada wartawan menanggapi suara-suara yang memintanya untuk mundur dari jabatannya sehari setelah peristiwa terbakarnya pesawat Garuda. Namun apakah dengan digantinya menteri Perhubungan dapat menyelesaikan masalah?

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah lembaga yang juga mendapat sorotan tajam menyusul berbagai musibah transportasi yang terjadi. Saat ini status KNKT berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. KNKT juga belum mampu melakukan tugas dengan maksimal. Sebagai contoh dari 48 kasus kecelakaan pesawat udara tahun 2004-2006 baru 11 kasus yang diselesaikan, 37 kasus masih dalam proses. Kecelakaan kapal laut yang diinvestigasi 24 kasus yang baru selesai, hanya 1 kasus. Sedang untuk kecelakaan kereta api menunjukkan hasil yang menggembirakan dari 26 kasus yang diinvestigasi, 22 diantaranya telah diselesaikan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan investigasi menurut mantan ketua KNKT, Setio Raharjo (kini telah diganti oleh Mersekal Muda TNI Purn. Tatang Kurniadi), jumlah kecelakaan transportasi tidak sebanding dengan investigator yang dimiliki KNKT. Selain itu status tenaga investigator dan tenaga ahli sebagian besar merupakan tenaga aktif di instansi lain yang mengakibatkan terbatasnya waktu dan mobilitas dalam melakukan investigasi kecelakaan transportasi sehingga kualitas dan kuantitas belum dapat terpenuhi. Namun anggota DPR RI Fraksi PKB, Abdullah Azwar Anas berbendapat bahwa ketidakmaksilmalan KNKT dalam bekerja karena statusnya adalah ‘milik pemerintah’ yang notabene tidak independen. “Sekarang masalahnya, jika KNKT itu bukan badan independen bagaimana mau melakukan investigasi kecelakaan di jalan tol misalnya, kalau investigatornya dari kepolisian, Jasa Raharja atau Jasa Marga. Dalam hal ini dia tidak mungkin akan menyalahkan standar evaluasi jalan tol dan mengatakan tidak memenuhi standar keamanan, karena investigatornya dari Jasa Raharja. Karena itu KNKT harus menjadi lembaga yang independen sehingga mampu bekerja fair dan maksimal.”tegas Azwar.

Pemerintah sendiri dalam hal ini Depertemen Perhubungan telah mengajukan utang luar negeri sebesar Rp.2,5 triliun untuk proyek transportasi pada tahun anggaran 2007. Jumlah ini sama dengan jumlah pinjaman pada tahun sebelumnya. Sekitar 20 % dari anggaran tersebut akan dipakai untuk pembangunan prasarana fisik transportasi. Sementara sisanya untuk melanjutkan proyek pembangunan sarana dan prasarana bidang transportasi khususnya realisasi pembangunan infrastruktur perkeretaapian dan pembangunan kapal baru maupun bekas. Ini artinya, dana sebesar itu digunakan untuk perbaikan dan mengadaan sarana-sarana pendukung. Disamping itu sarana-sarana pendukung yang telah dan akan diupayakan pemerintah, sebenarnya prosedur keselamatan transportasi dan peraturan-peraturan tentang keselamatan transportasi sudah ada di negara ini. Hanya saja penerapannya belum dilaksanakan secara konsekuen. Bahkan kini pemerintah telah menyusun 4 Rancangan Undang-Undang (RUU) menyangkut lalu lintas, pelayaran, udara dan kereta api yang sedang digodok I DPR. Pengamat bidang transportasi dari Universitas Gajah Mada Prof.Dr.Ing.Ir.Ahmad Munawar, M.Sc. menjelaskan RUU ini sangat mendukung adanya privatisasi dalam proses penyelesaian masalah transportasi di Indonesia. Privatisasi ini diharapkan akan mendorong perusahaan-perusahaan transportasi untuk lebih kompetitif dalam penyelenggaraan jasa transportasi dengan tetap mengutamakan kepentingan umum dan kepuasan pengguna saja angkutan umum. Meski privatisasi mempunyai kelemahan yaitu perusahaan akan mengejar keuntungan saja, dan mengabaikan kualitas, karena itu harus dipagari dengan suatu pemenuhan standar minimal pelayanan dan sistem kontrol yang ketat. Di dalam RUU ini juga salah satu yang diatur adalah tentang hasil penyelidikan KNKT terhadap kasus-kasus transportasi, yang harus diketahui oleh publik. Apa yang sedang dilakukan pemerintah ini diharapkan akan mendukung perbaikan masalah transportasi di Indonesia.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa perbaikan/pengadaan infrastruktur termasuk regulasi tentang transportasi telah diupayakan pemerintah. Tinggal pelaksanaannya di lapangan yang harus dijalankan dengan konsekuen dan bertanggung jawab oleh semua pihak. Karena masalah transportasi di Indonesia semata-semata bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tapi juga semua pihak termasuk perusahaan jasa transportasi dan kita sebagai pengguna jasa transportasi itu sendiri.

Makalah Transportasi Umum

Makalah Transportasi Umum

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modernisasi ini semua serba canggih,kecanggihan itu dimulai dari yang kecil sampai ke yang rumit. Kecanggihan pada kerumitan itu membuat manusia lebih dimudahkan dalam aktivitas hidup sehari-hari. Kemudahan yang kita dapatkan itu terlepas dari berbagai dampak baik itu menguntungkan atau tidak menguntungkan. Jika kita fokuskan perhatikan lingkungan sekitar kita,tentunya banyak sekali tinndakan yang menguntungkan bahkan merusak lingkungan contoh mudah yang dapat kita lihat adalah transportasi. Dengan adanya transportasi kehidupan manusi lebih dimudahkan untuk mencapai daerah terpencil bahkan luar angkasa.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja kegunaan transportasi untuk kehiupan manusia?
b. Apa saja dampak dari penggunaan transportasi yang berlebihan ?
c. Mengapa transportasi umum sangat dibutuhkan?
C. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kegunaan transportasi sehingga dapat memaksimalkan kegunaan itu sesuai kebutuhannya. Selain itu,masyarakat diharapkan mengetauhi apa dampak dari penggunaan transportasi yang berlebihan. Mendorong masyarakat lebih memanfaatkan transportasi umum yan g ada di sekitar mereka tanpa harus malu merasa malu memanfaatkannya.

II. PEMBAHASAN
A. Mengenal transportasi
Transportasi adalah suatu hasil karya yang dapat memudahkan manusia melakukan akifitasnya baik itu pekerjaan atau hiburan. Transportasi sangat dikenal jelas oleh masyarakat baik itu masyarakat yang kemampuan ekonominya terbatas bahkan ke masyarakat dengan ekonomi yang melebihi. Transportasi mempunyai banyak jenis mulai dari darat,laut bahkan udara contohnya : mobil,sepeda motor,kapal laut,pesawat terbang.
B. Apasih kegunaan transportasi sehingga banyak digunakan?
• Lebih efisien waktu
Masyarakat yang biasanya kerja dengan lokasi yang berada jauh dari rumah tentunya sangat menyita waktu,tidak jarang dari mereka menyewa tempat tinggal untuk rumah sementaa mereka. Dengan adanya kendaraaan,masyarakat tidak perlu direpotkan lagi oleh hal seperti penyewaan rumah
• Lebih menghemat uang
Mereka yang seharusnya mengeluarkan uang untuk penyewaan rumah atau semacamnya akan lebih dimudahkan.
• Harganya lebih terjangkau
Mengapa tidak, kendaraan itu merupakan suatu barang yang terjangkau karena hampir semua orang mempunyainya.
C. Dampak transportasi yang berlebihan bagi kehidupan
• Kemacetan
Kemacetan adalah suatu yang sangat dikhawatirkan oleh masyarakat bahkan pemerintah karena dengan adanya kemacetan, dapat menurunkan kinerja. Bahkan dapat merugikan perusahaan sampai milyaran rupiah yang akan berdampak pada devisa negara yang akan menurun.
• Polusi
Polusi berupa gas CO yang dihasilkan oleh bahan bakar transportasi sangat mengganggu kehidupan karena menipisnya lapisan ozon yang akan memudahkan menda angkasa mjatuh ke bumu tanpa ada penghalangnya. Selain itu, polusi akan menyebabakan udara panas karena sinar ultraviolet langsung ke bumi tanpa ada penghalangnya yang lama-kelamaan akan berdampak pada iklim.
• Polusi pada perairan
Jika kendaraan ,banyak secara otomatis penggunaan BBM juga meningkat. Bisa dibayangkan pengangkutan BBM yang tidak layak dilakukan berulang-ulang akan menyebabkan tercemarnya perairan laut dan akan merusak terumbu karang yang akan berakibat juga pada biota laut lainnya.
• Polusi tanah
Dengan banyaknya penambangan,maka akan merusak struktur tanah yang berada di perut bumi.
D. Perlunya transportasi umum
Transportasi umum adalah salah satu solusi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan transportasi yang berlebihan. Alasan ini disebabkan dengan beberapa alasan:
• Bebas energi karena masyarakat hanya menggunakan sedikit energi.
• Keselamatan lebih terjamin
• Kesehatan manusia akan lebih terjaga karena sedikitnya polusi

III. PENUTUP
A. Saran
Dengan adanya laporan ini,masyarakat lebih pintar dalam menggunakan transportasi, mereka akan selektif dalam menggunakan transportasi sehingga masyarakat lebih menghargai lingkungan sekitar ,turut peduli pada nasib anak cucu pada masa akan datang.
B. Kesimpulan
Dari segala macam masalah yang kita bahas maka sampailah pada suatu kesimpulan bahwa penggunaan transportasi pemerintah lebih mum akan memudahkan mengatasi dampak yang disebabkan oleh transportasi perorangan seperti kemacetan,polusi yang yang ditimbulkan,dan kerugian bagi efisiennya waktu. Selain itu,masyarakat dan pemerintah lebih meningkatkan kerjasama agar bisa mengurangi bahkan mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh transportasi.

IV. DAFTAR PUSTAKA
http://lingkungan hidup.com. Diunduh pada hari Sabtu,21 September 2012,pukul 17.08.
http://kagase.org.Diunduh pada hari Sabtu,21 September 2012,pukul 17.10.

MAKALAH
DAMPAK NEGATIF TRANSPORTASI DARAT DAN PENANGGULANGANNYA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, kita panjatkan kehadirat Allah SWT� atas segala nikmat sehat dan kesempatan serta rahmat dan hidayahnya yang senantiasa tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini. Sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Saya menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah PLSBT, yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga saya dapat menyelesaikannya makalah ini dengan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bandung, April 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1� Latar Belakang Masalah
1.2� Rumusan Masalah
1.3� Tujuan
1.4� Metode dan Prosedur
1.5� Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1� Hakekat Transportasi Darat
2.2� Dampak Yang di Timbulkan
2.3� Mengolah Masalah Transportasi Darat
BAB III PENUTUP
3.1� Kesimpulan
3.2� Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Transportasi merupakan urat nadi Pembangunan Nasioanal untuk melancarakan arus manusia barang maupu informasi sebagai penunjang tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau daya beli masyarakat. Transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah sala satunya transportasi darat. Pertambahan penduduk dan luas kota menyebabkan jumlah lalu lintas juga meningkat. Sedangkan sistem lalu lintas mendekati jenuh, sehingga bertambahnya jumlah lalu lintas berpengaruh besar terhadap lingkungan.
Saat ini di indonesia sedang manghadapi masalah yang cukup rumit berkaitan dengan transportasi darat. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, dibarengi dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor memicu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Sarana transportasi darat berkembang mengikuti fenomena yang timbul. Pemilihan sistem transportasi yang salah untuk wilayah perkotaan dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan bagi masyarakat maupun linglungan., Perkembangan teknologi di bidang transportasi dapat menuntut adanya perkembangan teknologi prasarana transportasi darat berupa jaringan jalan. Sistem transportasi darat yang berkembang semakin cepat menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan lalu lintas yang berkembang tersebut. Perkembangan tata jaringan jalan baru akan membutuhkan ketersediaan lahan yang lebih luas. Kebutuhan lahan yang sangat luas untuk sistem transportasi darat ini mempunyai pengaruh besar terhadap pola tata guna lahan, terutama di daerah perkotaan. Di sini masalah lingkungan perlu diperhatikan. Perubahan tata guna lahan akan berpengaruh terhadap kondisi fisik tanah, serta masalah sosial dan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh permasalahan antara lain:
  1. Bagaimana hakekat transportasi darat ?
  2. Bagaimana dampak negatif yang di timbulkan oleh transportasi darat ?
  3. Bagaimana mengolah masalah yang di timbulkan oleh transportasi darat ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang dampak negatif berkembangnya transportasi darat.bagi lingkungan.
1.4 Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber buku dan browsing di internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum yaitu :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Metode dan Prosedur
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1� Hakekat Transportasi Darat
2.2� Dampak Negatif Yang di Timbulkan
2.3� Mengolah Masalah Transportasi Darat
BABA III PENUTUP
3.1� Kesimpulan
3.2� �Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakekat Transportasi Darat
Transportasi atau perangkutan adalah perpindahandari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan.
Unsur-Unsur Dasar Transportasi
Ada lima unsur pokok transportasi, yaitu :
a) Manusia, yang membutuhkan transportasi
b) Barang, yang diperlukan manusia
c) Kendaraan, sebagai sarana transportasi
d) Jalan, sebagai prasarana transportasi
e) Organisasi, sebagai pengelola transportasi
Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana, serta pelaksanaan transportasi.
Transportasi darat� atau perangkutan darat adalah pemindahan / pengangkutan� orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan melalui jalan darat, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin.
Transportasi darat di pilih berdasarkan faktor-faktor :
– Jenis dan spesifikasi kendaraan
– Jarak perjalanan
– Tujuan perjalanan
– Ketersediaan mode
– Ukuran kota dan kerapatan permukiman
– Faktor sosial-ekonomi
Adapun� jenis �jenis dari transportasi angkutan darat adalah :
1. Angkutan Jalan
Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan, maka Angkutan Jalan diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Bus
Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk empat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
b) Taxi
Taxi Adalah angkutan umum yang menggunakan mobil untuk mengangkut penumpangnya. Taksi umumnya menggunakan mobil jenis sedan, namun di beberapa negara ada pula taksi jenis van yang dapat mengangkut lebih banyak penumpang atau muatan.
c) Mikrolet
Mikrolet adalah istilah yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, mikrolet dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di mana saja.
d) Bemo
Bemo adalah kendaraan bermotor beroda tiga yang mulai digunakan di Jakarta pada awal tahun 1960-an. Mulanya bemo diharapkan dapat menggantikan peranan becak yang dianggap tidak manusiawi karena memanfaatkan tenaga manusia sebagai penggeraknya. Karena itu kendaraan angkutan yang aslinya di negara asalnya Jepang digunakan untuk mengangkut barang.
e) Becak
Becak (dari bahasa Hokkien: be chia “kereta kuda”) adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian Asia. Becak merupakan alat angkutan yang ramah lingkungan karena tidak menyebabkan polusi udara dan tidak menyebabkan kebisingan. Meskipun begitu, kehadiran becak di perkotaan dapat mengganggu lalu lintas karena kecepatannya yang lamban dibandingkan dengan mobil maupun sepeda motor.
f) Delman
Delman adalah kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. Nama kendaraan ini berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur di masa Hindia Belanda.
2. Angkutan Rel
Adapun jenis� transportasi rel adalah :
a) Kereta
Kereta adalah kendaraan beroda yang merupakan bagian dari sebuah rangkaian kereta api dan digunakan untuk mengangkut penumpang. Kereta umumnya dilengkapi dengan sistem listrik, sistem hiburan audio visual, dan toilet. Di daerah atau negara-negara tertentu kereta dilengkapi dengan tempat tidur untuk perjalanan malam hari. Pada awalnya kereta hanya diberi tempat duduk dan tidak diberi atap (untuk kelas ekonomi) atau diberi atap (untuk kelas khusus). kereta umumnya tertutup dan tidak dilengkapi dengan kabin / kamar tersendiri sebagaimana kereta yang umum dijumpai saat ini di Indonesia.
2.2 Dampak Negatif Yang di Timbulkan Oleh Transportasi Darat
Berkembangnya alat transportasi darat menyebabkan dampak yang negatif maupun dampak yang positif bagi manusia maupun bagi lingkungan. Adapun dampak negatif yang di timbulkan oleh berkembangnya transportasi darat adalah sebagai berikut :
1). Polusi Udara
Seiring dengan berkembangnya sistem transportasi darat, salah satu dampak yang di timbulkan adalah meningkatnya polusi udara. Secara umum definisi polusi udara adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Ada banyak sumber pencemaran udara yang salah satunya yang terbesar adalah dari sektor transportasi seperti :
a. Kualitas Bahan Bakar Minyak
Ketersediaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) dan minyak solar dengan kandungan belerang rendah merupakan faktor kunci dalam penurunan emisi kendaraan, karena bahan bakar jenis tersebut merupakan prasyarat bagi penggunaan teknologi kendaraan yang mutakhir yang mampu mengurangi emisi kendaraan secara signifikan. Spesifikasi bahan bakar yang tersedia di Indonesia mengikuti spesifikasi bahan bakar yang berlaku saat ini sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas (Migas) No. 108. K/72/DDJM/1997 yang memperbolehkan kandungan timbal hingga 0.30 gram/liter serta tekanan uap (Reid Vapour Pressure) 62 kPa pada suhu 37,8 �C untuk bahan bakar bensin. SK Dirjen Migas No. 113.K/72/DJM/1999 juga memperbolehkan kandungan belerang hingga 5000 ppm dan angka setana minimum 48 pada bahan bakar solar. Dengan kualitas bahan bakar sesuai dengan spesifikasi tersebut sulit untuk mewajibkan produsen kendaraan bermotor memasang peralatan pereduksi emisi (katalis) pada kendaraan. Walaupun bensin tanpa timbal telah tersedia di beberapa wilayah di Indonesia, namun ketidaktersediaan bensin tanpa timbal di hampir seluruh wilayah Indonesia belum dapat mendukung penerapan teknologi tersebut.
b. Emisi Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida (CO2) dan uap air, namun kondisi ini jarang terjadi. Hampir semua bahan bakar mengandung polutan dengan kemungkinan pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan hidrokarbon ringan seperti metana (CH4). Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM antara lain CO, HC, SO2, NO2, dan partikulat.
Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah:
  • Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan
  • Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor berkala untuk kendaraan umum tidak berjalan efektif
  • Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum (terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan
  • Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi seperti katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis tersebut
  • Kualitas BBM yang rendah
  • Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan bakar alternatif masih belum memadai
  • Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih kurang
  • Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan.
c. Sistem Transportasi dan Manajemen Lalu Lintas
Sistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan mempengaruhi pola pergerakan manusia dan kendaraan di suatu kota yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian pencemaran udara melalui peningkatan sistem transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu pengurangan volume kendaraan dan pengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume kendaraan yang beroperasi di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total.
2). Polusi Suara
Bertambanya jumlah kendaraan yang tidak tekendali dan sistem pembangnan pemukiman penduduk yang dekat dengan jalan raya, akan mengakibatkan tidak tentram dan nyamannya penduduk sekitar akibat polusi suara yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor. Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atausuara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Suara bising yang terus-menerus dengan tingkat kebisingan yang relatif tinggi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan kesehatan manusia. Ini dapat berarti gangguan secara fisik maupun psikologis. Secara langsung, polusi suara seperti ini dapat menyebabkan ketulian secara fisik dan tekanan psikologis. Lebih jauh, tekanan psikis akan menyebabkan penyakit-penyakit lainnya muncul pada manusia.
3). Kemacetan
Pertumbuhan kendaraan bermotor yang cepat di kota-kota besar, �tanpa di imbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai akan menimbulkan betumpuknya kendaraan dijalan sehingga mengakibatkan kemacetan. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta dan Bangkok. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain : Kerugian waktu, karena kecepatanperjalanan yang rendah, Pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah, Meningkatkan polusi udara, Meningkatkan stress pengguna jalan..
4). Meningkatnya kecelakaan lalu-lintas
Pesatnya kendaran bermotor yang lalu lalang dijalan raya tanpa diimbangi dengan kesadaran pengguna kendaraan untuk tertib berlalu-lintas akan mengakibat terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang. Kecelakaan lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun menurut WHO. Faktor yang mempengaruhi kecelakaan faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
Selain mempunyai beberapa damak negatif yang ditimbulkan oleh adanya transportasi darat, sistem tansportasi juga ini juga mempunyai beberapa dampak positif bagi kehidupan manusia. Adapun mengenai beberapa dampak positif yang ditimbulkan oleh adanya transportasi darat secara umum adalah:
a)����� Mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi
Transportasi dalam hal ini perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan.
b)����� Mempercepat lalulintas orang dan barang
Dengan adanya alat transportasi, maka pergerakan lalu lintas barang dan orang akan menjadi lebih cepat, aman, nyaman dan terintegrasi.
2.3 Mengelolah Masalah Transportasi Darat
Sistem transportasi darat yang berkembang dengan pesat memerlukan pengelolaan dan penataan yang baik dan benar. Untuk mencapai sistem rtanportasi yang ideal, oleh karena itu dalam pembangunan dan pengembangannya perlu memperhatikan efeknya terhadap manusia dan lingkungan. Efek sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi, meliputi model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan, dan bahan bakar yang digunakan.
Pemilihan model transportasi ditentukan dengan mempertimbangkan salah satu persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah yang terbesar dan jarak yang terkecil. Transportasi massal merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan transportasi individual.
Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi antara lain volume penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan.
Dalam mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan lingkungan pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi.
Dalam konteks ini, untuk mencapai sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya;
1. Rekayasa lalu lintas.
Rekayasa lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem transportasi yang direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi pencemar dapat dioptimalkan secara terpadu dalam perencanaan jalur, kecepatan rata-rata, jarak tempuh per kendaraan per tujuan (vehicle mile trip dan passenger mile trip), dan seterusnya. pola berkendara (driving pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu lintas.
Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di Indonesia belum tersedia hingga saat ini. Dalam perencanaan, pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu lintas berjalan dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin, seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-destination). Dengan meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya masing-masing akan dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih besar.
2. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan).
Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di dalam sistem transportasi yang akan memberikan dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara dan kebisingan. Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti membawa perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini. Sejak tahun 1970, bersamaan dengan krisis energi dan fenomena pencemaran udara di Los Angeles Smog, dikeluarkan persyaratan-persyaratan yang ketat oleh pemerintah Federal untuk mengendalikan emisi kendaraan bermotor dan efisiensi bahan bakar.
Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin, meliputi pemasangan (katup) PCV palse sistem karburasi, sistem pemantikan yang memungkinkan pembakaran lebih sempurna, sirkulasi uap bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi emisi tangki BBM, dan after burner untuk menurunkan emisi. Sedangkan teknologi retrofit disyaratkan dengan pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk mereduksi emisi HC dan NOX dan debu (TSP). Teknologi ini membawa implikasi yang besar terhadap sistem BBM, karena TEL tidak dapat lagi ditambahkan dalam BBM.
3. Energi transportasi.
Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor selain ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin, juga sangat ditentukan oleh jenis BBM yang digunakan. Seperti halnya penggunaan LPG, akan memungkinkan pembakaran sempurna dan efisiensi energi yang tinggi. Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi gas buang, bila peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan bakar, khusus yaitu bebas timbal.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan sistem transportasi perkotaan, akan sesuai dengan yang diharapkan, khususnya dalam upaya mengurangi tingkat kemacetan dan mencegah semakin meningkatnya kadar polutan udara oleh asap kendaraan bermotor dan kebisingan.
Aspek perencanaan perkotaan dan sistem transportasi akan menjadi faktor generik dampak yang umumnya timbul, khususnya penggunaan energi, pencemaran udara termasuk dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas. Selama aspek sistem transportasi yang memadai dan sesuai terlaksana dalam konteks perencanaan kota yang ada, melalui manajemen transportasi, efisiensi energi dan pencegahan dampak bagi lingkungan dapat dilakukan.
Dalam hal pembangunan dan pengembangan sistem transportasi darat yang ideal untuk kehidupan. Sebenarnya� pemerintah sebagai pihak regulator sudah memberlakukan beberapa peraturan guna menanggulangi atau meminimalisir dampak negatif yang di akibatkan adanya sistem transportasi darat.
Berdasarkan kondisi saat ini dimana dapat dilihat bahwa transportasi sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor, perlu diambil langkah-langkah konkrit dan dukungan berupa :
  1. Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang berpopulasi rendah antara lain :
    1. Keringanan pembebasan pajak untuk kendaraan bermotor yang menggunakan gas berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). PERPU.No.21 tahun1997.
    2. Keringanan Pajak Kendaraan (STNK) khusus kendaraan berbahan bakar Gas (BBG atau LPG) selama periode tertentu.
    3. Penentuan harga jual Bahan Bakar yang berwawasan lingkungan (Mogas Unleaded dan Gas) de ngan harga menarik bagi konsumen.
    4. Pemberian keringanan pajak untuk Bea Masuk peralatan Konversi (Conversion Kit), Sehingga harga jualnya dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat.
    5. Peraturan Pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) untuk setiap kendaraan baru yang diproduksi sudah dilengkapi/dipasang Catalytic Converter serta alat konversi untuk kendaraan niaga dan angkutan umum.
Selain itu, juga diperlukan dukungan dari lintas seketoral. Mengingat permasalahan pencemaran udara terutama di kota -kota besar telah telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang menggangu kenyaman bahkan telah menyebabkan gangguan kesehatan dan keseimbangan iklim global. Untuk menanggulangi hal tersebut upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu dilakukan oleh semua pihak yang terkait dan berkepentingan antara institusional yang meliputi : beberapa Departemen Teknis terkait (Departemen Perhubungan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum), serta Bapedalda, Pertamina dan Polri, sedangkan Pemda akan berperan sekali sebagai penanggung jawab pelaksanaannya dan Bappenas sebagai penanggung jawab pendanaannya.
Dalam upaya mengatasi persoalan kemacetan , Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas antara lain :
  1. meningkatkan kapasitas jalan / prasarana seperti: memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan, membuat jalan tol, merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah, mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan., meningkatkankapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak sebidang / flyover, mengembangkan inteligent transport sistem.
  2. Pembatasan kendaraan pribadi seperti : Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu seperti yang direncanakan akan diterapkan di Jakarta melalui Electronic Road Pricing (ERP), Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya pemilikan kendaraan, Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transportasi merupakan urat nadi Pembangunan Nasioanal untuk melancarakan arus manusia barang maupu informasi sebagai penunjang tercapainya pengalokasian sumber-sumber perekonomian secara optimal untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau daya beli masyarakat. Sarana transportasi darat berkembang mengikuti fenomena yang timbul. Pemilihan sistem transportasi yang salah dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan bagi masyarakat maupun lingkungan.
Permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh berkembang pesatnya transportasi darat antara lain polusi udara, polusi suara, kemacetan, dan meningkatnya angka kecelakaan lalu-lintas. Adapun untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh sektor transportasi darat, perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya efek tehadap lingkungan dan manusia. Adapun mengenai efek �terhadap lingkungan dan manusia perlu dikendalikan dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi, meliputi model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan, dan bahan bakar yang digunakan. Selain itu, juga diperlukan dukungan dari lintas seketoral. Karena sebenarnya�pemerintah sebagai pihak regulator sudah memberlakukan beberapa peraturan guna menanggulangi atau meminimalisir dampak negatif yang di akibatkan adanya sistem transportasi darat.
3.2 Saran
Transportasi sudah selayaknya ada untuk memberi kemudahan dalam kehidupan manusia. Tetapi dalam perkembangannya transportasi ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kita sebagai manusia sudah seharusnya bijak dalam menggunakan alat transportasi, agar masalah atau dampak negatif dari tranportasi darat dapat di minimalisir sekecil mungkin.
Sudah sepatutnya kita sadar akan pentingnya arti transportasi dalam kehidupan ini. Namun kita juga harus sadar akan berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI PRESS
Sumaatmadja, Nursid. (1998) . Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : AlfaBeta
Sumaatmadja, Nursid dan Kuswaya Wihardit. (1999). Perspektif Global. Jakarta : Universitas Terbuka

 

TINJAUAN TRANSPORTASI SECARA UMUM

TINJAUAN TRANSPORTASI SECARA UMUM

1. Definisi Transportasi
Sistem transportasi adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pergerakan dan satu tempat ke tempat lain. Fungsi sistem itu sendiri adalah untuk memindahkan suatu obyek. Objek yang dipindahkan mencakup benda tak bernyawa seperti sumber daya alam, basil produksi pabrik, bahan makanan dan benda hidup seperti manusia, binatang dan tanaman. Ada beberapa komponen dasar yang berfungsi pada semua sistem transportasi. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Adapun komponen-komponen tersebut adalah lalu lintas, terminal, kendaraan, peti kemas, ruas jalan, persimpangan dan rencana operasi.
Sistem angkutan pada dasamya dibentuk dan prasarana dan sistem saranan yang dioperasikan dengan sistem pengoperasian atau sistem perangkat lunak yang terdiri dan komponen-komponen: frekuensi, tarif dan lain-lain. Sistem angkutan umum terdiri dari : sistem jaringan rute, terminal, halte, jenis armada, dimensi armada dan desain kendaraan.
2. Definisi angkutan Umum
Angkutan umum pada dasarnya merupakan sarana untuk memindahkan orang dan barang dan suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya untuk membantu orang atau kelompok orang dalam menjangkau tempat yang dikehendaki, atau mengirim barang dan tempat asal ke tempat tujuan. Manfaat pengangkutan dapat dilihat dan berbagai kehidupan masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu manfaat ekonomi, soaial dan politik.
Terdapat 2 (dua) sistem pemakai angkutan umum berdasarkan peraturan Direktorat jenderal Perhubungan Darat tahun 1994, yaltu sebagai berikut:
a.     Sistem sewa, yaitu kendaraan yang bisa dioperasikan balk oleh operator maupun oleh penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang hams diikuti oleh pemakal. Sisteminisering disebut sebagal demand responsive system, karena penggunaannya yang tergantung pada adanya permintaan. Contoh jenis ini adalah angkutan jenis taksi.
b.     Sistem penggunaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh operator dengan rute dan jadwal yang tetap. Sistem inidikenal dengan transit system. Terdapat dua jenis transit, yaitu sebagai berikut:
§         Para transit, yaitu tidak ada jadwal yang pasti dan kendaraan dapat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sepanjang rutenya. Contohnya adalah angkutan kota atau angkutan pedesaan; dan
§         Mass transit, yaitu jadwal dan tempat hentinya Iebih pasti dan teratur. Contohnya adalah kereta api.
3. Terminal Angkutan Jalan
Secara umum terminal merupakan suatu titik simpul dan berbagai moda angkutan, sebagai titik perpindahan penumpang dan berbagai moda ke suatu moda, juga merupakan suatu titik tujuan atau titik akhir orang setelah turun melanjutkan berjalan kaki ke tempat hekerja. rumah atau pasar. Dengan kata lain terminal merupakan suatu titik henti perjalanan. Dengan demikian terminal angkutan umum selalu diperlukan pada setiap kota balk kota besar maupun kecil.
1.      Fungsi terminal
Berdasarkan studi Direktorat jenderal Perhubungan Darat tahun 1994 fungsi terminal transportasi jalan raya dapat ditinjau dan 4 (empat) unsur:
a.     Titik konsentrasi penumpang dan segala arah yang berkumpul atau menuju ke sana, karena tujuan perjalanan di sekitar terminal atau yang akan berganti kendaraan;
b.     Titik dispersi, yaitu tempat penyebaran penumpang ke segala arah tujüan kota atau luar kota, atau ke beberapa tujuan khusus seperti bandara, stasiun KA dsb;
c.     Titik tempat penumpang berganti moda angkutan;
d.     Pusat pelayanan penumpang untuk naik dan turun kendaraan, menunggu, membeli karcis dan beberapa keperluan yang bersangkutan dengan petjalanan; dan
e.     Tempat untuk memproses kendaraan dan muatan.
2.      Manfaat yang akan diperoleh dengan adanya terminal (Dirjen Perhubungan Darat, 1994):
a.     Sebagai tempat yang secara langsung dapat diketahul oleh penumpang sebagai tempat bertemunya berbagai jenis angkutan umum;
b.     Sebagai tempat yang mudah untuk melakukar1 transfer antar berbagai moda dan pelayanan;
c.     Sebagai fasilitas informasi bagi penumpang;
d.     Sebagai tempat untuk mengendalikan pengoperasian angkutan; dan
e.     Menghilangkan kendaraan umum berhenti di sembarang tempat dalam jangka waktu yang lama.
3.       Jenis terminal
Berdasarkan jenis materi yang diangkut, terminal dibedakan menjadi dua (Kep. Menhub no. 31 tahun 1995, pasal 1), yaitu sebagai berikut:
a.     Terminal penumpang
Adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra danlatau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan angkutan umum.
b.     Terminal barang
Adalah prasarana transportasi bagi keperluan perpindahan barang dan pengiriman barang.
4.      Tipe terminal
Berdasarkan Kep. Menhub no.31 tahun 1995 pasal 2, tentang tipe dan fungsi terminal, mengklasifikasi terminal penumpang menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu sebagai berikut:
a.     Tipe A, berfungsi untuk melayani kendaraan untuk angkutan antar kota dan antar propinsi (AKAP) danlatau angkutan lintas batas negara, angkutan kota dalam propinsi (AKDP), angkutan dalam kota (ADK) dan angkutan pedesaan (ADES);
b.     Tipe B, berfungsi melayani angkutan dalam kota dalam propinsi (AKDP), angkutan dalam kota (ADK) dan angkutan pedesaan (ADES); dan
c.     Tipe C, berfungsi melayani angkutan dalam kota (ADK) dan angkutan pedesaan (ADES).

 

 

 

 
  

  Visi STIE. Muhammadiyah Tanjung Redeb:

 Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yang Terkemuka, Unggul, Berwawasan Global dan Islami.

  

  Misi STIE. Muhammadiyah Tanjung Redeb:

  • Menyelenggarakan dan mengembangkan Pendidikan Bermutu Tinggi dibidang Ekonomi Pembanguna, Manajemen dan Akuntansi
  1. Melaksanakan kurikulum dengan pendekatan sistem, dalam rangka menetapkan program studi yang menjadi program studi unggul.
  2. Melaksanakan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang ekonomi pembangunan, manajemen dan akuntansi untuk menyelesaikan masalah dalam masyarakat dengan pendekatan islami.
  3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan berperan aktif dalam organisasi profesi dan kemasyarakatan.

http://stiemberau.ac.id/hal-visi-dan-misi.html

 
  

Sejarah

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tanjung Redeb yang lebih di kenal dengan STIEM. Tanjung Redeb didirikan atas prakarsa tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Cabang Berau, dimana pada saat itu di Kabupaten Berau belum ada Perguruan Tinggi atau dengan jenjang pendidikan seleteh SLTA. Sehingga pada tanggal 17 Agustus 1991 didirikanlah Akademi Manajemen Muhammadiyah Tanjung Redeb yang pada waktu itu beralamat di jalan Jenderal Sudirman dengan jumlah mahasiswa angkatan pertama berjumlah 165 orang, dimana kemudian Akademi Manajemen Muhammadiyah ini menjadi cikal bakal beridirinya Sekolah Tinggi Ekonomi Muhammadiyah Tanjung Redeb.

Dan untuk memperjelas pendiriannya, dimana pada awal berdirinya hanya mendapat izin operasional dari KOPERTIS Wilayah XI Kalimantan, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor : 243/Dikti/Kep/1992 tanggal 5 Juni 1992. Akademi Manajemen Muhammadiyah Tanjung Redeb berstatus terdaftar dengan program studi Manajemen dengan jenjang program pendidikan Diploma (D3)

Melihat keseriusan dan kemajuan yang memperoleh Akademi Manajemen Muhammadiyah Tanjung Redeb, serta animo masyarakat untuk mendapatkan pendidikn, para pengelola berkesimpulan untuk meningkatkan jenjang Siploma tiga (D3) ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu Strata 1 (S.1) dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 037/D/O/1994 tanggal 18 Mei 1994 setatusnya ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tanjung Redeb dengan program studi Manajemen dan Ilmu Ekonomi dan Pembangunan Jenjang Pendidikan Strata 1 dan Diploma III.

Pada rentang tiga belas tahun pelajaran STIE. Muhammadiyah Tanjung Redeb (1991-2003) perkembangan yang paling berarti dibidang fisik dimulai pada tahun 2000 dimana kampus lama yang beralamat di jalan Jenderal Sudirman tidak mampu lagi menampung jumlah mahasiswa yang semakin tahun semakin meningkat, pada tahun itulah dimulai pembangunan kampus baru yang beralamat di Jalan Dr. Murdjani II Tanjung Redeb, dengan menduduki lahan ± 10.000M2 dibangun kampus berlantai tida dan fasilitas akademik yang lengkap.

Berkat perjuangan yang tidak mengenal henti ini STIE. Muhammadiyah Tanjung Redeb, bertekat untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang mendukung Pembangunan Nasional yang berdasarkan nilai-nilai keilmuan dan ke Islaman.

Pada tahun 2011 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tanjung Redeb telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional pada masing-masing Program Studi:

Untuk program studi:

  1. Ekonomi Pembangunan No: 044/BAN-PT/Ak-XIII/S1/II/2011
  2. Manajemen No: 042/BAN-PT/Ak-XII/S1/I/2011
  3. Akuntansi No: 036/BAN-PT/Ak-XIII/S1/I/2011

http://stiemberau.ac.id/hal-sejarah.html

 
  

 

 

Daftar Singkatan Gelar Akademik di Indonesia

 
 
Ahli Pratama (A.P.) – D1
Ahli Muda (A.Ma) – D2
Vokasi (D3)
Ahli Madya (A.Md)
Sarjana (S1)Sarjana Sastra (S.S)

Sarjana Humaniora (S.Hum)
Sarjana Hukum (S.H)
Sarjana Ilmu Politik (S.I.P)
Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Sarjana Kedokteran Gigi (S.K.G)
Sarjana Pertanian (S.P)
Sarjana Teknologi Pertanian (S.T.P)
Sarjana Peternakan (S.Pt)
Sarjana Perikanan (S.Pi)
Sarjana Kehutanan (S.Hut)
Sarjana Kedokteran Hewan (S.K.H)
Sarjana Sains (S.Si)
Sarjana Sains Terapan (S.ST)
Sarjana Teknik (S.T)
Sarjana Komputer (S.Kom)
Sarjana Seni (S.Sn)
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Sarjana Agama (S.Ag)
Sarjana Farmasi (S.Far/S.Farm)
Sarjana Pariwisata (S.Par)
Sarjana Ekonomi (S.E)
Sarjana Arsitektur (S.Ars)
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Sarjana Antropologi (S.Ant)
Sarjana Ilmu Administrasi (S.IA)
Sarjana Filsafat (S.Fil)
Sarjana Desain (S.Ds)
Sarjana Keperawatan (S.Kep)Gelar Master (S2)Master of Management (M.Mgt)
Master of Science (M.Si) – Master of Sains (M.Sc)
Master of Engineering (M.Eng)
Master of Computer Science (M.Comp. Sc)
Master of Applied Science (M.App.Sc)
Master of Business Administration (MBA)
Master of Architecture (M.Arc)
Master of System Industrial Engineering (MSIE)
Master of Economic (M.Econ)
Magister Sains Akuntansi (MSA)
Magister Manajemen Sistem Informasi (MMSI)
Magister Manajemen (MM) – Master of Management (MM)
Master of System Electrical Engineering (MSEE)
Master Humaniora (M.Hum)
Magister Pendidikan (M.Pd)
Master of Art (M.A.)
Master of Education (M.Ed)
Master of Applied Linguistics (M.Appl Ling)Gelar Doctor (S3)Dr. (H.C), Doctor Honoris Causa, Doktor Kehormatan diberikan oleh suatu perguruan tinggi/universitas yang memenuhi syarat kepada seseorang, tanpa orang tersebut perlu untuk mengikuti dan lulus dari pendidikan yang sesuai untuk mendapatkan gelar kesarjanaannya tersebut. Gelar Honoris Causa diberikan dapat diberikan bila seseorang telah dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.


Ph.D – Doctor of PhilosophyD.Eng – Doctor of Engineering
D.Sc – Doctor of Science
D.Econ – Doctor of Economic
DBA – Doctor of Business Administration
Perlu diketahui perbedaan Dr. dan dr..

Doktor (Dr.) adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah menempuh jenjang doktoral (S3)Dokter (dr.) adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah menempuh masa residensi dan mendapatkan surat ijin praktek, atau dengan kata lain telah menjadi profesional.Adapun gelar-gelar kedokteran lainnya seperti :Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K)
artinya Doktor, dokter spesialis mata (konsultan), Ratna Sitompul. Makna (K) berarti dokter spesialis yang sudah terspesialisasi lagi di bidangnya.Gelar-gelar dokter spesialis :
Sp.A – spesialis anak
Sp.An – spesialis anastesi
Sp.And – spesialis andrologi
Sp.B – spesialis bedah umum
Sp.B KBD – spesialis bedah (Konsultan Digestif/Pencernaan)
Sp.B.Onk – spesialis bedah onkologi
Sp.BA – spesialis bedah anak
Sp.BO – spesialis bedah orthopedi
Sp.BM – spesialis bedah mulut (dokter gigi)
Sp.BP – spesialis bedah plastik
Sp.BS – spesialis bedah syaraf
Sp.BU – spesialis bedah urologi
Sp.F – spesialis kedokteran forensik
Sp.G – spesialis gizi
Sp.GK – spesialis gizi klinik
Sp.JP – spesialis jantung dan pembuluh darah
Sp.KG – spesialis konservasi gigi (termasuk penambalan dan perawatan urat saraf gigi)(dokter gigi)
Sp.KGA- spesialis kedokteran gigi anak (dokter gigi)
Sp.KJ – spesialis kedokteran jiwa atau Psikiater
Sp.KK – spesialis penyakit kulit dan kelamin (dermatologi)
Sp.KN – spesialis kedokteran nuklir
Sp.KO – spesialis kedokteran olahraga
Sp.KP – spesialis kedokteran penerbangan
Sp.M – spesialis mata
Sp.MK – spesialis mikrobiologi klinik
Sp.Ort – spesialis orthodonti (meratakan gigi)(dokter gigi)
Sp.OG – spesialis obstetri ginekologi (kebidanan dan kandungan)
Sp.Ok – spesialis kedokteran okupasi (kerja)
Sp.OT – spesialis bedah orthopaedi dan traumatologi
Sp.P – spesialis paru (pulmonologi)
Sp.Perio – spesialis periodonsia (jaringan gusi dan penyangga gigi)(dokter gigi)
Sp.PA – spesialis patologi anatomi
Sp.PD – spesialis penyakit dalam
Sp.PK – spesialis patologi klinik
Sp.R – spesialis radiologi
Sp.RM – spesialis rehabilitasi medik
Sp.S – spesialis saraf (neurologi)
Sp.THT-KL – spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Sp.U – Spesialis urologiTentang gelar professor (guru besar)
Gelar Professor diperoleh berdasarkan beberapa kriteria yang telah dirumuskan oleh civitas akademis pada suatu perguruan tinggi. Bisa jadi karena telah banyak menulis buku, melakukan penelitian, mengajar dan beberapa kategori yang lainnya. Sehingga dengan demikian, gelar atau titel professor diraih berdasarkan prestasi atau pengabdian di tempat di mana ia mengabdikan dirinya sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya. Singkatnya, gelar professor merupakan gelar yang diraih atas dasar prestasi akademis.
Gelar-gelar dokter spesialis :Sp.A – spesialis anak
Sp.An – spesialis anastesi
Sp.And – spesialis andrologi
Sp.B – spesialis bedah umum
Sp.B KBD – spesialis bedah (Konsultan Digestif/Pencernaan)
Sp.B.Onk – spesialis bedah onkologi
Sp.BA – spesialis bedah anak
Sp.BO – spesialis bedah orthopedi -> seharusnya Sp. OT (Orthopaedi dan Traumatologi)
Sp.BM – spesialis bedah mulut (dokter gigi)
Sp.BP – spesialis bedah plastik
Sp.BS – spesialis bedah syaraf
Sp.BU – spesialis bedah urologi -> seharusnya Sp.U saja..
Sp.F – spesialis kedokteran forensik
Sp.G – spesialis gizi
Sp.GK – spesialis gizi klinik
Sp.JP – spesialis jantung dan pembuluh darah
Sp.KG – spesialis konservasi gigi (termasuk penambalan dan perawatan urat saraf gigi)(dokter gigi)
Sp.KGA- spesialis kedokteran gigi anak (dokter gigi)
Sp.KJ – spesialis kedokteran jiwa atau Psikiater
Sp.KK – spesialis penyakit kulit dan kelamin (dermatologi)
Sp.KN – spesialis kedokteran nuklir
Sp.KO – spesialis kedokteran olahraga
Sp.KP – spesialis kedokteran penerbangan-> Ked. Nuklir, Olahraga, dan Penerbangan seringkali ditulis M.Kes karena pendidikannya adalah S2 bukan spesialis
Sp.M – spesialis mata
Sp.MK – spesialis mikrobiologi klinik
Sp.Ort – spesialis orthodonti (meratakan gigi)(dokter gigi)
Sp.OG – spesialis obstetri ginekologi (kebidanan dan kandungan)
Sp.Ok – spesialis kedokteran okupasi (kerja) M.Kes…
Sp.OT – spesialis bedah orthopaedi dan traumatologi menjadi Sp. OT karena Orto udah pisah dari Bedah..
Sp.P – spesialis paru (pulmonologi)
Sp.Perio – spesialis periodonsia (jaringan gusi dan penyangga gigi)(dokter gigi)
Sp.PA – spesialis patologi anatomi
Sp.PD – spesialis penyakit dalam
Sp.PK – spesialis patologi klinik
Sp.R – spesialis radiologi
Sp.RM – spesialis rehabilitasi medik
Sp.S – spesialis saraf (neurologi)
Sp.BK: Spesialis Biokimia Kedokteran.
Sp.BTKV: Spesialis Bedah Thoraks dan Kardiovaskular.
Sp.ParK: Spesialis Parasitologi Kedokteran.
Sp.FK: Spesialis Farmasi Kedokteran
AFK: Ahli Fisiologi Kedokteran.
 
  

AL-QURAN Online

1
AL FAATIHAH (PEMBUKAAN)
7
2
AL BAQARAH (SAPI BETINA)
286
3
ALI ‘IMRAN (KELUARGA ‘IMRAN)
200
4
AN NISAA’ (WANITA)
176
5
AL MAA-IDAH (HIDANGAN)
120
6
SURAT AL AN’AAM (BINATANG TERNAK)
165
7
AL A’RAAF (TEMPAT TERTINGGI)
206
8
AL ANFAAL (RAMPASAN PERANG)
75
9
SURAT AT TAUBAH (PENGAMPUNAN)
129
10
YUNUS
109
11
HUUD
123
12
YUSUF
111
13
AR RA’D (GURUH)
43
14
IBRAHIM
52
15
AL HIJR
99
16
AN NAHL (LEBAH)
128
17
AL ISRAA’ (MEMPERJALANKAN DI MALAM HARI )
111
18
AL KAHFI (GUA)
110
19
MARYAM
98
20
THAAHAA
135
21
AL ANBIYAA’ (NABI-NABI)
112
22
AL HAJJ (HAJI)
78
23
AL MU’MINUUN (ORANG-ORANG YANG BERIMAN)
118
24
AN NUUR (CAHAYA)
64
25
AL FURQAAN (PEMBEDA)
77
26
ASY SYU’ARAA’ (PARA PENYAIR)
227
27
AN NAML (SEMUT)
93
28
AL QASHASH (CERITA)
88
29
AL’ANKABUUT (LABA-LABA)
69
30
AR-RUUM (BANGSA RUMAWI)
60
31
LUQMAN
34
32
AS SAJDAH (SUJUD)
30
33
AL AHZAB (GOLONGAN YANG BERSEKUTU)
73
34
SABA’ (KAUM SABA’)
54
35
FAATHIR (PENCIPTA)
45
36
YAA SIIN
83
37
ASH SHAAFFAAT (YANG BER SHAF-SHAF)
182
38
SHAAD
88
39
SURAT AZ ZUMAR (ROMBONGAN-ROMBONGAN)
75
40
AL MU’MIN (ORANG YANG BERIMAN)
85
41
FUSHSHILAT (YANG DIJELASKAN)
54
42
ASY SYUURA (MUSYAWARAT)
53
43
AZ ZUKHRUF (PERHIASAN)
89
44
AD DUKHAAN (KABUT)
59
45
AL JAATZIYAH (YANG BERLUTUT)
37
46
AL AHQAAF (BUKIT-BUKIT PASIR)
35
47
MUHAMMAD (NABI MUHAMMAD S.A.W)
38
48
AL FAT-H (KEMENANGAN)
29
49
AL HUJURAAT (KAMAR-KAMAR)
18
50
QAAF
45
51
ADZ DZAARIYAAT (ANGIN YANG MENERBANGKAN)
60
52
ATH THUUR (BUKIT)
49
53
AN NAJM (BINTANG)
62
54
AL QAMAR (BULAN)
55
55
AR RAHMAAN (YANG MAHA PEMURAH)
78
56
AL WAAQI’AH (HARI KIAMAT)
96
57
AL HADIID (BESI)
29
58
AL MUJAADILAH (WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN)
22
59
AL HASYR (PENGUSIRAN)
24
60
AL MUMTAHANAH (WANITA YANG DIUJI)
13
61
ASH SHAFF(BARISAN)
14
62
AL JUMU’AH (HARI JUM’AT)
11
63
AL MUNAAFIQUUN (ORANG-ORANG MUNAFIK)
11
64
AT TAGHAABUN (HARI DINAMPAKKAN KESALAHAN-KESALAHAN)
18
65
ATH THALAAQ (TALAK)
12
66
AT TAHRIM (MENGHARAMKAN)
12
67
AL MULK (KERAJAAN)
30
68
AL QALAM (KALAM)
52
69
AL HAAQQAH (HARI KIAMAT)
52
70
AL MA’ARIJ (TEMPAT-TEMPAT NAIK)
44
71
NUH (NABI NUH)
28
72
AL JIN (JIN)
28
73
AL MUZZAMMIL (ORANG YANG BERSELIMUT)
20
74
AL MUDDATSTSIR (ORANG YANG BERKEMUL)
56
75
AL QIYAAMAH (HARI KIAMAT)
40
76
AL INSAAN (MANUSIA)
31
77
AL MURSALAAT (MALAIKAT-MALAIKAT YANG DIUTUS)
50
78
AN NABA’ (BERITA BESAR)
40
79
AN NAAZI’AAT (MALAIKAT-MALAIKAT YANG MENCABUT)
46
80
‘ABASA (IA BERMUKA MASAM)
42
81
AT TAKWIR (MENGGULUNG)
29
82
AL INFITHAAR (TERBELAH)
19
83
AL MUTHAFFIFIIN (ORANG-ORANG YANG CURANG)
36
84
AL INSYIQAAQ (TERBELAH)
25
85
AL BURUUJ (GUGUSAN BINTANG)
22
86
ATH THAARIQ (YANG DATANG DI MALAM HARI)
17
87
AL A’LAA (YANG PALING TINGGI)
19
88
AL GHAASYIYAH (PERISTIWA YANG DAHSYAT)
26
89
AL FAJR (FAJAR)
30
90
AL BALAD (KOTA)
20
91
ASY SYAMS (MATAHARI)
15
92
AL LAIL (MALAM)
21
93
ADH DHUHAA (WAKTU MATAHARI SEPENGGALAHAN NAIK)
11
94
ALAM NASYRAH (BUKANKAH TELAH KAMI LAPANGKAN)
8
95
AL TIIN (BUAH TIN)
8
96
AL ‘ALAQ (SEGUMPAL DARAH)
19
97
AL QADR (KEMULIAAN)
5
98
AL BAYYINAH (BUKTI YANG NYATA)
8
99
AL ZALZALAH (KEGONCANGAN)
8
100
AL ‘AADIYAAT (KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG)
11
101
AL QAARI’AH (HARI KIAMAT)
11
102
AT TAKAATSUR (BERMEGAH-MEGAHAN)
8
103
AL ‘ASHR (MASA)
3
104
AL HUMAZAH (PENGUMPAT)
9
105
AL FIIL (GAJAH)
5
106
QURAISY (SUKU QURAISY)
4
107
AL MAA’UUN (BARANG-BARANG YANG BERGUNA)
7
108
AL KAUTSAR (NI’MAT YANG BANYAK)
3
109
AL KAAFIRUUN (ORANG ORANG KAFIR)
6
110
AL NASHR (PERTOLONGAN)
3
111
AL LAHAB (GEJOLAK API)
5
112
AL IKHLASH (MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH)
4
113
AL-FALAQ (WAKTU SUBUH)
5
114
AN NAAS (MANUSIA)
6

Kata-kata Gaul dan Modern 2013

Kata-kata Gaul dan Modern 2013

Di jaman yang serba modern ini perkembangan hidup telah berubah drastis dengan zaman dahulu. Bukan hanya di bidang fashion, informasi dan teknologi saja. Begitu pun juga dengan kata-kata baru yang berkembang di masyarakat khususnya remaja. Hihi. Ada banyak sekali kata-kata serapan bahasa asing yang dijadikan percakapan hidup sehari-hari atau disebut sebagai kata-kata gaul.

Kata-kata Gaul dan Modern 2013
Kalo anda tidak tahu istilah kata-kata ini dijamin anda bakal dibilang manusia jaman sebelum masehi. Hahaha. Baiklah sobat, berikut adalah beberapa Kata-kata Gaul dan Modern 2013. Silahkan disimak baik-baik ya. :D

1. Woles
Pertama kali saya melihat kata woles ketika baru saja shopping di sebuah toko fashion. Merasa penasaran dengan artinya, saya kira itu bahasa inggris jadi saya cari aja tuh kamus dan mengetikan “woles”. Ternyata tidak ada hasil. Untung esok harinya ada yang ngasih tau. Katanya “Woles” itu adalah kebalikan dari kata “Slow” dari bahasa inggris. Artinya kalem, santai. Waduhhh, guibrakkkk dah.

2. Kepo
Kepo itu singkatan dari Knowing Every Particular Object kalo diartikan ke bahasa kitanya “banyak nanya”, “mau tau urusan orang”, atau “mau tau ajah”. Contoh kalimatnya adalah

A : km lagi dimana? ngapain? sama siapa?
B : kepo banget sihh…

A: lu mau ngapaain sih ke bandung?
B: ah kepo lu, nanya” mulu.

3. Kamseupay
Kamseupay singkatan dari “Kalian semua payah”. Saya sendiri juga pada awalnya bingung sama arti dari kata ini. Sepertinya kata dari bahasa sunda tapi ternyata tidak, ini adalah sebuah singkatan.

4. Kawaii
Penulis sebenarnya baru mengetahui arti dari kata Kawaii ketika menulis artikel ini. Haha. Sengaja search di Google dan mengetikan keyword, “arti kata kawaii” kemudian yang nongol Wikipedia di halaman urutan pertama. Kata wikipedia Kawaii adalah kualitas keimutan, khususnya dalam konteks budaya Jepang. Biasanya orang2 imut dan cantik itu disebut kawaii.

5. Hoax
Istilah hoax sendiri pada awalnya hanya ngetrend di Amerika Serikat, karena sebuah film yang berjudul The Hoax (2006) yang dianggap mengandung kebohongan. Seiring berjalannya waktu hoax menjadi kata yang populer yang berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Nah itulah tadi beberapa Kata-kata Gaul dan Modern 2013. Kita harus bangga Indonesia memiliki banyak sekali bahasa-bahasa aneh yang tidak dimiliki negara lain. Hahaha. Ya udah deh makasih udah baca artikel ini.

Kata-kata Indah Penyejuk Hati dan Jiwa

Kata-kata Indah Penyejuk Hati dan Jiwa

Hati dan jiwa yang tenang adalah salah satu ciri orang sukses. Betapa pun sulitnya cobaan dan rintangan, jika pikiran selalu positif disertai dengan hati dan jiwa yang tenang apapun masalahnya pasti akan bisa di atasi dengan mudah. Untuk itu sangatlah penting bagi kita memiliki mental berpikir positif dan mempunyai ketenangan hati dan jiwa.

Kekuatan kata-kata sungguh luar biasa dalam hidup, dengan kata-kata seseorang bisa marah, senang, sedih bahkan dengan kata-kata pula lah seseorang bisa kecewa dan menyulut sebuah pertengkaran. Di bawah ini admin akan mencoba berbagi dengan beberapa kata-kata penyejuk hati dan jiwa. Semoga hati anda selalu tenang begitu pun jiwa anda, pikiran selalu positif demi menyambut masa depan yang cerah.

Berikut adalah Kata-kata Indah Penyejuk Hati dan Jiwa :

“Andai tangan tak kuasa ku gapai, setidaknya kata masih bisa terucap. Wahai sahabat setulus hati kumohon maaf atas segala dosa dan khilaf.”

“Tuhan, terima kasih masih memberiku kesempatan tuk melihat indahnya pagi. Berikan aku kebijaksanaan menjalani hari.”

“Cara terbaik untuk merasa bahagia seutuhnya adalah dengan menerima setiap kekurangan dan mensyukuri setiap kelebihan.”

“Senyum itu tanda mesra, senyum itu tanda sayang, Senyum itu ibadah dan senyum itu adalah sedekah yang paling mudah, Senyum di waktu susah tanda ketabahan, Senyuman itu tanda keimanan.”

“Hatiku mudah terjatuh,tapi jangan diartikan bahwa dhatiku tetap satu nama cinta yg memiliki istana cinta yg megah ini ,hidup bersama indahnya mencintai Allah.”

“Belajarlah mencintai dan menyayangi orang yg hari ini masih milikmu sebelum dia pergi dr hidupmu. Hari ini mungkin dia masih mencintai dan menyayangi kamu tapi mungkin besok takan ada lagi cinta dan sayang untukmu, dan mungkin esok kamu yg akan lebih mencintai dia ketika dia telah pergi. Jd jgn prnah sia-siakan cinta yg mengisi hatimu saat ini .”

“Senyumlah, tinggalkan sedihmu. Bahagialah, lupakan takutmu. Sakit yang kamu rasakan, tak setara dengan bahagia yang akan kamu dapatkan.”

Jangan bilang: “Ya Allah, hamba punya masalah yang sangat besar…”, tapi bilanglah: “Hai masalah, saya punya Allah yang Maha Besar!”.

“Bila kau menunggu aku menyerah sesungguhnya yang kau tunggu adalah melihat bulan berubah mengubah bentukya.”

“Terkadang kita harus lebih memilih mengalah daripada terus bertengkar tanpa menyelesaikan masalah.”

Demikian beberapa kata-kata indah penyejuk jiwa di atas. Semoga bisa bermanfaat untuk sahabat semua.
Tetap jalani hidup dengan penuh semangat. Tinggalkan pesimis bangun optimisme, selalu semangat, terus raih segala impian dan cita-cita kita.

– See more at: http://www.embunsyurga.com/2013/02/kata-kata-indah-penyejuk-hati-dan-jiwa.html#sthash.vPONwMeK.dpuf

Kata kata hikmah.

Kata kata hikmah.

1) Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.

2) Dunia ini umpama lautan yg luas. Kita adalah kapal yg belayar di lautan telah ramai kapal karam didalamnya.. andai muatan kita adalah iman, dan layarnya takwa, nescaya kita akan selamat dari tersesat di lautan hidup ini.

3) Hidup tak selalunya indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.

4) Setiap yang kita lakukan biarlah jujur kerana kejujuran itu telalu penting dalam sebuah kehidupan. Tanpa kejujuran hidup sentiasa menjadi mainan orang.

5) Hati yg terluka umpama besi bengkok walau diketuk sukar kembali kepada bentuk asalnya.

6) Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Dalam kesempitan hidup ada kekuasaan ilmu.

7) Ikhlaslah menjadi diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan dan keamanan. Hidup tanpa pegangan ibarat buih-buih sabun. Bila-bila masa ia akan pecah.

8) Kegagalan dalam kemuliaan lebih baik daripada kejayaan dalam kehinaan. Memberi sedikit dengan ikhlas pula lebih mulia dari memberi dengan banyak tapi diiringi dengan riak.

9) Tidak ada insan suci yang tidak mempunyai masa lampau dan tidak ada insan yang berdosa yang tidak mempunyai masa depan.

10) Kata-kata yang lembut dapat melembutkan hati yang lebih keras dari batu.Tetapi kata-kata yang kasar dapat mengasarkan hati yang lunak seperti sutera.

11) Lidah yang panjangnya tiga inci boleh membunuh manusia yang tingginya enam kaki.

12) Agama tidak pernah mengecewakan manusia. Tetapi manusia yang selalu mengecewakan agama.

13) Nafsu mengatakan perempuan itu cantik atas dasar rupanya. Akal mengatakan perempuan itu cantik atas dasar ilmu dan kepintarannya. Dan hati mengatakan perempuan itu cantik atas dasar akhlaknya.

14) Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam di atas batu yang hitam di malam yang amat kelam. Ianya wujud tapi amat sukar dilihat.

15) Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan. Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan.

16) Seseorang yang bijak melahirkan kata-kata selalunya disanjung sehingga ia mula bercakap kosong

17) Harta akan habis digunakan tanpa ilmu tetapi sebaliknya ilmu akan berkembang jika ianya digunakan.

18) Kekayaan bukanlah satu dosa dan kecantikan bukanlah satu kesalahan. Oleh itu jika anda memiliki kedua-duanya janganlah anda lupa pada Yang Maha Berkuasa.

19) Sahabat yang tidak jujur ibarat dapur yang berhampiran. Jikalau pun kamu tidak terkena jelaganya sudah pasti akan terkena asapnya.

20) Mengapa manusia gemar mencetuskan pertelingkahan sedangkan manusia itu sendiri dilahirkan dari sebuah kemesraan.

21) Kita sentiasa muda untuk melakukan dosa tetapi tidak pernah tua untuk bertaubat.

22) Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan.

23) Setiap mata yang tertutup belum bererti ia tidur. Setiap mata terbuka belum bererti ia melihat.

24) Jadikan dirimu bagai pohon yang rendang di mana insan dapat berteduh. Jangan seperti pohon kering tempat sang pungguk melepas rindu dan hanya layak dibuat kayu api.

25) Menulis sepuluh jilid buku mengenai falsafah lebih mudah daripada melaksanakan sepotong pesanan.

26) Jangan menghina barang yang kecil kerana jarum yang kecil itu kadang- kadang menumpahkan darah.

27) Kegembiraan ibarat semburan pewangi, pabila kita memakainya semua akan dapat merasa keharumannya. Oleh itu berikanlah walau secebis kegembiraan yang anda miliki itu kepada teman anda.

28) Esok pasti ada tetapi esok belum pasti untuk kita. Beringat-ingatlah untuk menghadapi esok yang pastikan mendatang.

29) Reaksi emosi jangan dituruti kerana implikasinya tidak seperti yang diimaginasi .

30) Sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar. Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.

31) Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca kerana membaca itu sumber hikmah menyediakan waktu tertawa kerana tertawa itu muziknya jiwa, menyediakan waktu untuk berfikir kerana berfikir itu pokok kemajuan, menyediakan waktu untuk beramal kerana beramal itu pangkal kejayaan, menyediakan waktu untuk bersenda kerana bersenda itu akan membuat muda selalu dan menyediakan waktu beribadat kerana beribadat itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa.

32) Penglihatan itu sebagai panah iblis yang berbisa, maka siapa yang mengelakkannya kerana takut padaKu, maka Aku akan menggantikannya dengan iman yang dirasakan manisnya dalam hati…

33) “Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia, umpama kaca mata yangbersinar- bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa”

34) “Kekecewaan mengajar kita erti kehidupan. Teruskan perjuangan kita walaupun terpaksa menghadapi rintangan demi rintangan dalam hidup”

35) Tanda Orang Bijaksana Ialah Hatinya Selalu Berniat Suci; Lidahnya Selalu Basah Dengan Zikrullah; Matanya Menangis Kerana Penyesalan (Terhadap Dosa); Sabar Terhadap Perkara Yang Dihadapi Dan Mengutamakan Akhirat Berbanding Dunia.

36) Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah zalim. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.”

37) “Hidup umpama aiskrim. Nikmatilah ia sebelum cair”

38) “Kata-kata itu sebenarnya tidak mempunyai makna utk menjelaskan perasaan. Manusia boleh membentuk seribu kata-kata, seribu bahasa. Tapi kata-kata bukan bukti unggulnya perasaan”

39) “Hidup tidak boleh berpandukan perasaan hati yg kadangkala boleh menjahanamkan diri sendiri. Perkara utama harus kita fikirkan ialah menerima sesuatu atau membuat sesuatu dgn baik berlandaskan kenyataan”

40) “Hidup adalah gabungan antara bahagia dan derita. Ia adalah menguji keteguhan iman seseorang. Malangnya bagi mereka yg hanya mengikut kehendak hati tidak sanggup menerima penderitaan.

41) Hadiah Terbaik : Kepada kawan – Kesetiaan Kepada musuh – Kemaafan Kepada ketua – Khidmat Kepada yang muda – Contoh terbaik Kepada yang tua – Hargai budi mereka dan kesetiaan. Kepada pasangan – Cinta dan ketaatan Kepada manusia – Kebebasan

42) “Berfikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh naluri atau emosi merupakan satu cara menyelesaikan masalah yg paling berkesan”

43) “Hiduplah seperti lilin menerangi orang lain, janganlah hidup seperti duri mencucuk diri dan menyakiti orang lain.”

44) “Dunia ini ibarat pentas. Kita adalah pelakonnya. Maka berlumba-lumbalah beramal supaya hidup bahagia di dunia dan akhirat”

45) “Akal itu menteri yang menasihati, Hati itu ialah raja yang menentukan, Harta itu satu tamu yang akan berangkat, kesenangan itu satu masa yang ditinggalkan”.

46) “Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari”

47) “Cakap sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi dari nenek moyang”

48) “Ingatlah, sabar itu iman, duit bukan kawan, dunia hanya pinjaman dan mati tak ber teman..”

49) “Lidahmu adalah bentengmu, jika engkau menjaganya maka ia akan menjagamu, dan jika engkau membiarkannya maka ia tidak akan mempedulikanmu”

50) “Orang yg paling berkuasa adalah orang yg dapat menguasai dirinya sendiri”

51) “Seseorang menganggap sekatan sebagai batu penghalang, Sedangkan orang lain menganggapnya sebagai batu lonjatan.”

52) “Kalau kita melakukan semua yang kita upaya lakukan, sesungguhnya kita akan terkejut dengan hasilnya.”

53) “Kita selalu lupa atau jarang ingat apa yang kita miliki, tetapi kita sering kali ingat apa yang ora ng lain ada.”

54) “Apa yang diperolehi dalam hidup ini, adalah sepenuhnya daripada apa yang kita berikan padanya.”

55) “Fikirkan hal-hal yang paling hebat, Dan engkau akan menjadi terhebat. Tetapkan akal pada hal tertinggi, Dan engkau akan mencapai yang tertinggi.”

56) “Dunia ini tiada jaminan melainkan satu peluang.”

57) “Kehidupan kita di dunia ini tidak menjanjikan satu jaminan yang berkekalan. Apa yang ada hanyalah percubaan, cabaran dan pelbagai peluang. Jaminan yang kekal abadi hanya dapat ditemui apabila kita kembali semula ke pada Ilahi.”

58) “Rahsia kejayaan hidup adalah persediaan manusia untuk menyambut kesempatan yang menjelma.”

59) “Kekuatan tidak datang dari kemampuan fizikal,tetapi ianya datang dari semangat yang tidak pernah mengalah.”

60) “Mengetahui perkara yang betul tidak memadai dan bermakna jika tidak melakukan perkara yang betul.”

61) “Kecemerlangan adalah hasil daripada sikap yang ingin sentiasa melakukan yang terbaik.”

62) “Jadikan sebagai aturan hidup untuk melakukan yang terbaik dalam apa jua yang dilakukan, pasti akan menghasil kecemerlangan.

63) “Kehidupan ini dipenuhi dengan seribu mcm kemanisan tetapi untuk mencapainya perlu sejuta macam pengorbanan dan kepahitan..manis tidak akan dtg sendiri”

64) Sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita dengan Allah perlahan-lahan tercabut. Dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualiti ibadah.

65) kehebatan orang yang bertawakal itu adalah kerana mereka berserah seluruh jiwa raga kepada ALLAH. Mereka terlalu yakin sehingga percaya pada sandaran Maha Suci ALLAH.

66) Jika kita memelihara kebencian dan dendam, maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis dan kita tidak akan pernah menjadi orang yang produktif.

67) Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita untuk memaafkannya, mendoakannya, memperbaikinya, dan menjaga aibnya.

68) Bertambah kuat kepercayaan kepada agama, bertambah tinggi darjatnya di dalam pergaulan hidup, dan bertambah naik tingkahlaku dan akal budinya.

69) Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia ,
lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya .
Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

70) Sesiapa yang berbohong hilanglah air mukanya dan sesiapa yang buruk akhlaknya banyaklah dukacitanya.

71) Akan datang kepada manusia suatu zaman tidak akan reda mata orang yang bijaksana.

72) Sesungguhnya orang bertalam dua muka bukan seorang yang jujur di sisi Allah.

73) Aku pernah memindahkan batu-bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.

74) Tidak ada sesuatu yang lebih meletihkan badan daripada permainan.

75) Aku pernah makan makanan yang baik dan memeluk yang terbaik tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lazat daripada kesihatan.

76) Janganlah kamu duduk lama di dalam tandas kerana ia akan mewarisi penyakit buasir.

77) Berdiam diri itu adalah hikmah (perbuatan yang bijak) sedangkan amat sedikit orang yang melakukannya.

78) Sesungguhnya lama bersendirian itu dapat memahami untuk berfikir dan lama berfikir itu adalah petunjuk jalan ke syurga.

79) Kehinaan dalam melakukan ketaatan kepada Allah lebih mendekatkan diri daripada mulia dengan maksiat (perkara menyebabkan dosa) kepada-Nya.

80) Kata-kata nasihat amat menyukarkan bagi orang bodoh, sebagaimana sukarnya berjalan di atas jalan yang tidak rata bagi seorang tua.

81) Sekiranya kamu di dalam solat, jagalah hatimu, sekiranya kamu makan, jagalah kerongkongmu, sekiranya kamu berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu dan sekiranya kamu berada di kalangan manusia, jagalah lidahmu.

82) Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kamu tahu sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu tahu.

83) Ingatlah dua perkara iaitu Allah dan mati, lupakan dua perkara lain iaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.

84) Bukanlah harta itu seperti kesihatan dan bukanlah nikmat itu seperti jiwa yang baik.

85) Sesiapa yang melihat-lihat keaiban diri, dia tidak akan peduli keaiban orang lain.

86) Sesiapa yang tidak mengenakan pakaian takwa, dia tidak akan ditutupi dengan suatu apa pun.

87) Sesiapa yang reda rezeki Allah, dia tidak akan sedih dengan apa yang ada di tangan orang lain.

88) Sesiapa yang mencabut pedang kezaliman, dia akan memotong tangannya.

89) Sesiapa yang menggali telaga untuk saudaranya, dia akan terjatuh ke dalamnya.

90) Sesiapa yang mencabut hijab (penghadang) orang lain, akan terbukalah auratnya (keaibannya).

91) Sesiapa yang memendamkan sesuatu perkara, dia akan mendapat celaka.

92) Sesiapa yang membahayakan dirinya, dia akan binasa.

93) Sesiapa yang tidak menggunakan akalnya, dia akan dihina.

94) Sesiapa yang bersifat takbur dengan manusia, dia akan dikeji.

95) Sesiapa yang menyelidiki dengan mendalam sesuatu pekerjaan (perkara), dia akan berasa jemu.

96) Sesiapa yang tidak berpengalaman dalam setiap urusan, dia akan dikhianati.

97) Sesiapa yang mengetahui ajal mautnya, akan pendeklah impiannya.

98) Sesiapa yang bersahabat dengan orang rendah akhlak, dia dipandang hina.

99) Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. ( Imam Al-Ghazali ).

100) Bahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi kusir untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya. ( saidina Ali Abi Talib ).

101) Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah bahagia. ( Hamka ).

102) Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia. ( Hamka ).

103) Bahagia sekali orang-orang yang menahan lidahnya daripada berkata-kata secara berlebih-lebihan dan mendermakan hartanya yang lebih. ( maksud hadis).

104) Berbahagialah orang yang dapat menyalahkan dirinya sendiri sebelum menyalahkan orang lain. ( Maksud hadis ).

105) Perluaskanlah bidang dan minat dan kegemaran anda supaya masa anda tidak terbuang dengan sia-sia yang boleh menghanyutkan anda dalam kegiatan atau arus fantasi yang menjahanamkan diri anda.

105) Anggaplah dunia sebagai sebuah tempat yang penuh dengan beraneka perkara menarik yang menunggu anda untuk meneroka dan mempelajarinya.

106) Anda perlu sentiasa bersedia untuk memberi pertolongan, bantuan dan khidmat kepada orang lain.

107) Bersyukur dan bergembiralah terhadap kejayaan dan kemajuan yang dicapai oleh orang lain dan jangan sekali-kali anda merasa cemburu atau iri hati terhadap mereka.

108) Anda hendaklah lebih banyak berfikir dan bercakap tentang pengalaman-pengalaman yang menggembirakan daripada pengalaman-pengalaman yang membawa duka nestapa.

109) Bersyukur dan berpuas hatilah dengan apa yang anda miliki sekarang.Jangan sekali-kali berfikir bahawa anda akan bergembira setelah memiliki perkara-perkara yang tidak anda miliki sekarang.

110) “Bukan semua yang menggembirakan hati kita baik untuk kita. Kadang-kadang yang menggembirakan itu tersembunyi derita. Dan bukan semua yang memualkan hati kita tidak baik untuk kita. Kadang-kadang di situlah letaknya bahagia.”

111)“Biar pendiam tapi berisi, daripada bising menyusahkan orang; biar banyak ingatkan mati, daripada hidup bagaikan arang.”

112) “Paling indah hidup apabila kita mendapat semua yang kita inginkan, tapi paling tak indah bila dah dapat itulah punca masalah hidup kita.”

113) “Pengetahuan adalah teman anda yang terbaik. Ia sentiasa mengikut anda ke mana pun anda pergi. Tatkala semua orang menolak anda, pengetahuan tetap membisikkan sesuatu yang berharga.”

114) “Orang yang banyak duit selalunya tak bawa duit dalam poket tapi kadang-kadang orang yang tak bawa duit dalam poket sebab memang tak berduit.”

115) ”Sembahyang itu ketenangan. Ketenangan benihnya kepintaran, kepintaran itu jawapnya kecemerlangan. ”

116) “Jadilah orang cerdik supaya senang hidup tapi kalau dah terlalu senang selalu jadi tak cerdik.”

117) “Apa nak takut dengan madu, masuk ke perut jadi ubat; tapi takutilah lebah, kalau menyerang boleh padam.”

118) “Tupai kalau tak pernah jatuh ke tanah kira memang pandai, tapi bila jatuh itu tentu terlebih pandai.”

119) “Berlarilah terus hingga ke garisan penamat, sebab perlumbaan yang tidak sampai ke garisan penamat tidak pernah selesai.”

120) “Jika anda mengaku orang jadilah orang, jangan jadi orang-orang.”

121) “Usah mimpi menakluk bintang kalau bulan pun tak kelihatan.”

122) “Jika anda diperdaya orang, itu tandanya anda baik, sebab orang jahat tak akan pilih orang jahat untuk diperdayakan.”

123) “Belumlah seseorang itu layak digelar pendekar selagi dia belum berjuang.”

124) “Jangan takut terlambat. Yang paling bahaya adalah berhenti dan langsung tak bertindak.”

125) “Nak pandai belajarlah, tapi kalau nak memandai-mandai tak payah tunggu pandai.”

126) “Manusia takut pada hantu tapi tak takut berperangai macam hantu.”

127) “Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Kerana Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta …

Teori – Teori dan Model – Model Pertumbuhan

Teori – Teori dan Model – Model Pertumbuhan
1.   Teori Klasik
Dasar pemikiran dari teori klasik adalah pembangunan ekonomi dilandasi oleh sistem liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Jika keuntungan meningkat, tabungan akan meningkat, dan investasi juga akan bertambah. Hal ini akan meningkatkan stok modal yang ada. Skala produksi meningkat dan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja sehingga tingkat upah juga meningkat. Yang terakhir ini selanjutnya akan mengakibatkan jumlah suplay tenaga kerja meningkat yang akhirnya akan menurunkan tingkat produktivitas dan keuntungan karena berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing of return) karena terbatasnya jumlah sumber daya alam (SDA), seperti luas tanah.
Proses ini selanjutnya mengakibatkan produksi, permintaan tenaga kerja, dan juga tingkat upah menurun. Menurut pemikiran klasik, pada kondisi seperti ini perekonomian mengalami tingkat kejenuhan atau keadaan stasioner. Ini adalah sebuah keadaan di mana perekonomian telah dewasa, mapan, dan masyarakat telah sejahtera, tetapi tanpa perkembangan lebih lanjut.
      Beberapa teori klasik antara lain sebagai berikut :
a.    Teori Pertumbuhan Adam Smith
Di dalam teori ini, ada tiga faktor penentu proses produksi / pertumbuhan, yakni SDA, SDM, dan barang modal.
b.    Teori Pertumbuhan David Ricardo
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA yang jumlah nya terbatas, dan jumlah penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah minimal. David Ricardo juga melihat adanya perubahan teknologi yang selalu terjadi, yang membuat meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan memperlambat proses diminishing returnkemerosotan tingkat upah an keuntungan ke arah tingkat minimumnya. David Ricardo juga melihat pertanian sebagai sector utama sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
c.    Teori Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus
Menurutnya, ukuran keberhasilan pembangunan suatu perekonomian adalah kesejahteraan negara, yakni jika PNB potensialnya meningkat. Sector yang dominan adalah pertanian dan industry. Jika output di kedua sector tersebut ditingkatkan, maka PNB potensialnya akan bisa ditingkatkan. Ada dua kelompok faktor yang sangat menentukan pertumbuhan, yakni faktor – faktor ekonomi seperti tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Dan faktor – faktor nonekonomi, seperti keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, etos kerja dan disiplin pekerjaan yang tinggi. Di antara faktor – faktor ekonomi tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor akumulasi modal. Tanpa penambahan modal (peningkatan investasi), proses produksi akan berhenti dan berarti PNB potensial akan berkurang atau hilang. Sumber utama akumulasi modal adalah keuntungan dari pengusaha, bukan penghematan konsumsi atau tabungan masyarakat.
d.    Teori Marx
Marx membuat lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian, yakni:
1)    Perekonomian komunal primitive
2)    Perekonomian perbudakan
3)    Perekonomian feodal
4)    Perekonomian kapitalis
5)    Perekonomian sosialis
Titik krisis dari teori marx ini adalah pada transisi dari perekonomian kapitalis dan perekonomian sosialis.
2.   Teori Neo – Keynes
Model pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok teori neo – Keynes adalah modal dari Harrod dan Domar yang mencoba memperluas teori Keynes mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari investasi, baik AD maupun pada perluasan kapasitas produksi AS, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa model pertumbuhan Harrord – Domar adalah suatu gabungan dengan modifikasi dari model pertumbuhan dari Dumar dan model pertumbuhan dari Harrord. Model dari Domar lebih memfokuskan pada laju pertumbuhan investasi. Di dalam modelnya, investasi ditetapkan harus tumbuh dalam suatu presentase yang konstan. Sedangkan penekanan dari model Harrord lebih pada pertumbuhan Y jangka panjang. Di dalam modelnya, laju pertumbuhan keseimbangan yang membuat besarnya pertumbuhan tabungan domestic yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan besarnya investasi yang direncanakan.
3.   Teori Neo – Klasik
Pemikiran dari teori neo – klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan – kelemahan atau penyempurnaan terhadap pendangan / asumsi dari teori klasik. Beberapa model neo – klasik antara lain :
a.    Model Pertumbuhan A. Lewis
Model ini yang dikenal dengan sebutan suplai tenaga kerja yang tidak terbatas adalah satu di antara model neo – klasik yang meneliti gejala di negara – negara berkembang (NSB). Model ini menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi dimulai di sebuah NSB yang mempunyai dua sector dengan sifat yang berbeda, yakni pertanian tradisional yang subsistem di pedesaan dan industry yang modern di perkotaan. Dalam model ini, pertumbuhan ekonomi terjadi karena pertumbuhan industry dengan proses akumulasi modal yang pesat, sedangkan di pertanian pertumbuhan nya relative rendah dengan akumulasi capital yang rendah sekali. Keunggulan komparati di sector industry adalah upah buruh yang murah dikarenakan suplai tenaga kerja yang berlimpah di pertanian. Akibat terlalu banyaknya tenaga kerja di pertanian membuat rendahnya marjinal produktivitas tenaga kerja di sector tersebut, sehingga perpindahan tenaga kerja dari pertanian ke industry tidak sampai mengakibatkan turunnya produksi di pertanian.
b.    Model Pertumbuhan Paul A. Baran
Model ini dikenal sebagai teori pertumbuhan dan stagnasi ekonomi. Pemikiran nya disebut sebagai tesis neomarxis, karena ia menolak pemikiran marxis yang menyatakan bahwa NSB akan maju seperti di Eropa karena sentuhan nya dengan negara – negara maju (NM) atau negara – negara kapitalis. Sedangkan Baran berpendapat bahwa akibat pengaruh dari NM, ekonomi NSB akan menjadi buruk. Menurut Baran, proses kapitalisme di NSB berbeda dengan yang terjadi di NM. Di NM proses kapitalisme yang memakan waktu cukup panjang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1)    Pertumbuhan ekonomi meningkat bersamaan dengan perpindahan masyarakat petani dari pedesaan ke industri di perkotaan.
2)    Peningkatan produksi barang dan jasa berbarengan dengan terjadinya pembagian dan spesialisasi kerja. Sebagian menjadi buruh dan sulit berkembang dan sebagian lainnya menjadi kaya dan terus menumpuk capital.
Sedangkan, di NSB proses akumulasi modal tidak terjadi. Yang terjadi justru sebaliknya yaitu modal asing yang datang ke NSB justru mengambil surplus ekonomiyang terjadi, sehingga capital yang ada justru berkurang, dan masyarakat menjadi miskin karena tidak menikmati surplus tersebut.
c.    Teori Ketergantungan Neokolonial
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa pembangunan ekonomi di NSB sangat tergantung pada NM, terutama dalam investasi langsung di sector pertambangan dan impor barang – barang industri. Pekerja – pekerja di NSB di bekerjakan sebagai buruh di perusahaan – perusahaan asing yang berlokasi di NSB di sector pertanian dan pertambangan , sementara semua kebutuhan produk – produk manufaktur, mulai dari barang – barang konsumsi hingga peralatan dan mesin industri di impor dari NM. Ini membuat NSB hanya bisa berspesialisasi di produk – produk primer yang nilai tambahnya rendah, sementara NM berspesialisasi di produk – produk industri yang menghasilkan nilai bertambah besar. Walaupun sekarang ini, sudah banyak NSB yang berspesialisasi dalam industri manufaktur, tetapi ketergantungan nya terhadap NM tetap tinggi, bahkan menjadi lebih tergantung, terutama dalam pinjaman dan teknologi.
d.    Model Pertumbuhan WW. Rostow
Menurut Rostow pembangunan ekonomi di manapun juga merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat maju. Proses ini, dengan berbagai variasinya pada dasarnya berlangsung sama di manapun dan kapanpun juga. Dalam modelnya, proses pembangunan terdiri atas lima tahapan, yaitu :
1)    Masyarakat tradisional
2)    Prakondisi untuk lepas landas
3)    Lepas landas
4)    Menuju kedewasaan
5)    Era konsumsi missal tinggi
Kriteria yang digunakan untuk membedakan tahap satu dengan tahap – tahap berikutnya adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi ekonomi, sosial, politik, serta budaya dalam sebuah perekonomian.
e.    Model Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow adalah  penyempurnaan model pertumbuhan Harrod – Domar. Dalam model Solow, proporsi faktor produksi diasumsikan dapat berubah dan tingkat upah tenaga kerja dan suku bunga juga bisa berubah. Jika jumlah tenaga kerja tumbuh melebihi jumlah stok capital, upah akan turun relative dengan suku bunga. Atau sebaliknya, jika pertumbuhan capital melebihi pertumbuhan tenaga kerja, suku bunga akan turun relatif terhadap upah. Fleksibilitas harga faktor produksi ini yang memungkinkan jalur pertumbuhan dalam model ini bisa menjadi stabil, berbeda dengan model H-O yang bisa mengalami ketidakstabilan yang berkepanjangan jika syarat – syarat untuk mencapai pertumbuhan warranted tidak terpenuhi. Model ini menganalisis pertumbuhan ekonomi (Y) dengan menggunakan fungsi produksi. Fungsi produksi yakni capital (K) dan tenaga kerja (L), dapat tumbuh pada tingkat yang berbeda :
                        Y = Kα(AL)β
Di mana A = konstanta yang nilainya berbeda – beda untuk perekonomian yang berbeda dan α dan β adalah elastisitas output terhadap capital dan tenaga kerja. Dalam fungsi produksi Cobb – Douglas, α+β = 1 yang artinya bahwa peningkatan output sama persis dengan produktivitas fisik marginal dari kedua faktor produksi tersebut dikalikan dengan kenaikan nya. Hal ini mengimplikasikan skala hasil yang konstan.
4.    Teori Modern
Seperti yang telah di jelaskan di atas, model – model pertumbuhan di atas hanya melihat pada satu sumber pertumbuhan saja, yakni konstribusi dari penambahan jumlah dari faktor – faktor produksi. Padahal sumber pertumbuhan yang terpenting adalah peningkatan produktivitas , bukan jumlah dari faktor – faktor produksi yang di gunakan dan ini mencerminkan adanya suatu progres teknologi.
Dalam teori modern ini, faktor – faktor produksi yang krusial tidak hanya banyaknya tenaga kerja dan modal, tetapi juga kualitas SDM dan kemajuan teknologi, energy, kewirausahaan, bahan baku, dan material. Bahkan dalam era globalisasi  dan perdagangan bebas dunia saat ini, kualitas SDM dan teknologi merupakan dua faktor dalam satu paket yang menjadi penentu utama dalam keberhasilan suatu bangsa / negara. Selain itu, faktor – faktor lain yang oleh teori modern juga dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaan dan kondisi infrastuktur, hukum serta peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.
Dilihat dari kerangka pemikiran kelompok teeori modern tersebut, ada sejumlah perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori klasik dan neoklasik atau neo – Keynes, diantaranya adalah yang mencakup tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Dalam kelompok teori modern, kualitas tenaga kerja lebih penting dari pada kuantitasnya. Demikian juga dengan modal, kualitasnya lebih penting dari pada kuantitas. Dan juga kewirausahaan, termasuk kemampuan seseorang untuk melakukan inovasi, merupakan salah satu faktor krusial bagi pertumbuhan ekonomi.
Jadi, model – model pertumbuhan baru memasuki aspek – aspek enogenitas dan eksternalitas di dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu asumsi dari teori modern ini adalah sifat keberadaan teknologi yang tidak eksogen, tetapi merupakan salah satu faktor produksi yang dinamis.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori klasik
Klasik, menganalisis perekonomian sebelum tahun 1870, klasik mengemukakan : bahwa peranan modal penting artinya bagi pembangunan ekonomi. penggunaan modal tersebut ditekankan untuk meningkatkan penawaran setinggi-tingginya, penawaran yang tinggi akan diikuti oleh permintaan yang tinggi pula. tetapi kenyataannya tidak demikian, karena penawaran yang tinggi tidak diikuti oleh permintaan yang tinggi pula.
akibatnya, timbul :

  1. over produksi
  2. pengangguran
  3. deflasi

asumsi klasik :

  1. perekonomian dalam keadaan full empoyment
  2. perekonomian dalam dua sektor
  3. tidak ada campur tangan pemerintah
  4. pembangunan ekonomi tergantung pada mekanisme pasar

tokoh-tokoh klasik :

  1. David Ricardo
  2. Adam Smith
  3. John Stuart Mill
  4. Robert Malthus

David ricardo mengatakan bahwa, adanya keterbatasan dalam tingkat kesuburan tanah menurut pendapat, walaupun produksi ditingkatkan dengan tanah yang tetap, maka akan terjadi “the law of deminishing return”. bisa diatasi dengan adanya teknologi, melalui extensifikasi, intensifikasi.
Asumsi Ricardo :

  1. Tanah Terbatas
  2. Modal tetap
  3. tidak ada teknologi

Adam smith, teorinya “Lissez Faire” dengan asumsi:

  1. suatu kebijaksanaan yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan ekonomi.
  2. meminimalkan campur tangan pemerintah

adam smith tidak menyadari adanya kenaikan hasil lebih yang semakin berkurang. adam smith mengemukakan, bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi karena akan memperluas pasar.
John Stuart Mill menganalisis mengenai peranan faktor non ekonomi dalam menciptakan pembangunan ekonomi. misalnya, kebiasaan berpikir, pendidkan, adat istiadat, corak institusi dalam masyarakat.
beliau berpendapat, bahwa pertambahan penduduk yang terus menerus dengan luas tanah terbatas di dalam pembangunan akan menyebabkan banyak kegiatan-hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang.
agar pembangunan dapat tercipta, perlu adanya golongan masyarakat yang dapat menciptakan pembaharuan-pembaharuan dan pentingnya peranan pendidikan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi sebab:

  1. mempertinggi pengetahuan teknik baru
  2. mempertinggi pengetahuan umum masyarakat

robert malthus, mengemukakan bahwa penduduk akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dimana pertambahan penduduk meningkat secara Deret Ukur sedangkan pertambahan bahan makanan berjalan secara Deret Hitung. penentang Malthus, Double day dan spencer, malthus tidak berpikir tentang teknologi.

Teori Keynes (1937)
Teorinya bertitik tolak dari teori klasik yang gagal terutama dalam sektor pengangguran. menurut keynes, pentingnya peranan modal dalam pertumbuhan perekonomian dimana penggunaan modal itu ditekankan permintaan yang tinggi, dan permintaan yang tinggi itu diharapkan dapat diikuti oleh penawaran yang tinggi pula. ternyata tidak berhasil sehingga menimbulkan, inflasi, depresi
Asumsi Keynes :

  1. perekonomian bisa full employment dan tidak full employmen
  2. perekonomian berada dalam 3 sektor
  3. adanya campur tangan pemerintah
  4. perekonomian dianalisa dalam jangka pendek

Harrod Domar

Teorinya lahir berdasarkan teori klasik dan teori keynes yang gagal juga berbicara mengenai penanaman modal di dalam pertumbuhan perekonomian. menurut Harrod Domar peranan modal mempunyai fungsi ganda yaitu :

  1. meningkatkan kapasitas produksi
  2. meningkatkan daya beli

Tujuan penanaman modal :

  1. untuk mengganti alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi
  2. untuk memperbesar jumlah alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat

Asumsi Harrod Donal :

  1. Perekonomian dalam full employment
  2. perekonomian berada dalam dua sektor
  3. besarnya tabungan masyarakat adalah proporsionil dengan besarnya pendapatan nasional
  4. perekonomian di analisa dalam jangka panjang
  5. MPS, COR,ICOR adalah kontan

Teori Harrod Domar di Indonesia tidak cocok karena Harrod Domar asumsinya full employment, sedangkan di indonesia banyak pengangguran penentang. Harrod Domar adalah Cobb Douglas
Kelemahan Harrod Domar :

  1. sangat tergantung kepada capital of value yang berlawanan dengan labour theory ricardo dan marx. dimanan lbour adalah suatu sistem yang hanya dapat dimasukkan dalam capital labour ration yang konstan dan keadaan ini terjadi apabila labour bertambah dan capital bertambah pula
  2. mengabaikan teknologi, terciptanya laju pertumbuhan ekonomi hanya menitik beratkan kepada modal saja
  3. yang dipakai di Indonesia adalah ICOR karena indonesia mempunyai modal terbatas sedangkan untuk mengadakan pembangunan pada tahap permulaan memerlukan modal yang tinggi.

Teori Neo Klasik, teorinya berdasar kepada teori klasik yang nitik beratkan pada kegiatan masyarakat  dalam jangka pendek, dan sedikit sekali perhatiannya kepada masalah pertumbuhan ekonomi. kegiatan masyarakat dalam jangka pendek adalah, kegiatan yang berlandaskan kepada mekanisme pasar
warisan dari Adam smith bahwa, mekanisme pasar akan menciptakan perkembangan ekonomi walaupun berjalan secara perlahan tetapi selalu berjalan dengan lancar dan teratur.
Tokoh-tokoh Neo Klasik

  1. Leon Walras
  2. Alfred Marshal
  3. Knut Wicksel
  4. Cobb Douglass

Asumsi Neo Klasik :

  1. Perekonomian berfungsi secara efisien akibat mekanisme pasar.
  2. Pembangunan ekonomi berjalan secara perlahan dan akan berjalan dengan lancar dan teratur

Cobb Douglas, mengemukakan tentang teori fungsi produksi yang menitikberatkan tidak hanya kepada modal saja, tetapi juga kepada teknologi dan tenaga kerja dalam menaikkan laju pertumbuhan ekonomi.
Perbedaan Neo Klasik dan Harrod Domar :
Neo klasik, landasan teorinya adalah teori klasik. pertumbuhan ekonomi tidak menitik beratkan pada modal saja tapi juga pada perkembangan teknologi dan peningkatan kemampuan tenaga kerja.
COR berubah-ubah :

  • Perekonomian mempunyai kemungkinan di dalam menentukan gabungan
  • modal dan tenaga kerja yang akan digunakan dalam meningkatkan produksi

Harrod DOmar : Landasannya adalah teori klasik dan keynes. pertumbuhan ekonomi dititikberatkan hanya pada modal saja dimana modal mempunyai fungsi ganda yaitu :

  1. efektif supply
  2. efektif demand

Teori Pembangunan
Terdapat lima aliran teori pembangunan ekonomi yaitu :

  1. Model-model pertumbuhan bertahap-linier
  2. Teori dan pola-pola perubahan structural
  3. revolusi ketergantungan internasional
  4. kontrarevoltion pasar bebas neoklasik
  5. teori pertumbuhan ekonomi baru atau endogen

Teori tahapan linier
dalam teori tahapan linier digambarkan oleh WW Rostow dan Harrod Domar. tahap-tahap pertumbuhan Rostow. lima tahapan ekonomi yang ada, yakni :

  1. tahapan masyarakat tradisional
  2. tahapan penyusunan kerangka dasar/prasyarat tinggal landas menuju pertumbuhan berkesinambungan yang berlangsung secara otomatis
  3. Tahapan tinggal landas
  4. Tahapan menuju kematangan ekonomi/kedewasaan
  5. Tahapan konsumsi tinggi

salah satu faktor pembangunan untuk tinggal landas adalah pengerahan atau mobilisasi dana tabungan guna menciptakan bekal investasi dalam jumlah yang memadai untuk mempercfepat laju pertumbuhan ekonomi
adapun mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapat diterangkan melalui model pertumbuhan Harrod Domar

Model pertumbuhan Harood Domar
dari persamaan Harood Domar dalam teori pertumbuhan ekonomi secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi secara jelas dinyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP ditentukan secara bersama-sama oleh rasion tabungan nasional,s serta rasio modal output nasional, k. secara lbeih spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan ration tabungan dan secara negative atau perbandingan terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian

POLITIK PEMBANGUNAN TEORI EKONOMI MODERN “KEYNES DAN HARROD-DOMAR”

Pendekatan yang dilakukan Keynes terhadap masalah-masalah ekonomi  dan kebijaksanaan ialah bagaimana ia dapat mengendalikan permintaan negative:  melalui kebijaksanaan fiscal dengan menciptakan deficit dalam keadaan depresi dan melakukan surplus dalam perkembangan ekspansi[1].  Keynes membuat teori bukan membuat teori untuk membuat sesuatu yang baru namun dia mengisi kekosongan yang ada pada teori sebelumnya dan memberikan resolusi-resolusi yang mungkin dapat dilakukan meskipun hasilnya terlihat controversial dan ditetang oleh mazhab klasik. Keynes berpendapat bahwa seharusnya resolusi-resolusi baru dapat diterima dengan baik oleh para kaum intelek. Ahli klasik berpendapat bahwa tabungan-tabungan sudah pasti dibelanjakan oleh mereka yang menanam modal dalam suatu usaha industry atau perusahaan-perusahaan lainnya. Keynes cenderung menentang hal ini. Penabung seringkali merupakan orang yang berbeda dengan penanam modal dan masing-masing memiliki tujuan sendiri.

Persamaan pokok menurut Keynes adalah pendapatan seluruhnya merupakan pengurangan dari jumlah yang dibelanjakan untuk barang-barang untuk konsumen dan jumlah yang dibelanjakan untuk konsumsi. Menurut Keynes dalam bukunya yang berjudul the general theory of employment, unterest and money (1936), perkembangan deflasi dan depresi serta ekspansi dan inflasi pada hakekatnya merupakan permasalahan yang berkisar pada permintaan agregatif. Menurunnya investasi dunia usaha dan investasi pemerintah menyababkan tertekannya permintaan agregatif, hal ini menyebabkan adanya stagnasi ekonomi.  Siklus dalam kegiatan ekonomi terjadi karena  adanya perubahan secara siklis dalam efisiensi marginal modal, hal ini juga dipengaruhi oleh hasrat dan liquiditas dimana hasrat berkonsumsi mempengaruhi osilasi dan amplitude dalam perkembangan ekonomi. Menurut teori Keynes-hansen ada dua rupa modal yang menyangkut gerak menurunnya efisiensi marginal dari modal.
a.       Tingkat efisiensi marginal dari modal bisa menurun pada garis curve tertentu pada suatu schedule tertentu,
b.      Efisiensi dari modal marginal juga dapat berubah karena terjadi pergeseran dari curve itu sendiri.[2]
Setiap tambahan pada investasi dalam tahan ekspansi menyebabkan menurunnya efisiensi marginal pada kurve yang bersangkutan, dan akan berakhir pada tingkat marginalnya sudah begitu rendah hingga mencapai tingkat bunga. Pada saat ini imbalan jasa bagi investasi tidak melebihi tingkat bunga. Gerak menurunnya efisiensi marginal pada suatu schedule tertentu harus dilihat dalam kombinasi dengan bergesernya garis curve yang bersangkutan.[3]
Beberapa sebab yang mendorong adanya gerak efisiensi dari modal:
a.       Perkiraan dan/atau penilaian yangrealistis mengenai kebutuhan akan investasi modal dalam proses pertumbuhan,
b.      Perkiraan-perkiraan spekulatif mengenai imbalan jasa yang diharapkan dimasa depan.[4]
Jika terjadi suatu keraguan atas salah satu sisi maka optimism spekulatif akan berubah menjadi pesimisme. Ada pula teori post Keynesian. Para ilmuwan yang memperdalam teori ini adalah mereka yang mempunyaai semangat optimistis untuk memperluas jangkauan teori Keynes. Pada dasarnya teori Keynes terbatas pada teori analisa jangka pendek. Teori post Keynesian hendak memperluas system in menjadi output dan kesempatan kerja dalam jangka panjang, yang menganalisa fluktuasi jangka pendek untuk mengetahui adanya perkembangan ekonomi jangka panjang.[5]
Harrod domar mengembangkan teori ekonomi yang memiliki focus pada analisa persamaa, jika penduduk bertambah maka pendapatan perkapita kaan berkurang kecuali pendapatan riil ikut bertambah, serta bila ada investasi maka pendapatan riil haruslah ditambah agar tidak terjadi idle capacity. Harrod-domar menitik beratkan pada pernyataan bahwa akumulasi capital itu memiliki peranan ganda yaitu menimbulkan pendapatan juga menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar persediaan capital, perbedaannya dengan kaum klasik adalah kaum klasik menitik beratkan pada kapasitas dari akumulasi capital, tetapi menggunakan anggapan adanya cukup perminyaan.[6] Jika pendapatan riil tidak berkembang dan tetap maka akan berakibat pada investasi. Karena investasi merupakan pembentuk modal dan dapat menaikkan kapasitas produksi, maka pembentukan alat capital baru akan memiliki beberapa pengaruh;
a.       Capital yang baru tidak dapat digunaka, karena pendapatan tetap.
b.      Capital baru akan digunakan dengan biaya dari alat  capital yang ada sebelumnya,
c.       Capital baru akan menggantikan tenaga kerja.
Pembentukan capital jika tidak berbarengan dengan kenaikan pendapatan maka akan membuat tidak terpakainya tenaga dan capital, maka diperlukan kenaikan peendapatan untuk menghindari berlebihnya alat-alat capital dan pengangguran tenaga kerja. Maka tujuan pengembangan teori ini adalah untuk mempertahankan tingkat pengerjaan penuh dalam jangka waktu yang lama, yaitu tingkat perkembangan pendapatan yang dibutuhkan untuk memelihara pendapatan pada tingkat pengerjaan penuh.[7]
Harrod menyataka bahwa tabungan samadengan investasi, maka hal ini berarti bahwa tabungan itu diinvestasikan. Melalui persamaan GC = S.
G = tingkat pertumbuhan output atau perbandingan antara naiknya income dan total income pada suatu waktu tertentu,
C = tambahan capital atau perbandingan atara investasi dan kenaikan pendapatan,
S = saving, dinyatakan sebagai bagian dari income.
Maka tabungan bergantung pada tingkat pendapatan dan ivestasi tergantung pada tingkat perkembangan pendapatan.[8] Menurut harrod-domar investasi merupakan pusat persoalan dari tumbuhnya, sebab teori ini akan menaikkan kapasitas produksi dalam perekonomian, selain itu naiknya kapasitas produksi dapat menghasilkan output yeng lebih banyak, hingga akan menimbukan banyaknya pengangguran. Perkembangan konjungtur juga dipandang sebagai penyimpangan dari jalan perkembangan yang mantap dan dibatasi oleh full employment ceiling dan investasi yang autonomous dan konsumsi minimum. Sayangnya factor penting seperti hasrat menabung dan rasio capital-output dalam teori ini dianggap tetap, padahal faktanya factor-faktor tersebut sangat mudah berubah dalam jangka waktu yang panjang sehingga akan merubah syarat yang dibutuhkan untuk dapat mencapai ertumbuhan yang mantap.

[1] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (Jakarta:yayasan obor Indonesia, 1991), hal.299.
[2] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi (yayasan obor Indonesia, Jakarta: 1991),hal.300.
[3] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (yayasan obor Indonesia, Jakarta: 1991), hal.300-301.
[4] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (yayasan obor Indonesia, Jakarta: 1991).hal.301.
[5] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.50.
[6] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.51.
[7] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.52.
[8] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.58.

Pendekatan yang dilakukan Keynes terhadap masalah-masalah ekonomi  dan kebijaksanaan ialah bagaimana ia dapat mengendalikan permintaan negative:  melalui kebijaksanaan fiscal dengan menciptakan deficit dalam keadaan depresi dan melakukan surplus dalam perkembangan ekspansi[1].  Keynes membuat teori bukan membuat teori untuk membuat sesuatu yang baru namun dia mengisi kekosongan yang ada pada teori sebelumnya dan memberikan resolusi-resolusi yang mungkin dapat dilakukan meskipun hasilnya terlihat controversial dan ditetang oleh mazhab klasik. Keynes berpendapat bahwa seharusnya resolusi-resolusi baru dapat diterima dengan baik oleh para kaum intelek. Ahli klasik berpendapat bahwa tabungan-tabungan sudah pasti dibelanjakan oleh mereka yang menanam modal dalam suatu usaha industry atau perusahaan-perusahaan lainnya. Keynes cenderung menentang hal ini. Penabung seringkali merupakan orang yang berbeda dengan penanam modal dan masing-masing memiliki tujuan sendiri.

Persamaan pokok menurut Keynes adalah pendapatan seluruhnya merupakan pengurangan dari jumlah yang dibelanjakan untuk barang-barang untuk konsumen dan jumlah yang dibelanjakan untuk konsumsi. Menurut Keynes dalam bukunya yang berjudul the general theory of employment, unterest and money (1936), perkembangan deflasi dan depresi serta ekspansi dan inflasi pada hakekatnya merupakan permasalahan yang berkisar pada permintaan agregatif. Menurunnya investasi dunia usaha dan investasi pemerintah menyababkan tertekannya permintaan agregatif, hal ini menyebabkan adanya stagnasi ekonomi.  Siklus dalam kegiatan ekonomi terjadi karena  adanya perubahan secara siklis dalam efisiensi marginal modal, hal ini juga dipengaruhi oleh hasrat dan liquiditas dimana hasrat berkonsumsi mempengaruhi osilasi dan amplitude dalam perkembangan ekonomi. Menurut teori Keynes-hansen ada dua rupa modal yang menyangkut gerak menurunnya efisiensi marginal dari modal.
a.       Tingkat efisiensi marginal dari modal bisa menurun pada garis curve tertentu pada suatu schedule tertentu,
b.      Efisiensi dari modal marginal juga dapat berubah karena terjadi pergeseran dari curve itu sendiri.[2]
Setiap tambahan pada investasi dalam tahan ekspansi menyebabkan menurunnya efisiensi marginal pada kurve yang bersangkutan, dan akan berakhir pada tingkat marginalnya sudah begitu rendah hingga mencapai tingkat bunga. Pada saat ini imbalan jasa bagi investasi tidak melebihi tingkat bunga. Gerak menurunnya efisiensi marginal pada suatu schedule tertentu harus dilihat dalam kombinasi dengan bergesernya garis curve yang bersangkutan.[3]
Beberapa sebab yang mendorong adanya gerak efisiensi dari modal:
a.       Perkiraan dan/atau penilaian yangrealistis mengenai kebutuhan akan investasi modal dalam proses pertumbuhan,
b.      Perkiraan-perkiraan spekulatif mengenai imbalan jasa yang diharapkan dimasa depan.[4]
Jika terjadi suatu keraguan atas salah satu sisi maka optimism spekulatif akan berubah menjadi pesimisme. Ada pula teori post Keynesian. Para ilmuwan yang memperdalam teori ini adalah mereka yang mempunyaai semangat optimistis untuk memperluas jangkauan teori Keynes. Pada dasarnya teori Keynes terbatas pada teori analisa jangka pendek. Teori post Keynesian hendak memperluas system in menjadi output dan kesempatan kerja dalam jangka panjang, yang menganalisa fluktuasi jangka pendek untuk mengetahui adanya perkembangan ekonomi jangka panjang.[5]
Harrod domar mengembangkan teori ekonomi yang memiliki focus pada analisa persamaa, jika penduduk bertambah maka pendapatan perkapita kaan berkurang kecuali pendapatan riil ikut bertambah, serta bila ada investasi maka pendapatan riil haruslah ditambah agar tidak terjadi idle capacity. Harrod-domar menitik beratkan pada pernyataan bahwa akumulasi capital itu memiliki peranan ganda yaitu menimbulkan pendapatan juga menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar persediaan capital, perbedaannya dengan kaum klasik adalah kaum klasik menitik beratkan pada kapasitas dari akumulasi capital, tetapi menggunakan anggapan adanya cukup perminyaan.[6] Jika pendapatan riil tidak berkembang dan tetap maka akan berakibat pada investasi. Karena investasi merupakan pembentuk modal dan dapat menaikkan kapasitas produksi, maka pembentukan alat capital baru akan memiliki beberapa pengaruh;
a.       Capital yang baru tidak dapat digunaka, karena pendapatan tetap.
b.      Capital baru akan digunakan dengan biaya dari alat  capital yang ada sebelumnya,
c.       Capital baru akan menggantikan tenaga kerja.
Pembentukan capital jika tidak berbarengan dengan kenaikan pendapatan maka akan membuat tidak terpakainya tenaga dan capital, maka diperlukan kenaikan peendapatan untuk menghindari berlebihnya alat-alat capital dan pengangguran tenaga kerja. Maka tujuan pengembangan teori ini adalah untuk mempertahankan tingkat pengerjaan penuh dalam jangka waktu yang lama, yaitu tingkat perkembangan pendapatan yang dibutuhkan untuk memelihara pendapatan pada tingkat pengerjaan penuh.[7]
Harrod menyataka bahwa tabungan samadengan investasi, maka hal ini berarti bahwa tabungan itu diinvestasikan. Melalui persamaan GC = S.
G = tingkat pertumbuhan output atau perbandingan antara naiknya income dan total income pada suatu waktu tertentu,
C = tambahan capital atau perbandingan atara investasi dan kenaikan pendapatan,
S = saving, dinyatakan sebagai bagian dari income.
Maka tabungan bergantung pada tingkat pendapatan dan ivestasi tergantung pada tingkat perkembangan pendapatan.[8] Menurut harrod-domar investasi merupakan pusat persoalan dari tumbuhnya, sebab teori ini akan menaikkan kapasitas produksi dalam perekonomian, selain itu naiknya kapasitas produksi dapat menghasilkan output yeng lebih banyak, hingga akan menimbukan banyaknya pengangguran. Perkembangan konjungtur juga dipandang sebagai penyimpangan dari jalan perkembangan yang mantap dan dibatasi oleh full employment ceiling dan investasi yang autonomous dan konsumsi minimum. Sayangnya factor penting seperti hasrat menabung dan rasio capital-output dalam teori ini dianggap tetap, padahal faktanya factor-faktor tersebut sangat mudah berubah dalam jangka waktu yang panjang sehingga akan merubah syarat yang dibutuhkan untuk dapat mencapai ertumbuhan yang mantap.

[1] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (Jakarta:yayasan obor Indonesia, 1991), hal.299.
[2] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi (yayasan obor Indonesia, Jakarta: 1991),hal.300.
[3] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (yayasan obor Indonesia, Jakarta: 1991), hal.300-301.
[4] Djojohadikusumo, sumitro, perkembangan pemikiran ekonomi, (yayasan obor Indonesia, Jakarta: 1991).hal.301.
[5] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.50.
[6] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.51.
[7] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.52.
[8] Irawan, ekonomi pembangunan edisi 3, (FE UGM, Yogyakarta:1981),hal.58.

TEORI TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Teori  teori pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam suatu Negara?
~Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar :  pertama menciptakan pendapatan dan kedua memperbesar kapisitas produksiperekonomian denagan cara meningkatkan stok modal.
~Pertumbuhan Solow (Neo-Klasik)
Memperbaiki kelemahan teori Harrod dengan mengolah asumsi mengenai fungsi produksi yang digunakan dengan proporsi yang tepat menjadi fungsi produksi yang variable.
#Teori perkembangan ekonomi :
*Aliran Klasik.
Teori teori pengembangan aliran klasik sbb:
a)      Adam Smith
Pembagian kerja menjadi titik permulaan dari teori pertumbuhan ekonominya yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Smith menekankan yang dilakukan terlebih dahulu adalah pemupukan modal. Karena pemupukan stok barang harus lebih dahulu dilakukan sebelum pembagian kerja.
b)      David Ricardo
Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan tetapi teori distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal.
c)       Thomas Robert Malthus
Menurut Malthus pertambahan penduduk tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, bahkan pertambahan penduduk dianggap sebagai akibat dari proses pembangunan.
d)      Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)
Karl Marx mengemukakan bahwa perkembangan masyrakat itu terdiri dari lima tahap, yakni masyarakat primitive, perbudakan, feodal, kapitalis, dan masyarakat sosialis.
**Aliran Neo-Klasik
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.
* Teori Keynesn
Menurut Keynes syarat pokok kemajuan ekonomi, yaitu
a)      kemampuan mengendalikan penduduk
b)       Kebulatan tekad menghindari perang dan perselisihan sipil.K
c)      emauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan.
d)      Tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi.
*Teori Schumpeter
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau wiraswasta (enterpreneur). Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produsi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi itu sendiri.
1.      Teori  teori pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam suatu Negara?
~Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar :  pertama menciptakan pendapatan dan kedua memperbesar kapisitas produksiperekonomian denagan cara meningkatkan stok modal.
~Pertumbuhan Solow (Neo-Klasik)
Memperbaiki kelemahan teori Harrod dengan mengolah asumsi mengenai fungsi produksi yang digunakan dengan proporsi yang tepat menjadi fungsi produksi yang variable.
#Teori perkembangan ekonomi :
*Aliran Klasik.
Teori teori pengembangan aliran klasik sbb:
a)      Adam Smith
Pembagian kerja menjadi titik permulaan dari teori pertumbuhan ekonominya yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Smith menekankan yang dilakukan terlebih dahulu adalah pemupukan modal. Karena pemupukan stok barang harus lebih dahulu dilakukan sebelum pembagian kerja.
b)      David Ricardo
Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan tetapi teori distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal.
c)       Thomas Robert Malthus
Menurut Malthus pertambahan penduduk tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, bahkan pertambahan penduduk dianggap sebagai akibat dari proses pembangunan.
d)      Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)
Karl Marx mengemukakan bahwa perkembangan masyrakat itu terdiri dari lima tahap, yakni masyarakat primitive, perbudakan, feodal, kapitalis, dan masyarakat sosialis.
**Aliran Neo-Klasik
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.
* Teori Keynesn
Menurut Keynes syarat pokok kemajuan ekonomi, yaitu
a)      kemampuan mengendalikan penduduk
b)       Kebulatan tekad menghindari perang dan perselisihan sipil.K
c)      emauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan.
d)      Tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi.
*Teori Schumpeter
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau wiraswasta (enterpreneur). Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produsi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi itu sendiri.
?
~Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar :  pertama menciptakan pendapatan dan kedua memperbesar kapisitas produksiperekonomian denagan cara meningkatkan stok modal.
~Pertumbuhan Solow (Neo-Klasik)
Memperbaiki kelemahan teori Harrod dengan mengolah asumsi mengenai fungsi produksi yang digunakan dengan proporsi yang tepat menjadi fungsi produksi yang variable.
#Teori perkembangan ekonomi :
*Aliran Klasik.
Teori teori pengembangan aliran klasik sbb:
a)      Adam Smith
Pembagian kerja menjadi titik permulaan dari teori pertumbuhan ekonominya yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Smith menekankan yang dilakukan terlebih dahulu adalah pemupukan modal. Karena pemupukan stok barang harus lebih dahulu dilakukan sebelum pembagian kerja.
b)      David Ricardo
Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan tetapi teori distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal.
c)       Thomas Robert Malthus
Menurut Malthus pertambahan penduduk tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, bahkan pertambahan penduduk dianggap sebagai akibat dari proses pembangunan.
d)      Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)
Karl Marx mengemukakan bahwa perkembangan masyrakat itu terdiri dari lima tahap, yakni masyarakat primitive, perbudakan, feodal, kapitalis, dan masyarakat sosialis.
**Aliran Neo-Klasik
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.
* Teori Keynesn
Menurut Keynes syarat pokok kemajuan ekonomi, yaitu
a)      kemampuan mengendalikan penduduk
b)       Kebulatan tekad menghindari perang dan perselisihan sipil.K
c)      emauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan.
d)      Tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi.
*Teori Schumpeter
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau wiraswasta (enterpreneur). Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produsi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi itu sendiri.

Teori Pembangunan

TEORI-TEORI PEMBANGUNAN:

TEORI KLASIK PEMBANGUNAN

 

Era 1700-an – 1800-an

  1. Adam Smith: Kapitalisme dan Pertumbuhan

Melalui bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations(1776) Adam Smith merespon kebijakan perdagangan di Eropa Barat. Pada saat itu, “perdagangan” sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Kekuasaan berada di tangan para perusahaan dagang raksasa (misalnya the East India Company). Untuk menjaga kepentingan mereka, kemudian diberlakukan gerakan proteksionisme sehingga praktis kompetisi menjadi sangat terbatas. Proteksionisme ini berupa penetapan tarif yang tinggi untuk barang impor. Ini kemudian membuat harga barang produksi dalam negeri menjadi lebih murah.

Menurut Adam Smith, upaya-upaya seperti ini jelas menghambat pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan. Mestinya perhatian ditujukan pada “produksi”. Logikanya sederhana: ada produksi maka ada pembagian tenaga kerja (division of labor); ada pembagian kerja, ada perbaikan produktivitas; dengan adanya perbaikan produktivitas, ada perbaikan pertumbuhan ekonomi.

Kemudian pelaksanaan sistem akan diatur oleh “the invisible hand of market”. Smith percaya individu akan bertindak mengikuti kepentingan pribadi (self-interest); apabila suatu produk dirasa terlalu mahal maka tidak akan ada yang membelinya dan penjual akan mengurangi harga, atau menjual sesuatu yang lain. Juga, jika gaji terlalu rendah, pegawai akan mencari pekerjaan yang lain. Pandangan Smith ini masih mempengaruh proses pembangunan ekonomi hingga dewasa ini. Pendekatan pasar (market-based approach) dalam pembangunan ekonomi juga diistilahkan dengan laissez-faire economics.

  1. David Ricardo: Teori Diminishing Return dan Comparative Advantage

David Ricardo merupakan salah satu pendukung perdagangan bebas (free trade) dan mengembangkan teori keuntungan komparatif (comparative advantage). Menurut teori ini, setiap negara seharusnya berfokus pada persoalan produksi dan kemudian menjual barang tersebut sehingga mereka punya keuntungan dalam produksi. Spesialisasi diperlukan sehingga produksi menjadi lebih efisien. Dengan demikian ada kemampuan untuk proses pertumbuhan dan risorsis dapat digunakan secara lebih efektif.

David Ricardo, melalui Principles of Political Economy and Taxation (1817), nampaknya pesimistis tentang kemungkinan terjaganya pertumbuhan ekonomi. Bagi Ricardo, pertumbuhan dibatasi oleh kelangkaan lahan (land scarcity).

 

 

 

  1. Teori Malthus: Populasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Malthus, populasi akan tumbuh manakala pendapatan naik di atas level subsisten. Mengapa? Karena adanya “animal nature” manusia, khususnya “pekerja miskin”. Keterkaitan antara pendapatan dan pertumbuhan dijelaskan dengan logika berikut: jika rata-rata pendapatan per orang naik karena semakin baiknya iklim dan tingginya output yang dihasilkan maka akan ada lebih banyak pangan dan kebutuhan lain. Jika pendapatan dan suplai pangan melebihi apa yang disyaratkan untuk kegiatan subsistem maka tambahan anak akan tetap ada.

Dalam formulasi Malthus, pertambahan penduduk mengikuti “geometric progression,” yakni jumlah penduduk tumbuh menurut angka 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, 512, 1,024, 2,048, dan seterusnya. Bagi Malthus, prinsip ini terjadi pada setiap generasi, ketika upah meningkat di atas level subsistem merupakan faktor utama untuk memahami mengapa kelas yang lebih miskin tetap miskin.

Keterkaitan antara pertumbuhan penduduk dengan kemiskinan dijelaskan dengan logika berikut: batas tertinggi ekspansi penduduk adalah ketika lahan sudah tidak mampu lagi untuk menghasilkan cukup pangan. Produksi kebutuhan pangan tentunya tidak dapat dijaga sesuai dengan ledakan penduduk. Ketika lahan semakin sering ditanam maka angka fertilitas cenderung menjadi rendah. Produktivitas output per unit dari lahan akan berkurang, sehingga pertumbuhan output total pangan akan lambat.

Malthus percaya bahwa output pertanian hanya dapat meningkat dalam “arithmetic progression,” yakni menurut angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan seterusnya. Cepat atau lambat populasi yang kian meningkat akan dihadapkan dengan lebih lambatnya pertumbuhan produksi pangan dasar. Tidak hanya pendapatan per orang yang tidak meningkat, bahkan lebih dari itu akan jatuh di bawah kebutuhan subsistens. Kalau pendapatan berada di bawah level subsisten maka berpotensi menyebabkan kelaparan, bahkan penurunan populasi. Titik keseimbangan (equilibrium) akan terjaga manakala pertumbuhan populasi berjalan konsisten dengan peningkatan produksi pangan.

Malthus tidak menyadari bahwa ada faktor yang memperlambat angka pertumbuhan populasi. Karena angka pertumbuhan populasi tergantung pada perbedaan antara angka kelahiran dan kematian, maka setiap faktor yang mengurangi angka kelahiran dan/atau meningkatkan angka kematian akan cenderung memperlambat angka pertumbuhan penduduk.

  1. Karl Marx: Pembangunan Kapitalisme

Negara berperan penting dalam semua pendekatan pembangunan. Peran tersebut misalnya menyiapkan sistem regulasi, hukum dan aturan agar pasar dapat bekerja secara lebih efisien, ataupun pemerintah bisa lebih intervensionis dalam kehidupan ekonomi seperti yang ditekankan oleh Marx.

Menurut Marx, suatu pendekatan pembangunan yang bersifat ”ahistoris” sebaiknya diganti dengan pendekatan ”dialektika historikal”. Menurutnya, analisis ekonomi klasik memandang proses pembangunan ibaratnya sebuah fotografi: hanya menggambarkan realitas pada waktu tertentu. Sebaliknya, pendekatan dialektikal memandang proses pembangunan sebagai suatu gambar bergerak (moving picture): mengamati fenomena sosial dengan cara mengkaji ”tempat” dan ”proses” perubahannya. Sejarah bergerak dari satu tahap ke tahap yang lain (dari feodalisme ke kapitalisme ke sosialisme), berdasarkan perubahan cara mengatur kelas-kelas sosial dan relasi antar kelas tersebut. Konflik antara kekuatan-kekuatan produksi (pengetahuan dan teknologi, organisasi produksi, dan pengembangan keahlian manusia) dan relasi produksi yang ada (ketepatan dan distribusi output serta cara berpikir masyarakat, dan ideologi) memberikan pergerakan yang dinamis dalam interpretasi materialis. Interaksi antara kekuatan dan relasi produksi membentuk politik, hukum, moralitas, agama, budaya, dan gagasan-gagasan.

Berbeda dengan pakar yang lain (Smith, Malthus, dan Ricardo), menurut Karl Marx kapitalisme tidak selamanya ada dalam sebuah masyarakat. Kapitalisme hanya menjadi satu tahap perkembangan historis masyarakat, meskipun perkembangan historis ini tidak dialami oleh semua negara pada saat yang sama. Marx percaya kapitalisme pada akhirnya akan menciptakan suatu sistem ekonomi sosialis, dan karenanya, komunis. Karya Marx yang monumental adalah Capitalyang hanya satu volume. Ia meninggal pada tahun 1883, dan dua volumeCapital diedit dan dipublikasikan di tahun 1885 dan 1894 oleh teman dekatnya yakni Frederick Engels.

Marx mengagumi kekuatan yang dimiliki oleh kapitalisme, suatu sistem yang telah berhasil menciptakan kesejahteraan dalam ratusan tahun. Namun yang ”mengganggu” Marx adalah faktor human cost dalam menghasilkan kesejahteraan dan distribusi satu-sisi. Marx percaya bahwa sebenarnya hanya kelas pekerja – proletariat – yang menghasilkan kesejahteraan melalui kekuatan buruhnya. Sedangkan kaum kapitalis memberikan kontribusinya semata-mata dari posisinya sebagai pemilik sarana produksi.

Marx berpendapat bahwa ketidakmerataan distribusi kepemilikan sarana produksi adalah hasil dari suatu proses historis dimana petani kehilangan akses lahan dan dipaksa untuk masuk ke kota dan menjadi pekerja. Karenanya ia berpendapat bahwa distribusi pendapatan dalam masyarakat kapitalis tidak adil. Meski demikian, transisi menuju sosialisme dapat dicapai bila kapitalisme telah mencapai tahap perkembangan yang cukup tinggi. Bagi Marx, tingkat pendapatan per kapita yang tinggi dalam lingkungan ekonomi kapitalis adalah suatu prakondisi bagi masa depan sosialis, dan sistem ekonomi komunis akan mengikutinya.

Teori pembangunan ala Marx ini mirip dengan model tahap linear (linear stages models). Kapitalisme dipandang sebagai satu tahap dalam transisi. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahap Karakteristik
Kuno/primitif, feodalisme atau Asiatic Masyarakat kuno, kepemilikan lahan secara komunal. Feodalisme ditemukan dalam masyarakat “Barat”; berdasarkan pada produksi pertanian yang dikelola dalam lahan yang luas; kepemilikan lahan oleh beberapa orang.

Asiatic ditemukan pada masyarakat “Timur”, misalnya India, Cina, Turki, Persia; kelas-kelas yang berbeda mendominasi ekonomi dan aparatus pemerintah; dibutuhkan untuk menjamin kontrol terpusat akan teknologi penting seperti sistem irigasi dan sebagainya.

Kapitalisme Masyarakat terbagi ke dalam kelompok masyarakat yang memiliki sarana produksi (means of production[1]) dan tidak; pasar memegang peran penting dalam alokasi risorsis.
Sosialisme Kepemilikan sarana-sarana produksi oleh negara atau orang; industrialisasi berarti bahwa orang tidak perlu harus berjuang untuk suatu kehidupan dan kebutuhan individu dapat dipenuhi melalui sistim distribusi yang kolektif.

Sumber: diadaptasi dari Gregory (1986); Smith (2000); Worsley (1990); Willis (2005).

 

TEORI-TEORI MODERNISASI

 

Era 1920-an – 1930-an: John Maynard Keynes

Para penganut ekonomi klasik percaya bahwa pasar merupakan suatu mekanisme untuk memaksimalkan efisiensi risorsis. Namun pada tahun 1929 dan 1930 terjadi Kejatuhan Wall Street (Wall Street Crash) dan adanya Depresi Hebat (Great Depression) di Amerika. Ketika terjadi kegagalan mekanisme pasar bebas untuk mencapai titik equilibrium, para ekonom mulai membangun pemahaman baru tentang ekonomi negara. Yang paling mencengangkan adalah pemikiran ekonom Inggris yakni John Maynard Keynes yang pada tahun 1936 mempublikasikan The General Theory of Employment, Interest, and Money.

Keynes berpendapat bahwa pasar bebas tidak selamanya menjadi kekuatan positif seperti yang diyakini banyak orang. Menurutnya, kunci utama untuk pertumbuhan adalah “investasi nyata” (real invenstment), misalnya dalam proyek infrastruktur baru. Investasi ini, menurutnya, akan memberikan efek positif bagi penciptaan lapangan kerja dan selanjutnya menghasilkan kesejahteraan melaluimultiplier effect. Misalnya, apabila pemerintah mendanai pembangunan jalan, hal ini menciptakan pekerjaan tidak hanya untuk pembangun jalan, tetapi juga untuk suplier material jalan dan alat-alat lain. Para pekerja akan mengeluarkan uang untuk pekerjaan orang lain, dan perusahaan akan menghasilkan profit yang akan diinvestasikan lebih lanjut.

 

 

Keynes melihat adanya ”peran pemerintah” dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Untuk mendukung ”investasi”, pemerintah dapat menetapkan kebijakan-kebijakan moneter seperti mengubah interest rates, atau secara langsung melalui government expenditure. Pengeluaran pemerintah (government expenditure), karenanya, merupakan suatu jalan untuk “menangkal krisis”.

Era 1960-an

  1. W.W. Rostow: Teori Pertumbuhan Linear (Linear-Stages Theory):

Pada tahun 1960, Walt Rostow mempublikasikan The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Rostow menulis tentang “pertumbuhan ekonomi” bukan “pembangunan”. Melalui pemikirannya, ada jalan menuju kepada “pembangunan” dengan tahap terakhir yang dikenal dengan era konsumsi masa yang tinggi. Karenanya, dalam istilahnya, “pembangunan” dipahami sebagai suatu kondisi negara dimana penduduk dapat mengeluarkan banyak uang untuk membeli produk-produk. Pembangunan kemudian lebih mengambil tempat pada konteks kapitalis, ketimbang komunis. Sebagai suatu proses, “pembangunan” dipahami dalam kaitannya dengan modernitas, dan sebuah pergerakan dari masyarakat agrikultural dengan serangkaian praktek budaya tradisional untuk menuju kepada suatu negara industri yang lebih rasional dan berfokus pada ekonomi.

Ia menganalogikan proses ini seperti pergerakan pesawat sepanjang landasan pacu hingga mencapai titik take-off dan kemudian terbang.

Tahap Karakteristik
Tradisional Berbasis pertanian; menggunakan ilmu dan teknologi sebelum Newtonian; pre-nation-state
Prakondisi untuk Lepas Landas Rerata tabungan dan investasi diatas rerata pertumbuhan populasi; organisasi dan institusi level nasional; elit baru; perubahan seringkali dipicu oleh intrusi eksternal
Lepas Landas Rangsangan untuk lepas landas dibutuhkan, misalnya melalui revolusi politik, inovasi teknik, mengubah lingkungan ekonomi internasional; angka investasi dan tabungan 5-10% dari pendapatan nasional; sektor manufaktur; pengaturan institusi yang tepat, misalnya sistem perbankan
Menuju kepada Kematangan Perluasan teknologi; pembangunan sektor baru; invenstasi dan tabungan 10-20% dari pendapatan nasional
Era Konsumsi Tinggi Konsumsi tinggi akan barang dan jasa; meningkatnya pengeluaran untuk pelayanan kesejahteraan.

Sumber: Rostow, 1960; dalam Willis (2005).

 

 

 

 

 

 

  1. Paul Rosenstein-Rodan: Teori The Big Push

Menurut Rosenstein-Rodan, kalau negara berkembang mau memutus rantai kemiskinan maka perlu ada “investasi berskala besar” di sektor industri (big push). Investasi dalam skala besar ini akan menciptakan interaksi yang sinergis diantara berbagai sektor.

Namun hal ini sulit sekali dilakukan dalam suatu frame pasar alami. Para wirausahawan akan berpikir matang untuk menerapkan konsep big push ini berdasarkan kalkulasi untung-ruginya. Karenanya, sektor-sektor produksi yang potensial tidak dapat “digarap” oleh pasar (privat) karena keraguan pasar untuk membuat keputusan investasi. Apalagi untuk menjalankan konsep big push ini, diperlukan dukungan infrastruktur sosial seperti: jalan, jembatan, pelabuhan, sistem komunikasi, rumah sakit, sekolah, irigasi, dan sebagainya.

Rosenstein-Rodan mengklaim bahwa ia telah membuat beberapa inovasi. Pertama, terkait dengan pengangguran terselubung (disguised unemployment) khususnya dalam sektor pertanian akan mengalami peningkatan output total mengingat dukungan infrastruktur sosial menjadi penting dalam pembangunan. Kedua, investasi berskala besar berpotensi memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di luar dari yang diprediksi. Ketiga, investasi berskala besar dapat menghasilkan tenaga-tenaga terlatih dan profesional.

  1. Teori Lingkaran Setan (Vicious Circle Theory)

Esensi dari teori ini adalah kemiskinan mengekalkan dirinya dalam pengukuhan lingkaran setan pada dua sisi yakni supply dan demand. Pada sisi supply, karena pendapatan rendah, konsumsi tidak dapat diubah menjadi tabungan sehingga tidak ada pembentukan kapital. Minimnya modal (capital) menyebabkan produktivitas rendah, sehingga tingkat pendapatannya rendah. Sebuah negara menjadi miskin karena sebelumnya terlalu miskin untuk menabung dan menginvestasi. Atau seperti yang dikatakan oleh Jeffrey Sachs (2005:56) mengenai jebakan kemiskinan (the poverty trap): “kemiskinan itu sendiri yang menjadi sebab terjadinya stagnasi ekonomi. Jepang memiliki angka tabungan tinggi sepanjang periode pertumbuhan ekonomi sepanjang dekade 1950an, 1960an, dan 1970n, serta Macan Asia (Malaysia, Thailand) memiliki angka tabungan yang tinggi menyiratkan sisi lain dari koin lingkaran setan. Ketika negara-negara kian kaya, mereka menabung lebih, menciptakan suatu virtuous circle dimana angka tabungan yang tinggi akan membawa pertumbuhan yang lebih cepat (Edwards 1995; Economist 1995b:72; World Bank 2003i:218–220).

Pada sisi demand, karena pendapatan rendah, ukuran pasar (misalnya untuk barang konsumsi seperti sepatu, tekstil, dsb.) menjadi terlalu kecil untuk melibatkan investor potensial. Minimnya investasi menyebabkan produktivitas dan pendapatan rendah. Sebuah negara miskin karena sebelumnya terlalu miskin untuk menyediakan pasar untuk mendorong investasi.

  1. Pertumbuhan Berimbang Vs Tak Berimbang (Balanced Versus Unbalanced Growth)

Balanced Growth

Debat pembangunan pada 1940-an hingga 1960-an berkenaan dengan konsepbalanced growth versus unbalanced growth. Oleh para penganjurnya, esensi dari konsep balanced growth adalah modal (capital) atau investasi harus ditanamkan dalam “berbagai sektor” yang saling mendukung satu sama lain. Ragnar Nurkse (1953) memandang strategi ini sebagai satu-satunya jalan untuk melepaskan diri dari lingkaran setan kemiskinan. Tesis ini mendukung tesis big push theory (Paul Rosenstein-Rodan), bahwa suatu strategi “gradualisme” akan mengalami kegagalan. Perlu ada upaya untuk mengatasi inersia yang inheren dalam ekonomi yang stagnan. Situasinya dianalogikan dengan sebuah mobil yang macet di tengah salju: mobil itu tidak akan bergerak dengan sedikit dorongan perlahan-lahan; ia memerlukan suatu dorongan yang kuat (a big push).

Unbalanced Growth

Menurut teori unbalanced growth (Albert O. Hirschman, 1958), investasi hanya ditanam dalam sektor strategis tertentu yang merupakan leading sector, dan ini akan menciptakan peluang investasi lebih lanjut. Ini merupakan jalan terbaik untuk pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, tesis the big push terlalu gloomybagi LDCs: mereka tidak memiliki keahlian untuk melakukan suatu upaya yang masif.

Kekurangan utama dalam negara terbelakang (LDC) tidak terletak pada suplai tabungan, tetapi keputusan untuk berinvestasi oleh para entrepreneurs dan pembuat keputusan. Kemampuan untuk berinvestasi tergantung pada jumlah dan keberadaan investasi. Hirschman percaya bahwa negara-negara miskin memerlukan suatu strategi pembangunan yang mendorong keputusan investasi.

Ia menyatakan bahwa karena risorsis dan kemampuan terbatas, tesis big pushlebih masuk akal jika diterapkan secara strategik dalam industri tertentu. Pertumbuhan kemudian akan menyebar dari satu sektor ke sektor lainnya.

Model Perubahan Struktural

Oleh Todaro (2000), terjadinya pergeseran secara gradual diistilahkan sebagai “model perubahan struktural”. Dasar dari model pembangunan ini adalah terjadinya pergeseran ekonomi nasional dari pembangunan desa (rural) yang notabene menekankan pertanian menuju kepada pembangunan kota yang menekankan penguatan industri.

W. Arthur Lewis adalah salah seorang teorist kunci dari model pembangunan ini. Melalui pengalamannya di Karibia, ia kemudian mengkaji hakekat pembangunan ekonomi. Menurutnya, ada dualisme ekonomi yang dimiliki oleh negara-negara “terbelakang” (underdeveloped). Pertama, sektor “tradisional”, umumnya merupakan pertanian subsisten. Kedua, sektor “modern” yang bercorak pertanian komersial, plantasi, dan manufaktur. Bagi Lewis, konsep “pembangunan” mengambil tempatnya ketika surplus tenaga kerja bergerak dari sektor tradisional ke modern yang kapitalis. Karena ada begitu banyak “surplus” tenaga kerja di wilayah desa (rural), upah di sektor modern tidak akan meningkat sampai surplus tenaga kerja telah terserap (Lewis, 1964).

Lewis menekankan bahwa seharusnya negara-negara sudah harus mulai membangun sektor “modern”, khususnya bagaimana negara harus menambah uang untuk kegiatan investasi manakala tabungan masyarakat terbatas sebagai akibat dari tingginya tingkat kemiskinan. Sebagai suatu jalan keluar dari jebakan ini, ia mendukung perlunya investasi luar negeri. Pemerintah perlu melibatkan perusahaan-perusahaan luar negeri agar mau menginvestasikan modalnya dalam pembangunan domestik melalui suatu proses yang disebut “industrialization by invitation” (Lewis, 1955).

Dimensi Spasial

Seperti diketahui bersama, pembangunan tidak hanya memiliki dimensi sosial saja tetapi juga spasial. Persis seperti kebijakan pembangunan menurut model Keynesian yang menuju kepada terciptanya “efek tetesan ke bawah” (trickle down effect), begitu juga manfaat pembangunan dapat dirasakan oleh setiap wilayah (region) yang berbeda. Bagi Albert Hirschman (1958), pertumbuhan secara spasial adalah bagian dari suatu proses pembangunan.

Berdasarkan pada pengalamannya di Amerika Latin, ia berpendapat bahwa lebih masuk akal apabila pembangunan ekonomi, khususnya industrialisasi, dapat terkonsentrasi secara spasial ketimbang harus mencapai angka pertumbuhan yang merata di seluruh bagian negara. Argumennya adalah bahwa apa yang disebut sebagai “growth poles” akan menjadi foci bagi pembangunan ekonomi, namun sepanjang waktu, manfaat dari proses pembangunan akan menyebar dan derajat polarisasi akan berkurang. Ia mengakui bahwa kondisi yang ada di negara-negara miskin mungkin memerlukan bentuk pendekatan pembangunan yang berbeda. Dibalik ide “unbalanced growth” dan “growth poles” akan lebih mudah mengetahui konsepsi pertumbuhan sebagai suatu proses yang lebih alami atau tidak.

Gunnar Myrdal (1957), seorang ekonom Swedia, juga menyoroti ketimpangan spasial (spatial inequalities) melekat dalam model pembangunan ekonomi yang menekankan pasar bebas. Hal ini dapat dilacak dalam karyanya yang berjudulEconomic Theory and Underdeveloped Regions. Namun tidak seperti Hirschman, Myrdal tidak percaya bahwa polarisasi spasial secara otomatis akan reversedketika pembanguna ekonomi mencapai suatu level tertentu. Menurutnya, manakala suatu wilayah mulai tumbuh secara ekonomi maka akan ada penarikan sumber daya manusia, risorsis, dan dana ke daerah tersebut sehingga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan selanjutnya. Dengan demikian terjadi penipisan kontribusi orang dan risorsis pada pembangunan di wilayah atau daerah lainnya. Hal ini yang kemudian disebut sebagai “backwash effects”.

Bagi Myrdal, satu-satunya cara untuk mengurangi efek dari spatial inequalitiesadalah melalui intervensi pemerintah. Menurutnya, apabila perencanaan pemerintah lebih efisien maka tidak perlu ada variasi wilayah dalam angka pertumbuhan ekonominya. Akan tetapi, ia menyadari sepenuhnya bahwa dalam banyak situasi pemerintah dalam banyak negara tidak mampu mencapai hal tersebut (Myrdal 1970). Menurutnya perlu adanya strong states untuk menjamin agar mekanisme perencanaan dapat diimplementasikan. Keyakinan Myrdal mengenai perencanaan sebagai suatu solusi bagi “masalah-masalah pembangunan” sangat tepat dengan apa yang disebut sebagai sebuah pendekatan teknokratik Eurocentric.

Era 1970-an: Neo-Liberalisme

Bagi kebanyakan pemerintah di bagian Utara, pembangunan dalam periode sesudah Perang Dunia II dapat dicapai melalui berbagai variasi dalam pendekatan Keynesian. Pendekatan ini berdasarkan pada intervensi pemerintah pada level nasional dan bantuan luar negeri pada skala internasional. Perspektif ini berubah sepanjang era 1970-an ketika peran negara mulai dipertanyakan.

Pada era 1970-an, beberapa teorist mulai berpendapat bahwa keterlibatan negara yang begitu luas dalam aktivitas ekonomi telah menciptakan inefisiensi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Teorist ini, diantaranya Deepak Lal (1983) dan Bela Balassa (1971, 1981) berdasarkan pada teori the invisible hand. Bagi para teorist neo-klasik dan neo-liberal, agar ada kesejahteraan bagi semua orang maka pemerintah perlu mengurangi intervensinya dan biarkan pasar menetapkan harga. Hal ini akan menciptakan alokasi risorsis yang paling efisien. Bantuan luar negeri juga menyebabkan terjadinya inefisiensi dan karenanya bentuk intervensi seperti itu perlu dikurangi.

Toye (1993) menggambarkan pergeseran teori pembangunan ini sebagai suatu “counter-revolution”. Ia menyimpulkan ada 3 pendekatan kebijakan yang harus dihadapi:

  1. Meluasnya cakupan sektor publik.
  2. Penekanan lebih pada kebijakan investasi dalam modal fisik seperti infrastruktur, ketimbang modal sosial seperti pendidikan dan kesehatan;
  3. Meluasnya penggunaan kontrol ekonomi seperti tarif, subsidi dan kuota yang mendistorsi harga. (Toye, 1993).

Ketiga hal tersebut berkaitan dengan aspek internal sebuah negara. Tidak ada faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan ekonomi. Misalnya, Balassa lebih menekankan pada liberalisasi perdagangan. Dengan menggunakan kasus 4 negara di Amerika Latin dan 4 negara di Asia, Balassa (1971) mengkaji peran negara dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi di balik berbagai hambatan tarif.

 

TEORI NEO-MARXISM, STRUKTURALIS, KETERGANTUNGAN/DEPENDENSI, DAN

PASCA-KETERGANTUNGAN

 

 

  1. Teori Neo-Marxism

Teori klasik Marxis di atas dikritik karena lebih berfokus pada pengalaman masyarakat Eropa Barat dan berasumsi bahwa semua negara akan mengikuti pola kemajuan dan pembangunan yang sama. Pada tahun 1950-an dan 1960-an pendekatan neo-Marxist mulai mempertanyakan interpretasi tersebut. Pengalaman negara-negara yang baru merdeka di Karibia, Afrika dan Asia menunjukkan bahwa ide Lenin tentang imperialisme menjadi tahap tertinggi dalam kapitalisme dapat dipertentangkan.

Paul Baran (1960) berdasarkan ide Marxist, kemudian memberi label neo-Marxism. Ia, bersama dengan Paul Sweezy, berpendapat bahwa kapitalisme sedang berada dalam suatu periode “monopoly capitalism” (Baran & Sweezy, 1968). Perusahaan besar mendominsai ekonomi dunia dan mampu mengekploitasi bagian dunia yang lebih miskin. Menurutnya, pemerintah di negara miskin dan berkembang harus melakukan intervensi dan mencegah inefisiensi dana untuk pembangunan di luar negara. Sayangnya, pemerintah di negara-negara miskin cenderung korup, kekuasaannya terbatas untuk mencegah eksploitasi ini.

Bagi Baran satu-satunya solusi terhadap masalah ini adalah meninggalkan sistem kapitalis dunia untuk mendukung sistem sosialis-negara (state-socialist system). Hanya dengan melakukan hal tersebut maka pembangunan menjadi mungkin terjadi. Ide ini serupa dengan ide yang diadopsi oleh para pakar aliran dependensi.

  1. Teori Strukturalis

Teori-teori pembangunan sebagian besar berangkat dari pengalaman Eropa. Namun, pendekatan Eurosentris ini mengalami tantangan dari perspektif lainnya. Diantaranya para akademisi dan penulis dari Amerika Latin.

Pendekatan strukturalis menjelaskan hakekat ekonomi negara-negara Amerika Latin dan derajat pembangunannya. Raul Prebisch bersama penulis yang lain memberikan argumen tentang teori dan strategi pembangunan berdasarkan pengalaman di Amerika Latin. Menurut Prebisch, rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan standar hidup tidak akan diperbaiki melalui perdagangan bebas (free trade) seperti yang dikumandangkan oleh para teorist modernisasi. Hal ini karena struktur ekonomi global sangat berbeda dengan situasi ketika negara-negara Eropa mengalami proses industrialisasi. Menurut Prebisch, sistem perdagangan global yang lebih berdasarkan pada prinsip perdagangan bebas merupakan suatu hambatan bagi pembangunan di Amerika Latin.

Menurut para pakar strukturalis, pembangunan sebagai suatu tujuan (goal) tidak dihadirkan dengan industrialisasi, urbanisasi, dan simbol-simbol modernisasi lainnya. Pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang “jalan”nya akan berbeda dengan pendekatan Eurosentris.  Bagaimana mungkin “jalan” yang ditempuh bisa sama apabila lingkungan global saja sudah berbeda? Intinya, ada pengakuan akan pentingnya konteks historis dalam pembangunan.

Menurut interpretasi kaum strukturalis, strategi pembangunan nasional harus mencakup interevensi negara yang lebih besar untuk melindungi industri-industri nasional untuk membangun dirinya. Pendekatan ini dibangun berdasarkan ide “infant industry” yang dikembangkan oleh Friedrich List, seorang ekonom Jerman.

  1. Teori Dependensi/Ketergantungan

Salah satu kelompok teori yang tergolong ke dalam Teori Struktural yakni Teori Ketergantungan (Dependensi) (Budiman, Arif, 2000). Beberapa tokoh kunci Teori Ketergantungan adalah: Raul Prebisch, Paul Baran, Andre Gunder Frank, dan Theotonio Dos Santos.

Argumen kunci dari para teorist dependensi adalah bahwa negara-negara Amerika Latin berada dalam kondisi “terbelakang” (underdevelopment) karena bekerjanya sistem kapitalis. Khususnya, negara-negara industri mengalami pertumbuhan dan pembangunan ekonomi melalui proses eksploitasi terhadap negara-negara pinggiran (periphery) yang non-industri. Menurut para teorist dependensi, situasi pembangunan di Amerika Latin merupakan hasil dari pembangunan kapitalis, sama seperti industrialisasi di Utara merupakan hasil dari proses ini. Andre Gunder Frank (1967) mengatakan hal ini sebagai “development of underdevelopment”.

Frank mengambil contoh Chile dan Brazil untuk menunjukkan rantai ketergantungan yang telah ada sejak periode kolonial bermula di abad ke-16. Ia berpendapat bahwa dengan pembangunan yang bercorak kapitalis (ia memaknai kapitalisme sebagai proses produksi untuk pertukaran pasar), Amerika Latin terjebak dalam suatu sistem ketergantungan global hingga pada tataran antar personal. Petani dieksploitasi oleh pemilik lahan. Para pemilik lahan ini kemudian menjual barang-barang mereka kepada para pedagang (merchants) di kota dengan harga yang lebih tinggi. Rantai pertukaran dan eksploitasi ini berlanjut, hingga surplus yang dihasilkan dibawa sampai ke negara-negara pusat.

Meskipun para teorist dependensi sepakat bahwa faktor-faktor eksogen (di luar negara) menjadi kunci untuk menjelaskan rendahnya tingkat pembangunan ekonomi di Amerika Latin, namun solusi terhadap situasi ini berbeda-beda. Clarke (2002) menyoroti perbedaan utama diantara kaum “reformist” dan “Marxist”. Bagi kaum reformis, seperti halnya kaum strukturalis, yang diperlukan adalah reformasi sistem perdagangan kapitalis, mungkin dengan perlunya intervensi negara yang lebih kuat (lihat Furtado, 1976). Sedangkan kaum Marxist (atau lebih tepatnya neo-Marxist) memandang kejatuhan sistem kapitalis sebagai satu-satunya solusi. Sebagai salah satu pendukung dari pendekatan ini, Frank berpendapat bahwa di dalam kapitalisme, wilayah-wilayah periferi dunia akan selalu dieksploitasi dan dimarginalkan.

Meskipun teori dependensi utamanya berkenaan dengan kondisi di Amerika Latin, namun teori ini juga dapat diterapkan di bagian lain dunia. Misalnya, Walter Rodney dalam bukunya How Europe Underdeveloped Africa (1981) berpendapat bahwa intervensi Eropa dalam proses politik, sosial, dan ekonomi Afrika sepanjang abad ke-19 telah menciptakan ketergantungan dan menghasilkan kemiskinan bagi masyarkat Afrika. Amin (1974) memberikan argumen serupa dalam kasus Afrika, berfokus pada proses ekonomi, khususnya ekstraksi produk-produk utama.

 

Hubungan antara Negara Pusat (Core) – Pinggiran (Periphery) dalam Model Dependensi

 

 

 

Meskipun pendekatan dependensi sangat populer di era 1970-an, namun pengaruhnya pada pembuatan kebijakan begitu terbatas dan telah dikritik banyak pihak. Kritik datang dari bukti-bukti empiris yang menentang klaim-klaim yang diberikan oleh para teoritist dependensi. Konklusi bahwa pembangunan ala-kapitalis tidak dimungkinkan untuk negara-negara pinggiran dikritik seiring dengan keberhasilan ekonomi yang dialami oleh negara-negara industri baru di Asia sepanjang tahun 1970-an. Disamping itu, teori dependensi dikritik karena sepenuhnya berkenaan dengan faktor ekonomi, tanpa mempertimbangkan konteks politik, sosial, dan kultural dimana pembangunan mengambil tempatnya.

Meskipun para pendukung aliran dependensi memperhatikan konteks sejarah, namun mereka tidak mempertimbangkan konteks yang lebih luas dimana pembangunan terjadi. Booth (1985) juga mengkritik aliran dependensi – khususnya Frank – mengeni definisi kapitalisme yang digunakan. Dalam pandangan Frank, pembangunan kapitalis dimaknai sebagai “pertumbuhan industri yang alamiah (autonomous)”. Jika definisi ini digunakan, menurut Booth, pembangunan kapitalis akan berhasil apabila kedekatan sebuah negara dengan ekonomi global lebih lemah. Menurut Booth, argumen ini justru mendiskreditkan pendekatan dependensi itu sendiri.

  1. Teori Pasca-Ketergantungan

Immanuel Wallerstein: Teori Sistem Dunia (World-System Theory)

Pentingnya sistem ekonomi global dan hirarki yang ada di dalamnya juga merupakan suatu faktor penentu dalam teori sistem dunia. Teori ini dikembangkan oleh Immanuel Wallerstein (1974) dan memiliki karakteristik seperti aliran dependensi. Misalnya, kedua pendekatan menekankan pentingnya memperhitungkan pembangunan ekonomi nasional di dalam konteks global. Kekuatan sebuah negara dalam sistem global akan mempengaruhi tingkat pembangunan suatu negara.

Meski demikian, Wallerstein dengan jeli menganalisa di luar dualisme statis dalam model dependensi. Kalau dalam model dependensi hanya ada negara “core” dan “periphery”, bagi Wallerstein sendiri setidaknya ada 3 kelompok negara yakni: “core”, “semi-periphery” dan “periphery”. Pengelompokkan negara ke dalam 3 kategori tersebut tidaklah tetap; kapanpun setiap negara bisa keluar dari satu kategori ke kategori lain tergantung pada situasi ekonomi negara tersebut. Kategori ‘semi-periphery’ merupakan suatu refleksi dari even global yang ada di akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Pada saat itu, beberapa negara sedang mengalami pembangunan ekonomi khususnya industrialisasi. Negara-negara industri baru ini (newly-industrializing countries – NICs) disebut juga sebagai Macan Asia (Asian Tigers) yang meliputi Korea Selatan, Hongkong, Singapura dan Taiwan, serta beberapa negara Amerika Latin seperti Brazil.

Seperti Frank, Wallerstein memandang sistem kapitalis dunia mulai dari abad ke-15 dan 16, ketika pengaruh Eropa meluas hingga keluar Eropa. Sebelum revolusi industri di abad ke-18, berbagai kekuatan Eropa saling berusaha untuk mendominasi, dan negara-negara yang kalah bersaing kemudian menjadi semi-periferi (misalnya Spanyol) sementara negara-negara di Eropa Utarabarat (Northwest Europe) menjadi negara pusat. Termasuk wilayah periferi pada waktu itu adalah Amerika Selatan dan Tengah. Dengan ekspansi di Eropa dan kemudian di Amerika, negara pusat meluas, beberapa negara pinggiran menjadi semi-pinggiran dan negara pinggiran (periferi) menjadi bagian dalam sistem ekonomi global melalui proses kolonialisasi (Peet with Hartwick 1999).

Pada awal abad ke 20, negara-negara pusat terdiri dari Eropa Barat, Amerika dan Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Negara-negara semi-periferi adalah Amerika Latin, Eropa Timur, Rusia, China, India, dan banyak negara di Asia Selatan. Di Afrika, hanya Afrika Selatan, Mesir, dan Tunisia (Klak, 2002). Sisanya adalah negara-negara yang tergolong dalam kategori negara pinggiran (periferi) dalam sistem ekonomi global.

 

TEORI PEMBANGUNAN NEO-KLASIK

 

 

Era 1980-an

Pada era 1980-an, Presiden Amerika Ronald Reagan, Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, Perdana Menteri Kanada Brian Mulroney, Kanselor Jerman Helmut Kohl, dan Perdana Menteri Jepang dari Partai Demokratik Liberal Jepang sejalan dengan revolusi neoklasik dalam analisis dan kebijakan ekonomi. Kata “Liberal” di sini mengacu kepada liberalisme ekonomi (ideologi yang dilontarkan oleh Adam Smith, Milton Friedman, dan Ludwig von Hayek), yang menekankan kebebasan dari hambatan negara. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat, Jepang, Australia, dan Selandia Baru, anggota OECD, mendukung pasar dan privatisasi yang kemudian memengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Bank Dunia dan IMF.

Para neoklasik berpendapat bahwa pertumbuhan yang lambat atau negatif merupakan akibat dari lemahnya alokasi risorsis serta adanya intervensi yang eksesif dari pemerintah LDCs. Mereka berpendapat bahwa adanya pasar bebas yang kompetitif, privatisasi BUMN, dukungan ekspor dan perdagangan bebas, liberalisasi perdagangan nilai tukar, penghilangan hambatan bagi perdagangan luar negeri, pentingnya tabungan domestik, pengurangan pengeluaran pemerintah dan ekspansi moneter, dan pembatasan regulasi dan distorsi harga dalam finansial, risorsis, dan pasar komoditas akan mendorong peningkatan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia dan IMF kemudian menunjukkan Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai contoh pendekatan pasar bebas, meskipun kenyataan menunjukkan bahwa pemerintah memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.

Kebijakan Neoklasik terwujud dalam Washington Consensus, istilah yang dibuat oleh ekonom John Williamson. Konsensus ini mencakup Bank Dunia, IMF, dan pemerintah Amerika, dan anggota OECD. Beberapa komponen yang ada dalam Washington Consensus:

  1. Price decontrol. Neoclassicists mendukung kontrol akan komoditas, faktor, dan harga mata uang.
  2. Fiscal discipline. Defisit anggaran pemerintah atau bank sentral harus cukup kecil untuk didanai.
  3. Public expenditure priorities. Negara-negara terbelakang harus mengurangi pengeluaran pemerintah, dan mengarahkan kembali pembiayaan dari wilayah-wilayah yang sensitif politik (administrasi, pertahanan, dsb.) ke infrastruktur, kesehatan utama, dan pendidikan.
  4. Tax reform. Ini mencakup perluasan basis pajak, perbaikan administrasi pajak, penguatan insentif pajak, pengurangan angka marginal pajak, pengurangan penguapan pajak.
  5. Financial liberalization. Sasarannya adalah adanya nilai uang yang ditentukan oleh pasar (market-determined interest rates) untuk memperbaiki efiensi alokasi modal.
  6. Exchange rates. Negara memerlukan nilai (rate) yang seragam, kompetitif untuk mendorong ekspansi ekspor.
  7. Trade liberalization. LDCs harus menggantikan restriksi kuantitatif dengan tarif, dan secara progresif mengurangi tarif hingga tercapainya angka tarif rendah yang seragam (sekitar 10–20%).
  8. Domestic savings. Disiplin fiskal, pemangkasan pengeluaran pemerintah, reformasi pajak, dan liberalisasi finansial akan mengalihkan risorsis dari negara kepada sektor privat, dimana angka tabungan menjadi lebih tinggi. Model pertumbuhan neoklasik menekankan pentingnya tabungan dan formasi kapital untuk pembangunan ekonomi yang pesat.
  9. Foreign direct investment. Para penganjur neoklasik mendukung dihapusnya hambatan bagi masuknya perusahaan asing.

10.  Privatization. BUMN harus diprivatisasikan.

  1. Deregulation. Pemerintah harus menghilangkan berbagai regulasi yang menghalangi masuknya perusahaan baru dan menghambat regulasi.

12.  Property rights. Sistem legal harus menyediakan jaminan hak cipta (property rights).

Meskipun beberapa ekonom sepakat dengan perlunya deregulasi yang selektif, namun para penentang neoklasik merasa para neoklasik gagal menyadari eksternalitas, barang publik, dan distribusi pendapatan membatasi ruang lingkup deregulasi. Pemangkasan pengeluaran pemerintah mungkin saja membuat ekonomi menjadi lesu, dan biasanya memerlukan pengurangan dalam pendidikan, nutrisi, dan pelayanan sosial. Sekalipun privatisasi dimungkinkan, pemerintah harus melakukannya secara perlahan-lahan untuk menghindari konsentrasi elit bisnis secara luas akibat dari proses privatisasi perusahaan baru yang jatuh ke tangan beberapa orang.

Keterbukaan kepada investasi luar negeri bisa jadi meningkatkan kekuasaan monopolistik dalam ekonomi dan membatasi peluang bagi kapitalis domestik untuk belajar dari pengalaman. Liberalisasi perdagangan cenderung meningkatkan pengangguran, inflasi, dan capital flight. Suatu negara LDC tertentu mungkin akan menghadapi jebakan ekspor (export trap), dimana terjadi persaingan antar negara LDC untuk memperluas ekspor. Di sini, liberalisasi cenderung melukai bagian populasi yang tidak diuntungkan tanpa menyediakan jaring keamanan (safety nets) bagi kaum miskin.

Neoklasikal umumnya mendukung liberalisasi, suatu “big bang” yang sifatnya segera atau “shock therapy” ketimbang suatu upaya penyesuaian yang sifatnya gradual. Pengalaman sejarah di abad ke-19 dan 20, Barat dan Jepang menunjukkan bahwa liberalisasi ekonomi memerlukan perubahan dalam institusi ekonomi, yang hanya dapat terjadi melalui proses step by step.

 

Sumber Bacaan:

1)      Budiman, Arif. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia. 2000

2)     Nafziger, E. Wayne. Economic Development. Fourth Edition. Cambridge University Press. 2006.

3)     Willis, Katie. 2005. Theories and Practices of Development. Routledge.


[1] Sarana produksi (means of production) merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk menghasilkan barang. Hal ini mencakup alat dan kelengkapan, demikian juga lahan, dan sebagainya.

Teori Keynes

Teori Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide seorang ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes. Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemikiran ekonomi modern. Keynes banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin klasik dan neo-klasik. Kita semua sudah tahu bahwa, analisis klasik bertumpu pada masalah-masalah mikro. Aliran Klasik mengatakan“Penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri”  hal ini dikritik Keynes sebagai sesuatu yang keliru. Dalam kenyataannya, menurut Keynes permintaan lebih kecil dari penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi. Menurut Klasik  jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah investasi, namun ini dibantah Keynes. Alasannya, motif orang untuk menabung tidak sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Semantara itu, sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong oleh berbagai motif yang sangat berbeda,  hal ini menyebabkan jumlah tabungan tidak akan pernah sama dengan jumlah investasi.

 

Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi apabila tingkat bunga saat ini rendah dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah apabila tingkat bunga untuk spekulasi mempunyai hubungan  yang berkebalikan dengan tingkat bunga (saat ini). Ini adalah inti teori moneter Keynes.
Menurut teori Keynesian asumsi dasar bahwa ekonomi bekerja penuh atau full employment, tingkat harga yang fleksibel dan informasi yang dimiliki secara sempurna adalah tidak benar dan bertentangan dengan realitas serta tidak akan tercapai dalam jangka pendek bahkan juga dalam jangka panjang. Menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga penganguran sering terjadi.
Menurut Keynesian penganguran bisa terjadi disebabkan oleh tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja (upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku ekonomi sehingga tidak terjadinya full employment. Tidak terjadinya full employment berarti akan menciptakan pengagguran.
Dalam teorinya, Keynes berpendapat tentang kebijakan makro. Kebijakan makro Keynes mengatakan bagaimana peran pemerintah dalam  mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian mempengaruhi situasi makro), agar mendekati posisi full employment-nya. Keynes menyarankan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan Misalnya, jika terjadi pengangguran, pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yg akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dari deskripsi tersebut, memang alur pemikiran Keynes sangat logis dan bisa kita telusuri dengan mudah tanpa berumit- rumit. Dengan demikian kritik Keynes mengenai klasik dan neo-klasik memang masih masuk akal dalam ilmu ekonomis dan memenuhi aturan. Dalam hal ini, teori Keynes merupakan analisis model disequilibeium ekonomi.
untuk lebih jelaas mengenai teori keynes, silakan download di bawah ini

MAZHAB KEYNES

MAZHAB KEYNES
            John Maynard Keynes ( 1883-1946) merupakan pakar ekonomi yang paling menonjol di abad XX. The general Theory dan Revolusi Keynes. Pembaharuan dan perumusan ulang terhadap doktrin pelajaran mazhab Klasik dan Neo-Klasik .
            Keadaan depresi dan kerangka analisis Keynes. Penolakan terhadap hukum Jean Baptist Say. Pendekatan secara Makroagregatif. Pengeluaran agregat dan permintaan efektif. Equilibrium yang mengandung pengangguran karena kapasitas produksi tidak digunakan sepenuhnya : Underemployment equilibrium
            Tiga Faktor pokok dalam sistem pemikiran Keynes :
·         Hasrat berkonsumsi
·         Tingkat bunga berkaitan dengan dengan hasrat liquiditas
·         Efesiensi marginal dari investasi modal.
Keynes juga memaparkan tentang Tabungan perseorangan sebagai kebajikan dalam pola hidup masing-masing secara menyeluruh sebagai tabungan masyarakat ( tabungan agregatif) dalam keadaan tertentu bisa merugikan kepentingan umum.  Selain itu, Keynes juga menjelaskan kaitan antara pendpatan  pengeluaran –  tabungan  – investasi.
KRITIKAN KEYNES TERHADAP KLASIK
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekasnisme pasar akan selalu menuju keseimbangan .. dalam posisi keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beliu untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi dan balas jasa dari faktor-faktor produksi lainnya.
Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi kelenihan maupun kekurangan permintaan. Ketidakseimbangan dinilai kaum klasik sebagai suatu yang sifatnya sementara. Nanti akan ada ada suatu taangan tak terlihat ( invisble hand) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya , termasuk tenaaga kerja, akan digunakan secara penuh ( full-employed).
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka mau bekerja pasti akan memeproleh pekerjaan. Pengecualian berlaku bagi mereka yang memilih-milih pekerjaan atau tingkatv upah yang tidak sesuai. Kedua hal tersebut di nilai oleh oleh kaum klasik sebagai pengangguran sukarela.
Kaum klasik meyakini bahwa setiap barang yang diproduksi akan selalu diiringi oleh permintaan. Sesuai dengan teori Say, “ setiap perusahaan berlomba-lomba menghasilkan barang- barang dan jasa sebanyak-banyaknya”.
Teori Say yang mengatakan bahwa “  penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri”  dikritik oleh Keynes sebagai suatu kekeliruan. Dalam kenyataannya,  biasanya permintaan lebih kecil daripada penawaran, hal ini dikarenakan tidak semua pendapatan masyarakat dilakukan untuk konsumsi, sebagiannya akan ditabung. Dengan demikian , permintaan efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Walaupun kekurangan ini bisa dieliminasi dengan menurunkan harga-hrga, tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran.  Inilah yang terjadi pada tahu 30-an saat perusahaan berlomba-lomba berproduksi tanpa kendali. Dipihak lain, daya beli masyarakat terbatas. Akibatnjya banyak stock yang menumpuk. Sehingga sebagian perusahaan mengurangi produksi bahkan sebgian melakukan rasionalisasi, yaitu melakukan pengurangan produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.
Tindakan rasionalisasi ini menyebabkan sebagian pekerja menganggur, sehingga orang yang menganggur tidak mendapatkan pendapatan. Akibatnya pendapatan masyarakat menjadi turun, daya beli masyarakat juga turun , kegiatan produksi macet, dan terjadi kemerosotan ekonomi (depresi ). Sejak itu, masyarakat mulai curiga bahwa ada yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang berlaku secara umum pada saat itu. Menurut keynes dalam pandangan klasiknya, produksi akan selalu meciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian tertutup sederhana.

 

Mazhab Neo-keynes

NEOKEYNES
            Sejak ditulisnya  buku The General theory  pada tahun 1936 oleh Keynes,                        maka hubungan timbal balik antara analisis ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah menjadi landasan yang amat penting dalam menilai pemikiran-pemikiran ekonomi. Pandangan – pandangan Keynes terus diperbaharui dan dikembangkan oleh                           pendukung – pendukungnya, baik dari golongan Neo-Keynesian maupun Pasca Keynesian atau Post Keynesian.
            Penerus ajaran Keynes yang tergolong Neo-Keynes banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stablitas perekonomian. Teori-teori tersebut menerangkan dan mengantisipasi fluktuasi ekonomi (business cycle) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.
            Sementara itu, kelompok Pasca Keynesian mengembangkan teori makro modern yang berakar dari pemikiran Keynes. Teori-teori yang mereka kembangkan hanya dibicarakan selintas oleh Keynes, tetapi tidak dibuat dalam sebuah model formal.
TOKOH – TOKOH KEYNESIAN
1.     Alvin Harvey Hansen ( 1887- 1975)
Karya- karya nya antara lain : fiscal policy and business cycle ( 1941), business Cycle and Nation Income (1951) dan A Guide to Keynes (1953).
Buku pertama dan kedua lebih banyak ditujukan untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan fluktuasi ekonomi, faktor-faktor penyebabnya. Yang lebih penting mengenai bagaimana cara mengantisipasi fluktuasi ekonomi tersebut.
Bukunya yang ketiga sangat berjasa dalam penyebarluasan pemikiran–pemikiran  Keynes.  Dalam buku A Guide To Keynes , Hansen menyusun pemikiran-pemikiran Keynes dalam suatu kerangka analisis yang lebbih sistematis dari buku asli The General Theory.
2.     Simon Kuznets ( 1901-1985)
Kuznets berhasil menggabungkan ilmu statistic dalan ilmu matematika dengan ilmu ekonomi menjadi suatu kesatuan yang padu. Buku-buku yang ditulis Kuznets yang ada hubungan dengan ekonomi antara lain : National Income and Its Composition (1941), Economic change (1953), dan Modern Economic Growth, Rate, Structure and spread ( 1960). alam karyanya yang pertama Kuznets banyak menyumbangkan pemikiran tentang hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan pendapatan nasional.
Berkat jasa Kuznets, pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diwujudkan secara kuantitatif-empiris. Hubungan antara pendapatan nasional , konsumsi, tabungan, pengangguran, inflasi, dan harga-harga dapat dikaji dan diamati menurut analisi kurun waktu (time series analysis)
3.     John R. Hicks ( 1904-….)
Hicks telah mampu merangkai teori-teori ekonomi mikro ke dalam kerangka teori makro Keynes melalu pendekatan matematika. Hal ini tertulis dalam karanya :Value and capital ( 1939).
Dalam pembahasannya tentang keseimbangan umum, Hicks berpihak pada teori-teori ekonomi mikro. Namun semua hal satu sama lain dikaji dengan memperhatikan serangkaian Unsur dinamika dan juga dalam hubungannya dengan teori moneter. Dengan demikian,  Hicks telah mampu mengaitkan teori-teori mikro dengan ekonomi makro yang dikembangkan Keynes .
Hicks bersama-sama dengan Hansen juga memperkenalkan analisis IS-LM yang kemudia menjadi sangat popular di kalangan mahasiswa yang mempelajari ilmu ekonomi makro.
4.     Wassily Leontief (1906-…)
Buku – buku yang ditulis leontif antara lain : Studies in the structure of the American economy : theoritical and empirical explorations in input-output Analysis  ( 1953) dan             the future of world economy (1976). Leontif dinilai sangat berjasa dalam mengembangkan teori analisis input-output.
Dengan menggunakan analisis input-output yang dikembangkan leontif tersebut, kegiatan dan keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi dalam tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh dapat dilihat lebih jelas.
Sebenarnya ide pengembangan analisis input-output ini bukan sesuatu yang baru dalam pemikiran ekonomi.  Inspirasinya diperoleh dari pemikiran Leon Walras dalam teori keseimbangan umum.
5.     Paul Samuelson ( 1915-..)
Jasa Samuelson sangat terlihat adalah dalam melakukan kodifikasi pemikiran-pemikiran Keynes, kemudian ia melengkapinya dengan pemikiran-pemikiran baru yang lebih luas jangkauannya dengan pendekatan matematika.
Buku-buku Samuelson antara lain : Foundation of Economic Analysis (1947) dan economics (1948). Dalam buku Economics, Samuelson memperlihatkan bagaimana perdagangan luar negeri dimasukkan dalam kerangka teori ekonomi makro.
Sementara itu, dalam buku Foundation of Economic Analysis, ia memeprlihatkan bagaimana hubungan timbal balik saling memperkuat, antara faktor pengganda dengan accelator.

 

Perubahan Struktur Industri di Negara Berkembang

Pendahuluan

Pembangunan ekonomi untuk periode jangka panjang di suatu negara, membawa perubahan yang sangat esensial terutama dalam struktur ekonomi negara tersebut. Perubahan itu dari ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke sektor ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri sebagai mesin utama pembangunan.
Motor utama transformasi struktur ekonomi  suatu negara berkembang tersebut bukan hanya  pergeseran dari sektor pertanian ke sektor  industri, atau yang disebut dengan industrialisasi, tetapi proses transformasi tersebut juga mencakup pergeseran struktur industri  dari waktu ke waktu(dalam jangka panjang). Misalnya, dengan dimilikinya keunggulan komparatif  akibat pergeseran dari kegiatan produksi yang bersifat padat karya dan berteknologi rendah ke arah kegiatan produksi yang lebih padat modal dan berteknologi tinggi.
Struktur Industri adalah struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor industri. Struktur industri menggambarkan bagaimana industri diorganisasikan. Hal ini terkait dengan hubungan dari (a) sesama produsen; (b) sesama konsumen; (c) produsen dan konsumen; dan (d) produsen, yang telah ada terhadap produsen baru yang masuk ke pasar (Bain: 1968). Menurut teori ekonomi industri, struktur industri menentukan tingkat kompetisi dan merupakan faktor yang berpengaruh pada perilaku dan kinerja dari suatu industri (perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri). Oleh karenanya, analisa struktur industri merupakan pijakan awal untuk mengkaji suatu industri.
Struktur industri didefinisikan dalam terminologi distribusi jumlah dan ukuran dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri (Bain: 1968). Struktur industri merupakan cerminan dari struktur pasar suatu industri (Kuncoro: 2007). Dalam studi empiris mengenai struktur industri, digunakan pengukuran konsentrasi untuk mengukur intensitas dari persaingan dalam industri. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada pasar (Jacobson: 1996).
Pergeseran struktur industri seperti yang telah dijelaskandi atas itu dapat dalam berbagai arti: beragam jenis atau kelompok barang menurut sifat penggunaannya, jenis kandungan inputnya atau menurut orientasi pasar. Yang juga selanjutnya disebut sebagai tingkat perkembangan industri, yang dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
1.    Ragam produk è Barang konsumsi, barang konsumsi sederhana, barang konsumsi dengan kandungan teknologi yang lebih canggih, barang modal, dan barang-barang lainnya.
2.    Intensitas pemakain faktor produksiè Barang dengan padat karya dan barang dengan padat modal.
3.    Orientasi pasar è Barang domestik dan barang ekspor.
Dan juga terdapat faktor yang dapat mendorong perubahan struktur industri :
a) Kemampuan teknologi dan inovasi.
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
c) Kondisi dan struktur awal perekonomian dalam negeri. Negara yang pada awalnya memiliki industri dasar atau primer atau hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tingkat menengah seperti mesin alat produksi, akan mengalami proses perubahan struktur industri dengan lebih cepat.
d)Besar pangsa pasar dalam negeri yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Contohnya, Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi sebesar sekian terhadap atmosfir industri.
e)Keberadaan sumber daya alam (SDA). Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam mendorong percepatan industri.
f) Kebijakan dan/atau strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
Penyebab Perubahan Struktur Industri di Negara Berkembang
A.   Penawaran Agregat
è Yaitu terdiri dari perkembangan teknologi, kualitas SDM, dan inovasi material baru untuk produksi.
1.    Perkembangan Teknologi (Technological Progress)
Perubahan lingkungan kompetisi pada tahun-tahun terakhir ini membuat fokus perkembangan teknologi dan besarnya peranan pemerintah di masing-masing negara menjadi berlainan. Negara-negara industri secara umum memfokuskan dan berlomba-lomba untuk mencapai batas-batas inovasi mereka, dan mencoba untuk memperbaiki system inovasi nasional. Disisi lain, negara-negara berkembang pada umumnya lebih fokus untuk mengadaptasikan teknologi yang ada secara lebih efektif. Walaupun demikian, perusahaan-perusahaan di sejumlah negara berkembang juga menjadi inovator, terutama untuk ceruk-ceruk pasar yang masih memberikan potensi (World Investment Report, 1999: 196).
Pengamatan proses perubahan struktur industri amat jelas tidak bisa mengabaikan arah perkembangan teknologi. Dengan demikian, teori-teori mengenai teknologi menjadi sangat relevan kalau para peneliti mengenai hal tersebut untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai proses-proses yang berlangsung. Ketertinggalan negara sedang berkembang dalam bidang ekonomi sebenarnya dapat ditelusuri dari ketertinggalan di bidang teknologi ini. Sekarang ini sedang sangat popular soal knowledgebased economy (KNE). Diskusi mengenai KNE berkenaan denganpengembangan perekonomian suatu negara sudah barang tentu sangat berkaitan dengan persoalan-persoalan (hubungan) antara teknologi dan ekonomi. Teori-teori yang dibahas di depan akan memiliki relevansi yang tinggi dalam melihat persoalan tersebut, khususnya bagi negara sedang berkembang.
2.    Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi (IPTEK)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan.
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan IPTEK, karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu, dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan. Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi.
Arah pembangunan SDM di negara berkembang ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di negara-negara  berkembang meliputi pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
3.    Spesialisasi dan Inovasi Material Baru untuk Produksi
Definisi spesialisasi dalam ruang lingkup industri sama saja seperti fundamentalnya, yaitu merupakan suatu bentuk pembagian tenga kerja di mana individu atau perusahaan memusatkan usaha-usaha produktif mereka pada sebuah kegiatan atau sejumlah kegiatan-kegiatan yang terbatas. Spesialisasi ini dapat memusatkan diri pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannnya. Hal tersebut semua terjadi dalam perubahan struktur industri di negara berkembang, di mana tingkat spesialisasinya masih belum optimal dan efisien.
Keunggulan Inovasi:
·      Proses produksi menjadi sederhana dan mudah diaplikasikan, sehingga menciptakan proses produksi yang effisien dan  efektif.
·      Alat dan mesin produksi dapat dibuat di dalam negeri.
·      Meningkatkan nilai tambah lokal bagi petani, pengusaha, dan pihak bersangkutan lainnya.
4.    Keterbatasan Support dan Dana dari Pemerintah
Terbatasnya dana pemerintah di negara-negara berkembang untuk mengembangkan dan memajukan infrastruktur dalam bidang pengembangan teknologi, dana riset teknologi & penelitian dalam meningkatkan IPTEK dan SDM, serta hal-hal yang bersifat fundamental lainnya.
Seperti yang telah umum diketahui luas, kekayaan dari suatu negara berkembang memang sangat tidak sebanding dengan negara maju, sehingga wajar saja faktor penyebab yang satu ini menjadi suatu masalah dalam memajukan struktur industrinya. Tapi di samping itu, tetap terdapat banyak cara untuk mencari solusi alternatif terhadap masalah ini.
B.   Permintaan Agregat
è Ada dua jenis penyebab dari sisi permintaan agregat, yaitu peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume dan pola konsumsi.
Ketika pendapatan per kapita di suatu negara, khususnya negara-negara berkembang, otomatis masyarakat negara bersangkutan akan meningkatkan tingkat konsumsinya, sehingga secara agregat terjadi permintaan agregat.
Selanjutnya dampak yang ditimbulkan oleh faktor penyebab di atas menyebabkan para produsen (yang merupakan aktor industri) meningkatkan penawarannya yang otomatis mereka akan meningkatkan produksi. Yang pada akhirnya, intensitas industri pun menjadi meningkat dan terjadilah perubahan struktur industri ke arah yang lebih berkembang.
Contoh Kasus di Indonesia
Perubahan struktur industri di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998.Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukan investasi padaindustri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh produk produk asing.
Kalau dilihat dari sudut pandang faktor yang dapat mendorong perubahan struktur industri dan penyebab-penyebabnya, jelas sekali bahwa posisi Indonesia negeri tercinta kita ini dalam bentuk implementasi dan pelaksanaanya sangat belum maksimal, hampir di semua poin-poin tersebut perlu untuk diperhatikan  oleh pemerintah Indonesia, juga kesadaran dan bantuan dari masyarakatnya itu sendiri.
Di Indonesia perubahan struktur ekonomi yang cukup pesat dengan diversifikasi industri sejak tahun 1983. Adapun faktor-faktor pembangkit struktur industri di Indonesia saat itu, antara lain:
·      Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa, mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
·      Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganuttechno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
·      Kepemimpinan
Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Kesimpulan
Jadi, yang paling penting dalam melakukan perubahan positif terhadap struktur industri, negara-negara berkembang harus berfokus kepada hal-hal fundamentalnya, yaitu perkembangan teknologi,kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan ilmu pengetahuan & teknologi (IPTEK), spesialisasi serta inovasi material baru untuk produksi, dan keterbatasan dana dari pemerintah di negara berkembang bersangkutan. Jika implementasi dari keempat hal penting itu belum juga maksimal, maka akan sangat lama suatu negara berkembang akan menjadi maju, malah bisasaja semakin jauh tertinggal.
Bahwa kegagalan berubahnya struktur industri dan industrialisasi di negara-negara berkembang lebih merupakan problem struktural karena struktur internasional yang berupa perekonomian kapitalis serta sistem perdagangan internasional yang hanya mengonsentrasikan industri di tangan negara-negara maju hanya akan membuat negara-negara berkembang tergantung terhadap negara maju sementara negara-negara maju menikmati
 
Daftar Pustaka
Artikel Universitas Gunadarma.
Balaam, David N & Veseth, Michael. 2001. Introduction to International Political Economy Second Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Ikbar, Yanuar, Drs. M.A. 2006. Ekonomi Politik Internasional 1 Konsep dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama.
Jurnal Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Kompas.com – Rubrik Kompasiana.
Short, J. R. 1993. An Introduction to Political Geography. London: Routledge.
Wallerstein, I. The inter-state structure of the modern world-system. Dalam Booth, Ken. International Theory : Positivism and Beyond.
Wikipedia Enskilopedia Bebas.

Para Ahli/Penemu Ekonomi di Bidang Ilmu Mikroekonomi

 

1. Alfred Marshall
            Alfred Marshall (lahir 26 Juli 1842 di Bermondsey, London, Inggris, meninggal 13 Juli 1924 di Cambridge, Inggris) adalah salah satu ekonom paling berpengaruh pada zamannya. Bukunya, Principle of Economics (1890), adalah buku teks ekonomi yang dominan di Inggris selama bertahun-tahun. Ini mencetuskan ide-ide supply dan demand, utilitas marjinal dan biaya produksi menjadi satu kesatuan yang koheren. Dia dikenal sebagai salah satu pendiri ekonomi.

Karir
            Marshall lahir di Clapham, Inggris, 26 Juli 1842. Ayahnya adalah seorang kasir bank dan Injili yang taat. Marshall dibesarkan di pinggiran kota London dari Clapham dan dididik di Sekolah Merchant Taylor, Northwood dan College St John, Cambridge, di mana ia menunjukkan bakat dalam matematika, mencapai rangking Kedua di 1865 Cambridge Mathematical Tripos. Marshall mengalami krisis mental yang membuatnya untuk meninggalkan fisika dan beralih ke filsafat. Dia mulai dengan metafisika, khususnya “landasan filosofis pengetahuan, terutama dalam kaitannya dengan teologi”. Metafisikamenunjukkan Marshall tentang etika, khususnya versi Sidgwickian utilitarianisme; Etika, pada gilirannya, menyebabkan dia mengarah ke ekonomi, karena ekonomi memainkan peran penting dalam menyediakan prasyarat untuk perbaikan kelas pekerja. Bahkan ketika dia berpaling untuk ekonomi, pandangan etisnya terus menjadi kekuatan dominan dalam pemikirannya.


            Marshall mengambil pendekatan luas untuk ilmu sosial di mana ekonomi memainkan peran penting tetapi terbatas. Dia mengakui bahwa di dunia nyata, kehidupan ekonomi adalah terikat erat dengan etika, sosial dan politik arus-arus ia merasa ekonom tidak harus mengabaikan. Marshall membayangkan perubahan sosial yang dramatis yang melibatkan penghapusan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan tajam. Dia melihat tugas ekonomi adalah untuk meningkatkan kondisi-kondisi material, tetapi peningkatan tersebut akan terjadi, Marshall percaya, hanya dalam hubungannya dengan kekuatan-kekuatan sosial dan politik. Minatnya dalam liberalisme, sosialisme, serikat buruh, pendidikan perempuan, kemiskinan dan kemajuan mencerminkan pengaruh filsafat awal sosialnya untuk kegiatan dan tulisan-tulisannya.
            Marshall terpilih pada tahun 1865 untuk sebuah persekutuan di College St John di Cambridge, dan menjadi dosen di ilmu moral pada 1868. Pada tahun 1885 ia menjadi profesor ekonomi politik di Cambridge, di mana ia tetap sampai pensiun pada tahun 1908. Selama bertahun-tahun ia berinteraksi dengan pemikir Inggris banyak termasuk Henry Sidgwick, WK Clifford, Benjamin Jowett, William Stanley Jevons, Francis Ysidro Edgeworth, John Neville Keynes dan John Maynard Keynes. Marshall mendirikan “Cambridge School” yang memberikan perhatian khusus pada increasing returns, teori perusahaan, dan ekonomi kesejahteraan, setelah masa kepemimpinan habis, diserahkan ke Alfred Pigou dan John Maynard Keynes.
Ekonomi
            Dia diinginkan untuk meningkatkan kekakuan matematika ekonomi dan mengubahnya menjadi sebuah profesi yang lebih ilmiah. Pada 1870-an ia menulis sejumlah kecil traktat perdagangan internasional dan masalah-masalah proteksionisme. Pada tahun 1879, banyak dari karya-karya ini disusun menjadi sebuah karya berjudul Teori Murni Perdagangan Luar Negeri: Teori Murni Nilai Domestik. Pada tahun yang sama (1879) dia yang dipublikasikan Ekonomi Industri dengan istrinya Mary Paley Marshall.
            Meskipun Marshall mengambil ekonomi ke tingkat yang lebih matematis ketat, ia tidak ingin matematika untuk ekonomi membayangi dan dengan demikian membuat ekonomi tidak relevan bagi orang awam. Oleh karena itu, Marshall disesuaikan teks buku untuk orang awam dan menempatkan konten matematika dalam catatan kaki dan lampiran untuk para profesional. Dalam sebuah surat kepada AL Bowley, ia meletakkan sistem berikut:
(1) Gunakan bahasa matematika sebagai singkatan, bukan sebagai mesin penyelidikan. (2) Jaga mereka sampai Anda lakukan. (3) Terjemahkan ke dalam bahasa Inggris. (4) Kemudian mengilustrasikannya dengan contoh-contoh yang penting dalam kehidupan nyata (5) Membakar matematika. (6) Jika Anda tidak dapat berhasil dalam 4, terbakar 3. Ini saya lakukan sering “.
            Marshall telah profesor Maria Paley ekonomi politik di Cambridge dan dua menikah pada tahun 1877, Marshall memaksa untuk meninggalkan posisinya sebagai Fellow (perguruan tinggi) College St John, Cambridge untuk mematuhi aturan selibat di universitas. Ia menjadi kepala sekolah pertama di University College, Bristol, yang merupakan institusi yang kemudian menjadi University of Bristol, lagi berceramah tentang ekonomi politik dan ekonomi. Dia menyempurnakan Ekonomi-nya, sementara Industri di Bristol, dan diterbitkan lebih luas di Inggris sebagai kurikulum ekonomi; bentuk sederhana berdiri di atas dasar-dasar teoritis canggih. Marshall mencapai ukuran ketenaran dari pekerjaan ini, dan setelah kematian William Jevons pada tahun 1882, Marshall menjadi ekonom Inggris terkemuka dari sekolah ilmiah zamannya.
            Marshall kembali ke Cambridge, melalui periode singkat di Balliol College, Oxford selama 1883-4, untuk mengambil kursi sebagai Profesor Ekonomi Politik pada tahun 1884 pada kematian Henry Fawcett. Pada Cambridge dia berusaha untuk membuat tripos baru untuk ekonomi, tujuan yang ia hanya akan mencapai pada tahun 1903. Sampai saat itu, ekonomi diajarkan bawah Triposes Ilmu Sejarah dan Moral yang gagal untuk menyediakan Marshall jenis siswa energik dan khusus yang dia inginkan.

Kontribusi Teoritis 

            Ia menjabat sebagai Presiden Kongres Koperasi di hari pertama pada tahun 1889. Selama dua dekade berikutnya ia bekerja untuk menyelesaikan volume kedua Principles-nya, tapi perhatiannya pantang menyerah terhadap detail dan ambisi untuk kelengkapan dicegah dia dari menguasai luas atas karya tersebut. Pekerjaan itu tidak pernah selesai dan banyak lainnya, bekerja kurang ia mulai bekerja pada – sebuah memorandum mengenai kebijakan perdagangan untuk menteri keuangan tahun 1890-an, misalnya – dibiarkan tidak lengkap karena alasan yang sama.
            Masalah kesehatan telah berangsur-angsur tumbuh buruk sejak tahun 1880-an, dan pada tahun 1908 ia pensiun dari universitas. Dia berharap untuk melanjutkan pekerjaan Principle-nya, tapi kesehatannya terus memburuk dan pekerjaan itu terus berlanjut. Pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914 mendorongnya untuk merevisi pemeriksaan tentang ekonomi internasional dan pada 1919 ia diterbitkan Perindustrian dan Perdagangan pada usia 77. Karya ini adalah sebuah risalah lebih empiris dari Prinsip bersifat teoritis, dan untuk alasan bahwa ia gagal untuk menarik pengakuan banyak dari ekonom teoritis. Pada tahun 1923, ia menerbitkan Uang, Kredit, dan Perdagangan, sebuah campuran yang luas ide-ide ekonomi sebelumnya, dipublikasikan dan tidak dipublikasikan, peregangan kembali setengah abad.
            Dari 1890 – 1924 dia dihormati sebagai bapak ekonomi dan sebagian besar ekonom untuk setengah abad setelah kematiannya, kakek terhormat. Siswa di Cambridge ini menjadi tokoh terkemuka di bidang ekonomi, termasuk John Maynard Keynes dan Arthur Cecil Pigou. Warisan paling penting adalah menciptakan, dihormati akademik, profesi ilmiah didirikan bagi para ekonom di masa depan yang mengatur segalanya untuk sisa abad ke-20.
            Setelah meninggal pada usia 81 di rumahnya di Cambridge, Marshall dimakamkan di Pemakaman Ground Kenaikan Paroki. Perpustakaan Departemen Ekonomi di Universitas Cambridge (Perpustakaan Marshall Ekonomi), masyarakat Ekonomi di Cambridge (Masyarakat Marshall) serta University of Bristol Ekonomi departemen diberi nama baginya. Rumahnya, Balliol Croft, berganti nama menjadi Rumah Marshall pada tahun 1991 untuk menghormatinya ketika dibeli oleh Lucy Cavendish College, Cambridge.
2. Sir John Richard Hicks (8 April 1904-20 May 1989)
            Sir John Richard Hicks adalah seorang ekonom Inggris dan salah satu ekonom paling penting dan berpengaruh pada abad kedua puluh. Yang paling besar kontribusina di bidang ekonomi adalah pernyataan teori permintaan konsumen dalam ekonomi mikro, dan model IS / LM (1937), yang diringkas dari pandangan makroekonomi Keynesian. Bukunya Value and Capital (1939) secara signifikan menjelaskan tentang General-Equilibrium dan Value TheoryThe Compensated Demand Function merupakan sebutan fungsi permintaan Hicks.
            Pada tahun 1972 ia menerima Hadiah Nobel dalam Ilmu Ekonomi atas kontribusi pionir padateori General-Equilibrium dan Walfare Theory.

Kehidupan awal

            Hicks lahir pada tahun 1904 di Warwick, Inggris. Ayahnya seorang jurnalis di sebuah koran lokal. Ia dididik di Clifton College (1917-1922) dan di Balliol College, Oxford (1922-1926), dibiayai oleh beasiswa matematika. Selama bersekolah, dan di tahun pertama di Oxford, ia berspesialisasi di dalammatematika tetapi juga menyukai sastra dan sejarah. Pada tahun 1923, ia pindah ke Filsafat, Politik dan Ekonomi, “sekolah baru” hanya yang dimulai di Oxford, lulus dengan kelas kehormatan dan sehingga ia menyatakan, “Tidak ada kualifikasi yang memadai dalam salah satu mata pelajaran” yangdia telah pelajari.

Karir, pengaruh, dan kehormatan

            Hicks menjadi dosen sementara di London School of Economics dan Ilmu Politik pada tahun 1930. Dia memulainya sebagai seorang ekonom tenaga kerja dan melakukan pekerjaan deskriptif pada hubungan industrial tetapi secara bertahap ia pindah ke sisi analitis, di mana matematika latar belakangnya kembali dikhususkan. Termasuk Lionel Robbins dan rekanannya seperti Friedrich von Hayek, RAK Allen, Nicholas Kaldor, dan Abba Lerner dan Ursula Webb, yang pada tahun 1935 menjadi istrinya.
            Dari tahun 1935 – 1938, ia mengajar di Cambridge di mana ia juga dari Gonville & Caius College. Ia diutamakan dalam menulis Value and Capital, yang pada dasarnya  merupakan pekerjaan yang telah dilakukannya di London. Dari tahun 1938 – 1946, ia adalah Profesor di University of Manchester. Di sanalah ia melakukan pekerjaan utamanya pada ekonomi kesejahteraan, dengan aplikasi untuk akuntansi sosial.
            Pada tahun 1946 ia kembali ke Oxford, sebaga peneliti dari Nuffield College (1946-1952), kemudian sebagai Profesor Drummond Ekonomi Politik (1952-1965), dan akhirnya sebagai sesama penelitian All Souls College  (1965-1971) di mana ia terus menulis setelah pensiun. Dia juga seorang rekan kehormatan Linacre College, Oxford. Dia meninggal pada tahun 1989.
            Hicks, pada tahun 1964 menerima Penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi (dengan Kenneth J. Arrow) pada tahun 1972. Dia menyumbangkan Hadiah Nobel untuk London School of Economics danPolitical Science‘s Library di tahun 1973.
Kontribusi untuk analisis ekonomi

            Karya awal Hicks sebagai ekonom buruh memuncak dalam The Theory of Wages (1932, 2nd ed. 1963), yang masih dianggap standar di lapangan. Dia berkolaborasi dengan R.G.D. Allen di makalahValue Theory yang diterbitkan pada tahun 1934.
            Value and Capital-nya diterbitkan pada tahun 1939. Buku ini dibangun pada utilitas ordinal dan diarusutamakan perbedaan antara efek substitusi dan efek pendapatan bagi seorang individu dalam teori permintaan. Ia juga memperkenalkan General Equilibrium Theory untuk audiens berbahasa Inggris, ini merupakan teori untuk analisis dinamis, dan untuk pertama kalinya mencoba pernyataan ketat kondisi stabilitas General Equilibrium. Dalam proses analisis Hicks diformalkan ke dalamComparative Statics. Pada tahun yang sama, ia juga mengembangkan “Compensation” yang dikenal dengan kriteria Kaldor-Hicks efisiensi untuk perbandingan kesejahteraan kebijakan publik alternatif atau negara ekonomi.
            Kontribusi Hicks yang paling besar dalam makroekonomi adalah Hicks-Hansen model IS-LM, yang diformalkan interpretasi dari teori John Maynard Keynes (lihat Keynesianisme). Model ini menggambarkan ekonomi sebagai keseimbangan antara tiga komoditas: uang, konsumsi dan investasi. Hicks sendiri tidak menganut teorinya, dan  sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 1980, Hicks menegaskan bahwa mereka telah menghilangkan beberapa komponen penting dari argumen Keynes, khususnya yang berkaitan dengan ketidakpastian.
3. Eugene Slutsky (1880-1948)
Eugene (atau Eugen atau Yevgeni) Slutsky bermaksud untuk menjadi ahli matematika, tetapi ia diusir dari Universitas Kiev karena berpartisipasi dalam pemberontakan mahasiswa dan, setelah beberapa mengembara melalui rekayasa dan Eropa, ia kembali ke Kiev dan akhirnya mendapatkan gelar doktor dalam hukum pada akhirnya dan kemudian menuju untuk mengajar di Kiev Institute of Commerce pada tahun 1911 dan Slutsky telah sampel baik dari beberapa bidang. Ini adalah karya dari Lausanne School dalam ilmu ekonomi yang membuatnya tertarik dan menyerahkan makalah pertama ekonomi pada tahun 1915 diterbitkan di Italia (pada saat itu, benteng terakhir dari Walrasian ekonomi). Pada tahun itu, ia mempresentasikan “Slutsky Decomposition” dari fungsi permintaan menjadi substitusi dan efek pendapatan. Karyanya diabaikan dan hanya jauh kemudian, ketika prinsip yang sama itu dibangkitkan secara independen oleh John Hicks dan RAK Allen pada tahun 1934, dia akhirnya mendapatkan beberapa pengakuan. Kontribusi lain yang menonjol untuk ekonomi datang pada tahun 1927, ketika ia menunjukkan bahwa serangkaian guncangan dapat disimpulkan untuk menghasilkan sifat siklus teratur. Makalah ini, yang disejajarkan bahwa Frisch adalah awal dari siklus bisnis kejutan-tergantung yang mendahului teori klasik Baru hari ini. Teorema Slutsky-Natal terkenal (yaitu bahwa rata-rata bergerak dari serangkaian acak dapat menghasilkan gerakan osilasi ketika tidak ada osilasi ada dalam data asli) juga tercantum dalam kertas itu. Sisa karyanya, banyak yang dicapai setelah pindah ke Moskow pada 1920, berada di teori probabilitas. Yang terkenal “Slutsky Teorema” yang berpendapat bahwa jika statistik konvergen hampir pasti atau probabilitas untuk beberapa fungsi, konstanta maka setiap statistik yang terus menerus juga konvergen dengan cara yang sama untuk beberapa fungsi yang konstan – sebuah teorema dengan aplikasi seluruh statistik dan ekonometrik – dibaringkan pada tahun 1925 kertas. Teorema batas lainnya disediakan pada tahun 1928 dan 1929.
Pada tahun 1920 Slutsky berpaling untuk bekerja pada teori probabilitas dan proses stokastik, tetapi pada tahun 1927 ia menerbitkan artikel kedua yang terkenal pada teori ekonomi, ‘penjumlahan Penyebab Acak sebagai Sumber Proses siklis’. Ini membuka pendekatan baru terhadap teori siklus bisnis dengan hypothesising bahwa interaksi peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan periodisitas ketika tidak ada secara inisial. Eugen E. Slutsky (7 April 1880, Ukraina – 10 Maret 1948) merupakan awal dari abad kedua puluh Ukrainian-Russian dalam matematika statistik, ekonomi dan ekonomipolitik.

Slutsky di bidang ekonomi

Ia terutama dikenal untuk bekerja di menurunkan hubungan yang terkandung dalam persamaan Slutsky sangat terkenal yang banyak digunakan dalam teori mikroekonomi konsumen untuk memisahkan efek substitusi dan efek pendapatan dari perubahan harga pada jumlah total dari barang yang diminta setelah harga perubahan yang baik, atau dalam yang baik terkait yang mungkin memiliki efek lintas-harga pada kuantitas yang baik asli. Ada analog Slutsky banyak theory.He produsen kurang dikenal oleh para ekonom Barat dari beberapa orang sezamannya, karena kepentingan intelektual berubah serta faktor-faktor eksternal dipaksakan kepadanya setelah Revolusi Bolshevik pada tahun 1917. Kertas mani di bidang Ekonomi, dan beberapa berpendapat kertas terakhir Ekonomi dan bukan teori probabilitas, diterbitkan pada tahun 1915 (Sulla teoria del del bilancio consumatore). Paul Samuelson mencatat bahwa sampai tahun 1936, ia telah sepenuhnya menyadari 1915 “karya” Slutsky itu karena Perang Dunia I dan publikasi bahasa Italia kertas. RAK Allen melakukan paling untuk menyebarkan bekerja Slutsky pada teori konsumen dalam makalah yang diterbitkan pada tahun 1936 dan 1950.
Vincent Barnett berpendapat:
“Sebuah kasus yang baik dapat dibuat untuk gagasan bahwa Slutsky adalah yang paling terkenal dari semua ekonom Rusia, bahkan lebih dikenal [dari] ND Kondratiev, LV Kantorovich, atau MI Tugan-Baranovsky. Ada konsep eponymous seperti persamaan Slutsky, berlian Slutsky, matriks Slutsky, dan efek Slutsky-Natal, dan pencarian jurnal-literatur dilakukan pada nama-Nya untuk tahun 1980-1995 menghasilkan tujuh puluh sembilan artikel langsung menggunakan beberapa aspek pekerjaan Slutsky itu … Selain itu, banyak buku mikroekonomi mengandung menyebutkan menonjol dari kontribusi Slutsky terhadap teori perilaku konsumen, terutama persamaan Slutsky, dibaptis oleh John Hicks sebagai ‘Persamaan Dasar Teori Nilai’. Slutsky pekerjaan yang demikian merupakan bagian integral dari ilmu ekonomi arus utama kontemporer dan ekonometrik, klaim yang tidak dapat benar-benar dibuat oleh ekonom Soviet lainnya, bahkan mungkin oleh ekonom Rusia lain “(Barnett, 2004).
Pada tahun 1920 Slutsky berpaling untuk bekerja pada teori probabilitas dan proses stokastik, tetapi pada tahun 1927 ia menerbitkan artikel kedua yang terkenal pada teori ekonomi, ‘penjumlahan Penyebab Acak sebagai Sumber Proses siklis’. Ini membuka pendekatan baru terhadap teori siklus bisnis dengan hypothesising bahwa interaksi peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan periodisitas ketika tidak ada awalnya.

Pekerjaan Matematika Statistik

Kemudian bekerja Slutsky itu terutama dalam teori probabilitas dan teori proses stokastik. Dia umumnya dikreditkan untuk hasil yang dikenal sebagai Teorema Slutsky itu.

(Sumber: Wikipedia)

Sejarah Pemikiran Ekonomi Praklasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik

 

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilisme

·       Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan .
·      Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
·   Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah. Proteksi industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor.
·       Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar mempengaruhi tingkat bunga dan tingkat harga barang. Ke luar masuknya logam-logam mulia mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri serta jumlah uang yang beredar, dan kecepatan uang beredar.
·       Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan kolonialisme.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat
·       Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir yang paling terkenal pada mazhab ini adalah Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran ekonomi.
·       Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel ekonomi yang terdiri dari classe productive dari kaum petani, classe des froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile atau classe stipendile yang meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah kaum pekerja.
·       Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan ilmu ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga yaitu harga dasar barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya pengenaan pajak untuk kepentingan ekonomi.
·       Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai dua sumbangan utama terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan teori fruktifikasi. Teori uang sebagai tabir yang mempersulit pengamatan fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan gagasan ke arah menemukan dasar satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi barter dengan nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik
·       Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari suatu metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan perkataan lain secara normatif.
·       Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.
·       Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi dalam susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan perusahaan orang-perorangan.
·       Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip laissez faire.
Kaum Klasik Adam Smith
·       Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy Skotlandia tahun 1723, guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh, perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin diarahkan kepada masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan Quesnay dan Turgot dan Voltaire.
·       Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik. Karya besar yang disebut di atas lazim dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem ekonomi yang mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana dan prasarana kelembagaan umum.
·       Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan dengan teori tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.
·       Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan modal. Dengan demikian, timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan asumsi berlaku dana upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer. Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan spesialisasi. Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.
Kaum Klasik Jean Batiste Say, Thomas Robert Malthus dan David Ricardo
·       Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga pengangguran total tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
·       Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834. Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang teologi yang kemudian memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam perkembangan masyarakat. Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus diangkat menjadi Profesor of History and Political Economy di East India College. Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.
·       Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David Ricardo telah mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga lebih sistematis. Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Mahzab Sosialis
Kaum Perintis Sosialis
·       Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam ajaran-ajaran agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Misalnya dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 sM, masyarakat Yunani telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara berekonomi.
·       Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola pikir tradisi kaum ningrat. Ia memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan mereka yang mengejar kekayaan. Plato menyadari bahwa produksi merupakan basis suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam masyarakat merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi kemudian dikembangkan oleh Adam Smith.
·       Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam, dan menjadi dasar analisis ilmuwan modern sebab analisisnya berpangkal dari data. Konsep pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep pengelolaan rumah tangga yang baik, melalui tukar-menukar. Aristoteleslah yang membedakan dua macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran uang dan pinjam-meminjam uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat tukar-menukar saja, jika menumpuk kekayaan dengan jalan minta/mengambil riba, maka uang menjadi mandul atau tidak produktif.
·       Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang mengarang buku Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophon adalah pertanian dipandang sebagai dasar kesejahteraan ekonomi, pelayaran dan perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh negara, modal patungan dalam usaha, spesialisasi dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor pertambangan menjadi milik bersama.
·       Thomas Aquinas (1225-1274) seorang filosof dan tokoh pemikir ekonomi pada abad pertengahan, mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua menjadi keadilan distributife dan keadilan konvensasi, dengan menegakkan hukum Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan dengan harga yang adil (just-price) sedang bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga yang layak ini merupakan masalah yang terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu ekonomi.
Mazhab Sosialis dan Kritik terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik
·       Kritik yang dikemukakan oleh mazhab sosialis berhubungan dengan doktrin laissez faire dengan pengendalian tangan tak kentara (invisible hand) dan intervensi pemerintah. Pemikiran yang dibahas adalah tentang teori nilai, pembagian kerja, teori kependudukan, dan the law of deminishing return, dan kritiknya karena asumsi bahwa negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan bangsa.
·       Para pengritik mazhab klasik terutama dari Lauderdale, Sismonde, Carey, List dan Bastiat. Lauderdale mengajukan kritik bahwa nilai barang ditentukan oleh kelangkaan dan permintaan, sedangkan Muller dan List melihat bahwa nilai barang ditentukan juga tidak hanya oleh modal fisik, tetapi juga oleh modal spiritual dan modal mental. Demikian juga Carey melihat tentang teori nilai dari segi teori biaya reproduksi, sedangkan Bastiat bahwa faktor-faktor yang menentukan nilai barang adalah besarnya tenaga kerja yang dikorbankan pada pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang menjadi karunia alam tidak mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.
·       Sismonde mengajukan keberatan terhadap teori kependudukan Malthus, dan tidak mungkin dapat dikendalikan dengan cara-cara yang dikemukakan Malthus, sebab sangat tergantung pada kemauan manusia dan kesempatan kerja, dan kawin yang selalu dikaitkan dengan kemampuan ekonomi. Mesin mempunyai fungsi untuk menggantikan tenaga kerja manusia, aspek mesin tidak selalu mempunyai keuntungan dalam meningkatkan kekayaan bangsa. Carey berpendapat pertambahan modal lebih cepat dari pertambahan penduduk.
·       Sismonde berpendapat bahwa pembagian kerja skala produksi menjadi semakin besar dan tidak dapat dikendalikan sehingga terjadi kelebihan produksi. Muller berpendapat bahwa pembagian kerja telah membawa pekerjaan ke dalam perbudakan dan tenaga kerja menjadi mesin. Pemikiran List bukan pembagian kerja yang paling penting tetapi mengetahui dan menggunakan kekuatan-kekuatan produktif dalam usaha meningkatkan kekayaan bangsa.
·       Pemikiran John Stuart Mill banyak dipengaruhi oleh Jeremy Bentam yang beraliran falsafah utilitarian, bebannya sangat berat dalam mempelajari falsafah, politik dan ilmu sosial, yang menjadikan mental breakdown. Kritik terhadap ekonomi klasik terutama pada Smith, Malthus dan Ricardo, dipelajari oleh Mill. Sementara itu pemikiran ekonomi sosialis mulai berkembang, dasar sistem ekonomi klasik adalah laissez faire, hipotesis kependudukan Malthus, hukum lahan yang semakin berkurang, teori dana upah mendapat tantangan. Dalam era inilah pemikiran Mill dituangkan dalam bukunya yang berjudul Principle of Political Economy, dengan pemikiran yang eklektiknya.
·       Sumbangan yang paling besar Mill adalah metode ilmu ekonomi yang bersifat deduktif dan bersama dengan metode induktif. Karena hipotesisnya belum didukung dengan data empirik, di samping itu pembahasannya tentang teori nilai tidak melihat dari biaya produksi, tetapi telah menggunakan sisi permintaan melalui teori elastisitas. Mill menjelaskan bahwa hukum yang mengatur produksi lain dengan hukum distribusi pendapatan, juga memperkenalkan human capital investment yaitu keterampilan, kerajinan dan moral tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas.
Mazhab Sosialis Utopis
·       Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini biasa disebut kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan cara-cara yang bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella, Oliver Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington..
·       Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516 Tentang Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623) dalam bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).
·       Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik bukan dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun negara. Pierre Joseph Proudhom (1809-1865 ) Beliau yakin akan asas persamaan dan lama sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.
Mazhab Sosialis Ilmiah
·       Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas Berlin di Jerman dan memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak dipengaruhi oleh Friedrich Hegel seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.
·       Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya memiliki sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya dan disaksikannya sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam pembuangan.
·       Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi dan konsentrasi, kedua teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung atau increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba yang cenderung menurun.
·       Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar, sedangkan jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan perusahan kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan kemudian perusahaan kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha kecil dan golongan menengah menjadi orang miskin.
·       Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin lama semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa orang, dan para pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi yang dimaksud di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat produktivitas tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk konsumsi terhadap bagian yang disalurkan sebagai tambahan modal.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Neoklasik
Perintis Analisis Marjinal
·       Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
·       Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
·       Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
Teori Produktivitas Marjinal
·       Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
·       Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
·       Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
·       Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran Alfred Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik 
·       Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
·       Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
·       Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
·       Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
·       Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Mazhab Institisionalisme
·       Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
·       Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
·       Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
·       Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Tindakan Koektif dan Surplus yang tidak Produktif
·       Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
·       John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di Universitas Wisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
·       Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi dari resesi.
Inovasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
·       Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
·       Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
·       John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Sumber :
Disman, DR.H.,MS. 2000. Sejarah Teori-teori Ekonomi

Kaitan Ide/Pemikiran & Konsep antara Merkantilisme dan Mazhab Klasik

 

Beberapa kaitan ide atau pemikiran dan konsep antara era merkantilisme dan mazhab klasik adalah sebagai berikut :
1.    Literatur Ide dan Konsep Ekonomi
Suatu hal yang pantas dicatat selama era merkantilisme ialah tidak hanya perdagangan dan perekonomian yang maju pesat, perkembangan literatur juga meningkat pesat sekali. Kemajuan dalam tulisan-tulisan ekonomi maju dan baik dalam jumlah maupun mutu. Masa merkantilisme ditandai sebagai periode masing-masing orang menjadi ahli ekonomi bagi dirinya sendiri. Setiap orang mempunyai pendapat sendiri-sendiri, dan sayangnya sangat sulit digeneralisasi. Hal ini mungkin disebabkan kebanyakan penulis tidak berlatar belakang universitas, tetapi para pedagang yang menulis persoalan-persoalan ekonomi yang berhubungan dengan bisnis mereka. Sehingga orang-orang menganggap tulisan-tulisan mereka tersebut “berserakan”. Akan tetapi, dari tulisan-tulisan mereka inilah yang selanjutnya Adam Smith, kaum klasik, memperoleh banyak sumber untuk menulis bukunya dan tulisan-tulisannya.
Otomatis, literatur ide dan konsep kaum merkantilis yang “berserakan“ tersebut menjadi salah satu sumber dan pokok ide literatur yang digunakan kaum klasik untuk  menjelaskan konsepnya. Jadi memang ide dan konsep kaum klasik tidak terlepas dari punyanya kaum merkantilis.
2.    Posisi Makna Konsep Individualisme dan Peranan Pemerintah
Di era merkantilisme, negara ditempatkan sangat tinggi di atas individu-individu, dengan kata lain, pemerintah pada masa merkantilis mempunyai peranan penting dalam menetapkan kebijakan pada setiap individu (notabene individunya merupakan saudagar). Sebaliknya, menurut Adam Smith (ajaran klasik), kepentingan individulah yang mesti diutamakan. Bahkan tugas negaralah untuk menjamin terciptanya kondisi bagi setiap orang untuk bebas bertindak melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing. Mencegah monopoli, mempertahankan negara, menjaga ketertiban internal, dan mengatur barang publik bereksternalitas tinggi, itu semua juga merupakan peran pemerintah menurut Smith.
Jadi, menurut saya ini juga merupakan kaitan antara merkantilisme dan klasik, walaupun keterkaitannya yang berlawanan arah, merkantilis mengatakan peran pemerintah itu vital sedangkan klasik mengatakan tidak perlu adanya campur tangan pemerintah. Disini yang lebih awal muncul menjadi sumber yang setelahnya untuk membuat konsep yang baru. Sehingga hal tersebut tetap saja dapat disebut adanya kaitan.

3.    Keharmonisan David Hume dari Merkantilisme dengan Adam Smith dari Mazhab Klasik

David Hume dan Adam Smith dikenal sebagai kawanan dekat. Hume dan Smith sering mendiskusikan pandangannya masing-masing bersama-sama, sehingga jelas hal ini akan mempengaruhi jalan pikiran masing-masing.
Jika dilihat dari apa yang dikatakan Deliarnov di bukunya di atas, dapat saya simpulkan hal tersebut dapat merupakan sebuah kaitan yang sangat erat antara merkantilisme dan klasik, di mana salah satu dari pemerannya sering berdiskusi bersama-sama tentang pandangannya masing-masing. Secara tidak langsung, ide dan pemikiran keduanya berkontribusi besar terhadap konsep pemikiran ekonomi pada era dan mazhabnya masing-masing.
4.    Monopoli Pasar
Pada era merkantilisme yang mana telah diketahui vitalnya posisi peranan pemerintah, dalam hal ini, kebebasan melakukan monopoli pasar yang disertai proteksi dan keistimewaan-keistimewaan lainnya merupakan salah satu kebijakan pemerintah kepada individu di era tersebut (kaum saudagar). Sehingga kaum saudagarlah yang memegang kendali perekonomian.
Sedangkan Adam Smith, yang berasal dari mazhab klasik, mengkritik pandangan merkantilis di atas. Kata dia, monopoli pasar akan berdampak negatif terhadap kondisi ekonomi, yaitu:
·      Akan membuat harga tinggi dan perekonomian memburuk
·      Cenderung merusak sebuah manajemen yang baik
·      Membuat kebijakan pemerintah menjadi kurang baik dan tepat
·      Menimbulkan misalokasi sumberdaya
Sama seperti kaitan poin kedua tentang konsep individualisme dan peran pemerintah, walaupun keterkaitannya berlawanan arah, tetap saja ini dapat dikatakan sebuah kaitan, karena ide dan konsep yang lebih awal ada menjadi bahan kritikan pihak setelahnya yang selanjutnya menjadi sumber untuk membuat ide yang baru. Seperti itulah kira-kira.
5.    Division of Labor atau Spesialisasi
Pandangan Adam Smith, pemeran kaum klasik, mengenai division of labor berkaitan dengan era merkantilisme yang mana pada zamannya telah membuka jaringan pasar yang luas, orientasi perdagangan kaum merkantilis ini membuat Smith berpikir bagaimana cara untuk memaksimalkan efisiensi kegiatan di pasar tersebut, sehingga dalam hal ini Smith mengatakan perlunya spesialisasi kerja. Yang selanjutnya pandangan ini dimaksudkan untuk memacu efisiensi kerja, pertumbuhan output dan selanjutnya mengarah ke pembangunan ekonomi yang lebih baik.
Jadi, memang pada kenyataannya, ide teori division of labor Smith ini secara tidak langsung timbul oleh adanya konsep perdagangan Merkantilisme.
6.    Teori Upah
Merkantilisme melalui ahli ekonomi Oxford University, Sir William Petty, telah menjelaskan tentang teori ini, di mana Petty mengatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh biaya yang diperlukan untuk menjaga agar pekerja dapat tetap bekerja. Dengan kata lain, upah ditentukan oleh kebutuhannya untuk bisa tetap bekerja.
            Sedangan mazhab klasik melalui tokoh utamanya, Adam Smith, mengatakan bahwa keterampilan (skill) pekerja menjadi indikator penting dalam menentukan besaran upahnya, bahkan tidak juga hanya diukur dari dari waktu kerjanya saja dan skill inilah yang juga akan menentukan nilai suatu barang.
7.    Teori Perdagangan Internasional
Teori ini merupakan inti pokok dalam pandangan merkantilisme, bahwa kemajuan dan kemakmuran negara kebangasaan bersangkut-paut dengan adanya surplus ekspor barang di atas impor dalam perdagangan luar negeri (internasional). Surplus yang dimaksud itu bisa menambah cadangan logam mulia seperti emas, yang dianggap sebagai unsur pokok kekuatan negara, kemajuan bangsa dan kemakmuran masyarakat.
                        Mazhab klasik melalui pemain peran lainnya, David Ricardo, yang menjelaskan teori perdagangan internasional secara lebih spesifik, yaitu berdasarkan asas keunggulan komparatif.  Di bidang perdagangan internasional , hal itu menyangkut kemampuan khusus atau keunggulan suatu negara untuk membuat beberapa jenis barang dan jasa tertentu dengan lebih murah (tingkat biaya murah) dibandingkan dengan keadaan di mana sumber daya dan dananya dicurahkan untuk produksi jenis barang dan jasa yang lainnya, dan juga keunggulan dalam hal produktivitas. Sedemikian rupa sehingga negara tersebut dapat mewujudkan surplus perdagangan, seperti yang sudah diinginkan sebelumnya oleh kaum merkantilis.
Oleh karena itu, menurut saya, ini dapat dikatakan sebagai sebuah kaitan ide dan konsep teori perdagangan internasional.
8.    Kebijakan Moneter terhadap Kenaikan Harga (Inflasi)
Kaum merkantilis yang memang sudah tidak asing dengan hal yang berhubungan dengan logam mulia (seperti emas), berpendapat bahwa semakin banyak emas (logam mulia) yang beredar,  tingkat harga akan semakin naik.
Hal tersebut pula yang sepertinya menjadi dasar ide konsep kebijakan moneter yang dikemukakan oleh David Ricardo. Yang berpendapat sama seperti di atas, sehingga diperlukannya penciptaan mata uang yang terdiri atas uang kertas, yang dapat mengatasi permasalahan kenaikan harga tersebut. Cara spesifiknya adalah dengan mengatur uang kertas yang dikeluarkan agar sesuai dengan lalu lintas keluar-masuknya emas.
Kesimpulan Mini
Jadi, ide dan konsep mazhab klasik memang berasal dari gagasan-gagasan yang sudah dibahas dan dibicarakan oleh pakar-pakar ekonomi sebelumnya, hanya selanjutnya dikembangkan dan dikonsepkan dengan konsep yang agak berbeda dan lebih matang. Dalam hal ini, kaum klasik harus banyak berutang budi pada pemikir-pemikir dan penulis terdahulu dari masa merkantilisme.
Daftar Pustaka
Bahan Mengajar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi oleh Fakhruddin, S.E.,M.S.E. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kaitan Ide & Konsep antara Mazhab Klasik dan Mazhab Neo-klasik, serta Peranan Keynes di antara Dua Mazhab Tersebut

Beberapa kaitan ide atau pemikiran dan konsep antara mazhab klasik dan neo-klasik adalah sebagai berikut :

1.    Konsep Teori Harga
Menurut kaum klasik, harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demikian, bagi kaum klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran.
Pendapat dari kaum klasik di atas, ditentang oleh tokoh-tokoh neo-klasik melalui Stanley Jevons, Carl Menger, dan Leon Walras. Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan. Mereka bertiga secara bersama-sama telah mengembangkan analisis yang sifatnya revolusioner tentang faktor-faktor yang menentukan harga-harga relatif.
2.    Teori Nilai Biaya Produksi dan Teori Biaya Produksi
Tokoh-tokoh neo-klasik yang disebutkan pada kaitan poin (1) secara tegas juga tidak setuju dengan teori nilai biaya produksi (cost of production theory of value) dari kaum klasik yang dikemukakan oleh salah satu tokohnya, karena teori ini dinilai tidak berlaku secara umum.
Mereka bertiga juga tidak sependapat dengan James Mill (Mill Senior) dan John Stuart Mill (Mill Junior) dari kaum klasik, tentang pendapat kedua Mill tersebut atas teori biaya produksinya. Teori yang ditentang itu mengatakan bahwa harga barang ditentukan oleh biaya-biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Hal ini bertentangan dengan analisis yang dilakukan “Trio Neo-klasik”(Jevons, Carl Menger, dan Walras) tersebut tentang faktor-faktor yang menentukan harga-harga relatif.
3.    Teori Nilai Upah Buruh
Masih ketiga tokoh neo-klasik yang sama seperti dua poin kaitan di atas, mereka secara tegas juga mengkritik teori nilai upah buruh (labor theory of value) oleh David Ricardo dari kaum klasik, yang menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat upah alami yang besarnya hanya cukup untuk buruh bertahan hidup saja.
Jadi, bertentangan dengan pendapat “trio neo-klasik” mengenai faktor-faktor kondisi permintaan itu sendiri yang menentukan harga-harga relatif, bukan dikarenakan upah alami buruh seperti dikatakan Ricardo.

4.    Konsep Utilitas (Total, Marginal, dan Rata-rata)
Pakar-pakar neo-klasik di atas, Jevons-Menger-Walras, lebih jauh mengkritik tokoh kaum klasik yang gagal membedakan antara utilitas total (total utility), utilitas marginal (marginal utility), dan utilitas rata-rata (average utility), terutama terhadap pandangan Adam Smith. Misalnya dalam menjelaskan paradoks intan dan air, Smith menjelaskan bahwa air sangat berfaidah, tetapi mempunyai harga yang rendah dikarenakan biaya yang diperlukan untuk memperoleh air, rendah atau tidak berbiaya sama sekali. Sebaliknya, masih menurut Smith, intan yang kurang berfaidah nilainya sangat tinggi karena dibutuhkan biaya yang besar untuk memperoleh itu. Sedemikian rupa sehingga, menurut “trio” neo-klasik tersebut, nilai intan lebih tinggi daripada nilai air bukan seperti karena apa yang dikatakan Smith, melainkan karena marginal utility (utilitas dari konsumsi satu unit intan terakhir) yang besar. Oleh sebab itu, orang mau menghargai intan lebih tinggi daripada air.
Sehingga memang, bagi Jevons-Menger-Walras, biaya-biaya bukan satu-satunya faktor yang menentukan harga-harga, tetapi yang menentukan hal itu (sesuai dengan teori marginal utility) adalah utilitas yang diterima dari konsumsi satu unit terakhir dari barang tersebut.
Jadi, teori yang dikembangkan kaum marginal (neo-klasik) sangat berbeda dengan teori yang dikembangkan tokoh-tokoh kaum klasik tentang harga. Kalau kaum klasik melihat harga dari sisi produsen (jumlah pengorbanan yang dikeluarkan), kaum marginal melihatnya dari sisi konsumen (kepuasan marginal konsumsi satu unit terakhir).
·      Pendapat tambahan dari Alfred Marshall (neo-klasik) tentang hal ini
(Perlu diketahui, walaupun Alfred Marshall tidak saya tuliskan sebagai bagian dari neo-klasik sehigga saya hanya membuat “trio” saja, padahal sebenarnya Marshall salah satu tokoh neo-klasik yang fenomenal, sehingga sebenarnya ada empat tokoh besar neo-klasik. Tetapi konsep utilitas ini juga ikut dijelaskan dan dianalisis oleh Marshall sendiri, jadi dia juga termasuk dalam bagian kaum marginal (neo-klasik). Saya tidak menguraikan lagi pendapat Marshall tentang marginal seperti yang diopinikan oleh Jevons-Menger-Walras, “trio neo-klasik”, sehingga saya hanya membuat tambahan pendapat dia saja).
Marshall tidak menyalahkan konsep dari kaum klasik maupun “trio” neo-klasik, tetapi menggabungnya. Menurut dia, selain oleh biaya, harga juga dipengaruhi oleh unsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun produsen. Misalnya pendapatan (daya beli). Dari pihak produsen mungkin keadaan keuangan perusahaan, di mana kalau keuangannya sedang dalam keadaan sulit, kemungkinan perusahaan mau menerima harga yang rendah (misalnya). Tetapi kalau keadaan keuangan cukup kuat, mereka juga akan lebih berani dalam mempertahankan harga.
5.    Konsep Penawaran dan Permintaan
Konsep ini pertama sekali dijelaskan oleh kaum klasik melalui salah satu tokohnya, Jean Baptiste Say, yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demand), di mana setiap ada produksi akan ada pendapatan yang persis sama dengan nilai produksi tadi, sehingga dalam keadaan seimbang produksi cenderung menciptakan permintaannya sendiri terhadap produksi barang yang bersangkutan.
Marshall sebagai kaum neo-klasik barangkali mengkonsumsi pandangan klasik di atas untuk selanjutnya menjelaskan tentang konsep harga. Dia mengatakan bahwa harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan di pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen. Integrasi kedua kekuatan tersebutlah yang menentukan harga di pasar, bukan produsen saja atau konsumen saja, tapi kedua-duanya. Kalau permintaan dan penawaran diibaratkan dengan dua sisi mata gunting, maka yang memotong kertas bukanlah sisi gunting sebelah atas atau  sebelah bawah, tapi hasil penjepitan kedua mata gunting secara simultan.
Kaitan serta Peranan Keynes di antara ide-ide dan konsep-konsep dari mazhab klasik dan neo-klasik di atas adalah:
Dalam menghadapi persoalan ekonomi yang mahadahsyat (terjadi krisis dan sistem kapitalis jatuh), teori-teori ekonomi yang  dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun neo-klasik tidak mampu menjelaskan fenomena dan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Sejak terjadinya depresi besaran-besaran tersebut, orang curiga bahwa ada sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku umum selama ini. Dalam situasi tidak menentu inilah lahir seorang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat berpengaruh, yaitu John Maynard Keynes.
Karya tulis atau buku Keynes yang paling populer adalah The General Theory of Employment, Interest, and Money. Buku ini ditulis  sebagai reaksi terhadap depresi besar-besaran yang terjadi tahun 1930-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neo-klasik.
Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan, sehingga perlu diperbaiki dan disempurnakan, seperti masalah mekanisme pasar, keseimbangan pasar, ketenagakerjaan, analisis biaya, tabungan & investasi, dan juga kritikan yang habis-habisan oleh Keynes terhadap tokoh klasik, J. B. Say tentang teorinya “penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri”.
Sedangkan terhadap teori-teori neo-klasik, Keynes tidak terlalu banyak menemukan banyak kelemahan, akan tetapi juga tetap Keynes melakukan hal yang sama seperti terhadap klasik, yaitu melakukan penyempurnaan teorinya agar lebih sesuai dengan kondisi ekonomi saat sekarang (pada saat itu-red). Juga dikarenakan Keynes merupakan salah satu murid brilliannya Marshall, yang notabenenya merupakan kaum neo-klasik. Sehingga sudah pasti karya-karya Marshall banyak diakui oleh Keynes. Mungkin hampir sebagian besar konsep-konsep Marshall diperbaiki dan disempurnakan oleh Keynes. Hal ini menunjukkan adanya peranan Keynes dalam menjelaskan secara lebih lanjut  dan lebih disempurnakan ide dan konsep yang telah ada, punyanya tokoh mazhab neo-klasik.
Kesimpulan
Karena dalam kenyataannya, pasar tidak bekerja sesuai asumsi pasar sempurna, teori-teori dan konsep-konsep ekonomi yang dikembangkan kaum  klasik mendapat kritikan yang tajam dari aliran-aliran ekonomi alin. Yang paling gencar menyerang teori-teori klasik adalah Keynes dan pengikut-pengikutnya.
Sejak terjadinya depresi besaran-besaran pada tahun 1930-an, orang curiga bahwa ada sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku umum selama ini. Dalam situasi tidak menentu inilah lahir seorang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat berpengaruh dan menyelamatkan dunia pada saat itu, yaitu John Maynard Keynes. Dia melakukannya dengan cara memperbaiki dan meyempurnakan ide dan konsep-konsep klasik dan neo-klasik yang sudah ada sebelumnya, walaupun juga ada ide dan konsep baru yang ia temukan sendiri.
Pada intinya, klasik, neo-klasik, dan Keynes memang memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam kemajuan ide/pemikiran dan konsep ekonomi yang terus tersempurnakan seiring dengan berjalannya zaman.
Daftar Pustaka
Bahan Mengajar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi oleh Fakhruddin, S.E.,M.S.E. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pemikiran & Konsep Ekonomi Neo-Keynesian dan New-Keynesian

 

 
Neo-Keynesian
 
Pandangan mereka disebut Keynesian kerena teori mereka merupakan determinasi pemikiran Keynes dan disebut Neo kerena pemikiran Keynes tersebut diperbaharui berdasarkan penelitian empiris yang lebih baru. Neo-Keynes merupakan penerus ajaran Keynes yang banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi (business cycle) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.
Fluktuasi Ekonomi (Business cycle)
Pada masa sebelumnya, masalah fluktuasi ekonomi ini telah dibicarakan, namun pembahasannya hanya sepintas dikarenakan sudah begitu melekatnnya kepercayaan orang terhadap pemikiran klasik, yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju keseimbangan dan tidak akan terjadi guncangan dalam perekonomian.
Pembahasan tentang fluktuasi ekonomi ini mendapatkan perhatian yang lebih serius pada era sesudah Keynes (Neo-Keynes). Mereka membahas teori fluktuasi ekonomi secara mendalam karena mereka memerlukan teori-teori yang mampu menjelaskan apa yang menyebabkan perekonomian tidak stabil dan yang lebuh penting lagi adalah apa tindakan dan kebijakan yang dapat dilakukan untuk mencegah gerak perekonomian yang berfluktuasi tersebut agar menjadi lebih stabil.
Bagi kaum Neo-Keynes, fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab utama. Pertama, terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Kedua, fluktuasi terjadi karena tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan full-employment, yang disebabkan oleh kakunya harga dan tingkat upah dalam mekanisme penyesuaian. Kerena perekonomian tidak selalu berada pada keseimbangan, sering terjadi fluktuasi. Ketidakseimbangan perekonomian yang berkaitan dengan pengangguran dan inflasi menyebabkan kaum neo-keynesian percaya perlunya intervensi dari pemerintah sebagai langkah koreksi.

Berikut tokoh-tokoh pemikir yang fenomenal dari kaum neo-keynesian:

1.    Alvin Hansen
Hansen berhasil menyusun secara sistematis serangkaian pikiran dasar Keynes dalam suatu kerangka analisis yang rapi dan utuh. Dia dengan jelas menujukkan hal-hal pokok pada sistem pemikirannya dalam ramifikasinya terhadap kebijakan negara secara langsung dan tidak langsung.
Hansen juga menjelaskan permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi, dan kesempatan kerja, yang ditempatkan dalam suatu pola perkembangan ekonomi yang ditandai gerak gelombang kegiatan yang menaik dan menurun (dalam hal ini Hansen juga dipengaruhi oleh pemikiran Joseph Schumpeter, yang bersama-sama berinduk di Harvard University). Dalam hubungan ini, pengelolaan permintaan agragatif dilihat sebagai pencerminan dari kebijakan fiskal yang anti-siklis. Hansen juga menghubungkan antara beberapa pemikiran dari Alfred Marshall dan dari cabang ilmu ekonomi pemikiran Keynes. Dalam pola pendekatan Hansen, kini teori siklus ekonomi dijadikan lagi sebagai bagian dalam kerangka teori ekonomi umum.
2.    Joseph Schumpeter
Dari masa-masa sebelumnya, pakar pertama yang lebih serius dalam mengembang teori pertumbuhan adalah Schumpeter. Bagi dia, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah adanyaentepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan juga seseorang yang mau menerima risiko dan menghasilkan produk dan teknologi baru dalam masyarakat.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan, masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru, seperti lingkungan masyarakat penganut laissez faire. Dalam masyarakat yang demikian, insentif bagi penemuan baru lebih tinggi.
Juga depresi tahun 30-an, menurut Schumpeter, bukan karena kelemahan sistem kapatilis tetapi justru karena kekuatannya, yang pada saat itu perekonomian sedang berada dalam salah satu titik terendah dalam suatu gelombang panjang. Jika ditemukan inovasi dan teknologi baru, perekonomian akan membaik kembali.
3.    Simon Kuznets
Kuznets berperan dalam kegiatan yang bersangkut-paut dengan data statistik yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan dengan kerangka analisis berdasarkan teknik dan metode matematika canggih. Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam masyarakat dengan berpangkal pada suatu kerangka perhitungan nasional dengan dilengkapi tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional.
Berkat karya kuznets tersebut, pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diberikan wujud nyata secara kuantitatif-empiris, seperti mengenai hubungan antara pendapatan-konsumsi-tabungan-investasi dalam masyarakat secara agregat. Dan segala sesuatu itu dapat diamati dan dikaji secara berturut-turut sesuai tahapan dalam perkembangan waktu. Hal ini dikenal sebagaitime series analysis.
4.    Paul Samuelson
Di bawah pengaruh Samuelson, kerangka dasar pemikiran Keynes disempurnakan sampai pada tingkat yang lebih manju dan dalam lingkup pembahasan yang lebih luas.
Ada dua hal yang berjasa dari ulasan Samuelson. Pertama, diperlihatkannya tentang hubungan timbal-balik antara faktor multiplier dan asas accelerator, yang berimplikasi bahwa multiplier danaccelerator saling memperkuat perannya dalam jalannya perekonomian secara agregat. Permintaan efektif dari masyarakat dipengaruhi oleh  investasi langsung (autonomous investment), yang selanjutnya melalui faktor multiplier menyebabkan tambahan pendapatan dengan berlipat. Permintaan efektif pun dapat diberi stimulan yag berawal dari pengeluaran konsumen, yang selanjutnya melalui asas accelerator secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya investasi (induced investement).
Bidang kedua adalah mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional. Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign trade multiplier (dampakmultiplier yang berasal dari perdangan luar negeri) dan berbagai kemungkinan penyimpangan dari keseimbangan internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro.
5.    Walt Withman Rostow
Teori pembangunan yang paling terkenal adalah ulasan dari Rostow, yang mengatakan bahwa negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan sebagai berikut.
·      Tahap tradisional statis
Yang dicirikan oleh keadaan IPTEK yang masih sangat rendah dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik masih kaku.
·      Tahap transisi
IPTEK mulai berkembang, sehingga produktivitas semakin meningkat dan industri semakin berkembang. Tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur sosial-politik semakin membaik.
·      Tahap lepas landas (take-off)
Dicirikan oleh keadaan suatu hambatan sosial-politik yang umumnya dapat diatasi. Tingkat kebudayaan dan IPTEK semakin maju, investasi dan pertumbuhan tetap tinggi, dan mulai adanya ekspansi perdagangan ke luar negeri.
·      Tahap dewasa
Masyarakat semakin tinggi penguasaan IPTEK, sehingga terjadi perubahan komposisi angkatan kerja di mana jumlah skilled labor lebih banyak daripada unskilled labor. Serikat dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan. Pendapatan perkapita tinggi.
·      Tahap mass consumption
Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan aman tentram, dan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.
Proses di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, seperti pemerintahan yang stabil, adanya perbaikan tingkat pendidikan, adanya kelompok inovator dan wiraswastawan, meningkatnya tabungan dan investasi hingga mencapai 10 persen dari pendapatan nasional, dan adanya reformasi sosial.
New-Keynesian
Nicholas Gregory Mankiw
Mankiw adalah Professor Ekonomi di Harvard University. Penelitiannya mencakup banyak bidang dalam ilmu ekonomi dan meliputi berbagai tulisan mengenai penyesuaian harga, perilaku konsumen, pasar keuangan, kebijakan moneter dan fiskal, dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam konsep makroekonominya yang sangat terkenal dan merupakan bidang ahlinya, Mankiw menawarkan keseimbangan dalam pembahasan isu-isu makroekonomi jangka  pendek dan jangka panjang, mengintegrasikan wawasan teori klasik dan teori Keynes, menyajikan teori ekonomi dengan beberapa variasi model sederhana, dan memberikan penekanan bahwa makroekonomi adalah disiplin ilmu empiris yang banyak berkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya.
Mankiw merumuskan teori-teori ekonomi ke dalam “Ten Principles of Economics”-nya. Tujuannya adalah untuk menjelaskan overview tentang apa itu ekonomi. Kesepuluh prinsip tersebut adalah:
1.    Orang menghadapi berbagai trade-off (efisiensi dan equality)
2.    Biaya adalah sesuatu yang dikorbankan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu hal yang lain
3.    Orang rasional berpikir terhadap margin (perubahan marginal)
4.    Orang bereaksi terhadap insentif
5.    Perdagangan/pertukaran dapat membuat setiap orang menjadi lebih baik
6.    Pasar merupakan sebuah solusi yang baik untuk mengorganisir aktivitas ekonomi (tentang ekonomi pasar)
7.    Pemerintah terkadang dapat meningkatkan kinerja pasar (tentang kegagalan pasar, eksternalitas, dan kekuatan pasar)
8.    Standar hidup sebuah negara bergantung pada kemampuannya dalam memproduksi barang dan jasa (tentang produktivitas)
9.    Harga-harga meningkat ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak (tentang inflasi)
10.              Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran (tentang fluktuasi ekonomi)
David Romer
Romer adalah Professor ekonomi  politik di University of California, Berkeley. Dia merupakan pakar ekonomi di bidang makroekonomi. Dalam karya terbarunya, Romer bekerja sama dengan istrinya, Christina Romer, pada kebijakan fiskal dan moneter dari tahun 1950 hingga saat ini, dengan menggunakan catatan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan bahan-bahan dari staf The Fed untuk mempelajari bagaimana Federal Reserve membuat keputusan. Karyanya menunjukkan bahwa beberapa dari kredit untuk pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil pada tahun 1950, should lies dengan good policy oleh Federal Reserve, di samping itu anggota FOMC telah membuat keputusan yang lebih baik dengan mengandalkan lebih dekat pada perkiraan yang dibuat oleh staf The Fed tersebut.
Baru-baru ini, Romers (David dan Christina) berfokus pada dampak kebijakan pajak pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Karya ini terlihat pada catatan sejarah perubahan pajak Amerika Serikat dari 1945-2007, tidak termasuk perubahan pajak endogen, yang dibuat untuk melawan resesi atau meringankan biaya pengeluaran baru pemerintah. Ia menemukan bahwa ada peningkatan pajak eksogen, dibuat misalnya untuk mengurangi pewarisan defisit anggaran, mengurangi pertumbuhan ekonomi (meskipun dengan jumlah yang lebih kecil setelah tahun 1980 dari sebelumnya). Romers juga menemukan, “Tidak ada dukungan untuk hipotesis bahwa pemotongan pajak mengendalikan pengeluaran pemerintah, memang pemotongan pajak bisa saja meningkatkan pengeluaran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efek utama dari pemotongan pajak pada anggaran pemerintah adalah mendorong timbulnya peningkatan pajak berikutnya”
Ia juga menulis tentang beberapa mata pelajaran bagi ekonom makro, seperti “Do Students Go to Class? Should They?” dan “Do Firms Maximize? Evidence from Professional Football”.
Dynamic Stochastic General Equlibrium (DSGE)
Model ini adalah cabang dari teori keseimbangan umum terapan yang berpengaruh dalam makroekonomi kontemporer. Metodologi DSGE berupaya menjelaskan fenomena ekonomi agregat, seperti pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis, dan dampak kebijakan moneter dan fiskal, berdasarkan model ekonomi makro yang berasal dari prinsip ekonomi mikro. Salah satu alasan utama makroekonomi berusaha untuk membangun model microfounded adalah, tidak seperti yang lebih tradisional model peramalan makroekonometrik, model microfounded pada prinsipnya tidak harus rentan terhadap kritik Lucas. Selain itu, karena dasar mikro didasarkan pada preferensi pengambil keputusan dalam model, fitur model DSGE merupakan indikator alami untuk mengevaluasi efek kesejahteraan dari perubahan kebijakan. Struktur dari model DSGE ini adalah preferensi, teknologi, dan kerangka institusional.
Daftar Pustaka
Bahan Mengajar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi oleh Muhammad Ilhamsyah Siregar, S.E.,MA. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mankiw, N. Gregory. 2009. Principles of Economics 6th Edition (International Edition). Canada: South-Western Cencage Learning
Wikipedia

Pemikiran & Konsep Ekonomi Keynes

 
Pendahuluan
Selama dasawarsa ’30 berlangsung depresi ekonomi yang ganas dan berkepanjangan. Justru dalam keadaan demikian ternyata segenap pemikiran-pemikiran sebelumnya, mazhab klasik dan neo-klasik, tidak berdaya untuk memberi jawaban atas masalah-masalah penting yang sedang dialami dalam ekonomi masyarakat sebagai keseluruhan. Hal ini berkaitan erat dengan pola pendekatan dalam alur pikiran kedua mazhab itu yang bersifat mikro terhadap berbagai permasalahan khusus, di mana tidak dapat terwujud kepaduan utuh dalam suatu sistem pemikiran dan kerangka analisis yang mencakup proses perekonomian secara menyeluruh.
Sejak terjadinya depresi besaran-besaran tersebut, orang curiga bahwa ada sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku umum selama ini. Dalam menghadapi persoalan ekonomi yang mahadahsyat (terjadi krisis dan sistem kapitalis jatuh), teori-teori ekonomi yang  dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun neo-klasik tidak mampu menjelaskan fenomena dan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Dalam situasi tidak menentu inilah lahir seorang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat berpengaruh, yaitu John Maynard Keynes.
Karya tulis atau buku Keynes yang paling populer adalah The General Theory of Employment, Interest, and Money. Buku ini ditulis  sebagai reaksi terhadap depresi besar-besaran yang terjadi tahun 1930-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neo-klasik.
Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan, sehingga perlu diperbaiki dan disempurnakan, seperti masalah mekanisme pasar, keseimbangan pasar, ketenagakerjaan, analisis biaya, tabungan & investasi, dan juga kritikan yang habis-habisan oleh Keynes terhadap tokoh klasik, J. B. Say tentang teorinya “Supply creates its own demand” (akan  dijelaskan lebih lanjut di halaman berikutnya, poin pertama).
Sedangkan terhadap teori-teori neo-klasik, Keynes tidak terlalu banyak menemukan banyak kelemahan, akan tetapi juga tetap Keynes melakukan hal yang sama seperti terhadap klasik, yaitu melakukan penyempurnaan teorinya agar lebih sesuai dengan kondisi ekonomi saat sekarang (pada saat itu-red). Juga dikarenakan Keynes merupakan salah satu murid brilliannya Marshall, yang notabenenya merupakan kaum neo-klasik. Sehingga sudah pasti karya-karya Marshall banyak diakui oleh Keynes. Mungkin hampir sebagian besar konsep-konsep Marshall diperbaiki dan disempurnakan oleh Keynes.
Hal ini menunjukkan adanya peranan Keynes dalam menjelaskan secara lebih lanjut  dan lebih disempurnakan ide dan konsep yang telah ada, punyanya tokoh mazhab neo-klasik.

Beberapa Pemikiran dan Konsep ekonomi Keynes
1.    Latar Belakang Pemikiran dan Konsep Keynes
Tema pokok dalam pemikiran sistem klasik adalah bahwa kegiatan ekonomi senantiasa cenderung pada keadaan ekuilibrium, di mana kapasitas produksi digunakan secara penuh dengan adanya kesempatan kerja penuh (full-employment) pula. Kerangka dasar pemikiran itu diungkapkan oleh Jean Baptiste Say. Spesifiknya, dia mengatakan bahwa dalam keadaan ekulibrium, produksi selalu cenderung untuk menciptakan permintaan akan hasil produksi itu sendiri. Kapasitas produksi dan full-employment dimanfaatkan secara penuh sehingga tidak mungkin terjadi kelebihan produksi ataupun kekurangan konsumsi maupun pengangguran yang permanen.
Akan tetapi pemikiran dan pandangan kaum klasik di atas, dapat dikatakan sangat ironis dari kenyataan yang dialami dalam depresi ekonomi dasawarsa ’30, stagnasi ekonomi dan pengangguran merupakan ciri kronis dalam suatu lingkaran yang tiada akhirnya, dan hal ini terjadi pada saat itu.
Dengan latar belakang kenyataan tersebut, Keynes memeriksa dan mengoreksi kembali seluruh pemikiran dan konsep kaum klasik dan neo-klasik beserta asumsi-asumsi dasarnya. Sedemikian rupa sehingga, Keynes mencanangkan pemikiran barunya yang akan menjadi suatu pendobrakan terhadap pemikiran sistem sebelum-sebelumnya.
2.    Underemployment Equilibrium
Keynes menyatakan bahwa dalam dunia modern belum tentu tata susunan ekonominya lazim berada pada keadaan ekulibrium, di mana dapat terjadi full-employment. Kekuatan ekonomi dalam sistemnya yang berlangsung dengan sendirinya dan secara otomatis terjadi koreksi sehingga pergerakan ekonomi menuju lagi pada keadaan ekuilbrium dengan full-employment, hal tersebut tidak dapat dibuktikan secara empiris. Yang sering terjadi adalah ekuilibrium ekonomi yang terdapat banyak pengangguran di angkatan kerja, dengan kapasitas produksi yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan.
Kondisi ekuilibrium seperti itu, Keynes menyebutnya underemployment equilibrium. Jadi, kalau proses ekonomi dibiarkan begitu saja, yang akan terjadi adalah underemployment equlibrium, bukannya malah ekuilibrium dengan full-employment seperti yang dikatakan kaum klasik. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik yang semacam itu yang mana  didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Pentingnya Peran Pemerintah dalam Perekonomian
Dari hasil pengamatannya tentang depresi awal 30-an, Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak dibiarkan begitu saja kepada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan. Dalam situasi yang terjadi gerak gelombang kegiatan ekonmi, pemerintah dapat menjalankan kebijakan pengeloalan pengeluaran dan pengendalian permintaan efektif dalam bentuk “anti-siklis”.
            Keynes lebih sering mengandalkan kebijakan fiskal untuk mengambil berbagai kebijaksanaan, di mana bisa mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal sangat efektifdalam meningkatkan output dan memberantas pengangguran, terutama pada situasi saat sumber daya yang ada belum dimanfaatkan secara efisien.
            Keynes sebenarnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh kaum klasik tentang mekanisme pasar (doktrin laissez-faire). Tetapi Keynes menilai bahwa jalan menuju ekuilibrium danfull-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar yang dengan sendirinya membawa perekonomian kembali pada posisi ekulibrium, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Jadi menurut Keynes, satu-satunya cara untuk membawa perekonomian ke arah yang diinginkan jika perekonomian “lari” dari posisi keseimbangan adalah melalui intervensi atau campur tangan pemerintah.
Bagi Keynes, campur tangan pemerintah merupakan keharusan, berbeda dengan kaum klasik yang menganggap “haram” intervensi pemerintah. Campur tangan pemerintah sangat diperlukan terutama jika perekonomian berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
4.    Inti Pokok Pemikiran Keynes
Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori tentang pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:
·       Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang tidak digunakan untuk berkonsumsi.
·       Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi likuiditas (liquidity preference)
Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung dari preferensi likuiditas. (Akan dijelaskan lebih lanjut di poin nomor 4)
·       Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi modal, yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan diperoleh di masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor itu.
5.    Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference)
Pada saat masa aliran monetarisme, timbul pertanyaan mengenai demand for money dan supply of money. Pertanyaan ini dijawab oleh Keynes dengan teorinya, liqudity preference, yang menjelaskan tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan tingkat bunga tersebut disesuaikan untuk menyeimbangkan demand for money dan supply of money.
Teori ini menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang orang, alasannya karena tingkat bunga merupakan opportunity cost dari memegang uang. Ada tiga motif orang yang memegang uang: Motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
6.    Tentang Upah
Kaum klasik mengatakan bahwa pengangguran tinggi karena upah yang kaku (wage rigidity), yang disebababkan oleh adanya aturan upah minimum (minimum wage), kontrak kerja, dan serikat pekerja (labor union).
Keynes menolak semua pendapat klasik yang di atas. Keynes berpendapat bahwa upah nominal lah yang mengikat pekerja dan menyebabkan pengangguran. Sehingga untuk menurunkan pengangguran, solusinya adalah menurunkan upah riil dengan cara menurunkan upah nominal lebih besar dari tingkat inflasi.
7.    Tentang Tabungan (Saving)
Menurut Keynes, tingkat saving harus lebih tinggi dari plan investmen. Tapi juga tidak baik kalau tingkat saving-nya itu berlebihan, karena akan berdampak pada terjadinya resesi perekonomian bahkan terjadi depresi.
Daftar Pustaka
Bahan Mengajar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi oleh Muhammad Ilhamsyah Siregar, S.E.,MA. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

107 Kelurahan Kabupaten Berau

» Dasar Hukum : .  Peraturan Pemerintah RI No. 38 Tahun 1996, Tgl. 11-06-1996.
 Undang-Undang RI No. 27 Tahun 1959, Tgl. 26-06-1959.
 Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1953/drt, Tgl. 07-01-1953.
 Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1956, Tgl. 29-11-1956.
» Jumlah Kecamatan/Distrik = 13 
» Jumlah Desa + Kelurahan = 107 
» Range Alokasi Kode POS : 773 xx 
» Range Realita Kode POS : 77311 – 77381 

» di Provinsi : Kalimantan Timur 

No.
Desa, Kelurahan
Kecamatan, Distrik
Kode POS
1 Labanan Jaya Teluk Bayur 77352
2 Labanan Makarti Teluk Bayur 77352
3 Labanan Makmur Teluk Bayur 77352
4 Rinding Teluk Bayur 77313
5 Teluk Bayur Teluk Bayur 77315
6 Tumbit Melayu Teluk Bayur 77315
7 Bugis Tanjung Redeb 77312
8 Gayam Tanjung Redeb 77315
9 Gunung Panjang Tanjung Redeb 77311
10 Karang Ambun Tanjung Redeb 77315
11 Sei/Sungai Bedungun Tanjung Redeb 77315
12 Tanjung Redeb Tanjung Redeb 77315
13 Bumi Jaya Talisayan 77372
14 Campur Sari Talisayan 77372
15 Dumaring Talisayan 77372
16 Eka Sapta Talisayan 77372
17 Purna Sari Jaya Talisayan 77372
18 Suka Murya Talisayan 77372
19 Sumber Mulia Talisayan 77372
20 Talisayan Talisayan 77372
21 Tunggal Bumi Talisayan 77372
22 Buyung-Buyung (Radak) Tabalar 77372
23 Harapan Maju Tabalar 77372
24 Semurut Tabalar 77372
25 Tabalar Muara Tabalar 77372
26 Tabalar Ulu Tabalar 77372
27 Tubaan Tabalar 77372
28 Bukit Makmur Segah 77361
29 Gunung Sari Segah 77361
30 Harapan Jaya Segah 77361
31 Long Ayan Segah 77361
32 Long Ayap Segah 77361
33 Long Laay/Laai Segah 77361
34 Pandan Sari Segah 77361
35 Punan Mahkam Segah 77361
36 Punan Malinau Segah 77361
37 Punan Segah Segah 77361
38 Tepian Buah Segah 77361
39 Bebanir (Sei Bebanir Bangun) Sambaliung 77371
40 Bena Baru Sambaliung 77371
41 Gurimbang Sambaliung 77371
42 Inaran Sambaliung 77371
43 Long Lanuk Sambaliung 77371
44 Pegat Bukur Sambaliung 77371
45 Pesayan Sambaliung 77371
46 Pilanjau Sambaliung 77371
47 Rantau Panjang Sambaliung 77371
48 Sambaliung Sambaliung 77371
49 Suaran Sambaliung 77371
50 Sukan Tengah Sambaliung 77371
51 Tanjung Perangat Sambaliung 77371
52 Tumbit Dayak Sambaliung 77371
53 Maratua Bohesilian Maratua 77381
54 Maratua Payung-Payung Maratua 77381
55 Maratua Teluk Alulu Maratua 77381
56 Maratua Teluk Harapan Maratua 77381
57 Lesan Dayak Kelay 77362
58 Long Beliu Kelay 77362
59 Long Duhung Kelay 77362
60 Long Keluh Kelay 77362
61 Long Lamcin Kelay 77362
62 Long Pelay Kelay 77362
63 Long Sului Kelay 77362
64 Mapulu Kelay 77362
65 Merabu Kelay 77362
66 Merapun Kelay 77362
67 Merasa Kelay 77362
68 Muara Lesan Kelay 77362
69 Panaan Kelay 77362
70 Sido Bangen Kelay 77362
71 Batu-Batu Gunung Tabur 77352
72 Birang Gunung Tabur 77352
73 Gunung Tabur Gunung Tabur 77352
74 Maluang Gunung Tabur 77352
75 Melati Jaya Gunung Tabur 77352
76 Merancang Ilir Gunung Tabur 77352
77 Merancang Ulu Gunung Tabur 77352
78 Pulau Besing Gunung Tabur 77352
79 Sambakungan Gunung Tabur 77352
80 Samburakat Gunung Tabur 77352
81 Tasuk Gunung Tabur 77352
82 Kasai Derawan (Pulau Derawan) 77381
83 Pegat Bertumbuk Derawan (Pulau Derawan) 77381
84 Pulau Derawan Derawan (Pulau Derawan) 77381
85 Tanjung Batu Derawan (Pulau Derawan) 77381
86 Teluk Semanting Derawan (Pulau Derawan) 77381
87 Biduk-Biduk Biduk-Biduk 77373
88 Giring-Giring Biduk-Biduk 77373
89 Pantai Harapan Biduk-Biduk 77373
90 Tanjung Perepat Biduk-Biduk 77373
91 Teluk Sulaiman Biduk-Biduk 77373
92 Teluk Sumbang Biduk-Biduk 77373
93 Biatan Bapinang Biatan 77372
94 Biatan Baru Biatan 77372
95 Biatan Ilir Biatan 77372
96 Biatan Lempake Biatan 77372
97 Biatan Ulu Biatan 77372
98 Bukit Makmur Jaya Biatan 77372
99 Karangan Biatan 77372
100 Manunggal Jaya Biatan 77372
101 Ampen Medang Batu Putih 77373
102 Balik Kukuk (Balikukup) Batu Putih 77373
103 Batu Putih Batu Putih 77373
104 Kayu Indah Batu Putih 77372
105 Lobang Kelatak Batu Putih 77373
106 Sumber Agung Batu Putih 77372
107 Tembudan Batu Putih 77372

PROPOSAL

PROPOSAL

Proposal adalah gambaran awal dari penelitian atau tulisan karya ilmiah atau merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Proposal dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan izin atau persetujuan atas kegiatan yang akan dilaksanakan.
Secara umum ada beberapa jenis proposal yang sangat populer, diantaranya yaitu;

1. Proposal kegiatan
Setiap kegiatan resmi di masyarakat atau pun di lingkungan lembaga pendidikan yang akan diadakan biasanya di susun proposal kegiatannya terlebih dahulu. Proposal ini berisi rancangan kegiatan yang akan di adakan. Tujuan dari penyusunan poroposal ini selain agar kegiatan terencana dengan baik juga berfungsi sebagai sarana fundrising.

2. Proposal skripsi

Proposal skripsi ini berisi tentang gambaran kegiatan penelitian yang akan dilakukan, mulai dari tujuan, latar belakang, metode, pendanaan, hingga waktu yang digunakan.

3. Proposal bisnis/usaha

Proposal bisnis / usaha ini bertujuan untuk menjual ide usaha kepada pihak lain dengan harapan ide tersebut diterima dengan kompensasi bantuan modal usaha.

4. Proposal pengajuan kredit

Proposal pengajuan kredit ini biasanya dibuat oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam mengajukan suntikan modal usaha dari koperasi atau bank yang menyediakan bantuan dana untuk UKM.

5. Proposal penelitian

Proposal penelitian ini biasanya disusun oleh mahasiswa, peneliti, dosen yang akan melakukan penelitian pada topik tetentu. Proposal peneletian ini selain memaparkan rancangan penelitian yang akan dikerjakan juga berisi tentang gambaran pembiayaan yang diperlukan.

6. Proposal sponsorship untuk iklan media

Setiap media baik media komunitas maupun media komersial membutuhkan pendanaan untuk keberlangsungan hidupnya. Dan sebagian besar dana tersebut diperoleh dari pemasangan iklan. Oleh karena itu penawaran kerjasama (sponsorship) untuk iklan ini membutuhkan perencanaan yang matang.Untuk menggambarkan kondisi media dan penawaran kerjasama biasanya disusun sebuah proposal sponshorship. Sehingga pihak sponsor bisa memutuskan apakah mereka memasang iklan atau tidak pada media tersebut.

Sistematika Penulisan Proposal Skripsi (Penelitian Kuantitatif)
Bab I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Bagian ini berisikan uraian/penjelasan yang berkaitan dengan fenomena-fenomena atau alasan-alasan yang mendasari mahasiswa/peneliti memilih atau tertarik untuk meneliti tema yang ditulis.

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bagian ini mahasiswa/peneliti mulai mengidentifikasi, membatasi dan selanjutnya merumuskan masalah yang hendak diteliti. Setelah rumusan masalah ada, mahasiswa/peneliti dapat menterjemahkan rumusan masalah tersebut dalam bentuk kalimat pertanyaan penelitian.

1.3. Tujuan Penelitian
Bagian berisi tujuan penelitian yang hendak dicapai, dan hal ini seharusnya mengacu kepada rumusan dan pertanyaan penelitian yang telah dibuat sebelumnya.

1.4. Manfaat penelitian
Sedikit berbeda dengan tujuan penelitian, sub bab manfaat penelitian berisikan manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan mahasiswa/peneliti tersebut.

1.5. Metode Penelitian
Bagian berisikan tentang bagaimana secara ilmiah, penelitian akan dilakukan. Poin-poin penting dalam bagian ini adalah :
1.5.1. Objek penelitian
1.5.2. Data / Variabel
1.5.3. Metode pengumpulan data / variabel
1.5.4. Hipotesis
1.5.5. Alat analisis yang digunakan,

1.6. Agenda Penelitian
Bagian ini hanya ada selama mahasiswa/peneliti masih dalam tahap pengajuan UP (usulan penelitian), dan dihilangkan dalam penulisan format PI selanjutnya.

Bab II : LANDASAN TEORI

2.1. Kerangka Teori
Bagian ini berisikan berbagai pengertian dan pemahaman mengenai teori yang benar-benar relevan dengan topik dan variabel.

2.2. Kajian Penelitian Sejenis
Bagian ini berisikan kajian mahasiswa/peneliti terhadap hasil-hasil penelitian sejenis atau penelitian yang memiliki kesamaan topik atau variabel dengan topik atau variabel yang sedang dan akan diteliti oleh mahasiswa/peneliti.

2.3. Alat Analisis
Bagian berisi penjelasan rinci (rumus, formulasi, langkah-langkah perhitungan, dsb.) mengenai berbagai alat analisis deskriptif dan kuantitatif yang akan digunakan dalam analisis masalah/pembahasan.

Bab III : METODE PENELITIAN ( lihat sub-bab 1.5. dalam Bab I )

3.1. Objek Penelitian
3.2. Data / Variabel Yang Digunakan
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.4. Hipotesis
3.5. Alat Analisis Yang Dingunakan

Bab III ini dibuat untuk memberikan ruang yang lebih luas lagi bagi mahasiswa/peneliti dalam menguraikan dan menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan, sementara keberadaan sub-bab 1.5. terlalu ringkas, khususnya untuk materi-matari penelitian dengan menggunakan data primer dan melakukan survei.

Bab IV : PEMBAHASAN

4.1. Data dan Profile Objek Penelitian
Bagian berisikan Data dan Profile singkat objek penelitian

4.2. Hasil Penelitian dan Analisis/Pembahasan
Dalam bagian ini, mahasiswa/peneliti mulai menyajikan data dan hasil penelitian dan mulai menganalisis secara deskriptif ( dengan tabel, grafik, flow, dan sejenisnya) serta mengkombinasikannya dengan analisis kuantitatif yang telah disebutkan dibagian sub-bab 1.5.5.

4.3. Rangkuman Hasil Penelitian
Berbeda dengan kesimpulan, bagian ini berisi rangkuman hasil penelitian, yang umumnya dapat disajikan dalam tabel ringkasan hasil.

Bab V : PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Bagian ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian mahasiswa/peneliti, yang pada prinsipnya merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang ada.

5.2. Saran
Isi yang ada pada bagian ini harus diprioritaskan pada saran terhadap butir-butir kesimpulan yang ada.

5.3. Keterbatasan Penelitian (optional)
Untuk beberapa kasus materi penelitian dan mungkin juga mahasiswa, bagian ini dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian.

C. Bagian Akhir
– Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam penulisan.
– Daftar Simbol
Berisi deretan simbol-simbol yang digunakan dalam penulisan, lengkap dengan keterangannya.
– Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, program, gambar, perhitungan- perhitungan, grafik, atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.

Sumber :

http://www.makalahonline.com/2013/02/CONTOH-PROPOSAL-PENELITIAN-ILMIAH.html

http://ananda-nando.blogspot.com/2013/06/proposal.html

DAFTAR JUDUL SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI JURUSAN ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN (IESP)

DAFTAR JUDUL SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI JURUSAN ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN (IESP)

1. FUNGSI PERMINTAAN IMPOR BATUBARA KALTIM OLEH JEPANG – 95
2. PENGARUH PEMBUNGKUSAN PADA INDUSTRI KECIL TEMPE TERHADAP PENDAPATAN PERAJIN DI KEC. MAGELANG UTARA KODYA MAGELANG – 94
3. PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH PADA BERBAGAI SKALA USAHA [STUDI KASUS DI DAERAH KODYA DATI II SURAKARTA JATENG] – 94
4. ANALISA PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS [STUDI KASUS DESA GILANGHARJA KEC. PANDAK KAB. BANTUL DIY] – 95
5. USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN TATAH SUNGGING PEMBUATAN WAYANG KULIT DAN UNIT USAHA TANI KELURAHAN SOMOREJO KEC. SUKOHARJO KAB. SUKOHARJO – 95
6. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI SALAK PONDOH [STUDI KASUS DI DESA DONOKERTO KEC. TURI KAB. SLEMAN DIY] – 95
7. ANALISA POTENSI RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KAB. DATI II LAHAT SUMSEL – 95
8. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI [STUDI KASUS DESA WUKIRSARI KEC. CANGKRINGAN KAB. SLEMAN DIY] – 95
9. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEDAPATAN PENGUSAHA YANGKO DI KOTAGEDE KEC. KOTAGEDE KODYA YOGYAKARTA DIY – 95
10. ANALISIS POTENSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI PENERIMAAN DAERAH DI KODYA DATI II YK – 95
11. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI ROSTER BANGUNAN – 95
12. HUB. ANTARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA TAJI KEC. PRAMBANAN KEB. KLATEN [STUDI KASUS DESA TAJI, KEC. PRAMBANAN KAB. KLATEN] – 95
13. ANALISA PENDAPATAN PAJAK TONTONAN BIOSKOP SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KODYA YK – 95
14. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN TERHADAP PAD DI KAB. DATI II KLATEN – 95
15. ANALISIS PENGELUARAN MAHASISWA STIE KERJA SAMA IESP [DIII] UNTUK MENONTON FILM – 95
16. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA JUMLAH UANG SAKU YANG DITABUNG MAHASISWA STIE KERJA SAMA IESP (DIII) YK – 95
17. ANALISIS KELAYAKAN PROYEK PENANGKATAN AIR SUNGAI BAWAH TANAH GUA BRIBIN DI KAB. GUNUNG KIDUL – 95
18. ANALISIS PERBEDAAN PENGARUH INMUM DENGAN INSUS TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KEC. PIYUNGAN KAB. BANTUL – 95
19. PROFIL DAN KEBERADAAAN USAHA OJEK SEPEDA MOTOR DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI DESA CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN DIY – 95
20. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PERUSAHAAN ROTAN CV. KHALIM B RATTAN FURNITURE DI DESA TEGALWANGI KEC. WERU KAB. CIREBON – 95
21. PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II KODYA YK – 95
22. ANALISA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA PETANI KRUPUK TAPIOKA DESA SRIHARDONO KEC. PUNDONG KAB. BANTUL DIY – 95
23. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TAHUN 1973-1992 – 95
24. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGHASILAN KULI PASAR SEKTOR INFORMAL DI PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTA ADMINISTRATIF KLATEN [STUDI KASUS PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTATIF KLATEN] – 95
25. ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN GERABAH KASONGAN [STUDI KASUS DI DUSUN BANGUNJIWO KEC. KASIHAN KAB. BANTUL DIY] – 95
26. PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. KLATEN – 95
27. PENINGKATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEMERINTAH DATI II CIAMIS JABAR – 95
28. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MAHASISWA STIE KERJASAMA JURUSAN IESP S1 YK – 95
29. PERANAN KUD DALAM MELAYANI JASA PLN BAGI MASYARAKAT [STUDI KASUS DI KUD SLEMAN KEC. SLEMAN, KAB. SLEMAN PROP DIY] – 95
30. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JERUK [STUDI KASUS DI DESA UMBULREJO KEC, UMBULSARI KAB. JEMBER JATIM] – 95
31. PERANAN INDUSTRI KELAPA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI DESA JATINGARANG KEC. BAYAN KAB. PURWOREJO – 94
32. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI AIR PDAM OLEH RUMAH TANGGA – 95
33. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KACANG TANAH [STUDI KASUS DI DESA TIRTOMULYO KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY 1994] – 95
34. ANALISA TABUNGAN DI KEC. DANUREJAN DAN KEC. SEWON YANG DIPENGARUHI FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN – 95
35. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1969/1970-1993/1994 – 95
36. PENGARUH PAKAN PADA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH [STUDI KASUS KOPERASI UPP KALIURANG SLEMAN YK] – 95
37. KOSONG
38. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI DAN TUKANG KAYU SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI [STUDI KASUS KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY] – 95
39. PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHA TANI TEMBAKAU ASAPAN [STUDI KASUS DI DESA WONOSARI KEC. TRUCUK KAB. KLATEN] – 95
40. ANALISA PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM PEDAGING DAN PETELUR DESA PERAWATAN KEC. JOGONALAN KAB. KLATEN – 95
41. PERBEDAAN PENDAPATAN PETERNAK DARI USAHA BETERNAK AYAM PEDAGING DENGAN DARI USAHA PETERNAK AYAM PETELUR [STUDI KASUS DI DESA SADONOHARJO KEC. NGAGLIK KAB. SLEMAN DIY] – 94
42. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I DALAM MENINGKATKAN PAD KAB. DATI II SLEMAN – 94
43. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN KAROSERI MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG – 95
44. ANALISA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA TERNAK AYAM PETELUR DAN USAHA BATU BATA MERAH [STUDI KASUS DI DESA SUMYANG DAN DI DESA KARANG DUKUH KEC. JOGONALAN KAB. KLATEN JATENG] – 95
45. PERANAN KUD MELALUI TEMPAT PELAYANAN KOPERASI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI JERUK [STUDI KASUS DI DESA SEMPELAI, KEC. KEBAR KAB. SAMBAS. PROP KALBAR] – 95
46. PERAN RETRIBUSI PARKIR DALAM MENINGKATKAN PAD [STUDI KASUS DI KAB. DATI II MAWI] – 95
47. USAHA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PBB DI KAB. DATI II BANTUL – 95
48. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PETANI SEMANGKA DAN PETANI KEDELAI [STUDI KASUS DI DESA TIRTORAHAYU, KEC. GALUR, KAB. KULONPROGO DIY] – 95
49. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN KULI PASAR SEKTOR INFORMAL DI PASAR BERINGHARJO KODYA YK – 95
50. POTENSI PENGEMBANGAN PENGRAJIN ROTAN MASYARAKAT PEDESAAN [STUDI KASUS PADA PENGRAJIN ROTAN DESA TRANGSAN, KEC. GATOK, KAB. SUKOHARJO PROP JATENG] – 95
51. ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA SAMPINGAN SEBAGAI PETERNAK AYAM PETELUR DAN SEBAGAI PENGRAJIN ANYAM-ANYAMAN TIKAR– 94
52. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN PADI DENGAN TANAMAN BAWANG MERAH [STUDI KASUS KEC. TANJUNG KAB. BREBES PROP JATENG] – 94
53. TINGKAT PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHA PEMBUATAN BATU BATA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA [STUDI KASUS DI DESA TRIHANGGO KEC. GAMPING KAB. SLEMAN DIY] – 94
54. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI TANAMAN PADI DI DESA TANJUNG KEC. TANJUNG KAB. BREBES JATENG
55. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN JAM KERJA PADA USAHA PEMBUATAN BATU BATA [STUDI KASUS DI DESA LESAH KEC. MANISRENGGO KAB. KLATEN JATENG] – 95
56. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGELUARAN UNTUK MENONTON FILM MAHASISWA STIE KERJA SAMA IESP [S1]– 95
57. ANALISIS PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH [STUDI KASUS DAERAH TINGKAT II KAB. WONOGIRI]– 95
58. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PETANI KECIL MENCARI PENGHASILAN TAMBAHAN KE DAERAH PARIWISATA – 95
59. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR PADA DINAS PASAR BERINGHARJO DI DATI II KODYA YK – 94
60. PERANAN INDUSTRI BESI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA [ DESA SEGARAN, KEC. DELANGGU, KAB. TINGKAT II KLATEN] – 94
61. PENGELOLAAN DANA PADA PRIMKOPAR II LAMIL ADISUCIPTO YK PERIODE 1991-1995 – 95
62. KREDIT UNTUK SEKTOR INFORMAL [STUDI KASUS PENGEMBANGAN USAHA KECIL PENGELOLAAN KAPAS AFAL KUNTORO DI KLATEN] – 95
63. ANALISA SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ’JASA” PEKALONGAN 1989-1993 – 95
64. PENGARUH LUPIES PADI Y TERHADAP PEMBANGUNAN PROPINSI DIY SELAMA PELITA IV – PELITA V – 95
65. ANALISIS PEMBELIAN KREDIT KEPADA GOLONGAN EKONOMI LEMAH OLEH PD. BANK PASAR KAB. DATI II TEMANGGUNG – 94
66. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA TANI PADA PETANI BAWANG MERAH ILUNSIAN TANAM 1993-1994 [STUDI KASUS DI DESA TRIMULYO KEC. KRETEK KAB. BANTUL PROP YK] – 95
67. KOSONG
68. PERANAN INDUSTRI KERAJINAN MEBEL BAMBU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT [STUDI KASUS DI DESA BENELANI TIRTONADI KEC. MELATI KAB. SLEMAN] – 95
69. PENERAPAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PADA DI KODYA SEMARANG – 95
70. UPAYA MENINGKATKAN PADA MELALUI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DI KAB. DATI II BANJARNEGARA – 95
71. ANALISA BIAYA PRODUKSI PENGUSAHA MEBEL UKIR ANTARA INDUSTRI BESAR, INDUSTRI SEDANG DAN INDUSTRI KECIL DI KAB. JEPARA – 95
72. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH TINGKAT II KEB. PEKALONGAN – 95
73. ANALISA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA – 95
74. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT PENGRAJIN GERABAH KASONGAN DISENTRA INDUSTRI KECIL BANGUNJIWO BANTUL – 95
75. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PETERNAK AYAM PETELUR DI DESA GILANGHARJO KEC. PANDAK KAB. BANTUL DIY– 95
76. PENGARUH KREDIT USAHA TANI (KUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI [STUDI KASUS DI KUD TANI MAKMUR KEC. KASIHAN KAB. BANTUL PROP DIY] – 95
77. PERAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KAIN TENUN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KEC. SAMBAS KAB. SAMBAS PROP KALBAR 1994 – 95
78. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I PADA PENINGKATAN PAD DI KODYA YK DAN UPAYA PENINGKATANNYA – 95
79. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ANYAMAN BAMBU [STUDI KASUS DIDESA KARANGSARI, KEC. PENGASIH, KAB. KULON PROGO KAB. DIY] 95
80. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI KOTAMADYA DATI II YK – 95
81. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU [STUDI KASUS DI DESA SAMOPUTRO KEC. JOGONALAN KAB. KLATEN] – 95
82. PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA BATIK TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KELUARGA – 95
83. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PAD DI KAB. DATI II CILACAP – 95
84. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II KODYA YK – 95
85. PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II BANTUL – 95
86. PENGARUH PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAGING BAGI [STUDI KASUS DI DESA AMBAR KETAWANG, KEC. GAMPING, KAB. SLEMAN DIY] – 95
87. PERAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT DALAM MENUNJANG EKONOMI RUMAH TANGGA [STUDI KASUS INDUSTRI KERAJINAN KULIT. IMOGIRI DAERAH TINGKAT II BANTUL] – 95
88. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PEDESAAN [STUDI KASUS DI DESA TRIMULYO SEBAGAI DAERAH IDT KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY] – 95
89. ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH LIKUIDITAS BANK INDONESIA TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN COR LOGAM [STUDI KASUS PADA ANGGOATA KOPERASI BATUR JAYA DI DESA TEGAL REJO KAB. KLATEN JATENG] – 95
90. ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN GERABAH DAN PENGRAJIN KULIT [STUDI KASUS DI DESA BANGUNJIWO DAN SABDODADI KAB. BANTUL DIY] – 95
91. PENGARUH INDUSTRI BATU BATA TERHADAP PENDAPATAN PETANI [STUDI KASUS DI DESA BALECATUR KEC. GAMPING KAB. SLEMAN DIY] – 95
92. PERANAN INDUSTRI GEPLAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DAN KESEMPATAN KERJA [STUDI KASUS DI DESA BANGUNJIWO DAN SABDODADI KAB. BANTUL YK] – 94
93. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA TERNAK BURUNG PUYUH [STUDI KASUS DI DESA KALANGAN KEC. SALAMAN KAB. DATI II MALANG] – 95
94. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PENINGKATAN PAD [STUDI KASUS DI KODYA SAMARINDA] – 95
95. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA TANI MENDONG DAN USAHA TANI PADI [STUDI KASUS DI DESA SENDANG SARI. MINGGIR SLEMAN YK] – 94
96. PERAN SERTA KREDIT DI BPR MANDIRI SURYA PERDANA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PASAR – 94
97. PERANAN BAPAK ANGKAT DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MITRA USAHA INDUSTRI KECIL ROTI KUE DI KODYA MAGELANG – 94
98. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERAJIN TEMPE 1993 [STUDI KASUS ANGGOTA PRIMKOPTI KULON PROGO KAB. KULON PROGO DIY] – 94
99. POLA KONSUMSI KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA BALIKPAPAN – 94
100. PERANAN RETRIBUSI PASAR DALAM MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH KAB. TINGKAT II SLEMAN – 94
101. INVESTASI SWASTA PMDN DAN PMA DI YOGYAKARTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM KURUN WAKTU 1975-1990 – 94
102. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PENGRAJIN GENTENG [STUDI KASUS DI DESA UNDEN, DESA SIDOLUHUR KEC. GODEAN KAB. SLEMAN PROP DIY] – 95
103. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA [STUDI KASUS DI JALAN MALIOBORO DAN JL. A YANI KOTAMADYA DATI II YK] – 95
104. UPAYA INTENSIFIKASI PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH GUNA MENUNJANG APBD KAB. DATI II BANTUL – 94
105. STUDI KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS MINI UNTUK JALUR SELAM MAGELANG PP PADA P.O WIDODO PUTRO – 94
106. PERANAN PROMOSI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN INDUSTRI PARIWISATA [STUDI KASUS OBYEK WISATA KALISATA PANTAI PARANGTRITIS KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY] – 94
107. PENDAPATAN BERSIH DARI PEMBUATAN GENTENG DAN PERANNYA DALAM PENDAPATAN KELUARGA DI DESA WUKIRSARI KEC. IMOGIRI KAB. BANTUL DIY – 94
108. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DALAM PRODUKSI KAIN PRIMA GRAY PABRIK TEKSTIL INFITEKS CEPER CAVIN 1990-1993 – 95
109. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PAJAK PEMBANGUNAN I KA. DAERAH DATI II SLEMAN DIY – 95
110. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PAD DI KODYA YK– 95
111. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RUMAH MAKAN [STUDI KASUS KELURAHAN SEMPER TIMUR. CILINCING, JAKARTA] – 95
112. ANALISIS INTENSITAS PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI MODEL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI PERAK [STUDI KASUS DI KEC. KOTAGEDE KODYA YK DIY] – 95
113. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA KERAJINAN GERABAH [STUDI KASUS DI DESA KASONGAN KEC. KASIHAN KAB. BANTUL PROP DIY] – 95
114. PENGARUH JUMLAH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI BADAN KREDIT KEC. PEDAN KAB. DATI II KLATEN – 95
115. PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH KODYA SURAKARTA SELAMA PELITA V – 94
116. PERAN PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN INDUSTRI DI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA YK – 95
117. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA GENTENG [DI KEC. SRUWENG, KAB. KEBUMEN. PROP JATENG] – 94
118. PENENTUAN LABA OPTIMUM [STUDI KASUS PADA PT. SARI HUSADA YK] – 95
119. ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN KONVEKSI DESA TEMANGGUNG KEC. MUNTILAN KAB. MAGELANG PROP JATENG – 95
120. VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI WINGKO BABAD [STUDI KASUS PADA USAHA DAGANG WINGKO BABAD DI SEMARANG] – 95
121. ANALISA PENDAPATAN PERAJIN KURSI BAMBU DI DESA TLOGOADI KEC. MLATI KAB. SLEMAN DIY 1994 – 95
122. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I DALAM MENINGKATKAN PAD [STUDI KASUS KAB. DAERAH TINGKAT II LAMPUNG UTARA] – 95
123. PENENTUAN BIAYA FACTORY OVERHEAD DALAM MENETAPKAN HARGA POKOK PRODUK PADA INDUSTRI LOGAM CV. H. MOH. RODHI BATUR CEPER – 94
124. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA JENIS USAHA MAKANAN JAJANAN DI KEC. KLATEN TENGAH – 95
125. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA [STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN GENTENG ”ZAB” SOKKA DI KEC. PEJAGOAN KAB. KEBUMEN] – 95
126. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA 1969-1992 – 95
127. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DI KAB. DATI II KEBUMEN- 95
128. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KAKAU DAN PETANI METE [ STUDI KASUS DI DESA WILAGEDE DAN DESA GEDANG REJO KEC. KARANG MOJO KAB. GUNUNG KIDUL PROP DIY] -95
129. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PENGRAJIN KULIT DI DESA PATAN PULUHAN KODYA YK – 95
130. PENGARUH DAFTAR HARGA GABAH YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH TERHADAP PETANI [STUDI KASUS DESA WUKIRSARI KEC. CANGKRINGAN KAB. SLEMAN DIY] – 95
131. ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA SAMPINGAN SEBAGAI PETERNAK SAPI PERAH [STUDI KASUS DESA CAWAN, KEC. JATINOM KAB. DATI II KLATEN JAATENG – 95
132. ANALISA FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI PADA INDUSTRI PERAK KOTAGEDE YK – 95
133. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI TAMBAK UDANG WINDU – 94
134. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN [PBB] DI KODYA DATI II SEMARANG – 95
135. STUDI KELAYAKAN PADA PABRIK GROUND ROD PT. INDOSAS UTAMA YK – 95
136. PERAN INDUSTRI TENUN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA [STUDI KASUS DESA SUMBER RAHAYU KEC. MOYUDAN KAB. SLEMAN DIY] – 95
137. ANALISIS PAJAK NEGARA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 94
138. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 1986/1987, 1992/1993 KAB. DATI II BANTUL – 95
139. ANALISA PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN DAN PERKEMBANGAN EKSPOR KERAJINAN PERAK [STUDI KASUS KEC. KOTAGEDE KODYA YK DIY] – 94
140. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN REPLIKA PRODUK FIBER GLASS DI WONOCATUR BANGUNTAPAN BANTUL DIY – 95
141. PERAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PEMERINTAHAN DAERAH KODYA DATI II SALATIGA – 95
142. ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA SAMPINGAN SEBAGAI PENGRAJIN GERABAH DAN SEBAGAI PEDAGANG – 95
143. PERAN BADAN USAHA MILIK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. DATI II GUNUNG KIDUL – 95
144. PERANAN INDUSTRI KECIL TERHADAP PENDAPTAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA [STUDI KASUS DI DUSUN KAJEN, DESA BANGUN JIWO KEC. KASIHAN KAB. BANTUL] – 95
145. PENGARUH PAD TERHADAP PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KAB. DATI II BANTUL YK – 95
146. KOSONG
147. PROSPEK INDUSTRI ROTAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER DEVISA NON MIGAS DI JATIM – 89
148. ANALISIS PENGELUARAN SOSIAL KELAS MENENGAH DI DESA AMBAR KETAWANG KEC. GAMPING KAB. SLEMAN – 95
149. POLA PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA KARYAWAN DI STIE KERJASAMA YK – 94
150. PERAN PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA DALAM USAHA MENINGKATKAN TINGKAT PENDAPATAN ANGGOTANNYA DI KAB. BANTUL DIY – 94
151. PERANAN RETRIBUSI PASAR DALAM MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH KODYA DATI II YK THN 1988/1989, 1992-1993 – 95
152. ANALISIS PENERIMAAN DAERAH DI KODYA DATI II YOGYAKARTA THN 1985-1994 – 95
153. UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KAB. DAERAH TINGKAT II KULON PROGO – 95
154. ANALISIS PENDAPATAN WARUNG ANGKRINGAN DI MALIOBORO YK – 94
155. PROSPEK INDUSTRI KACANG JIPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN KELUARGA DI DESA LUMPANG KEC. KARANG ANYAR KAB. PURBALINGGA – 93
156. ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG (BAGIAN PRODUKSI) PADA PERUSAHAAN GENTENG KHM SOKKA DI DESA KEDAWAN KEC. PEJAGOAN KAB. KEBUMEN – 95
157. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI TANAMAN PADI DI DESA TANJONG. KEC. TANJONG KAB. BREBES JATENG – 95
158. PERAN PKB DAN PPMKB TERHADAP BELANJA DAERAH PEMRITAH PROPINSI DIY THN ANGGARAN 1988-1989, 1992-1993
159. ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT DARI KUD ”MINO SAROYO” TERHADAP PENINGKATAN MECANAN DI KEC. CILACAP SELATAN – 94
160. PERAN KOPERASI UNIT DESA SEYEGAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI DI SELURUH DESA KEC. SEYEGAN SLEMAN YK – 94
161. PERAN KUD MOROBANGUN DALAM PEMBERIAN KREDIT USAHA TANI UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI KEC. LARANGAN [STUDI KASUS DI KUD MOROBANGUN KEC. LARANGAN] – 94
162. KOSONG
163. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MIGRASI PENDUDUK DESA KE KOTA [STUDI KASUS DAN PERBANDINGAN DI KEC. IMOGIRI DAN KEC. PAJANGAN KAB. BANTUL DIY] – 94
164. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA TANI BAWANG MERAH DAN TANAMAN PADI [STUDI KASUS DI DESA SUTAMAJA KEC. KERSANA KAB. BREBES JATENG] – 94
165. ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT DARI KUD ”MINO SAROYO” TERHADAP PENINGKATAN MECANAN DI KEC. CILACAP SELATAN – 94
166. ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGHASILAN PENARIK BECAK DENGAN PENARIK DELMAN DI YOGYAKARTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 94
167. KOSONG
168. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA KERAJINAN KULIT [STUDI KASUS DI DESA PANGGUNGHARJO KEC. SEWON KAB. BANTUL PROP DIY] – 94
169. . RETRIBUSI PARKIR DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II KODYA YK – 94
170. . ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN MALIOBORO YK [STUDI PENELITIAN PADA KOPERASI TRI DHARMA]
171. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PEMILIK PEMANCINGAN IKAN [STUDI KASUS DI DESA JANTI KEC. POLAHARJO KAB. KLATEN] – 94
172. PROYEKSI KETENAGAKERJAAN MENURUT LAPANGAN USAHA DAN PENDIDIKAN BERDASARKAN ANALISA DATA TH 1986-1992 DI PROP DIY – 94
173. PERANAN PIR ANRIBUSI BABYCORN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DI KEC. DLINGO KAB. DATI II BANTUL [SUATU STUDI KASUS] – 96
174. ANALISIS POTENSI SEKTORAL PROPINSI DIY TH 1993-1991 – 00
175. KAJIAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI FERTILISASI PASANGAN USIA SUBUR [STUDI KASUS DI DESA SUMBER MANJING KULON KEC. POGAK KAB. DATI II MALANG] – 95
176. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DROP OUT PESERTA KELUARGA BERENCANA DI KEL. DORO TANGGA KAB. DOMPU PROP. NTB – 95
177. KOSONG
178. PENGARUH KREDIT USAHA RAKYAT KECIL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KAB. KEDIRI [STUDI KASUS DI KEC. KANDANGAN] – 96
179. PENGARUH STRUKTUR SOSIAL EKONOMI TERHADAP FERTILISASI PASANGAN USIA SUBUR [STUDI DI DESA DONOWASIH KEC. KARANG PLOSO KAB. MALANG] – 96
180. PENGARUH PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL TERHADAP TINGKAT LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SOSIAL – 96
181. ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SEKITAR JASA PERHOTELAN DI KODYA MALANG – 96
182. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PRODUKSI PETANI PADI DI DESA SALAM REJO KEC. KARANGAN KAB. TRENGGALEK – 96
183. PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM UPAYA MENUJU KOPERASI UNIT DESA MANDIRI [STUDI KASUS DI KUD SUMBER PANCA USAHA KEC. PANDAAN KAB. PASURUAN] – 95
184. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PERNDAPATAN PADA PERUSAHAAN KRIPIK TEMPE [STUDI KASUS KRIPIK TEMPE ”ABADI” MALANG] – 95
185. FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI USIA PERKAWINAN PERTAMA DI DESA KASAMBI KEC. PUCUK KAB. LAMONGAN – 96
186. KAJIAN TINGKAT FERTILITAS WANITA PEGAWAI DI DESA PADANG BANDUNG KEC. DUKUN KAB. GRESIK – 95
187. PERBEDAAN FERTILITAS ANTARA MASYARAKAT PRIBUMI DENGAN WNI KETURUNAN CINA DI KEC. CLURING KAB. BANYUWANGI – 94
188. PENINGKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DALAM UPAYA MENEKAN ARUS URBANISASI [STUDI PADA DUA DESA DI KE. BATU KOTIF, BATU] – 96
189. HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN ANAK DENGANTINGKAT PENDAPATAN DI KODYA MALANG [STUDI KASUS DI KEL. MADYOPURO KEC. KEDUNG KANDANG] – 95
190. HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN ANAK DENGANTINGKAT PENDAPATAN DI KODYA MALANG [STUDI KASUS DI KEL. MADYOPURO KEC. KEDUNG KANDANG] – 95
191. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DEMOGRAFI YANG MEMPENGARUHI FAERTILITAS WANITA KAWIN DI KELURAHAN BANDUNG REEJOSARI KEC. SUKUN KODYA MALANG – 96
192. PENINGKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DALAM UPAYA MENEKAN ARUS URBANISASI [STUDI KASUS PADA UDA DESA DI KEC. BATU KOTIF, BATU] – 96
193. RESPON PETANI TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI (TRI) [STUDI KASUS DI DESA SUMBEREJO KEC. GELANGAN KAB. PLATANG] – 95
194. ANALISA PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PADA USAHA TAMBAH UDANG [STUDI KASUS CV. JASA SARANA DI DESA GEDUNG KEC. PANARUKAN KAB. SITUBONDO] – 96
195. PERANAN LEMBAGA KREDIT USAHA RAKYAT KECIL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS LKURK DI KEC. GADANGAN KAB. MALANG] – 96
196. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETERNAK SAPI [STUDI KASUS DI KUD SETIA KAWAN HONGKOJAJAR PASURUAN] – 96
197. ANALISIS PERAN SEKTOR-SEKTOR BASIS TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KAB. DATI II BANYUMAS TH 1983-1993 – 97
198. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PENGHASIL GULA KELAPA DI DESA HARGOWILIS. KEC. KOKAP. KAB. KULON PROGO PROP DIY – 96
199. PERAN KUD ”SANDEN” TERHADAP PENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI DI KEC. SANDEN KAB. BANTUL – 95
200. ANALISA DAN EVALUASI PENAMBAHAN AKTIVA TETAP STUDI PERUSAHAAN PD. ARINDYA UNIT PERCETAKAN NEGERI YK – 94
201. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR PADA DINAS PASAR BERINGHARJO DI DATI II KODYA YK – 94
202. PENGARUH KREDIT USAHA TANI (KUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI [STUDI KSUS DI KUD NGAGLIK KEC. NGAGLIK KAB. SLEMAN PROP DIY] – 95
203. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEDAPATAN PENGUSAHA YANGKO DI KOTAGEDE KEC. KOTAGEDE KODYA YOGYAKARTA DIY – 95
204. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH – 96
205. ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN GERABAH KASONGAN – 95
206. PENGARUH PENETAPAN HARGA DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PRIMKOPSI ”HANDAYANI” DI SALATIGA – 96
207. ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGHASILAN PENARIK BECAK DENGAN PENARIK DELMAN DI YOGYAKARTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 94
208. PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PAD KAB. DATI II KLATEN – 96
209. PERAN BADAN KREDIT KECAMATAN DALAM USAHA MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS DI KEC. KARANG MALANG KAB. SRAGEN JATENG] – 95
210. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGHASILAN KULI PASAR SEKTOR INFORMAL DI PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTA ADMINISTRATIF KLATEN [STUDI KASUS PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTATIF KLATEN] – 95
211. ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERAK ANGGOTA KOPERASI PRODUKSI PENGUSAHA PERAK YK – 95
212. ANALISIS PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP PEMAKAIAN JASA LISTRIK TH 1996 [STUDI KASUS DI DAERAH TINGKAT II KAB. GUNUNG KIDUL] – 97
213. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI SALAK PONDOH [STUDI KASUS DI DESA BANGUNKERTO KEC. TURI KAB. SLEMAN DIY] – 94
214. PERANAN KREDIT USAHA TANI (KUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI [PENELITIAN PADA KUD SANGGARSARI KEC. JATISARI KAB. KARAWANG PROP JABAR] – 93
215. PENGARUH PENGELUARAN MAHASISWA PENDATANG (KOST) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT TH 96 [STUDI KASUS DUKUH KRAPYAK WETAN KEL. PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL YK] – 97
216. TINGKAT PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHA PEMBUATAN BATU BATA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA [STUDI KASUS DI DESA TRIHANGGO KEC. GAMPING KAB. SLEMAN DIY] – 94
217. ANALISIS RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI SALAH SATU PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. DATI II KUPANG PROP NTT TH 1994/1995, 1995/1996 – 97
218. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETANI PADI DENGAN PETANI TEBU [STUDI KASUS DI DESA BANGUNHARJO KEC. SEWON KAB. BANTUL PROP DIY] – 96
219. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI TERMINAL DAN PERANNYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TH ANGGARAN 1991/1992-1995/1996
220. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI TERMINAL DAN PERANNYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TH ANGGARAN 1991/1992-1995/1996 [STUDI KASUS DI KAB. DATI II TASIKMALAYA] – 97
221. ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERAK ANGGOTA KOPERASI PRODUKSI PENGUSAHA PERAK YK – 95
222. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN SISA HASIL USAHA [STUDI KASUS PADA KUD KLATEN SELATAN DI DESA JETIS KEC. KLATEN SELATAN KOTA ADMINISTRATIF KAB. KLATEN JATENG] – 96
223. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PBB [STUDI KASUS DI KAB. DATI II KLATEN 1988-1994] – 97
224. PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II TEMANGGUNG – 97
225. PERANAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PPh PASAL 25/29 PERSEROAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK [STUDI KASUS KPP KOTAMADYA DATI II MAGELANG TH 1989/1990- 1995/1996] – 96
226. UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PEMBANGUNAN I DI KAB. DATI II BANTUL – 96
227. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETANI PADI DENGAN PETANI TEBU DI LAHAN SUBUR DI DESA BANGUNHARJO KEC. SEWON KAB. BANTUL PROP DIY – 96
228. KOSONG
229. KAJIAN TINGKAT FERTILITAS WANITA PEGAWAI DI DESA PADANG BANDUNG KEC. DUKUN KAB. GRESIK – 93
230. PERANAN KREDIT PENGGADAIAN DALAM RANGKA MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PADA PERUM PEGADAIAN CABANG KEDIRI – 96
231. ANALISIS SHIFT SHARE PERTUMBUHNA SEKTOR PEREKONOMIAN JAWA TIMUR 993-1998 – 00
232. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN (PD) SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH [STUDI KASUS DI DATI II KOTA YK TH 1985-1998]
233. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA 1970-1995 – 00
234. POLA KONSUMSI MAHASISWA ASRAMA PUTRI RATNANINGSIH [SEBELUM DAN DALAM MASA KRISIS EKONOMI] – 98
235. PENGARUH INPUT PADA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TH 1979-1996 – 02
236. FAKTOR – FAKTOR PENENTU PERUBAHAN CADANGAN DEVISA PREIODE TH 1975-2000 – 03
237. INDUSTRI KECIL DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KAB. SAWAHLUNTO SI JUNJUNG – 98
238. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH INDONESIA 1985-1999 – 01
239. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI PADA KOPERASI MAHASISWA INDONESIA – 04
240. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PERUM PEGADAIAN – 01
241. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS DI KEC. DEPOK KAB. SLEMAN DIY] – 95
242. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MIKRO DI PASAR BERINGHARJO – 02
243. PERSEDIAAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BERPENDIDIKAN TINGGI DAN TENAGA KERJA BERPENDIDIKAN RENDAH PADA INDUSTRI PERAK DI DIY – 03
244. PERBUNGAAN KUALITS ANTARA JUMLAH YANG BEREDAR DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA 1970-2002 – 04
245. ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA YK – 03
246. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA KREDIT OLEH PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS DI BUKD KEC. GAMPING KAB. SLEMAN PROP DIY] – 04
247. ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA ANGGREK [STUDI KASUS PADA JASA STUDI ORCHIDS DI DUSUN PAITAN TIRTOSARI SAWNGAN MAGELANG JATENG]
248. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERINTAHAN BERAS DI DIY TH 1991-2002 – 04
249. STUDI PERBANDINGAN PENDAPATAN BUDIDAYA PADI DENGAN BUDIDAYA SALAK PONDOH [STUDI KASUS DI DESA BANYU ADEM KEC. SRUMBENG KAB. MAGELANG] – 99
250. FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENGANGGURAN DI PEDESAAN [STUDI KASUS DI DESA TEGALTIRTO KEC. BERBAH, KAB. SLEMAN DIY TH 2000] – 00
251. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH DI DAERAH DATI II KAB. KEBUMEN – 01
252. ANALISA HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP KESEMPATAN ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL DI KAB. MALANG [STUDI DI KEC. BATU]
253. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI ANGGOTA DI BIDANG USAHA PADA KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPN SEDAR) KEC. NGANCAR KAB. KEMIRI – 93
254. ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI TEGALAN DENGAN PETANI PALAWIJA, KACANG TANAH DAN PADI GOGO – 97
255. ANALISA PROGRAM PEMBINAAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN NELAYAN KECIL [P4K] DALAM MENANGGULANGI KEMISKINAN DI PEDESAAN [STUDI KASUS PDA DESA KAMPUNG NGAWEN] – 02
256. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN MODAL DALAM NEGERI DI JATENG KURUN WAKTU 1982-1996 – 00
257. ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG UGM PERIODE 1995-1997 – 98
258. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN RUMAH TANGGA [STUDI KASUS DI DESA SENDANG ARUM] – 96
259. FAKTOR-FAKTOR YANG TINGKAT DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA PERIODE 1986-1996 – 98
260. ANALISA PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II KODYA YK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 1990/1991-199/2000 – 01
261. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI JATIM 1981-1998 – 04
262. ANALISIS MANFAAT PEMBANGUNAN SARANA PENGOLAH LIMBAH DI PG. MADUKISMO KASIHAN BANTUL – 01
263. PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI DOMESTIK DAN PERTUMBUHAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1977-1997 – 00
264. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI KECIL DI KAB. BOYOLALI TH 1985-2001 – 03
265. STUDI TINGKAT PARTISIPASI DAN MOTIVASI ANGGOTA PADA KOPERASI ”KOPMA UGM” – 05
266. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA PERIODE 1984-2003 – 05
267. ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI INDONESIA 1980-2001 [PENDEKATAN KEUNGGULAN KOMPARATIF] – 05
268. ANALISIS PENGARUH TRANSFORMASI STRUKTURAL TERHADAP KENAIKAN PDRV PROP DIY DIRINCI PER KAB./KOTA TH 1982-2001 – 03
269. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR MANUFAKTUR DI INDONESIA TH 1980-2000 – 03
270. PERANAN PUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KAB. KULON PROGO TH 1997/1998 – 03
271. PERANAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DIY- 03
272. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PROP SUMUT PERIODE 1993.I-2000.IV – 03
273. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI RUMAH SAKTI [STUDI KASUSU RSUD KAB. DATI II BANTUL] – 03
274. ANALISIS SEKTOR BASIS PEMBANGUNAN DAN UPAYA MEMACU PERTUMBUHAN REGIONAL DI KODYA YOGYAKARTA PERIODE 1996-2000 – 03
275. PERANAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KAB. PURWOREJO – 04
276. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN TEKSTIL KUSUMATEK YOGYAKARTA – 04
277. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN VOLUME EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT TH 1980-2001 – 05
278. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA [STUDI KASUS DI JL. MALIOBORO DAN JL. COLO YK] – 04
279. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KAB. SLEMAN 1980-2002 – 04
280. ANALISIS EKSPOR LADA PUTIH INDONESIA KE SINGAPURA [APLIKASI MODEL REGRESI LINIER BERGANDA] – 04
281. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DALAM NEGERI DI INDONESIA TH 1980-2001 – 04
282. PERANAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KAB. KULON PROGO – 05
283. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERAJINAN TANAH LIAT [STUDI KASUS DI DESA PANJANGREJO KEC. PUNDONG KAB. BANTUL DIY] – 05
284ANALISIS INVESTASI ASING DI INDONESIA TH 1993-2003 – 05
285. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT GAJI PEGAWAI PADA PT. [PERSERO] PELABUHAN INDONESIA II CABANG TANJUNG INTAN CILACAP – 04
286. KOSONG
287. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA KE JEPANG TH 1981-2002 – 04
288. KOSONG
289. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN DAERAH KAB. SLEMAN – 04
290. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ARANG BRIKET PT. ANEKA SINENSO DI KULON PROGO – 05
291. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TEH PT. GOPEK CIPTA UTAMA TEGAL – 05
292. ANALISIS POTENSI DAERAH UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI PULAU LOMBOK [PENDEKATAN TEORI PUSAT PERTUMBUHAN] – 05
293. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROP. DIY 1984-2003 – 05
294. ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN INDEKS TOTAL KEUNGGULAN DAERAH (ITKD) STUDI KASUS DI PROP. DIY 2000-2003 – 05
295. ANALISIS EXSPORT BASE TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROP. DIY PERIODE 1999-2003 – 05
296. PERANAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. TEMANGGUNG – 02
297. PENGARUH PENDAPATAN BUMD TERHADAP PAD KAB. TEMANGGUNG – 02
298. ANALISIS DAYA ASING KOMODITAS EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ”TPT” DI INDONESIA 1980-2001 [PENDEKATAN KEUNGGULAN KOMPARATIF] – 04
299. ANALISIS SHIFT SHARE PERTUMBUHAN SEKTORAL PEREKONOMIA JATIM 1993-1998 – 00
300. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 1974-2004 – 06
301. KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH KAB. MINAHASA [PROP. SULUT] TH 2000-2004 – 06
302. PERANAN PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN PAD DI KODYA DATI II SURAKARTA – 06
303. PAJAK HOTEL DAN RESTORAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA YOGYAKARTA – 05
304. PAJAK REKLAME SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTAMADYA YOGYAKARTA TH 1999-2003 – 05
305. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR LADA PUTIH INDONESIA KE SINGAPURA– 05
306. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN TEKSTIL KUSUMATEK YOGYAKARTA TH 2003 – 04
307. PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJAUALAN TUNAI TERKOMPUTERISASI PADA SUMBER JASA MOTOR YK – 05
308. PERANAN PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN TERHADAP PADA KOTA YK – 05
309. POTENSI PERTUMBUHAN DAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI PROP DIY 1995-2003 – 05
310. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH DI KAB. KLATEN PERIODE 1999-2003 – 03
311. PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA TH 1984-2003 – 04
312. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI DIY PERIODE 1985-2003 – 07
313. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UPAH MINIMUM REGIONAL TENAGA KERJA DI PROP DIY DENGAN PENDEKATAN PHILIPS CURVE TH 1984-2004 – 06
314. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH INDONESIA TH 1971-2000 – 02
315. PERANAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. KARANGANYAR PERIODE 2000-2004 – 07
316. ANALISIS PERKEMBANGAN KREDIT GADAI PADA PERUM PEGADAIAN PAKEM YK PERIODE 1994-1998 – 99
317. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA [STUDI KASUS PADA SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KAIN TAPIS DI DESA NATAR KEC. TATAR LAMPUNG SELATAN]– 01

JUDUL SKRIPSI

E 001. Peranan Variabel Kepuasan dan Keluhan Sebagai Mediasi Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Laoyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pelanggan Telkom Flexi Trendy di Surakarta)(Manajemen)
E 002. Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Konsumen Dimediasi Dengan Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada PT Pos Indonesia Sragen) (Manajemen)
E 003. Analisa Luas Produksi Untuk Mendapatkan Laba Bersih Maximal Pada Perusahaan Tegel “Setabelan” Surakarta (Manajemen)
E 004. Evaluasi Saluran Distribusi Dalam Usaha Peningkatan Volume Penjualan dan Laba Pada CV Widya Duta Di Surakarta (Manajemen)
E 005. Pengaruh Harga dan Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Kartu Pra Bayar Pro XL di Kota Semarang (Manajemen)
E 006. Implementasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi Kasus di Kelurahan Pundak Payung Kecamatan Banyumanik Semarang Tahun 2003 – 2005) (Ekonomi Pembangunan)
E 007. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Menjalankan Fungsi Pengendalian Manajerial Pada PT. Batik Danarhadi Surakarta
E 008. Analisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) (Studi Kasus Pada KUD se-Kabupaten Kendal) (Akuntansi)
E 009. Analisa Kebijaksanaan Pengadaan Dan Persediaan Bahan Baku Pada Unit Spinning II PT Dan Liris Surakarta
E 010. Pengaruh Kualitas Terhadap Produk Rusak Pada CV Menara Kudus (Akuntansi)
E 011. Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank Dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta (Akuntansi)
E 012. Peranan Personal Selling Di Dalam Usaha Meningkatkan Volume Penjualan Pada Batik Semar Surakarta
E 013. Peranan Saluran Distribusi Terhadap Hasil Penjualan Tinta Cetak PT Cemani-Toka Jakarta
E 014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Terhadap Tingkat Efisiensi Pembiayaan Pada Penggunaan Ruang Perawatan Di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Surakarta Dalam Tahun 1981-1983 (Ekonomi Perusahaan)
E 015. Analisis Karakteristik Produk Sebagai Dasar Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Pembelian Kendaraan Roda Dua Di Kabupaten Wonogiri (Manajemen)
E 016. Analisis Forecasting Penjualan Sebagai Dasar Penetapan Budget Produksi Pada PT Iskandar Indah Printing Textile Di Surakarta (Manajemen)
E 017. Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan PT (Persero) Taman Wisata Candi Borobudur Dan Prambanan (Ilmu Ekonomi)
E 018. Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Berbasis Komputer Pada Perusahaan Konveksi Bio & Ling-Ling Kids Fashion Surakarta (Akuntansi)
E 019. Pengaruh Evaluasi Jabatan, Promosi Dan Pendapatan Pegawai Terhadap Semangat Kerja Di Lingkungan Kantor Biro Perencanaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (Manajemen)
E 020. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Pemakai Jasa Kereta Api Fajar Utama Sebagai Sarana Angkutan Umum Di Kodya Yogyakarta (Ilmu Ekonomi)
E 021. Analisis Z Score Dari Altman Untuk Menilai Kesehatan Finansial Pada Perusahaan Batik Brotoseno Masaran Sragen (Ilmu Ekonomi)
E 022. Evaluasi Struktur Pengendalian Intern Terhadap Pengeluaran Kas Pada PT. Sari Warna Asli Textile Di Surakarta (Akuntansi)
E 023. Penentuan Luas Produksi Optimal Pada Perusahaan Textil PT Sri Rejeki Isman Surakarta(Manajemen)
E 024. Analisis Hubungan Antara Karakteristik Konsumen Dengan Atribut Biro Perjalanan Wisata PT. Tri Makuta Wisata Mas Surakarta (Ilmu Ekonomi)
E 025. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi Pada Usaha KPRI “Karyawan” Cabang Diknas Di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen (Ilmu Ekonomi)
E 026. Analisis Laba Kotor Sebagai Dasar Evaluasi Kebijaksanaan Penetapan Persediaan Pada PT Pancamas Jayaprakarsa Di Surakarta (Ilmu Ekonomi)
E 027. Analisis Pengambilan Keputusan Dalam Perencanaan Laba Dengan Menggunakan Metode Variabel Costing Pada Perusahaan Roti “Mini” Di Surakarta (Ilmu Ekonomi)
E 028. Analisis Penambahan Modal dan Pengaruh Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Industri Mebel Di Pasar Mebel Bibis Surakarta (Ilmu Ekonomi)
E 029. Peranan Analisa Break Even Guna Menyusun Rencana Kerja Anggaran Bagian Perkreditan Pada Koperasi Unit Desa Gondangrejo Kabupaten Karanganyar (Manajemen)
E 030. Perusahaan Kredit Yang Disalurkan KUD Banyudono Utara Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang Kecil Di Kecamatan Banyudono Boyolali (Ilmu Ekonomi)
E 031. Analisis Finansial Untuk Mengukur Tingkat Kinerja Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Harapan Wonogiri Pada Unit Simpan Pinjam (Ilmu Ekonomi)
E 032. Evaluasi Penyelesaian Proyek Dengan Metode Network Planning Pada Perumahan Griya Purwantara Dua Di Surakarta (Manajemen)
E 033. Pengujian Kepatuhan Terhadap Sistem Penjualan Kredit Dengan Metode Attribute Sampling (Studi Kasus Pada Koperasi Industri Batur Jaya Ceper Klaten) (Akuntansi)
E 034. Peranan Distribusi Dalam Perusahaan Plastik Dua Dara Surakarta (Manajemen)
E 035. Analisis Pengaruh Kompensasi Dan Kunjungan Tenaga Penjual Terhadap Volume Penjualan Pada Distributor PT Unilever Indonesia UD Cahaya Agung III Ungaran Tahun 2002 (Ilmu Ekonomi)
E 036. Peranan Pengendalian Intern Terhadap Persediaan, Penjualan, Piutang dan Penerimaan Kas/ Bank Pada PT Bengawantex (Akuntansi)
E 037. Peranan Pengurus KUD Unit Susu Dalam Memberi Motivasi Kepada Peternak Sapi Perah Untuk Menjadi Anggota KUD Unit Susu Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali (Manajemen)
E 038. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Dalam Penjualan Kredit Study Kasus Pada PT Sun Motor Di Surakarta (Akuntansi)
E 039. Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Batik PT. Batik Keris Di Surakarta (Ekonomi Perusahaan)
E 040. Pengaruh Promosi Terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Batik “Noor” Surakarta(Ekonomi Perusahaan)
E 041. Analisis Komparatif Faktor Peserta, Hotel dan Pengangkutan Dalam Penetapan Kebijaksanaan Harga Paket Wisata Pada PT Sahid Gema Wisata Tours & Travel Di Surakarta(Manajemen)
E 042. Faktor-faktor Yang Mendorong Perkembangan Kesempatan Kerja Pada Perusahaan Industri Kecil Logam Cor PT. Aneka Karya Di Daerah Batur Klaten (Ekonomi Perusahaan)
E 043. Pelaksanaan Promosi Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Penjualan Pada Perusahaan Sepatu “Yokohama” Di Surabaya (Manajemen Perusahaan)
E 044. Penentuan Kebijaksanaan Pemberian Kompensasi Dalam Usaha Meningkatkan Hasil Produksi Pada Perusahaan Textil Batik Batari Di Karangasem Surakarta (Manajemen)
E 045. Evaluasi Terhadap Perhitunngan Pajak Pertambahan Nilai Studi Kasus Pada PT. Bintang Utama Di Sukoharjo (Akuntansi)
E 046. Evaluasi Peranan Kegiatan Promosi Dalam Kaitannya Dengan Usaha Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada Perusahaan Batik “Danar Hadi” Di Surakarta (Manajemen)
E 047. Analisa Penilaian Investasi Hubungannya Dengan Ekspansi Pada Perusahaan Industri Pengecoran Logam PT. Aneka Karya Di Batur Klaten (Manajemen)
E 048. Sistem Gaji Dan Upah Dalam Menunjang Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. Sinar Pusaka Tekstil (Ekonomi Perusahaan)
E 049. Pengaruh Kejar paket A dan Pembinaan Ketrampilan Terhadap Perubahan Tingkah Laku Pada Narapidana Penghuni Rutan Surakarta, 1992 (Pendidikan Khusus)
E 050. Peranan Kredit Modal Usaha Dari Badan Kredit Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pedagang Kecil Di Kecamatan Polokarto (Studi Pembangunan)
E 051. Pengaruh Pemeliharaan Karyawan Untuk Meningkatkan Semangat Kerja Di PT Inchcape Mitra Jakarta (Manajemen)
E 052. Pengangguran Terdidik Kota Di Jawa Tengah Suatu Studi Analisa Data Sensus Tahun 1980(Studi Pembangunan)
E 053. Analisis Efektivitas Biaya Promosi Pada Perusahaan Rokok Djitoe Indonesian Tobacco Coy Di Surakarta (Manajemen)
E 054. Kajian Teoritis Terhadap Proses Internasionalisasi Perusahaan Dan Pengalaman Empirik Dari MNC Negara Sedang Berkembang (Ilmu Ekonomi)
E 055. Peranan Budget Sebagai alat Perencanaan Dana Dalam Meningkatkan Efisiensi Pada PT Gandaria Food Industry Di Surakarta (Manajemen)
E 056. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Studi Kasus Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo
E 057. Penggunaan Variabel Budget Sebagai Alat Pengendali Biaya Overhead Pabrik Study Kasus Pada Perusahaan Bihun Cangak Di Sukoharjo (Manajemen)
E 058. Pengaruh Upah Insentif Terhadap Kenaikan Hasil Produksi Pada PT Tri Angga Dewi Di Surakarta (Manajemen)
E 059. Masalah Efisiensi Sumber Dan Penyaluran Dana Pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Manajemen)
E 060. Pola kombinasi Jenis Produksi Yang Optimal Beserta Keseimbangannya Dalam Mencapai Laba Yang Maksimum Pada Perusahaan Tekstil PT Kusumahadi Santosa Surakarta (Manajemen)
E 061. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005 (Ilmu Ekonomi)
E 062. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur (Akuntansi)
E 063. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan terhadap Rentabilitas Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia ( KPRI ) di Kabupaten Jepara Tahun 2002-2004 (Ilmu Ekonomi)
E 064. Pengaruh Lokasi dan Harga Terhadap Keputusan Berbelanja Di Mini Market SARINAH Swalayan Ngalian Semarang (Ilmu Ekonomi)
E 065. Pengembangan Obyek Wisata Serulingmas Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah (Ilmu Ekonomi)
E 066. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV), dan devidend Payout Ratio Terhadap Return Saham (studi pada saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta (Manajemen)
E 067. Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Deterjen Daia Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gebang kabupaten Purworejo (Manajemen)
E 068. Pengaruh Profile dan Size Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Akuntansi)
E 069. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang (Akuntansi)
E 070. Pengaruh Kualitas Produk dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Kerupuk Rambak “DWIJOYO” di Desa Penanggulan Kec. Pegandon Kab. Kendal (Manajemen)
E 071. Analisis Simplex Tentang Kombinasi Produk Yang MenghasilkanBiaya Distribusi Yang Minimum Pada Perusahaan Tegel “CV Abadi” Di Surakarta (Manajemen)
E 072. Perkembangan Industri Kecil Kacang Asin Bogares Tahun 2001-2005 Dan Kontribusinya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Bogares Kidul Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal (Ilmu Ekonomi)
E 073. Peramalan Kebutuhan Dan Pemenuhan Dana Pada Perusahaan Tegel CV. Jasa Setia Sukoharjo (Manajemen)
E 074. Peranan Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam Penentuan Harga Jual Perusahaan Tegel Sri Dadi Di Karanganyar (Manajemen)
E 075. Analisa Keputusan Penambahan Gudang Di Dalam Usaha Meningkatkan Tingkat Keuntungan Pada Cabang Perusahaan Jawatan Pegadaian Bekonang (Manajemen)
E 076. Peranan Analisa Rentabilitas Ekonomi Dalam Rangka Expansi Perusahaan Study Kasus Pada PT. Saari Warna Asli Textile Industry Di Surakarta (Manajemen)
E 077. Pengaruh Ketidakseimbangan Promotional Mix Dalam Pengembangan Penjualan Produk Wynn’s (Ekonomi Perusahaan)
E 078. Penggunaan Economic Order Quantity Untuk Meningkatkan Efisiensi Persediaan Pada PT IPM (Akuntansi)
E 079. Pengaruh Strategi Pengembangan Produk Terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Jamu “Klanceng” Di Kudus (Manajemen)
E 080. Analisa Laporan Keuangan Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Pada Pabrik Tekstil Batik Batari Di Surakarta
E 081. Evaluasi Dan Perencanaan Saluran Distribusi Produk Garmant PT Barik Keris Di Surakarta(Manajemen)
E 082. Pengaruh Pengawasan Persediaan Bahan Baku Terhadap Efisiensi Biaya Produk Pada PT. Gandaria Food Industri Surakarta (Manajemen)
E 083. Analisis Sikap Konsumen Dan Segmentasi Pasar Pada Bank Danamon Di Jalan Diponegoro Yogyakarta (Manajemen)
E 084. Penerapan Model Stokastik Dalam Kebijaksanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kertas Pada PT. Pabelan Surakarta (Manajemen)
E 085. Kemungkinan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Di PT Perkebunan XV-XVI (Persero) Pabrik Gula Colomadu (Akuntansi)
E 086. Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pengadaan Aktiva Tetap (Studi Kasus Pada BUMN Ambarukmo Palace Hotel) (Akuntansi)
E 087. Pengaruh Brand Strategy Terhadap Peningkatan Volume Penjualan The Bungkusan Pada PT Perkebunan XII Bandung (Manajemen)
E 088. Strategi Pemasaran Pengecer Rokok Dalam Meningkatkan Pendapatan Di Kodya Surakarta Tahun 1987 (Manajemen)
E 089. Evaluasi Kebijakan Promosi Terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Penerbitan Dan Percetakan Pabelan Surakarta (Manajemen)
E 090. Faktor Yang Mendorong Pemilikan Rumah Yang Disalurkan Lewat KPR BTN (Studi Kasus Di Perumnas Tamanwinangun Kebumen) (Studi Pembangunan)
E 091. Pengaruh Pendidikan dan Latihan Terhadap Moral Disiplin Kerja Karyawan Pada kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi VI Di Semarang (Manajemen)
E 092. Analisa Pemenuhan Dan Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja Pada Perusahaan Batik Liris Di Grogol Sukoharjo (Ekonomi Perusahaan)
E 093. Pengaruh Pajak Terhadap Distribusi Pendapatan (Studi Kasus Di Dukuh Batur Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan  Ceper, Kabupaten Klaten (Ilmu Ekonomi)
E 094. Penggunaan Metode Time And Masterial Princing Dalam Penentuan Harga Jual Jasa (Studi Kasus Pada Bengkel PT Sumber Motor Sakti Di Surakarta) (Ilmu Ekonomi)
E 095. Tinjauan Aspek Perilaku Manusia Dalam Proses Penyusunan Anggaran Pada PT Industri Telekomunikasi Indonesia Di Bandung
E 096. Studi Kelayakan Rencana Renovasi Dan Pengembangan Hotel Sanastri Dengan Penambahan Fasilitas Hiburan (Ilmu Ekonomi)
E 097. Analisa Penerapan Harga Jual Tegel Berdasarkan Harga Pokok Dan Pengaruhnya Terhadap Volume Penjualan Tegel “SAMUDRA ” Di kabupaten KLATEN (Ilmu Ekonomi)
E 098. Analisa Perubahan Laba Kotor Pada Perusahaan Abon Cap “Burung” Di AMPEL, BOYOLALI Tahun 1980 S/D 1982 (Ilmu Ekonomi)
E 099. Analisa Kelayakan Ekonomis Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Penggantian Nesin Pada Perusahaan Plastik TRI JAYA Di Surakarta (Manajemen)
E 100. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Rentabilitas Usaha Perajin Cor Logam Anggota Koperasi Batur JAYA Ceper KLATEN (Manajemen)

E 101. Suatu Tinjauan Tentang Kondisi Sosial Ekonomi Para Pengemudi Becak Di Kotamadya Surakarta  (Ekonomi Umum)
 
E 102. Analisa Perbandingan Sistem Pengendalian Persediyaan Bahan Baku Pada Perusahaan Rokok “Pusaka Hidup ” Semarang  (Manajemen)
E 103. Respons Masarakat Miskin Di Kecamatan ANDONG ,Kabupaten Boyolali Terhadap Transmigasi (Studi Kasus Tentang Masarakat Miskin Yang Tidak Mau Bertansmigrasi) (Ekonomi Umum)
E 104. Analisa Effisiensi Penggunaan Modal Kerja Dalam Persediyaan Bahan Baku , Studi Kasus Pada Perusahaan Pokok ” RORO MENDUT” Di Surakarta (Manajemen)
E 105. Usaha Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Pemilihan Tehnologi Dan Pemanfaatan  Nilai Potensiil Yang Ada Di Desa Siwal Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo (Ilmu Ekonomi)
E 106. Manfaat Analisis Laporan Dengan Persentase Perkomponen Dan Pembandingan Laporan Keuangan Dalam Rangka MengetahuiTingkat Efisiensi Penggunaan Dana Pada Perusahaan Rokok Kretek “Kebayak ” Di ngajuk  (Manajemen)
E 107. Kebijaksanaan Pemilihan Media Promosi Dalam Usaha Meningkatkan Volume Penjualan Pada P.T. IDOMOTO Di Surakarta (Ekonomi Perusahaan)
E 108. Pengruh Tingkat Pendapatan Konsumen TerhadapMotif Pembelian Telefisi Berwarna Di Kabupaten Sragen (Manajemen)
E 109. Efaluasi Rencana Kerja Dengan Menggunakan Analisa Netwark Pada Proyek Pembangunan Kantor Bank Daerah Oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dati II Magelang  (Manajemen)
E 110. Evaluasi Sistem Pengendalian Interent Persediaan  Studi Kasus Pada Perum Perhutani KPH Surakarta
E 111. Analisa Financial Leverage Dan Pengaruhnya Terhadap Likuiditas Dan Rentabilitas Moral Sendiri Pada P.T. Iskandartex Di Surakarta
E 112. Studi Kelayakan  Pada Pendirian Hotol Berbintang Empat Di Surakarta (Manajemen)
E 113. Analisa Impas Guna Mengetahui Adanya Koordinasi Yang Tepat Dalam Penentuan Harga Jual Dan Volume Penjualan Pada Perusahaan Kembang Gula “Davit/Warga Di Surakarta (Manajemen)
E 114. Peranan Lintas Kritis Terhadap Skedul Kegiyatan Dengan Efisiensi Kerja Pada Pembangunan MotelPondok Persada Bengawan Di Taman Jurug Surakarta (Manajemen)
E 115. Studi Tentang Kredit Investasi Kecil Dalam Rangka Mendorong Perkembangan Pengusaha Ekonomi Lemah Di Kotamadya Surakarta (Ekonomi Umum)
E 116. Pengaruh Labour Turn Over Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Langsung Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Textiel PT Asiatex Di Karang Pilang Surabaya Jawa Timur (Manajemen)
E 117. Penelaahan Kwalitas Produk Akhir Pada Perusahaan Tekstil “Batik Batari” Surakarta(Manajemen)
E 118. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Besar Kecilnya Tabungan Masyarakat (Study Kasus Di Kotamadya Surakarta) (Ekonomi Umum)
E 119. Analisis Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Dan Penyerapan Tenaga Kerja Periode 1985-1995 Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Pembangunan)
E 120. Analisa Perubahan Laba Kotor Pada Kasus PT Indo Vetsin Di Surakarta (Manajemen)
E 121. Analisis Pengaruh Kredit Usaha Tani Terhadap Peningkatan Produksi Petani Tebu Rakyat Intensifikasi (Studi Kasus Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) (Studi Pembangunan)
E 122. Analisis Potensi Dan Kelayakan Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang (Manajemen)
E 123. Analisis Hubungan Antara Penanaman Modal Asing Dengan Pertumbuhan Industri Di Indonesia Dalam Repelita III (Studi Pembangunan)
E 124. Analisis Rencana Investasi Perluasan Usaha Hotel Restu Di Yogyakarta (Manajemen)
E 125. Pengaruh Penerapan Sistem Biaya Standar Terhadap Efisiensi Biaya Pada Perusahaan Gajah Plastik Palur Surakarta (Ekonomi Perusahaan)
E 126. Kebijaksanaan Pengendalian Kualitas Produk Guna Meningkatkan Volume Penjualan Pada Pabrik Mori dan Tekstil “Batik” Di Sleman (Manajemen)
E 127. Analisa Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Konsumen Pembelian Jasa Kursus Komputer Di Surakarta (Manajemen)
E 128. Analisa Efisiensi Pemakaian Bahan Baku Pada Perusahaan Plastik Diana Di Grogol Sukoharjo (Manajemen)
E 129. Beberapa Faktor Penghambat Kredit Candak Kulak Terhadap Bakul Kecil Dipedesaan Yang Disalurkan Lewat KUD Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali (Ilmu Ekonomi)
E 130. Kebikjaksanaan Investasi Persediaan Dalam Rangka Usaha Menunjang Kontinuitas Perusahaan Pada Perusahaan Tekstil PT. Sandang Kusuma Indonesia Di Surakarta. (Ilmu Ekonomi)
E 131. Penetapan Kebijaksanaan Optimalisasi Produksi Sebagai Dasar Perluasan Produksi Study Kasus Pada Perusahaan Konveksi “PHILLY TAYLOR”Di Semarang. (Ilmu Ekonomi)
E 132. Analisa Pengaruh Pemilihan Jenis Film Dan Harga Jual Karcis Terhadap Volume Penjualan, Studi Kasus Pada “BANYUMANIK THEATRE” Di Semarang. (Ilmu Ekonomi)
E 133. Analisis Pengaruh Penggunaan Kredit Pedesaan Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. (Studi Pembangunan)
E 134. Sistem Pengendalian Intern Terhadap Persediaan Barang (Studi Kasus UD “Sumber Arta” Surakarta)  (Akuntansi)
E 135. Analisis Biaya-Volume-Laba Untuk Perencanaan Laba Dengan Mempertimbangkan Ketidakpastian Studi Kasus Pada Perusahaan Percetakan Asia Offset Di Surakarta
E 136. Penilaian Struktur Pengendalian Intern Pembelian Bahan Baku Pada PT Baja Kurnia Ceper(Akuntansi)
E 137. Sikap Akuntan Publik Terhadap Advertensi Jasa Akuntan Publik (Survey Terhadap Akuntan Publik Di Jawa Tengah) (Akuntansi)
E 138. Surat Berharga Komersial (Commercial Paper) Sebagai Alternatif Pembiayaan Jangka Pendek Perusahaan Pada Koandisi Inflasi (Akuntansi)
E 139. Akuntansi Sumber Daya Manusia Dengan Menggunakan Metode Cost Historis Untuk menilai Efisiensi Sumber Daya Manusia (Akuntansi)
E 140. Evaluasi Kebijaksanaan Pemilihan Alat Promosi Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Studi Kasus Pada Perusahaan Batik Semar Di Surakarta (Manajemen)
E 141. Penentuan Pola Produksi Untuk Mencapai Incremental Cost Minimum Pada Perusahaan Rokok “Djitoe” Di Surakarta (Manajemen)
E 142. Analisa Pulang Pokok Sebagai Dasar Perencanaan Laba dan Pemanfaatan Kapasitas Produksi Pada Perusahaan Tembakau Asapan “Purwoko” CV Sari Pangan Banyudono Boyolali(Manajemen)
E 143. Pengaruh Perluasan Produk Mix Terhadap Laba Kotor Pada PT Adisatex Di Jaten Karanganyar (Manajemen)
E 144. Peranan Analisa Break Even Sebagai Dasar Untuk Merealisasikan Laba Pada Perusahaan Pengomprongan Tembakau Jawa “CV Sari Pangan” Di Banyudono Boyolali (Manajemen)
E 145. Analisa Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Perusahaan Tahun 1997 Pada PT Batik Keris Surakarta (Manajemen)
E 146. Analisa Periulaku Konsumen Terhadap Atribut Produk Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Aksesoris Pada Galeri 24 Unit Toko Emas Perum Pegadaian Surakarta  (Manajemen)
E 147. Studi Kelayakan Penambahan Mesin Printing Pada PT. Batik Keris Surakarta
E 148. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di Indonesia Periode 1981 – 2000 (Studi Pembangunan)
E 149. Penerapan Budget Produksi Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Harga Pokok Produksi Pada PT Cahaya Surya Tunas Tapioka Di Sonoharjo Wonogiri (Manajemen)
E 150. Evaluasi Terhadap Efektivitas Periklanan Dalam Hubungannya Dengan Usaha Peningkatan Volume Penjualan Pada Perusahaan Sirup Adia Tirta Di  Surakarta (Manajemen)
E 151.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Pande Besi (Studi Kasus Di Desa Karangtengah Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul) (Studi Pembangunan)
E 152. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja Wanita Di Pedesaan (Study Kasus Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo) (Studi Pembangunan)
E 153. Penentuan Jumlah Tenaga Penjualan Yang Optimal Guna Meningkatkan Volume Penjualan Pada Perusahaan Air Minum Mineral Total Di Surakarta (Manajemen)
E 154. Analisis Kinerja Masing-Masing Sektor Pada Produk Domestik Regional Bruto Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Pembangunan)
E 155. Pengaruh Kekuasaan Sosial Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Keadilan Prosedural Sebagai Pemediasi (Study Pada Quality Hotel Solo) (Manajemen)
E 156. Analisis Finasial Untuk Mengukur Tingkat Kinjer Koperasi Warga Harapan Pada Unit Simpan Pinjam (Manajemen)
E 157. Sikap Konsumen Terhadap Warung Sate Podomoro Di Jalan Mataram Yogyakarta(Manajemen)
E 158. Masalah Saluran Distribusi Hasil Produksi PT Sari Husada Yogyakarta (Ekonomi Perusahaan)
E 159. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pemilihan Tempat Kost Di Sekitar Kampus UNS Surakarta (Manajemen)
E 160.  Pelaksanaan Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Penghasilan Pada Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta (Manajemen)
E 161. Analisis Pengaruh Harga, Kualitas, Aroma  Dan Daya Tahan Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Menggunakan Obat Nyamuk Bakar Baygon Di Desa Randusari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali (Manajemen)
E 162. Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada Perusahaan Genteng Beton Usaha Keluarga Mahardika Di Sukoharjo (Manajemen)
E 163. Hubungan Pengawasan Dengan Disiplin Kerja Pegawai Pada Bengkel Dinamo Suroto Di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta (Manajemen)
E 164. Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Hasil Penjualan Pada PT. Tirta Mirasa Di Pati(Manajemen)
E 165. Analisis Ratio Keuangan Sebagai Alat Untuk Mengukur Efisiensi Pengelolaan Dana Pada KUD Banyudono Selatan Boyolali (Manajemen)
E 166. Aplikasi Analisis Break Even Point Dan Contribution Margin Ratio Untuk Menentukan Jenis Produk Yang Paling Menguntungkan Pada Perusahaan Mori Dan Tekstil “Batik” Di Kecamatan Buaran Kota Pekalongan (Manajemen)
E 167. Pengaruh Bahasa Iklan Ramah Lingkungan Dan Bukan Ramah Lingkungan Terhadap Minat Beli Konsumen Untuk Produk Lemari Es Toshiba Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Manajemen)
E 168. Pengaruh Pemberian Penghargaan Dan Upah Intensif Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Koesoma Nanda Putra Klaten (Manajemen)
E 169. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen (Nasabah) Terhadap Pelayanan Bank Panin Solo (Manajemen)
E 170. Analisis Fasilitas Layout Pada Perusahaan Genteng Beton Ringan Pandu Surakarta(Manajemen)
E 171. Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Likwiditas Dan Rentabilitas Pada Perusahaan Tekstil Pantun Inviteks Di Ceper Klaten (Manajemen)
E 172. Pengaruh perubahan sistem seleksi penerimaan pegawai terhadap usaha peningkatan prestasi kerja pada RT. Batik Keris di Surakarta  (Manajemen)
E 173. Analisis Potensi Pariwisata Waduk Cengklik di Kabupaten Boyolali (Ekonomi Pembangunan)
E 174. Analisa biaya pemasaran menurut jenis produk studi kasus pada PT. PRIMISIMA di yogyakarta  (Manajemen)
E 175. Penggunaan informasi akutansi penuh untuk penentuan harga jual air minum yang diatur dengan peraturan pemerintah pada perusahaan daerah air minum kabupaten dati II Rembang (Manajemen)
E 176. Pemilihan alternatif pola produksi untuk mendapatkan biaya tambahan minum pada perusahaan kertas Indonesia Cone di Sukoharjo  (Manajemen)
E 177. Analisa pengaruh faktor pendidikan, masa kerja, dan loyalitas kerja Financial advisor terhadap volume penjualan polis asuransi pada bank assurance-lipo life distrik Jateng di Surakarta(Manajemen)
E 178. Analisa kelayakan usaha jasa servis telepon pada PT. Tritama Aji Elekom di Surabaya(Manajemen)
E 179. Analisa hubungan perencanaan tenaga kerja dengan perencanaan pengembangan fasilitas pada PT. Indotirta Jaya Abadi di Semarang (Manajemen)
E 180. Peranan analisa biaya, volume dan laba pada penentuan kebijaksanaan operasional untuk menjamin pencapaian laba perusahaan (studi kasus di Hotel Kusuma Kartika Sari) (Akuntansi)
E 181. Penerapan variabel costing dalam pengendalian biaya produksi pada PT. sari Husada di Yogyakarta (Manajemen)
E 182. Penentuan harga jual masing-masing produk sebagai dasar perencanaan profit margin pada perusahaan kecap bawang di Porwodadi (Manajemen)
E 183. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Manajemen)
E 184. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Kppd Provinsi Diy Di Kota Yogyakarta (Akuntansi)
E 185. Analisa penerapan deskripsi jabatan dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan pada PT. Batik Dewi Kunti di Sukoharjo (Manajemen) 
E 186. Analisis tingkat kerusakan produk pada PT. Sony Electronics indonesia di Bekasi(Manajemen)
E 187. Strategi dan pengaruh pengembangan produk terhadap perubahan volume penjualan jasa Hotel Garuda di Banjarnegara  (Manajemen)
E 188. Penge,bangan tenaga kerja dalam hubungan dengan penempatan tenaga kerja dan peningkatan volume produksi pada perusahaan rokok PT. Pancamas Jayaprakasa Telukan Grogol Sukoharjo (Manajemen)
E 189. Analisa persepsi penumpang terhadap atribut jasa angkutan Bus (AC) Air Condition perusahaan PO. Tunggal Daya Wonogiri  (Manajemen)
E 190. Analisa pengaruh umur, jenis kelamin, daya beli dan status tempat tinggal terhadap perilaku konsumen dalam menilai atribut-atribut yang ada pada Toserba Mitra Kartosura (studi kasus mahasiswa UNISRI) (Manajemen)
E 191. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta  (Akuntansi)
E 192. Pengaruh perhitungan harga pokok produk terhadap laporan rugi laba dengan analisis metode harga pokok penuh dan metode harga pokok variabel pada perusahaan batik tulis cap Brotoseno di Masaran Sragen   (Manajemen)
E 193. Analisis pemasaran serba aneka dan pengaruhnya terhadap volume penjualan pada perum Sang Hyang seri cabang Jawa tengah dan DIY (Manajemen)
E 194. Korelasi antara upah dan hubungan manusiawi terhadap produktivitas kerja pada PT. Lombok Gandaria Foods Industry di Surakarta (Manajemen)
E 195. Analisa pengaruh kebijakan penarikan sumber dana jangka panjang terhadap kepentingan pemegang saham biasa pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) di Surakarta
E 196. Pengaruh stadarisasi, latihan kerja dan pengalaman kerja karyawan bagian supervisior terhadap produktivitas kerja pada PT. SOLO MURNI unit produksi bangak Surakarta (Manajemen)
E 197. Analisa luas produksi sebagai peningkatan produk optimal pada perusahaan cor logam buana baru indah di Batur Ceper Klaten  (Manajemen)
E 198. Analisa Penyusunan anggaran biaya produksi untuk memperoleh laba pada perusahaan Shuttle Cock Romeo Yogyakarta (Manajemen)
E 199. Pengaruh kebijak sanaan pimpinan terhadap tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas pada perusahaan alumunium Yamusu di Juana di Pati (Manajemen)
E 200. Studi kelayakan rencana ekspansi pada perusahaan makanan ternak Puspera di Klaten(Manajemen)
E 201. Evaluasi terhadap perubahan struktur modal yang disebabkan adanya tambahan hutang jangka pankang pada PT Lombok Gandaria Foods Industri Surakarta (Manajemen)
E 202. Analisis break even sebagai alat perencanaan laba studi kasus pada perusahaan garam beryodium apel merah di Kaliori Rembang  (Manajemen)
E 203. Perhitungan selisih biaya bahan baku untuk efisiensi penggunssn bahan baku pada perusahaan pengrajin tas Gitar di Surakarta  (Manajemen)
E 204. Pengaruh bauran pemasaran terhadap omzet penjualan surat kabar harian Suara Merdeka di Surakarta  (Manajemen)
E 205. Analisis penganekaragaman produc promotion terhadap peningkatan volume penjualan pada Hotel Sahid Kusuma Surakarta (Manajemen)
E 206. Hubungan motifasi financial, motifasi non financial motifasi sosial terhadap semangat kerja bagi karyawan pada PT Mekar Armada Jaya (New Armada) di Magelang (Manajemen)
E 207. Evaluasi terhadap efektifitas periklanan dalam hubungan dengan usaha peningkatan volume penjualan pada perusahaan Sirup Adia Tirta di Surakarta  (Manajemen)
E 208. Peranan Akuntansi Biaya Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Biaya Produksi Atas Dasar Pesanan Pada PT. Caladi Lima Sembilan Di Bandung (Akuntansi)
E 209. Peranan pengawasan pada Divisi cold strorage dakam menjaga mutu ikan ekspor di PT Cejamp Semarang (Manajemen)
E 210.  Evaluasi pemgaruh penggunaan modal, asing sebagai sumber permodalan ekspansi pada perusahaan Soun Cap Matahari di Klaten (Manajemen)
E 211. Peramalan kebutuhan dan pemenuhan dana dalam usaha meningkatkan penjualan pada CV Karya Sentosa Sukoharjo (Manajemen)
E 212. Analisa Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada Perusahaan Tegel CV Jasa Setia Sukoharjo (Manajemen)
E 213. Analisa kredit modal kerja terhadap peningkatan laba usaha pedagang kelontong di Kabupaten Boyolali (Manajemen)
E 214. Evaluasi terhadap penerapan kebijaksanaan penjualan kredit elektronika dan furniture PT Hadi Putra Mandiri cabang Solo pada tahun 1993-1996 (Manajemen)
E 215. Pengaruh program antar kerja antar Negara (AKAN) dan antar kerja antar Daerah (ALAD) terhadap jumlah pencari kerja yang terdaftar dalam dinas tenaga kerja Kabupaten Wonogiri (studi kasus pada : Dinas tenaga kerja kabupaten Wonogiri) (Manajemen)
E 216. Pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap produktifitas kerja karyawan pada perusahaaan kerajinan Batu Mulia Sri Giri Sejati si Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri (Manajemen)
E 217. Evaluasi kebijakan capital expenditure dalam upaya mengembangkan usaha (dengan pendekatan uncertainty) pada perusahaan pakan ternak serta Poultry shop Banjarnegara(Manajemen)
E 218. Analisis penentuan kombinasi media periklanan untuk mendapatkan tingkat penggungkapan yang maksimal pada “Atrium Theare” di Solo Baru Sukoharjo  (Manajemen)
E 219. Penerapan Budget penjualan sebagai alat pengendalian produksi pada PT Tiga Serangkai Solo(Manajemen)
E 220. Analisis perilaku konsumen terhadap jasa Bus Pariwisata PO Tani Jaya Yogyakarta (Manajemen)
E 221. Analisa Perilaku produk sampingan sebagai pengurang biaya produksi produk utama pada penggilingan padi dan penyosohan beras “Karya Bakti” di Desa Sawahan Ngemplak Boyolali(Manajemen)
E 222. Faktor-faktor yang mnempengaruhi rentabilitas modal sendiri pada PT. Kusumatex Yogyakarta(Manajemen)
E 223. Pengaruh program antar kerja antar Negara (AKAN) dan antar kerja antar Daerah (ALAD) terhadap jumlah pencari kerja yang terdaftar dalam dinas tenaga kerja Kabupaten Wonogiri (studi kasus pada : Dinas tenaga kerja kabupaten Wonogiri) (Manajemen)
E 224. Pengaruh Upah Lembur Dan Borongan Terhadap Peningkatan Volume Produksi Pada Perusahaan CV Gamelan Pradangga Yasa Desa Papringan Di Yogyakarta (Manajemen)
E 225. Analisis Optimalisasi Penjualan Produk Line Dalam Rangka Maksimisasi Keuntungan (Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Sepatu CV. Sadinoe Surakarta) (Manajemen)
E 226. Hubungan Antara Pengawasan Dan Loyalitas Pegawai Dengan Kelancaran Tata Kerja Pada PT Indovetsin Surakarta (Manajemen)
E 227. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada Pabrik Plastik Dua Dara Di Surakarta (Manajemen)
E 228. Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja Terhadap Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Di Perusahaan Rokok Klampok Dan GOR Kudus (Manajemen)
E 229. Perbandingan Harga Saham Perdana Aktual Dengan Harga Saham Perdana Berdasar Analisis Fundamental Pada Pasar Modal Indonesia (Studi Kasus Pada Beberapa Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta) (Manajemen)
E 230. Analisis Terhadap Penggunaan Metode Jaringan Kerja Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengawasan Proyek Pada CV Sumber Teknik Surakarta (Manajemen)
E 231. Analisis Pengaruh Persepsi Upah dan Kondisi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan : Studi Pada Karyawan Produksi PT. Panca Bintang Tunggal Sejahtera Di Sukoharjo (Manajemen)
E 232. Analisis Keseimbangan Kapasitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Pabrik Gula Ceper Baru Di Klaten (Manajemen)
E 233. Peramalan Penjualan Susu Pada Perusahaan Susu PT Sari Husada Yogyakarta (Manajemen)
E 234. Analisis Hubungan Antara Upah, Tunjangan, Lingkungan Kerja Dan Komunikasi Dengan Semangat Kerja Karyawan Pada PT. Menara Kartika Buana Surakarta (Manajemen)
E 235. Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Minat Beli Produk Pasta Gigi Di Desa Singopuran Dan Desa Ngabeyan Kecamatan Kartasura (Manajemen)
E 236. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Para Pengusaha Inndustri Kapas Di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten (Manajemen)
E 237. Analisis Penjualan Untuk Menentukan Pola Produksi Dalam Hubungannya Dengan Kapasitas Mesin Yang Tersedia Pada Perusahaan Tegel UD Sri Dadi Di Jaten Karanganyar (Manajemen)
E 238. Hubungan Antara Karakteristik Konsumen Dan Persepsinya Terhadap Beberapa Atribut Pelayanan Jasa Pada Biro Perjalanan Tour dan Travel CV Rosalia Indah Di Surakarta (Manajemen)
E 239. Pengaruh Pendidikan Dan Prestasi Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Perusahaan Roti Liwes Surakarta. (Manajemen)
E 240. Analisi Pengaruh Pelayanan Dan Kenaikan Tarif Terhadap Sikap Konsumen Pada Puskesmas Wonogiri I Di Wonogiri (Manajemen)
E 241. Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Penjualan Dan Piutang Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Kas Pada PT. ISK (Akuntansi)
E 242. Analisis Faktor-Faktor Untuk Menentukan Strategi Bersaing Dalam Usaha Meningkatkan Laba Perusahaan Pada PT. Indologistics Di Surakarta (Manajemen)
E 243. Analisis Kebijakksanaan Bauran Pemasaran Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Makanan Ternak Di PT Brantas Pelletizing Factory Palur (Manajemen)
E 244. Pengaruh Biaya Periklanan Dan Publisitas Terhadap Peningkatan Jumlah Siswa Pada Lembaga Bimbingan Belajar Pioner Di Palur Surakarta (Manajemen)
E 245. Peranan Pengukuran Kerja Sebagai Pengendalian Terhadap Rencana Waktu Produksi Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil PT. Wonorejo Katon Di Surakarta (Manajemen)
E 246. Analisis Tarip Biaya Overhead Pabrik Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Pada PT. Jaya Metal Mulia Corp Sukoharjo (Manajemen)
E 247. Analisis Keterkaitan Karakteristik Konsumen Terhadap Beberapa Atribut Produk Di Bank Bumi Daya Studi Kasus Di Kotamadya Pekalongan (Manajemen)
E 248. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Volume Penjualan Antara Obat Tetes Mata Insto Dan Visine (Manajemen)
E 249. Peranan Pengukuran Kerja Sebagai Pengendaliann Terhadap Rencana Waktu Produksi Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil PT. Wonorejo Katon Di Surakarta (Manajemen)
E 250. Analisis Optimalisasi Produk MIX Penjual Jamu Gendong Di Kecamatan Ampel Boyolali(Manajemen)
E 251.Pengaruh Biaya Periklanan Dan Publisitas Terhadap Peningkatan Jumlah Siswa Pada Lembaga Bimbingan Belajar Pioner Di Palur Surakarta (Manajemen)
E 252. Analisis Hubungan Antara Upah, Tunjangan, Lingkungan Kerja Dalam Upaya Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan Pada PT. P2G Madubaru Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta (Manajemen)
E 253. Analisis Kredit Truck Tronton Sebagai Angkutan Barang Terhadap Pendapatan Pengusaha CV. Usaha Baru Transindo Di Wonogiri (Manajemen)
E 254. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produk Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada PT. Koesoema Nanda Putra Klaten (Manajemen)
E 255. Analisis Laba Kotor Dalam Kaitannya Dengan Kebijaksanaan Penetapan Tarif Jasa Angkutan Kereta Api Express Senja Bengawan Solo (Manajemen)
E 256. Analisis Pengaruh Pengembangan Produk Terhadap Penjual Pada CV. Mentari Surakarta(Manajemen)
E 257. Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Pimpinan Dengan Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT “Indo Cali Plast” Di Grogol Sukoharjo (Manajemen)
E 258. Peranan Kredit Umum Pedesaan Dari Badan Kredit Kecamatan (BKK) Terhadap Usaha Peningkatan Keuntungan Pengrajin Genteng Di Kebakramat (Manajemen)
E 259. Pengaruh Perilaku Dan Pengalaman Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja Pada Perusahaan Sirup Adia Tirta Di Surakarta (Manajemen)
E 260.  Analisis Kebijakan Pemilihan Sumber Dana Dalam Usaha Untuk Meningkatakan Pendapatan Perlembar Saham Pada PT Mentari Metal Pratama Di Jakarta (Manajemen)
E 261. Pengaruh Absensi, Status Perkawinan dan Motivasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Langsung Pada Perusahaan The PT. Pagilaran Di Yogyakarta (Manajemen)
E 262. Pengaruh Sistem Imbalan Jasa Terhadap Perputaran Tenaga Kerja Bagian Produksi Pada Perusahaan Batik Keris Sukoharjo (Manajemen)
E 263. Peranan Sistem Pemberian Premi Dalam Usaha Untuk Meningkatkan Produksi Pada PT. Intraco Mandiri Unit Pembekuan Ikan  Dan Udang Semarang (Manajemen)
E 264. Penggunaan Analisis Network Dalam Perencanaan Dan Pengawasan Proyek Pembangunan Gedung Los Kerja Pengecoran Baja Pada Perusahaan Jasa Konstruksi CV Swadaya Berdikari Surakarta (Manajemen)
E 265. Analisis Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Kompensasi Dan Latihan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Petugas Dinas Luar Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Di Kartasura(Manajemen)
E 266. Analisis Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Dan Pelatihan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Petugas Dinas Luar Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Di Surakarta (Manajemen)
E 267. Pengaruh Upah Dan Hubungan Manusiawi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT Alam Solo Jatisrono Wonogiri (Manajemen)
E 268. Peranan Konsep Biaya Relevan Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Menghentikan Proses Produksi Sementara Atau Tetap Berproduksi Pada Perusahaan Tapioka PT. Sukoharjo Makmur Abadi Di Desa Genengsari Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo (Manajemen)
E 269. Penerapan Budget Penjualan Sebagai Alat Pengendalian Produksi Pada PT Tiga Serangkai Solo (Manajemen)
E 270. Studi Evaluasi Efisiensi Kelompok Industri Makanan Dan Minuman Sebelum Dan Setelah Go Publik (Manajemen)
E 271. Pengaruh Pendidikan Dan Latihan Kerja Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Tritama Aji Elekom Di Surakarta (Manajemen)
E 272. Peranan Pemberian Upah Dan Fasilitas Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Restu Aji Manunggal Di Surakarta (Manajemen)
E 273. Pembentukan Pusat Laba Dalam Kerangka Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen (Studi Kasus Pada PT Hibrida Niaga Putra) (Manajemen)
E 274. Pengaruh Pendidikan Dan Prestasi Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Perusahaan Roti Luwes Surakarta (Manajemen)
E 275. Pengaruh Upah Dan Hubungan Manusiawi Terhadap Semangat Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT Alam Solo Jatisrono Wonogiri (Manajemen)
E 276. Analisis Efektivitas Saluran Distribusi Pada Perusahaan Makanan Ternak Puspetasari Di Klaten (Manajemen)
E 277. Hubungan Kesehatan Dan Pengalaman Terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada Perusahaan Textil Robhitex Di Ceper Klaten (Manajemen)
E 278. Pengaruh Promosi Dan Saluran Distribusi Terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Plastik Dua Dara di Surakarta (Manajemen)
E 279. Perumusan Strategi Bersaing Pada Industri Getuk Pisang Di Kotamadya Kediri (Manajemen)
E 280. Pengaruh Lingkungan Kerja, Mesin, Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan Terhadap Keselamatan Kerja Karyawan Pada PT Alis Jaya Ciptatama Ceper Klaten (Manajemen)
E 281. Pengaruh Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada CV.  Afantex Di Jaten (Manajemen)
E 282. Evaluasi Kinerja Koperasi Pegawai Republik Indonesia “Guru” (Guyub Rukun) Gemolong(Manajemen)
E 283. Pengaruh Pemberian Tunjangan Kepada Karyawan Tetap Terhadap Peningkatan Hasil Produksi Pada PT. Nusadipa, Banyudono, Boyolali (Manajemen)
E 284. Analisis Upah Kerja Pada Perusahaan Garam Beryodilum UD. Kalian Kecamatan Batangan Pati (Manajemen)
E 285. Analisis Tingkat Kerusakan Produk Untuk Menjaga Kontinuitas Produksi Pada Percetakan Harapan Baru Solo (Manajemen)
E 286. Analisis Pengawasan Proses Produksi Guna Meningkatkan Mutu Produk Yang Dihasilkan Pada PT Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (Manajemen)
E 287. Resepsi Konsumen Terhadap Atribut Produk Pada Beberapa Merk Deterjen Di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Dati II Sukoharjo (Manajemen)
E 288. Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Perubahan Volume Penjualan Pada PT Carpet Indonesia Di Semarang (Manajemen)
E 289. Pengaruh Upah Dan Jaminan Sosial Terhadap Produktivitas Perusahaan Pada Industri Kerajinan Pisau Di Koripan Klaten (Manajemen)
E 290. Analisis Efisiensi Biaya Distribusi Dalam Usaha Meningkatkan Volume Penjualan Dan Keuntungan Pada Perusahaan Kue Satu “ABC” Di Purworejo (Manajemen)
E 291. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pengrajin Sangkar Burung Di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres (Manajemen)
E 292. Evaluasi Perubahan Struktur Modal Yang Disebabkan Penarikan Hutang Jangka Panjang Pada PT Lombok Gandaria Food Industry Surakarta (Manajemen)
E 293. Pengaruh Semangat Kerja Dan Human Relations Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Perusahaan CV Pratama Adi Jaya Di Klaten (Manajemen)
E 294. Analisis Biaya Distribusi Sebagai Dasar Pertimbangan Dalam Penentuan Batas Minimal Pesanan Minyak Tanah Pada PT Sumber Tri Jaya Di Surakarta (Manajemen)
E 295. Pengaruh Mutasi Dan Kedisiplinan Kerja Terhadap Semangat Kerja Pegawai Rumah Sakit Bersalin Dentatama Di Sragen (Manajemen)
E 296. Analisis Differensiasi Produk Sebagai Strategi Untuk Meningkatkan Hasil Penjualan Berdasarkan Pendekatan Biaya Pada Perusahaan Limun “Jago” Rembang (Manajemen)
E 297. Peranan Pengawasan Kualitas Sebagai Dasar Dalam Menentukan Tingkat Kerusakan Produk Akhir Yang Paling Minimum Pada Perusahaan Citra Sasirangan Banjarmasin (Manajemen)
E 298. Analisis Efektivitas Saluran Distribusi Pada Perusahaan Makanan Ternak Puspetasari Di Klaten (Manajemen)
E 299. Analisis Beberapa Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Perusahaan Daerah Percetakan Kota Madya Semarang (Manajemen)
E 300. Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Kepemimpinan Dengan Semangat Kerja Karyawan Pada Perusahaan Sepatu Bakti Di Surakarta (Manajemen)
E 301.Analisis Terhadap Penggunaan Metode Network Planning Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengawasan Proyek Pada Pembangunan Peningkatan Jalan Sribit Bangak Sragen Yang Dikerjakan Oleh FA. Aries Sragen (Manajemen)
E 302. Pengaruh Insentif Finansial Produktivitas Kerja Pada PT Indo Acidatama Chemical Industri Di Karanganyar (Manajemen)
E 303. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Produksi Ternak Ayam Petelur Di Jeruksawit Gondangrejo Karanganyar (Manajemen)
E 304. Pengaruh Perilaku Dan Pengalaman Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja Pada Perusahaan Sirup Adia Tirta Di Surakarta (Manajemen)
E 305. Penentuan Jumlah Tenaga Penjualan Yang Optimal Guna Meningkatkan Volume Penjualan Pada Perusahaan Air Minum Mineral Total Di Surakarta (Manajemen)
E 306. Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Likwiditas Dan Rentabilitas Pada Perusahaan Tekstil Pantun Inviteks Di Ceper Klaten (Manajemen)
E 307. Analisis  Saluran Distribusi Dalam Usaha Meningkatkan Volume Penjualan Pada Perusahaan Ice Cream Walls Makmur Di Sukohaarjo (Manajemen)
E 308. Evaluasi Pengadaan Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode EOQ Pada Perusahaan Batik Tulis Berkah Di Gentan Sukoharjo (Akuntansi)
E 309. Analisis Posisi Produk Jasa Bimbingan Belajar Sebagai Dasar Perumusan Strategi Pemasaran Gama ’88 (Manajemen)
E 310.  Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Melakkukan Perpindahan Merk (Brand Switching Process) (Manajemen)
E 311. Pengendalian Biaya Produksi Melalui Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Pada PT Batam Tex Di Ungaran Semarang (Akuntansi)
E 312. Aplikasi Model Linear Programming Dengan Metode Simplex Dalam Penentuan Kombinasi Volume Produksi Yang Optimal Pada Perusahaan Mie “Prima Usaha” Di Nganjuk (Manajemen)
E 313. Forecast Penjualan Sebagai Pedoman Pengendalian Dan Penentuan Anggaran Produksi Pada Perusahaan The Wanngi PT Gunung Slamet Di Slawi (Manajemen)
E 314. Analisis Hubungan Antara Upah, Tunjangan, Dan Lingkungan Kerja Dalam Upaya Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan Pada CV. Kusnandar Ngadirojo, Wonogiri (Manajemen)
E 315.Analisis Terhadap Routing Dalam Perencanaan Dan Pengendalian Proses Produksi Pada Perusahaan Mebel Karya Muda Di Sukoharjo (Manajemen)
E 316. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Volume Penjualan Untuk Menentukan Strategi Bersaing Pada Pengusaha Wartel Di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri (Manajemen)
E 317. Analisis Penentuan Pola Produksi Studi Kasus Pada Perusahaan Tegel “Beton Srie” Klaten(Manajemen)
E 318. Pengawasan Persediaaan Bahan Baku Pada Perusahaan PT Jamu Air Mancur Wonogiri(Manajemen)
E 319. Analisis Perilaku Konsumsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Terhadap Atribut Mie Instan Indofood  (Manajemen)
E 320. Analisis Kebijaksanaan Pembayaran Piutang Oleh Pengecer Untuk Menambah Laba Pada Perusahaan Sepatu Yessy Di Surakarta (Manajemen)
E 321. Pengaruh Penggunaan Laba Dalam Pembelanjaan Intern Terhadap Likwiditas Dan Rentabilitas Perusahaan Kapas Masahusada Di Klaten (Manajemen)
E 322. Analisis Peranan Sistem Pemberian Premi Dan Lingkungan Kerja Dalam Usaha Meningkatkan Produksi Pada Perusahaan Rokok Djarum Kudus (Manajemen)
E 323. Analisis Penentuan Kebijaksanaan Penjualan Jarum Suntik Pada Koperasi Husada Dinas Kesehatan Kotamadya (DKK) Surakarta (Manajemen)
E 324. Peranan Pengendalian Bahan Baku Terhadap Volume Produksi Pada Perusahaan Diana Plas Sukoharjo (Manajemen)
E 325. Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Di PT Lombok Gandaria Surakarta(Manajemen)
E 326. Pengaruh Perubahan Metode Penjualan Terhadap Efektivitas Dan Efisiensi Produksi Pada PT. Sumber Jaya Garments Surakarta (Manajemen)
E 327. Analisa Rencana Investasi Penambahan Mesin Pada Perusahaan Auto Fuses PT. Bonaprima Perkasa Teguh Di Jakarta (Manajemen)
E 328. Pengaruh Kharakteristik Pengrajin Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Dan Ukir-Ukiran Tembaga “Supri” Di Tumang Boyolali (Manajemen)
E 329. Evaluasi Investasi Untuk Pembelian Aktiva Tetap Pada Perusahaan Jasa Angkutan PO. Mekar Mulya Di Karanggede (Akuntansi)
E 330. Analisis Strategi Pemasaran Faktor Promosi Dan Pelayanan Terhadap Peningkatan Penghimpunan Dana Masyarakat Pada PT. Bank BPD Jateng (Manajemen)
E 331. Studi Komparasi Tentang Persepsi Konsumen Terhadap Sistem Layanan Pendidikan Komputer Antara Konsumen Yang Berprestasi Tinggi, Sedang dan Rendah Di IMKA Surakarta(Manajemen)
E 332. Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada PT Semen Gresik (Persero) (Manajemen)
E 333. Pengaruh Kredit Candak Kulak Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah Di Blora  (Manajemen)
E 334. Pengaruh Kredit Badan Kredit Kecamatan (BKK) Terhadap Perkembangan Usaha Golongan Ekonomi Lemah Di Kecamatan Batealit Jepara (Manajemen) 
E 335. Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Penjualan (Studi Kasus Perusahaan Genteng YN SOKKA Kebumen (Manajemen)
E 336. Peranan Tenaga Kerja Yang Efisien Pada Bagian Produksi Pada PT Solo Murni Di Surakarta(Manajemen)
E 337. Analisis Upah Kerja Pada Perusahaan Garam Beryodilum UD. Kalian Kecamatan Batangan Pati (Manajemen)
E 338. Analisis Faktor Pendidikan Formal Yang Berpengaruh Terhadap Kemampuan Menjual Para Wiraniaga Pada Auto 2000 Di Jakarta (Manajemen)
E 339. Evaluasi Produk Rusak Pada Berbagai Tingkat Proses Produksi Dan Pada Produk Akhir Dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Produk Pada PT Jamu Air Mancur (Manajemen)
E 340. Analisis Pengendalian Bahan Baku Dengan Metode Economic Lot Size Untuk Mencapai Tingkat Efisiensi Biaya Produksi Pada Perusahaan Penyulingan Minyak Atsiri Kenanga Di Boyolali(Manajemen)
E 341. Pengaruh Fasilitas Kesehatan Dan Jaminan Keselamatan Kerja Terhadap Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Sekar Alam Jatisrono (Manajemen)
E 342. Analisis Hubungan Jaminan Sosial Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Perusahaan Roti Lingga Jaya Durakarta (Manajemen)
E 343. Pengukuran Resiko Audit Dalam Pemeriksaan Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak Surabaya Genteng (Akuntansi)
E 344. Hubungan Motivasi Dengan Semangat Kerja Karyawan Pada Kantor Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten Daerah Tingkat II Grobogan  (Manajemen)
E 345. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Beberapa Atribut Produk Pada Merk Pasta Gigi Di Desa Kauman, Karangasem, Kalisari, Pasekaran Dan Proyonangan, Kecamatan Batang, Kabupaten Dati II Batang (Manajemen)
E 346. Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Kerangka Sepeda Rukun Makmur Karanganyar(Manajemen)
E 347. Analisis Biaya Diferensial Untuk Alternatif Pengambilan Keputusan Penambahan Mesin Baru Atau Kerja Lembur Pada Perusahaan Konveksi “Hanang” Di Sukoharjo (Manajemen)
E 348. Pemilihan Alternatif Yang Paling Menguntungkan Antara Menjual Jasa Proses Tenun Dengan Menjual Hasil Produksi Sendiri Pada Perusahaan Tekstil PT Nusaria Adiputera Di Banyudono Boyolali (Manajemen)
E 349. Analisis Pengawasan Kualitas Produk Dengan Biaya Minimum Dalam Usaha Untuk Menekan Produk Rusak Pada Perusahaan Batik PT Danar Hadi Surakarta (Manajemen)
E 350.Peranan Pengawasan Tenaga Kerja Dalam Menunjang Produktivitas Yang Dihasilkan Pada Perusahaan Tekstil PT Gress Di Sukoharjo (Manajemen)
E 351.Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor-Faktor Yang Dapat Merusak Independensi Akuntan Publik (Akuntansi)
E 352. Pengaruh Upah Lembur, Upah Intensif Dan Kesejahteraan Sosial Terhadap produktivitas Tenaga Kerja Pada PT Menara Kartika Buana Di Surakarta (Manajemen)
E 353. Analisis Perilaku Konsumen Perusahaan Real Estate PT. Fajar Bangun Raharja Di Surakarta(Manajemen)
E 354. Pengaruh Motivasi Dalam Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan Pada PT Le Mans Di Sidoarjo (Manajemen)
E 355. Analisis Efisiensi Biaya Pengawasan Kualitas Produk Pada Perusahaan Mebel Ukir Mustika Jati Di Kabupaten Dati II Jepara (Manajemen)
E 356. Pengaruh Kepemimpinan Dan Komunikasi Terhadap Pengendalian Konflik Intern Organisasi Pada PT Indo Tirta Jaya Abadi Di Semarang (Manajemen)
E 357. Peranan Penentuan Saluran Distribusi Volume Penjualan Pada Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan PT Grahamas Intitirta Di Cirebon (Manajemen)
E 358. Analisis Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Perusahaan Pada PT Solo Central Taxi Surakarta (Manajemen)
E 359. Peranan Pajak Pembangunan I Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kotamadya Surakarta(Studi Keuangan & Perbankan)
E 360.  Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Sumber Penerimaan Daerah Di Kabupaten Dati II Sragen (Ekonomi Pembangunan)
E 361. Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Gaya Kepemimipinan Terhadap Motivasi Kerja Di Kantor Informasi Dan Komunikasi Kabupaten Karanganyar (Manajemen)
E 362. Pengaru Gaya Kepemimpinan, Gaji Dan Kondisi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT Telkom Surakarta (Manajemen)
E 363. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Dalam Penggunaan Kartu Kredit Di PT Bank Central Asia, Tbk Cabang Solo (Manajemen)
E 364. Pengaruh Koordinasi Dalam Divisi Produksi Dan Masa Kerja Terhadap Volume Produksi Pada CV. Alisha Gallery Tahun 2003 (Akuntansi)
E 365. Menguji Kepatuhan Penjualan Kredit Dengan Menggunakan Metode Fixed Sample Size Attribute Sampling Pada PT Batik Keris Di Surakarta (Akuntansi)
E 366. Pengukuran Resiko Audit Dalam Pemeriksaan Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak Surabaya Genteng (Akuntansi)
E 367. Analisis Penentuan Jumlah Tenaga Penjualan Kearah Pencapaian Volume Penjualan Yang Menguntungkan Pada Perusahaan Mebel CV Ali Sha Gallery Surakarta (Manajemen)
E 368. Peranan Pengawasan Persediaan Bahan Baku Dalam Menunjang Rentabilitas Pada Perusahaan Tekstil Sari Warna Asli Di Surakarta (Ekonomi Perusahaan)
E 369. Analisis Pengaruh Antara Biaya Periklanan Dan Biaya Promosi Penjualan Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Pada Perusahaan Tegel UD Dadi Santoso Di Tawangsari Sukoharjo(Manajemen)
E 370.  Analisis Penggunaan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Dalam Menentukan Laba Rugi Periodik Studi Kasus Pada CV Karunia Berkah Salatiga (Akuntansi)
E 371. Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Mobil Di Perusahaan PT New Armada Di Magelang (Manajemen)
E 372. Analisis Perbedaan Mutu Pelayanan Karyawan Sebelum Mendapatkan Pelatihan Dan Setelah Mendapatkan Pelatihan Pada Bagian Keperawatan Rumah Sakit Panti Waluyo Di Surakarta(Manajemen)
E 373. Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Dosen, Kinerja Dosen Dan Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Slamet Riyadi Surakarta (Manajemen)
E 374. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Gaji dan Kondisi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT Telkom Surakarta (Manajemen)
E 375. Perbandingan Efisiensi Kerja Pengelolaan Kredit Oleh Lembaga Perkreditan BKK Wedi, KUD Wedi Dan BRI Unit Desa Bayat (Studi Kasus 1986) (Studi Pembangunan)
E 376. Perencanaan Pengembangan dan Pengawasan Kualitas Produk Pada Pengecoran Logam Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten (Manajemen)
E 377. Analisis Variabel Fundamental Ekonomi Yang Mempengaruhi Kurs Rupiah Terhadap dollar US (Kwartal IV Tahun 1978 – Kwartal II Tahun 1998) (Ekonomi Pembangunan)
E 378. Analisis Return On Investment Sebagai Alat Ukur Prestasi (Studi Kasus Pada CV Sarana Jati Perkasa Di Blora) (Akuntansi)
E 379. Analisis Optimalisasi Kombinasi Produk Untuk Mencapai Laba Maksimal Pada Perusahaan “Sony” Di Wedi Klaten (Manajemen)
E 380. Analisa Keseimbangan Modal Kerja Pada Perusahaan Kecap PT Gandaria Food Industry Surakarta (Manajemen)
E 381. Analisis Pulang Pokok Sebagai Dasar Penentuan Kuantitas Keluaran Yang Optimal Pada Perusahaan Tekstil Batik Batari Karangasem Surakarta (Manajemen)
E 382. Efektivitas Wiraniaga Terhadap Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Jamu Tradisional “Putri Ayu” Surakarta (Manajemen)
E 383. Peranan Kebijaksanaan Penetapan Tarip Langganan Air Minum Terhadap Hasil Operasi Dalam Hubungannya Dengan Rentabilitas Ekonomis Pada PDAM Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta(Manajemen)
E 384. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Di Jawa Tengah Tahun 1983-2003 (Ekonomi Pembangunan)
E 385. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2002  (Ekonomi Pembangunan)
E 386. Peranan Kredit Kelayakan Kepres 14A Dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Pemborong Golongan Ekonomi Lemah Pribumi Di Kotamadya Surakarta (Ekonomi Umum)
E 387. Analisa Pengawasan Dan Efisiensi Kebutuhan Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan Tegel CV “Abadi” Di Surakarta (Manajemen)
E 388. Peranan Analisis Biaya Produksi Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Dana Laba Perusahaan Pada PT Adi Sutanto Tex Surakarta (Manajemen)
E 389. Peranan Harga Pokok Produk Dalam Penentuan Kebijaksanaan Harga Jual Produk Pada PN. Perkebunan XIX Surakarta (Manajemen)
E 390. Peranan Penentuan Harga Pokok Variabel Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Jangka Pendek Bagi Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Jaya Tegel Surakarta (Manajemen)
E 391. Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Perusahaan PT Sari Warna Asli Textile Industry Di Surakarta (Manajemen)
E 392. Peranan Evaluasi Aktiva Tetap Terhadap Rugilaba Pada PT Sari Warna Asli Textile Industry Surakarta (Manajemen)
E 393. Strategi Marketing Mix Dintinjau Dari Segi Biaya Distribusi Dalam Menunjang Peningkatan Volume Penjualan Pada PT “Djitu” Di Surakarta (Manajemen)
E 394. Implikasi Sumber Perubahan Laba Kotor Dalam Kebijaksanaan Perusahaan Pada Perusahaan Tekstil Batik Batari Di Surakarta (Manajemen)
E 395. Peranan Analisa Break Even Point Untuk Menentukan Keseimabangan Antara Harga Jual Dan Luas Produksi Pada Penerbitan Majalah Bulanan Krida Di Semarang  (Manajemen)
E 396. Penyusunan Pola Produksi Yang Optimal Pada Perusahaan Plastik “Bahagia” Di Surakarta(Manajemen)
E 397. Penentuan Harga Pokok Produksi Studi Kasus Pada Perusahaan Kayu “Roda Jati” Di  Surakarta (Manajemen)
E 398. Peranan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan Kayu Roda Jati Di Surakarta (Manajemen)
E 399. Analisa Perubahan Laba Kotor Tahun 1984 Sebagai Dasar Penentuan Kebijakksanaan Efisiensi Biaya Bahan Baku Pada PT Gandaria Food Industry Surakarta (Manajemen)
E 400. Kemampuan Penggunaan Laba Sebagai Sumber Pembelanjaan Intern Pada PT Sari Warna Asli Textile Surakarta (Manajemen)

E 401.Analisa Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Rokok PT. Djitoe Indonesia Tobaco Coy Di Surakarta (Manajemen)
E 402. Pengaruh Pengalaman Kerja Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Studi Kasus Di Perusahaan Batik Keris Di Cemani Kabupaten Sukoharjo (Manajemen)
E 403. Pengaruh Aspek Teknis, Senioritas Dan Pendidikan Karyawan Terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja Pada Perusahaan Tekstil “batari” Surakarta (Manajemen)
E 404. Analisis Efisiensi Penggunaan Aktiva Pada PT Sari Warna Asli Textile Industri Surakarta(Manajemen)
E 405. Pengawasan Proses Produksi Dalam Pencapaian Standar Kualitas Pada Perusahaan Tekstil Sari Warna Asli Di Surakarta (Manajemen)
E 406. Programasi Dinamis Untuk Menentukan Kombinasi Produk Optimal Dalam Usaha Meningkatkan Laba Maksimal Pada Perusahaan Genteng Beton Ringan “Pandu” Kebakkramat Karanganyar (Manajemen)
E 407. Penggunaan Variabel Budget Sebagai Alat Pengawasan Biaya Overhead Pabrik Pada Perusahaan Tekstil Aladintex Karanganyar (Manajemen)
E 408. Pengendalian Kualitas Produk Ekspor Kursi Lipat Taman Dalam Rangka Mempertahankan Kontinuitas Produksi Dan Menaikkan Penjualan Pada Perusahaan Rakabu Di Sukoharjo(Manajemen)
E 409. Analisis Tingkat Perputaran Tenaga Kerja Bagian Produksi Dalam Hubungannya Dengan Jumlah Produk Yang Dihasilkan Dan Biaya Produksi Pada Perusahaan Tegel Garuda Sragen(Manajemen)
E 410. Analisis Efisiensi Modal Kerja Pada Perusahaan Genteng Beton Ringan “Sapta Usaha” Di Mojosongo Surakarta (Manajemen)
E 411. Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Dalam Hubungannya Dengan Keuntungan Yang Diperoleh Pada Perusahaan batik Hadi Putro Surakarta (Manajemen)
E 412. Pelaksanaan Pengawasan Persediaan Bahan Baku Dalam Usaha Menurunkan Biaya Produksi Pada Pabrik Penyosohan Beras UD Jaya Suci Di Desa Sudimara Tabanan (Manajemen)
E 413. Analisa Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja Pada Perusahaan Asia Offset Di Surakarta(Manajemen)
E 414. Analisa Pengaruh Motivasi Dalam Kaitannya Dengan Semangat Kerja Karyawan Di Kantor Bappeda Kabupaten Dati II Boyolali (Manajemen)
E 415. Analisis Kombinasi Produk Yang Menghasilkan Laba Maksimum Pada PB Jati Agung Yogyakarta (Manajemen)
E 416. Analisa Product-Mix Dalam Usaha Meningkatkan Laba Pada Perusahaan Tegel Dan Genteng CV “Konco-Konco” Di Sukoharjo (Manajemen)
E 417. Penanaman Investasi Aktiva Tetap Pada Perusahaan Pembakaran Gamping batu Asli Baturetno Wonogiri (Manajemen)
E 418. Kebijaksanaan Perencanaan Laba Pada Perusahaan Gula Batu “Madu Murni” Di Surakarta(Manajemen)
E 419. Evaluasi Efektivitas Kebijaksanaan Pihutang Dan Potongan Tunai Studi Kasus Pada Perusahaan Tegel “Stabelan” Surakarta1 (Manajemen)
E 420.  Pengaruh Pengendalian Bahan Baku Terhadap Cost Of Goods Sold Pada Perusahaan Bihun Kedung Aron Di Surakarta (Manajemen)
E 421. Analisa Impas Untuk Perencanaan Laba Pada Pabrik Es batu PT Tirtosari Di Gombong Kebumen (Manajemen)
E 422. Analisis Keputusan Penambahan Gudang Di Dalam Usaha Meningkatkan Keuntungan Pada Cabang Perusahaan Umum Pegadaian Cokronegaran Surakarta (Manajemen)
E 423. Perencanaan Dan Pengawasan Persediaan Bahan Baku Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Keuntungan Study Kasus Pada Perusahaan Bihun Cangak Di Sukoharjo (Manajemen)
E 424.Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Earning Power Pada Pabrik Tenun Purutex Di Surakarta Tahun 1980-1984 (Manajemen)
E 425. Pengaruh Biaya Saluran Distribusi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Pada Perusahaan Makanan Ternak Puspeta Di Klaten (Manajemen)
E 426. Analisa Differensial Cost Dalam Pengambilan Keputusan Pengembangan Produk Pada Perusahaan Kayu “Naluri Jati” Di Surakarta (Manajemen)
E 427. Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Pada PT Perkebunan XV-XVI (Persero) Pabrik Gula Colomadu Di Surakarta (Manajemen)
E 428. Efektivitas Kebijaksanaan Penjualan Kredit Dalam Meningkatkan Laba Pada PT Tobacco Coy Di Surakarta (Manajemen)
E 429. Analisa Tingkat Keselamatan Usaha Pada Perusahaan Jamu PT. Air Mancur Di Wonogiri(Manajemen)
E 430. Penggantian Aktiva Tetap Dalam Rangka Peningkatan Efisiensi Pada CV Purwo Widodo Di Wonogiri (Manajemen)
E 431. Peranan Proyek Irigasi Sidorejo Terhadap Peningkatan Produksi Paadi Dan Pendapatan Petani Di Kecamatan Toroh Kabupaten Dati II Grobogan (Studi Pembangunan)
E 432. Hubungan Antara Pendapatan, Tanggungan Keluarga Dan Jenis Pekerjaan Terhadap Tabungan Masyarakat (Studi Kasus Di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten) (Studi Pembangunan)
E 433. Analisis Pengaruh Merger Dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Publik Di Indonesia (Akuntansi)
E 434. Keuangan Daerah Dalam Rangka Otonomi Daerah (Studi Pembangunan)
E 435. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Perolehan SHU Di KPRI “Adil” Pecangaan Kabupaten Jepara Tahun 1989-1998 (Manajemen)
E 436. Perbedaan Tanggapan Karyawan Terhadap Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Pada Hotel Sahid Kusuma Raya Surakarta (Manajemen)
E 437. Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Hotel Sahid Kusuma Raya Solo (Manajemen)
E 438. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Evaluasi Keputusan Pembelian Jasa Akomodasi Perhotelan Di Hotel Sahid Kusuma Raya Solo  (Manajemen)
E 439. Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Pada Bank BPD DIY (Akuntansi)
E 440. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pada Kantor Dipenda Kabupaten Karanganyar(Akuntansi)
E 441. Peranan Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Keuntungsan Case Study Pada Perusahaan Textile Robith Tex Bakalan Ceper Klaten (Ekonomi Perusahaan)
E 442. Analisa Finansiil Sebagai Dasar Evaluasi Terhadap Perkembangan Perusahaan Pada PT Insan II (Persero) Pabrik Tenun “Infitex” Di Ceper Klaten (Ekonomi)
E 443. Evaluasi Penghematan Pajak Penghasilan Badan Melalui Perencanaan Pajak Pada PT. Putraperkasa Sahabat Sejati Surakarta (Akuntansi)
E 444. Analisis Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Magetan (Manajemen)
E 445. Pengaruh Jingle Advertising Terhadap Preferensi Konsumen Dalam Melaksanakan Keputusan Pembelian Produk-Produk Makanan Dan Minuman Kemasan Di Surakarta (Manajemen)
E 446. Pengaruh Persaingan Harga Terhadap Kebijaksanaan Pemasaran Pada PT. Grafika Semesta(Manajemen)
E 447. Analisis Laporan Laba Rugi Departemen Kamar Pada Borneo International Hotel Di Samarinda  (Akuntansi)
E 448. Hubungan Biaya Sumber Daya Manusia Dan Pengukuran Nilai sumber Daya Manusia Terhadap Pelaporan Akuntansi Sumber Daya Manusia Pada PT. Bank Sumsel (kantor Pusat) 2007(Akuntansi)
E 449. Hubungan  Pembagian Kerja Dan Wewenang Karyawan Terhadap Prestasi Kerja Pada Bank Bukopin Cabang Palembang Bulan Mei Tahun 2007 (Manajemen)
E 450. Hubungan Audit Operasional Dan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Terhadap  Peningkatan Laba Pada Pt Pusri (Persero) Palembang Bulan Mei 2007 (Akuntansi)
E 451.Pendapatan Bagi Hasil Dan Perlakuan Akuntansinya  Pada Bank Syariah (Studi Kasus pada PT Banak Muamalat Indonesia Cabang Malang)  (Akuntansi Syariah)
E 452. Analisa Penerapan akuntansi Lingkungan Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (Akuntansi)
E 453. Pelaksanaan Monitoring Pembiayaan Murobahah di PT. BMI TBK.. Cabang Kediri.
E 454. Analisis Peramalan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada CV. Gen-Hut Garment(Manajemen)
E 455. Penerapan Activity Based Costing untuk meningkatkan akurasi dalam perhitungan harga pokok konstruksi di PT. “X “  (Akuntansi)
E 456. Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada Pt. Iglas Sebagai Lessee  (Akuntansi)
E 457. Metode Pengukuran Dan Pengakuan Rekening-Rekening Laporan Keuangan Untuk Penghitungan Zakat Mal Perusahaan;   Studi Kasus CV Adi Komunika Enterprese  (Akuntansi Syariah)
E 458. Penerapan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah Pada Pt Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Jakarta (Akuntansi Syariah)
E 459. Kedudukan dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Citra Bangun, Medan
E 460. Peranan Perilaku Sosial Pt “X” Sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Terhadap Lingkungan Sekitarnya  (Akuntansi)
E 461. Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Sukoharjo (Akuntansi)
E 462. Perhitungan Harga Pokok Produksi Flooring Pada Pt Rimba Karya Rayatama Di Samarinda(Akuntansi)
E 463. Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Karyawan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Pt. Sumatera Prima Fibreboard Bulan April 2007 (Manajemen)
E 464. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan, Tingkat Kemahalan Harga Saham, Return Saham, Dan Likuiditas Saham Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Dan Perusahaan Yang Tidak Melakukan Stock Split Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta (Bej) (Periode 2000-2005) (Akuntansi)
E 465. Peranan Controller   Dalam   Perencanaan Dan Pengendalian Penjualan Pada Pt. United Tractors Tbk  (Akuntansi)
E 466. Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Guru Di SMK YKTB 2 Bogor(Manajemen)
E 467. Penerapan Balance Scorecard Sebagai Tolok Ukur Penilaian Kinerja Pada Badan Usaha Berbentuk Rumah Sakit (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati) (Akuntansi)
E 468. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt Telkom Cabang Boyolali (Manajemen)
E 469. Pengaruh Perilaku Pemimpin  Dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Apartemen Sejahtera Di Yogyakarta (Manajemen)
E 470. Peranan Strategi Pemasaran Dalam Upaya Meningkatkan Penjualan Produk Jasa Asuransi Pada Pt. Sun Life Financial Indonesia (Manajemen)
E 471. Respon Konsumen Terhadap Mie Instan Produk Indofood (Studi Kasus di Pasar Atas Cimahi) (Manajemen)
E 472. Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Kinerja Karyawan Pada Koperasi Sae Pujon Kabupaten Malang  (Manajemen)
E 473. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan : Studi Kasus Karyawan Rso Prof. Dr. R Soeharso Surakarta  (Manajemen Syariah)
E 474. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Loyalitas Konsumen Kartu Pra Bayar Im3 ( Study Kasus Pada Mahasiswa Stain Surakarta ) (Manajemen Syariah)
E 475. Analisa Strategi Pengembangan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang (Ekonomi Perdagangan)
E 476. Analisis Persepsi Brand Association Menurut Pelanggan Sabun Mandi Cair Luk Pada Pt. Unilever Indonesia, Tbk  (Manajemen)
E 477. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Tirta Mulya  (Manajemen)
E 478. Pengaruh Harga, Promosi Dan Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Produk Alkohol One Med Di Kota Semarang (Studi Kasus Pada Cv. Global Surya Medica) (Manajemen)
E 479. Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awareness Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Produk Kecap Abc (Survey Pada Ibu-Ibu Pkk Pengguna Kecap Abc Di Kelurahan Antapani Kecamatan Cicadas Kota Bandung) (Manajemen)
E 480. Pengaruh Implementasi Relationship Marketing Terhadap Customer Loyalty Pada Bank Rakyat Indonesia (Bri) Cabang Cik Di Tiro Di Yogyakarta (Manajemen)
E 481. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia Periode 1984-2003 (Ekonomi Pembangunan)
E 482. Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri (Foreign Debt) dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Ekonomi Pembangunan)
E 483. analisis faktor2 produksi perusaan genteng pres dijetis desa klepu kecamatan ceper kabupaten klaten tahun 2007 (Ekonomi Pembangunan)
E 484. Pengujian Kausalitas Granger Antara Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito Dan Harga Saham Di Lima Negara Asean Sebelum Dan Sesudah Krisis Moneter Periode 1995.1 – 2004.6 (Ekonomi Pembangunan)
E 485. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Swasta Di Indonesia (1980 – 1997)(Ekonomi Pembangunan)
E 486. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Petani Karet Yang Dikelola Oleh Pt. Ja. Wattie (Studi Kasus Di Desa Pegadingan, Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap).  (Ekonomi Pembangunan)
E 487. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pasca Keputusan Bapepam Nomor : Kep 36/PM/2003 (Studi Empiris Perusahaan Manufactur Yang Terdaftar Di BEJ)(Akuntansi)
E 488. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Pendapatan Pedagang Kecil Pd. Bpr Bkk Purwodadi Cabang Kedungjati Kabupaten Grobogan (Ekonomi)
E 489. Analisis Pengaruh Dana Perimbangan  Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah Pasca Desentralisasi Fiskal Di Indonesia (Ekonomi Pembangunan)
E 490. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah uang Kuasi di Indonesia (Ekonomi Pembangunan)
E 491. Pengaruh Pengendalian Internal Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Perusahaan Ritel Di Kota Manado, Tomohon Dan Bitung (Akuntansi)
E 492. Atribut-Atribut Swalayan Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Pt. Hero Supermarket, Tbk (Manajemen)
E 493. Analisis Proses Produksi Pada Pt.Industri Pembungkus Internasional  Medan (Manajemen)
E 494. Pengaruh Insentif Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Pada Pt.Growth Sumatera Medan  (Manajemen)
E 495. Penerapan Quality Control Untuk Meningkatkan Penjualan Pada Pt.Union Confectionery Ltd. Medan (Manajemen)
E 496. Analisis Proses Produksi Pada Pt.Kreasi Kotak Megah Medan (Manajemen)
E 497. Peranan  Sistem  Informasi  Manajemen  Dalam  Pengambilan  Keputusan  Pada  Pt. Karyacitra Ekakarsa Medan (Manajemen)
E 498. Analisis Proses Produksi Pada Pt.Tjipta Rimba Djaja Medan (Manajemen)
E 499. Perencanaan Sistem Informasi Manajemen Untuk Gudang Barang Jadi Pada Pt.Mabar Feed Indonesia Medan (Manajemen)
E 500. Sistem Penerimaan Tenaga Kerja Pada Pt.Firdaus Indonesia Corporation Tanjung Morawa – Medan  (Manajemen)
E 501. Analisis Strategi Promosi Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada Pt  Duta Putra Sumatera (Manajemen)
E 502.Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas Pekerja Studi Kasus Di PT. Jabar Tama Setia  Untuk Pekerjaan Pembangunan Gedung Asrama Putra LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawati Qur’an) Propinsi Jawa Barat (Manajemen)
E 503.Analisis Penentuan Harga Jual Produk Berdasarkan Biaya Produksi Pada Perusahaan Roti “Diko” Surakarta  (Akuntansi)
E 504. Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Rentabilits Ekonomi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Kabupaten Sragen  (Manajemen)
E 505. Ekspansi Pada Perusahaan Roti Primadona Di Solo (Akuntansi)
E 506. Studi Kinerja Tiap Sektor Pada Produk Domestik Bruto Di Surakarta (Ekonomi Pembangunan)
E 507. Penentuan Harga Pokok Produk Dalam Bisnis Jasa Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Cost) (Studi Kasus Di  Wisma Syariah Atma Bhakti Surakarta)  (Manajemen)
E 508. Analisis Strategi Pemasaran Yang Di Gunakan Oleh Para Pengusaha Wartel Di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen (Manajemen) 
E 509. Analisis Tingkat Kualitas Jasa Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Pemerintah Kota Surakarta (Manajemen)
E 510.  Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pt. Bank Rakyat Indonesi Cabang Solo Slamet Riyadi (Manajemen)
E 511. Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Tunai Dengan Dividen Kas Pada Industri Barang Konsumsi Di Indonesia (Akuntansi)
E 512. Persepsi Manajemen Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Usaha Milik Swasta di Jawa Timur terhadap Management Audit sebagai Strategi untuk Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan pada Fungsi Pembelian (Akuntansi)
E 513. Persepsi Karyawan Terhadap Proses Seleksi Dan Penempatan Di PT. Mayusa Graha Trikencana (Manajemen)
E 514. Analisis Strategi Bisnis Pada PT. XXXX  (Manajemen)
E 515. Analisis Penggunaan Selebritis Sebagai Endorser Terhadap Brand Assosiation Produk Jamu Tolak Angin Sido Muncul (Manajemen)
E 516. Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Terhadap Promosi Jabatan pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (Manajemen)
E 517. Analisis Network Planning Dengan CPM (Critical Path Methode) Dalam Rangka Efisiensi Waktu Dan Biaya Proyek Pembangunan Jalan Segitiga Ujung Batu (Studi Kasus Pada CV. Kenari Bangkit Jepara) (Manajemen)
E 518. Analisis Penyimpangan Biaya Produksi Pada Pt.Metiska Farma Medan (Akuntansi)
E 519. Perencanaan Dan Pengawasan Produksi Pada Pt. Tjipta Rimba Djaja Medan  (Manajemen)
E 520. Analisis Proses Produksi Pengalengan Ikan Pada Pt . Medan Tropical Canning & Frozen Medan (Manajemen)
E 521. Analisis Biaya Overhead Pabrik pada PT.Industri Pembungkus Internasional Medan(Manajemen)
E 522. Analisis Proses Produksi Pada Pt.Nusa Chandra Perkasa Medan (Manajemen)
E 523. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Pada Pt.Industri Karet Deli Medan (Manajemen)
E 524. Perancangan Sistem Informasi  Manajemen Untuk Gudang Barang Jadi  Pada Pt. Ropetama Plastindo Industri Medan (Manajemen)
E 525. Analisis Proses Produksi Pada Pt.Tjipta Rimba Djaja Medan  (Manajemen)
E 526. Perencanaan Dan Pengawasan Persediaan Pada Pt.Mitra Wana Lestari Medan  (Manajemen)
E 527. Peranan Koordinasi Dalam Meningkatkan Efektivitas Kerja Pada Pt.Mabar Feed Medan(Manajemen)
E 528. Peningkatan Produktivitas Kerja Melalui Total Quality Control Pada Pt.Timberasri Primamas Tanjung Morawa  (Manajemen)
E 529. Peranan Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada Pt.Karyacitra Ekakarsa Medan (Manajemen) 
E 530. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Pada Pt.Industri Pembungkus Internasional Medan (Manajemen)
E 531. Peranan Promosi Dalam Meningkatkan Penjualan  Pada Pt.Superin Medan (Manajemen)
E 532. Penentuan Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Pt.Royal Standard Medan (Akuntansi)
E 533. Sistem Penerimaan Tenaga Kerja Pada Pt.Royal Standard Medan (Manajemen)
E 534. Analisis Penyimpangan Biaya Produksi Pada Pt.Inti Jintar Farma Medan (Akuntansi)
E 535. Analisis    Biaya    Overhead     Pada Pt.Nusa Chandra Perkasa Medan (Akuntansi)
E 536. Pengawasan Biaya Produksi Pada Pt.Tjipta Rimba Djaja Medan  (Akuntansi)
E 537. Pengawasan Dan Perencanaan Produksi Pada Pt Jangkar Waja Medan (Manajemen)
E 538. Peranan  Sistem  Informasi  Manajemen  Dalam  Pengambilan  Keputusan  Pada  Pt. Royal  Standard Medan (Manajemen)
E 539. Analisis Struktur Organisasi Untuk  Meningkatkan Produktivitas  Kerja Pada Pt. Abdi Rakyat Bakti Medan (Manajemen)
E 540. Analisis  Biaya  Overhead  Pada Pt.Timberasri  Primamas Medan (Akuntansi)
E 541. Analisis Struktur Organisasi Untuk  Meningkatkan Koordinasi  Kerja Pada Pt. Antarmitra Sembada Medan  (Manajemen)
E 542. Peranan Promosi Untuk Meningkatkan Volume Penjualan  Pada Pt.Industri Pembungkus Internasional Medan (Manajemen)
E 543. Perencanaan  Dan Pengawasan  Produksi Pada Pt.Central Windutama Medan (Manajemen)
E 544. Pengaruh  Budaya Organisasi Terhadap  Semangat Kerja  Pada Pt. Royal  Standard Medan(Manajemen)
E 545. Pengaruh Motivasi dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. LKIS Yogyakarta (Manajemen)
E 546. Analisis Pengaruh Ekuivalen Nisbah  Bagi Hasil Tabungan Dan Frekuensi Pencairan Pembiayaan Terhadap Jumlah Nasabah Baru Pada Bmt Al-Karomah Martapura (Manajemen Syariah)
E 547. Perencanaan Konsep Produk Kartu Selular Yang Diinginkan Customer Di Medan (Manajemen)
E 548. Analisa Sikap Konsumen Supermarket Indogrosir (Manajemen)
E 549. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Petani Karet Yang Dikelola Oleh Pt. Ja. Wattie (Studi Kasus Di Desa Pegadingan, Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap) (Manajemen)
E 550. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Beli Konsumen Pada Supermaket Pamella I Yogyakarta (Manajemen)
E 551.Motivasi Konsumen Terhadap Keputusan Beli  Mie Instan Merk “Mie Sedaap”  (Studi Kasus Pada Mahasiswa Stie Kerjasama ) (Manajemen)
E 552. Studi Kinerja Tiap Sektor Pada Produk Domestik Regional Bruto Di Surakarta Tahun 2000-2006 (Ekonomi Pembangunan)
E 553. Peranan Manajemen Piutang Dagang Dalam Meningkatkan Likuiditas Dan Rentabilitas Di PT. Pindad (Persero) (Manajemen)
E 554. Pemilihan Alternatif Pola Produksi Untuk Mendapatkan Biaya Tambahan Terendah Pada Perusahaan Sirup “Adia Tirta” Di Surakarta Jawa Tengah (Manajemen)
E 555. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT Bank Pasar Sukadana Surakarta (Akuntansi)
E 556. Analisis Pengaruh Kompensasi Dan Perilaku Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Angkasa Pura Surakarta (Manajemen)
E 557. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Grobogan (Manajemen)
E 558. Analisis Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Pada PT Kasega Dadidit Di Boyolali (Manajemen)
E 559. Analisis Penerapan Harga Pokok Standard Untuk Pengendalian Biaya Produksi Pada Perusahaan Tas Henskindo Leather Di Surabaya (Manajemen)
E 560.  Analisis Pengaruh Hutang Lancar Terhadap Usaha Pemberian Piutang (Jangka Pendek) Pada Koperasi Pegawai Negeri UNS Surakarta (Manajemen)
E 561. Penerapan Metode Pert Dalam Pengawasan Produksi Untuk Mencapai Efisiensi Waktu Dan Biaya Penyelesaian Proses Produksi Pada Perusahaan Tegel Setabelan Di Surakarta (Manajemen)
E 562. Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Non Anggota KUD Terhadap Peningkatan Pendapatan KUD Di Ngadirejo, Wonogiri (Manajemen)
E 563. Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Pada Perusahaan Tekstil Infiteks Klaten(Manajemen)
E 564. Pengaruh Pelayanan Dan promodi Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Memilih Jasa Akomodasi Pada Hotel Asia Di Surakarta (Manajemen)
E 565. Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau) Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo) (Akuntansi)
E 566. Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas ( Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di BEJ )
E 567. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Simpanan Mudharabah Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 1993.I –2003.Iv Dalam Jangka Pendek Dan Jangka Panjang (Ekonomi Pembangunan)
E 568. Implementasi Balanced Scorecard sebagai alat pengukur kinerja pada PT Bestindo Intiselaras (Akuntansi)
E 569. Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Sukoharjo (Akuntansi)
E 570.  Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT Rimba Karya Rayatama di Samarinda(Akuntansi)
E 571. Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Karyawan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Pt. Sumatera Prima Fibreboard Bulan April 2007 (Akuntansi)
E 572. Tinjauan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Pengukur Prestasi Manajer Pusat Laba Pada Pt. Columbindo Perdana Sub Cabang Dki Pubar (Akuntansi)
E 573. Peranan Controller Dalam Perencanaan Dan Pengendalian Penjualan Pada PT. UNITED TRACTORS Tbk (Akuntansi)
E 574. Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada Pt.Iglas Sebagai Lessee (Akuntansi)
E 575. Penerapan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahahpada Pt Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Jakarta (Akuntansi Syariah)
E 576. Analisa Penerapan Akuntansi Lingkungan Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta(Akuntansi)
E 577. Pendapatan Bagi Hasil dan Perlakuan Akuntansinya Pada Bank Syariah (Akuntansi Syariah)
E 578. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Petani Karet Yang Dikelola Oleh Pt. Ja. Wattie (Studi Kasus Di Desa Pegadingan, Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap). (Ekonomi Pembangunan)
E 579. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia Periode 1984-2003 (Ekonomi Pembangunan)
E 580.  Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Simpanan Berjangka Pada Bank Umum Konvesional di Indonesia Tahun 2000.1 – 2005.4 (Ekonomi Pembangunan)
E 581. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Badan Usaha Berbentuk Rumah Sakit (Akuntansi)
E 582. Pengaruh Perilaku Pemimpin  Dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Apartemen Sejahtera Diyogyakarta (Manajemen)
E 583. Manajemen Perkreditan Dan Pengaruhnya Terhadap Efektifitas Dana Pada Bank Nagari Sumbar (Manajemen) E 584. Pengaruh Komponen Pengeluaran Agregat Terhadap Permintaan Agregat Impor Indonesia Periode 1970-2001 Dalam Jangka Panjang Dan Jangka Pendek (Ekonomi Pembangunan)
E 585. Analisis Peranan Sektor Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum dalam Penyerapan Tenaga  Kerja di Daerah Jawa dan Bali Periode  1996-2002 (Ekonomi Pembangunan)
E 586. Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Efektivitas Organisasi  Pada Pt Shafira Laras Persada Bandung (Manajemen)
E 587. Analisis Kepuasan Nasabah Peghimpun Dana Terhadap Produk, Tarif Jasa Dan Kualitas Pelayanan Perbankan Dengan Prinsip Syariah Pada Bank Syariah Mandiri Bandung (Manajemen)
E 588. Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Padjajdaran Bandung  (Manajemen)
E 589. Analisis Transmisi Kebijakan Moneter (Credit Channeling) Terhadap Posisi Kredit Investasi Di Indonesia Periode 2001:1-2007:6 (Ekonomi Pembangunan)
E 590. Pengaruh Penerapan Kinerja Bauran Pemasaran Terhadap Pembentukan Loyalitas Pelanggan Pada Butik Busana Muslim Shafira Jalan Sulanjana 28 Bandung (Manajemen)
E 591. Analisis Peningkatan Kualitas Produksi Abon Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Pada Ud. Tiga Dara Narmada, Lombok Barat (Manajemen)
E 592. Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja Karyawan Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat (Manajemen)
E 593. Peranan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Reklame Di Dinas Pendapatan Daerah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan  (Akuntansi)
E 594. Penerapan Balaced Scorecard Sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerha Pada Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani Kota Metra Lampung (Akuntansi)
E 595. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return Of Equity (ROE) Dan Earnig Per Share (EPS) Pada Perusahaan Pertambangan Logam Dan Mineral Lainnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia  (Akuntansi)
E 596. Pengaruh Tingkat Debt Financing Dan Equity Financing Terhadap Profit Expense Ratio Perbankan Syariah (Akuntansi)
E 597. Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga: Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error – Correction Model
E 598. Studi Empiris Tentang Instrumen  Moneter Pada Sistem Dual Banking Di Indonesia Periode 1997.I-2003.1 (Ekonomi Pembangunan)
E 599. Studi Empiris Tentang Perencanaan Stabilitas Moneter Pada Sistem Dual Banking di Indonesia Periode 1997.I – 2003.I
E 600. Analisis Hubungan Kausalitas Granger Antara Tingkat Imbal Jasa Agregat Dengan Tingkat Pembiayaan Perbankan Syariah Dan Tingkat Kredit Perbankan Konvensional Di Indonesia Periode 2001.I-2004.XII (Ekonomi Pembangunan)
E 601.Analisis Pinjaman  Konsumtif Riil  Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode 1998.2 – 2003.1(Ekonomi Pembangunan)
E 602. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Karyawan Di PT Radio Swakarsa Megantara Bandung (Manajemen)
E 603. Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah padaPT Bank Syariah Mandiri Tbk Cabang Bandung (Manajemen)
E 604. Analisis Perbandingan Kepuasan Nasabah Pada Sistem Antrian Teller Bank, Menggunakan Nomor Dan Tanpa Nomor  Studi Pada Bank Bni Cabang Unpad Bandung (Manajemen)
E 605. Analisis Reaksi Pasar Modal Indonesia Akibat Peristiwa Bom Bali, J.W. Marriot Dan Kuningan(Manajemen)
E 606. Penerapan Nilai-Nilai Islam Pada Bank Berbasis Syariah Dan Pengaruhnya Terhadap Loyalitas Nasabah (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri ITB) (Manajemen)
E 607. Pengaruh Penawaran Produk Imitasi Jenis Fashion Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Pada Konsumen Pasar Eceran Pekanan Gasibu Kota Bandung  (Manajemen)
E 608. Analisis Pengaruh Sbi, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Periode 1999.07-2004.11 (Ekonomi Pembangunan)
E 609. Analisis Kausalitas Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi (Kasus Perekonomian Indonesia Tahun 1994.1 – 2003.4) Dengan Metode Error Corection Model  (Ekonomi Pembangunan)
E 610. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Kota Jakarta Tahun 1989 – 2004(Ekonomi Pembangunan)
E 611. Atribut-Atribut Swalayan Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Pt. Hero Supermarket, Tbk (Manajemen)
E 612. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di Indonesia Periode Tahun 1985 – 2004 (Ekonomi Pembangunan)
E 613. Analisis Likuiditas Saham Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index Di Bursa Efek Jakarta (Akuntansi)
E 614. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Merek Sedaap (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unmer Malang) (Manajemen)
E 615. Pengaruh Tingkat Absensi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Operasional Pada CV. Dafani Furniture Di Surakarta (Manajemen)
E 616. Upaya Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Barat Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai (Manajemen)
E 617. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Beli Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Stie Kerjasama Yogyakarta (Manajemen)
E 618. Pengaruh Upah Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Perusahaan Apikri Crafts Centre Yogyakarta (Manajemen)
E 619. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas Pekerja Studi Kasus Di PT. Jabar Tama Setia  Untuk Pekerjaan Pembangunan Gedung Asrama Putra LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawati Qur’an) Propinsi Jawa Barat (Ratna Ekawati SE.,M.Si) (Manajemen)
E 620. Evaluasi Kinerja Produser Terhadap Peningkatan Kualitas Program Acara Televisi pada PT. Pacific Televisi Anugerah Manado  (Manajemen)
E 621. Pengaruh Persepsi Tentang Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Toserba Surya Kuningan (Manajemen)
E 622. Pengaruh Perkembangan Jumlah Pelanggan Kartuhalo Melalui Program Halobebas Terhadap Tingkat Pemakaian Pulsa Rata-Rata Pelanggan Kartuhalo (Studi Kasus Di Telkomsel Grapari Jakarta Barat) (Manajemen)
E 623.Analisa Efektifitas Iklan Media Televisi Djarum Super Mezzo Versi “Berlari Dan Melayang” Menggunakan Epic Model Pada Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang(Manajemen)
E 624. Evaluasi kinerja Produser Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Program Acara Televisi Pada PT Pacific Televisi Anugerah Manado (Manajemen)
E 625. Analisis Strategi Bauran Pemasaran Eceran (Retail Marketing Mix) Yang Menentukan Tingkat Kepuasan Konsumen Pada Super Swalayan Semarang (Manajemen)
E 626. Pengendalian Harga Dan Pelayanan Sebagai Strategi Pada  Pt. Samudera Puranabile Abadi Bitung Untuk Pengembangan Pasar Sasaran (Manajemen)
E 627. Analisis Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Toko Dua Motor Bitung (Manajemen)
E 628. Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Bank Mandiri Cabang Hasanuddin di  Kota Palu  (Manajemen)
E 629. Pengaruh Implementasi Total Quality Management (TQM) Terhadap Budaya Kualitas (Studi pada PT. Hari Terang Industry – Surabaya) (Manajemen)
E 630. Peranan Komunikasi Dan Semangat Kerja Untuk Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Indoraya Primatex (Manajemen)
E 631. Studi Empiris Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal  Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. 2010  (Manajemen)
E 632. Pengaruh Keputusan Produk Individual Shampoo Pantene Pro-V Terhadap Loyalitas Konsumen  (Manajemen)
E 633. Tinjauan Terhadap Teori Perilaku Produsen Perbandingan Antara Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Syariah (Ekonmi Pembangunan)
E 634. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Manajemen)
E 635. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional(Akuntansi)
E 636. Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44 Pada PT. Ira Widya Utama Medan (Akuntansi)
E 637. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Otomotif Dan Industri Terkait Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta (Akuntansi)
E 638. Hubungan Antara Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Efektivitas Pengendalian Biaya (Survei di 5 Hotel di Kota Tasikmalaya) (Akuntansi)
E 639. Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong (Studi Kasus Kota Jakarta Selatan) (Ilmu Ekonomi)
E 640. Analisis Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum Di DIY Tahun 1986 – 2005(Ilmu Ekonomi)
E 641. Pengaruh Imbalan Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2001.1-2006.4  (Ilmu Ekonomi)
E 642. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Dan Perusahaan Diakuisisi Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) (Manajemen)
E 643. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum Di Indonesia (Pada Tahun 2004:02-2005:12)  (Ekonoi Pembangunan)
E 644. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Memilih Coffeeshop di Yogyakarta
E 645. Analisis Faktor-Faktor Permintaan Ekspor Timah Putih Indonesia Oleh Singapura Tahun 1979 – 2003 (Ekonoi Pembangunan)
E 646. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Deviden Per Share Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta Th 2001 – 2003 (Akuntansi)
E 647. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Tahun 1990.1 – 2005.4  (Ilmu Ekonomi)
E 648. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi masyarakat Indonesia (Tahun 1988-2005) (Ilmu Ekonomi)
E 649. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Asuransi Mitra Beasiswa Pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Operasional Yogyakarta Gondomanan (Ekonomi Pembangunan)
E 650. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Moneter (1990:1-2005:4) (Ilmu Ekonomi)
E 651. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA Di DIY
E 652. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta (Akuntansi)
E 653. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1984-2003 (Ekonomi Pembangunan)
E 654. Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta (Akuntansi)
E 655. Korelasi Investment Oportunity Set (IOS) Perusahaan Tumbuhan Dan Tidak Bertumbuh Terhadap /Abnormal Return Perusahan  (Akuntansi)
E 656. Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta) (Akuntansi)
E 657.  Analisis Minat Masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan Bahasa EF English First(Manajemen)
E 658. Pengaruh Asset Growth, Debth To Equity Ratio, Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2004(Akuntansi)
E 659. Analisis Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Propinsi Jawa Tengah Periode Tahun Anggaran 2000-2002 (Ekonomi Pembangunan)
E 660. Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Return Saham  (Akuntansi)
E 661.  Analisis Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah Dan Pinjaman Daerah Di Kabupaten Dan Kota Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1994/1995-2003 (Ekonomi Pembangunan)
E 662. Studi Tentang Penanaman Modal Asing Di Indonesia periode 1985 – 2005 (Ilmu Ekonomi)
E 663. Preferensi dan Permintaan Masyarakat terhadap Produk – Produk Bank Syariah ( Studi Kasus : Bank BTN Syariah dan Bank BNI Syariah di Yogyakarta )  (Ekonomi Pembangunan)
E 664. Analisis Perbandingan Resiko Dan Tingkat Pengembalian Reksa Dana Syariah Dan Reksa Dana Konvensiona (Akuntansi)
E 665. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta  (Akuntansi)
E 666.  Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Kepuasan Pembelian Kebab Turki Baba Rafi Di Yogyakarta (Manajemen)
E 667. The Analysis Of Factors Affecting Indonesia’s Tobaco Exports To The United States: A Partial Adjustment Model (1981-2001) (Economics International)
E 668. Mengukur Tingkat Kemampuan Keuangan Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Periode 2000-2004 Di Kabupaten Lampung Timur (Akuntansi)
E 669. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Produk Distribution Outlet Di Kota Yogyakarta(Manajemen)
E 670. Reaksi Pasar Modal Indonesia Sebelum, Saat dan Setelah Pelaksanaan Pekan Olahraga Olimpiade Beijing-China 2008 (Studi pada Subsektor Farmasi Bursa Efek Indonesia (BEI))  (Manajemen)E 671. Analisis Sumber dan Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Untuk Meningkatkan Likuiditas Organisasi (Studi Pada KPRI Universitas Brawijaya dan KPRI RSSA Malang) (Manajemen)E 672. Analisis Pengelolaan Model Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas Perusahaan (Studi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk) (Manajemen)

E 673. Aplikasi Pembiayaan Murabahah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Syari’ah Pare Kediri(Manajemen)

E 674. Studi Komparatif Terhadap Kinerja Saham Syariah di Indonesia dan Malaysia (Manajemen)

E 675. Analisis Pengaruh Variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) Dan Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham (Studi pada Saham Perusahaan Jasa Telekomunikasi Pemerintah yang Go Public di BEI Tahun 2004 – 2008) (Manajemen)

E 676. Efisiensi Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas pada Koperasi “SAE” Pujon (Manajemen)

SKRIPSI IESP/EKONOMI PEMBANGUNAN

 

1. ANALISIS PMA DI JATENG BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 95
2. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN PEMERINTAH TAHUN 1970-1992 – 95
3. ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENDAPATAN TINGKAT BUNGA TERHADAP TABUNGAN MAHASISWA – 95
4. UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KAB. DATI II NGAWI – 95
5. PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KAB. DATI II KEBUMEN – 95
6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI LAHAN SAWAH DI DAERAH KEC. SEDAYU KAB. BANTUL – 95
7. KOSONG
8. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DARI USAHA KERAJINAN GERABAH KASONGAN – 95
9. ANALISIS OPTIMALI USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING PERIODE TAHUN 1994 – 95
10. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PENGRAJIN SALE PISANG GORENG DENGAN PENGRAJIN SALE PISANG BASAH – 91
11. ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN LOGAM METAL DAN PENDAPATAN PENGRAJIN BATA MERAH – 95
12. ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI USAHA TANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DENGAN USAHA TANI TEBU MASA TANAM TAHUN 1992-1993 DI KEC. JEKULO KAB. KUDUS – 95
13. KOSONG
14. KOSONG
15. KOSONG
16. ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR PENDAPATAN DAERAH REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KAB. BANTUL TAHUN 1980-1993 – 95
17. SUMBER DAN PENGELOLAAN DANA KOPERASI PRIMKOPAU II DI KAB. SLEMAN PERIODE 1990-1994 – 95
18. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK KERAJINAN KULIT PADA INDUSTRI KULIT DI KEPARAKAN YOGYA – 93
19. ANALISA PENDAPATAN PETANI BAWANG PUTIH DI DUSUN NADEN KEL. SUTOPATI KEC. KAJORAN KAB. MAGELANG – 95
20. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI – 94
21. USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN TANDUK MAUPUN INDUSTRI KERAJINAN PANDE BESI – 95
22. PERANAN IRIGASI DARI SUMUR BOR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN – 95
23. KOSONG
24. PERANAN USAHA PETERNAKAN AYAM POTONG SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA – 95
25. DAMPAK PEMILIHAN JENIS KOMODITAS BAWANG MERAH DAN CABAI MERAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI – 95
26. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN MENONTON FILM DI KALANGAN MAHASISWA STIE KERJASAMA JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM DIII – 95
27. ANALISIS RENCANA PENAMBAHAN KAMAR PADA HOTEL BOROBUDUR DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL DAN ASPEK SOSIAL – 95
28. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT – 98
29. KOSONG
30. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH WISATAWAN AMBARUKMO PALACE YOGYA TH 1990-1997 – 98
31. ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI MONOCROPPING DENGAN PENDAPATAN PETANI MULTICROPPING – 98
32. CIRI-CIRI DAN MOTIV MOBILITAS DARI PENARIK BECAK DI KOTAMADYA TEGAL – 96
33. KOSONG
34. KOSONG
35. ANALISA HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN DI KEL. BLIMBING KEC. BLIMBING KODYA MALANG – 91
36. STUDI KORELASI TENTANG TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KB PADA PUS (PASANGAN USIA SUBUR) DI KEL. JOSENAN KEC. TAMAN KODYA MADIUN – 91
37. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN DAERAH UNTUK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI KAB. SUMENEP – 92
38. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS (SK : KEL. KACANG BESUKI KEC. SUKUN KODYA MALANG) – 91
39. PENGARUH TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KAB. LUMAJANG DALAM KURUN WAKTU 1983-1991 – 93
40. ELASTISITAS PERMINTAAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KONSUMSI MINYAK TANAH DI DESA KAUMREJO KEC. NGANTANG KAB. MALANG – 93
41. KOSONG
42. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MINYAK TANAH (SK : DI KAB. MALANG) – 96
43. ANALISA POTENSI RETRIBUSI PASAR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DATI II KEDIRI – 97
44. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) (SK : DI KAB. BANTUL) – 94
45. KOSONG
46. KOSONG
47. KOSONG
48. ANALISA TINJAUAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH TAHUN 1983-1999 – 02
49. ANALISA KOMPARATIF PENDAPATAN NASIONAL DAN EKSPOR SEKTORAL (PERTANIAN, MIGAS DAN INDUSTRI) UJI KAUSALITAS (SK : INDONESIA, THAILAND, MALAYSIA PERIODE 1976-1998) – 01
50.USAHA PENINGKATAN EKSPOR KOMODIIT KELAPA SAWIT PADA PT. SOCFINDO MEDAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS DI SUMUT – 99
51. KOSONG
52. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI JAMUR MERANG (SK : SINDUHARJO, NGAGLIK, SLEMAN) – 96
53. VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENYADAPAN TENAGA KERJA DI SEKTOR PARIWISATA DIY (1980-1995) – 97
54. ANALISA PERBANDINGAN KEUNTUNGAN INDUSTRI TAS NILON DENGAN INDUSTRI TAS AGEL DI KEC. SENTOLO KAB. KULON PROGO – 97
55. KOSONG
56. KOSONG
57. ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA LISTRIK TERHADAP HARGA OUTPUT INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA – 99
58. DAMPAK DEREGULASI PERBANKAN TERHADAP PEMBENTUKAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA (1979-1992) – 95
59. ANALISIS PENDAPATAN PETANI CABAI RAWIT (SK : DESA KREMBANGAN KEC. PANJATAN KULON PROGO) – 96
60. PERKEMBANGAN BADAN KREDIT DESA DAN DAMPAKNYA TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN USAHA MASYARAKAT PEDESAAN (SK : BKD KUTOSARI DAN BKD BAGUNG KEBUMEN) – 96
61. STUDI EVALUASI LINGKUNGAN PADA PEMBANGUNAN SARANA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PG. MADUKISMO BANTUL – 01
62. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ”YY” GARMENT STUDIO YOGYA – 00
63. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI INDUSTRI KECIL PATUNG PRIMITIF (SK : DESA BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL DIY) – 00
64. PERANAN PENDAPATAN PERAJIN KALENG BEKAS TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI PT. KARYA BARU DESA NGADIREJO MAGELANG – 02
65. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUNGA POTONG KRISAN (SK : KEBUN BUNGA SRI PADMA HUDYANA GIRI, DESA PETUNG, KEPUNGHARJO, CANGKRINGAN SLEMAN) – 02
66. KOSONG
67. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT (SK : DESA SUMBERSARI, MOYUDAN SLEMAN) – 02
68. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN BERSIH JASA TELEKOMUNIKASI (SK : DESA NGESTI HARJO, KASIHAN, BANTUL) – 02
69. ANALISIS PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN TAMADES DAN DEPOSITO DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (SK : BPR-BKK CABANG KEBUMEN) – 01
70. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR LADA PUTIH INDONESIA KE SINGAPURA 1988-1999 – 01
71. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA (SK : INDUSTRI BUNGA KERING KAMPUNG DUKUH, GEDONGKIWO) – 02
72. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA TANI MENDONG DAN PADI – 00
73. ANALISIS PERMNTAAN SEPEDA MOTOR JEPANG DI DIY – 01
74. PERANAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PAD DI KAB. DATI II SLEMAN TAHUN ANGGARAN 1995/1996 – 1999/2000 – 02
75. PENGARUH POLA PERGESERAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP HASIL PRODUKSI PERTANIAN TANAMAN PANGAN PADI DI DIY (1985-2000) – 02
76. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN RETRIBUSI (SK : PASAR GODEAN SLEMAN 1998-2000) – 01
77. PERANAN INDUSTRI KECIL EMPING MLINJO TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (SK : DESA BAWANG, BATANG JATENG) – 02
78. KOSONG
79. KOSONG
80. KAJIAN PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BRI DAN PENGARUH KREDIT BANK TERHADAP AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT (SK : PENGUSAHA DAN WIRASWASTA YANG MERUPAKAN NASABAH BRI UNIT NANGGULAN, KULON PROGO) – 02
81. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI LISTRIK BAGI RUMAH TANGGA – 02
82. PERANAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PAD KAB. DATI II KULONPROGO TH. ANGGARAN 1991/1992 – 1999/2000 – 01
83. STUDI KELAYAKAN USAHA TANI SALAK PONDOH (SK : DESA KALIURANG. SRUMBUNG, MAGELANG JATENG) – 02
84. KOSONG
85. ANALISYS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AYAM PEDAGING (BROILER) TAHUN 2001 (SK : TEMPEL, SLEMAN DIY) – 01
86. ANALISIS PENYERAPAN DANA MASYARAKAT OLEH PERBANKAN DI INDONESIA 1969 – 1999 – 00
87. EFISIENSI USAHA PENGOLAHAN TEH HIJAU PADA PT. PAGILARAN SUB UNIT PENGOLAHAN TEH HIJAU SAMIGALUH KULON PROGO – 02
88. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN SEKTOR PARIWISATA DI KAB. DATI II GUNUNG KIDUL TAHUN 1993-2000 – 00
89. KOSONG
90. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG WAROENG ANGKRINGAN (SK : IMOGIRI, BANTUL, DIY) – 01
91. KOSONG
92. ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MIKRO DI PASAR BERINGHARJO DIY – 02
93. PERANAN PBB TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PEMDA KAB. CILACAP TA 1989-2000 – 02
94. ESTIMASI GARIS KEMISKINAN DAN PERUBAHAN KESEJAHTERAAN DI INDONESIA TAHUN 1999 PENDEKATAN LINEAR EXPENDITURE SYSTEM – 02
95. PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTARA DUA DESA DI BALI (SK : DESA KEMENUH, GIANYAR, DAN DESA TALIBENG, KARANGASEM) – 95
96. KOSONG
97. KOSONG
98. ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU DI DIY TAHUN 1993-2001 – 02
99. DETERMINAN REALISASI PAD KAB. DATI II PATI KURUN WAKTU 1980-1999 – 03
100. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INFLASI DI INDONESIA SELAMA PERIODE 1994-2000 – 01
101. ANALISIS PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP INVESTASI INDONESIA PERIODE 1983-2000 – 03
102. EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI BATU BATA DI KEL. BANTURUNG KEC. BUKIT BARU – 97
103. KOSONG
104. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL KERAJINAN PAHAT BATU DI DESA TAMAN AGUNG KEC. MUNTILAN KAB. MAGELANG – 00
105. PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PAD KAB. PURWOREJO – 02
106. EFEKTIVITAS KEBIJAKSANAAN MONETER DI INDONESIA 1970-2002 – 04
107. KETIDAKADILAN VERTIKAL DALAM PENETAPAN PBB PERUMAHAN (SK : PERUM DI SLEMAN DAN BANTUL) – 05
108. KOSONG
109. REEVALUASI FINANSIAL USAHA DAGANG UD. SEMBILAN – 02

ARTIKEL 2

contoh judul skripsi jurusan ekonomi pembangunan

CONTOH SKRIPSI

Kami memiliki Ribuan Contoh Skripsi Lengkap Semua Jurusan Dari Mulai contoh skripsi Manajemen, Manajemen Ekonomi, Manajemen Pemasaran, Manajemen SDM, Skripsi …

http://contohskripsikoe.blogspot.com/ – Fri, 06 Sep 2013 16:13:00 GMT

Kumpulan Contoh Judul Skripsi Sistem Pembangunan Ekonomi

Kumpulan 50 Judul Skripsi Sistem Pembangunan Ekonomi 13. ANALISA TINGKAT EFISIENSI BANK-BANK DEVISA YANG GO PUBLIK PADA BURSA EFEK INDONESIA; ANALISIS PENDAPATAN …

http://judulskripsita.com/category/sistem-pembangunan-ekonomi – Sat, 28 Sep 2013 18:17:00 GMT

Contoh Judul SKRIPSI Jurusan Ekonomi – Akuntansi 2013 Terbaru …

Contoh Judul SKRIPSI Jurusan Ekonomi – Akuntansi 2013 Terbaru – SKRIPSI mahasiswa – Judul Skripsi jurusan S1 Akuntansi – Haloo teman-teman semuanya pada kesempatan …

http://catatan-harian-fathan.blogspot.com/2013/01/contoh-judul-skripsi-jurusan-ekonomi.html – Fri, 27 Sep 2013 05:39:00 GMT

Kumpulan Koleksi Contoh Judul SKripsi Fakultas Ekonomi (Manajemen …

Kumpulan Koleksi Contoh Judul SKripsi Fakultas Ekonomi (Manajemen) – Postingan ini melengkapi judul skripsi yang sebelumnya, yang hanya terbatas dalam Judul Skripsi …

http://sumber-mu.blogspot.com/2012/08/kumpulan-koleksi-contoh-judul-skripsi.html – Sat, 24 Aug 2013 20:24:00 GMT

Kumpulan Contoh Proposal Judul Skripsi Manajemen

Kumpulan Skripsi Tugas Akhir Tesis Managemen, Managemen Operasional, Managemen Informatika, Managemen Pendidikan, secara Online dan Full Content dalam Words dan PDF File

http://www.skripsimanajemen.net/ – Wed, 25 Sep 2013 07:15:00 GMT

Contoh Judul Skripsi, Tesis & Disertasi: Privacy Policy

Info kumpulan contoh Judul skripsi, contoh judul tesis dan judul disertasi, jurnal ilmiah dan makalah baik untuk S1, s2 dan s3 juga daftar info beasiswa S1, beasiswa …

http://judulskripsi-tesis.blogspot.com/2008/03/privacy-policy.html – Wed, 04 Sep 2013 16:22:00 GMT

Kumpulan Judul Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit « Contoh …

Kumpulan Judul Contoh Tesis Administrasi Rumah Sakit. Di bawah ini kami sajikan beberapa contoh judul tesis administrasi rumah sakit. Kami memiliki beberapa judul …

http://contohtesis.idtesis.com/kumpulan-judul-contoh-tesis-administrasi-rumah-sakit.html/ – Sat, 28 Sep 2013 20:33:00 GMT

Kumpulan Judul Contoh Tesis Hukum Perdata « Contoh Tesis | Contoh …

Kami menyajikan banyak judul tentang Tesis Hukum Perdata. Banyaknya pilihan yang ada dalam daftar kami, memungkinkan Anda untuk menemukan judul yang sesuai atau …

http://contohtesis.idtesis.com/kumpulan-judul-contoh-tesis-hukum-perdata.html/ – Fri, 27 Sep 2013 05:04:00 GMT

ARTIKEL 1

Kumpulan Judul Contoh Skripsi Ekonomi Pembangunan

Ekonomi Pembangunan merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang menganalisa permasalahan yang dihadapi biasanya dalam negara yang sedang berkembang. Lulusan program studi pembangunan sangat dibutuhkan saat ini, untuk memperbaiki kondisi di Indonesia. Banyak hal yang bisa dijadikan sebagai bahan pokok permasalahan untuk penelitian seperti mengulas potensi dari PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), efektivitas dari Pajak Kendaraan Bermotor, potensi atau prospek dari pajak hotel, evaluasi APBD dan masih banyak lagi. Berikut judul Skripsi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, sebagai bahan referensi tambahan untuk penulisan tugas akhir Anda.
SOFT COPY
KODE O 14 (PDF)
  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA INDUSTRI TEMBAKAU DAN BUMBU ROKOK (ISIC 314) DI INDONESIA PERIODE 1983-1998, 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PADA USAHATANI CABAI MERAH DI JAWA BARAT, 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA DEFORESTASI DI PRIPINSI JAWA BARAT, 01
  • ANALISA PENERIMAAN DAERAH PEMERINTAH KOTA PEKANBARU TAHUN 1999/2000-2003 (STUDI KOMPARATIF SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH), 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO YANG MEMPENGARUHI INVESTASI PADA SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2004, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET DARI INDONESIA KE AMERIKA KURUN WAKTU 1980 – 2003, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI OUPUT INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KONVEKSI (Studi Kasus di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta), 05
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA YOGYAKARTA (TAHUN 1991-2005), 08
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ASURANSI MITRA BEASISWA PADA AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR OPERASIONAL YOGYAKARTA GONDOMANAN, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003, 05
  • ANALISIS KAUSALITAS INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (Kasus Perekonomian Indonesia Tahun 1994.1 – 2003.4) Dengan Metode Error Corection Model, 06
  • ANALISIS KESENJANGAN PENDAPATAN REGIONAL DI JAWA PERIODE TAHUN 1998-2001, 06
  • ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN REGIONAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2003, 05
  • ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SLEMAN DALAM MASA OTONOMI DAERAH TAHUN, 06
  • ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 1989 – 2003, 05
  • ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN 2000-2002, 05
  • ANALISIS PERDAGANGAN BILATERAL ANTARA INDONESIA DENGAN SINGAPURA PERIODE TAHUN 1980-2003, 05
  • ANALISIS PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH DAN PINJAMAN DAERAH DI KABUPATEN DAN KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1994/1995-2003, 05
  • ANALISIS PERKEMBANGAN INVESTASI ASING DI INDONESIA PERIODE 1987-2003, 06
  • ANALISIS PERKEMBANGAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 1994/1995 – 2003, 05
  • DETERMINAN DARI KREDIT RENTENIR UNTUK PEDAGANG MIKRO ( Studi Kasus Pada Pedagang Mikro di Pasar Tradisional Gunungkidul, Yogyakarta ), 06
  • ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA DALAM NEGERI PADA BANK UMUM DI INDONESIA, 06
  • ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN ATAS DASAR TENAGA KERJA PROPINSI JAWA TIMUR KURUN WAKTU 1999 – 2003 ( melalui pendekatan teknik perencanaan pembangunan : Shift Share ), 05
  • LOYALITAS NASABAH PADA BANK SYARI’AH STUDI PERBANDINGAN PADA NASABAH BANK UMUM SYARI’AH DAN NASABAH BANK UMUM KONVENSIONAL DI YOGYAKARTA, 06
  • MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN NASABAH BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN PELANGGAN, 06
  • PENGARUH JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA BANK, SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA, DAN TINGKAT LAJU INFLASI TERHADAP JUMLAH ALOKASI KREDIT MODAL KERJA PADA BANK-BANK UMUM DI INDONESIA ( 2001.01 – 2006.04 ), 07
  • PENGARUH REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA, 06
  • PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN SUKU BUNGA TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH (STUDI KASUS BPR SYARIAH BANGUN DRAJAT WARGA YOGYAKARTA) PERIODE TAHUN 2002 – TAHUN 2005, 06
  • PENGARUH TOTAL BAGI HASIL, SUKU BUNGA DAN FATWA MUI TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE 2001-2005, 06
  • PERANAN PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2000 – 2004, 05
  • PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1998-2000 DAN 2001-2003, 06
  • PREFERENSI DAN PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK – PRODUK BANK SYARIAH ( STUDI KASUS : BANK BTN SYARIAH DAN BANK BNI SYARIAH DI YOGYAKARTA ), 06
  • ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PERTANIAN PADI SAWAH DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 1999 (MENGGUNAKAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER COBB-DOUGLASS), 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR SEBELUM DAN SESUDAH LIKUIDASI 16 BANK UMUM DI INDONESIA (JANUARI 1997-JUNI 1998), 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN TONGKOL DI INDONESIA, 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH, 01
  • PENGARUH BEA MASUK, TINGKAT PENDAPATAN/KAPITA DAN KRISIS EKONOMI TERHADAP NILAI IMPOR KENDARAAN PENUMPANG RODA EMPAT INDONESIA TAHUN 1980-1999, 01
  • PENGARUH HARGA, BIAYA UPAH DAN BIAYA BAAN BAKU TERHADAP PENAWARAN PADA INDUSTRI KECIL BREIEN/PERAJUTAN DI KOTAMADYA BANDUNG, 01
KODE O 02 (MS WORD)
  • ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BUNGA NOMINAL DI YOGYAKARTA TAHUN 1985 – 2004, 04
  • PENGARUH BELANJA PEMBANGUNAN PADA SEKTOR PRIMER TERHADAP PDRB KAB MERAUKE
  • IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR STRATEGIS DI WILAYAH KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO PERIODE 1999-2003, 05
  • ANALISIS PENGARUH DANA PERIMBANGAN  TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH PASCA DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
HARD COPY
KODE O 24
  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA INDUSTRI TEMBAKAU DAN BUMBU ROKOK (ISIC 314) DI INDONESIA PERIODE 1983-1998, 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PADA USAHATANI CABAI MERAH DI JAWA BARAT, 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA DEFORESTASI DI PRIPINSI JAWA BARAT, 01
  • ANALISA PENERIMAAN DAERAH PEMERINTAH KOTA PEKANBARU TAHUN 1999/2000-2003 (STUDI KOMPARATIF SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH), 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO YANG MEMPENGARUHI INVESTASI PADA SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2004, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET DARI INDONESIA KE AMERIKA KURUN WAKTU 1980 – 2003, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI OUPUT INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KONVEKSI (Studi Kasus di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta), 05
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA YOGYAKARTA (TAHUN 1991-2005), 08
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ASURANSI MITRA BEASISWA PADA AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR OPERASIONAL YOGYAKARTA GONDOMANAN, 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003, 05
  • ANALISIS KAUSALITAS INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (Kasus Perekonomian Indonesia Tahun 1994.1 – 2003.4) Dengan Metode Error Corection Model, 06
  • ANALISIS KESENJANGAN PENDAPATAN REGIONAL DI JAWA PERIODE TAHUN 1998-2001, 06
  • ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN REGIONAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2003, 05
  • ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SLEMAN DALAM MASA OTONOMI DAERAH TAHUN, 06
  • ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 1989 – 2003, 05
  • ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN 2000-2002, 05
  • ANALISIS PERDAGANGAN BILATERAL ANTARA INDONESIA DENGAN SINGAPURA PERIODE TAHUN 1980-2003, 05
  • ANALISIS PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH DAN PINJAMAN DAERAH DI KABUPATEN DAN KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1994/1995-2003, 05
  • ANALISIS PERKEMBANGAN INVESTASI ASING DI INDONESIA PERIODE 1987-2003, 06
  • ANALISIS PERKEMBANGAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 1994/1995 – 2003, 05
  • DETERMINAN DARI KREDIT RENTENIR UNTUK PEDAGANG MIKRO ( Studi Kasus Pada Pedagang Mikro di Pasar Tradisional Gunungkidul, Yogyakarta ), 06
  • ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA DALAM NEGERI PADA BANK UMUM DI INDONESIA, 06
  • ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN ATAS DASAR TENAGA KERJA PROPINSI JAWA TIMUR KURUN WAKTU 1999 – 2003 ( melalui pendekatan teknik perencanaan pembangunan : Shift Share ), 05
  • LOYALITAS NASABAH PADA BANK SYARI’AH STUDI PERBANDINGAN PADA NASABAH BANK UMUM SYARI’AH DAN NASABAH BANK UMUM KONVENSIONAL DI YOGYAKARTA, 06
  • MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN NASABAH BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN PELANGGAN, 06
  • PENGARUH JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA BANK, SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA, DAN TINGKAT LAJU INFLASI TERHADAP JUMLAH ALOKASI KREDIT MODAL KERJA PADA BANK-BANK UMUM DI INDONESIA ( 2001.01 – 2006.04 ), 07
  • PENGARUH REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA, 06
  • PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN SUKU BUNGA TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH (STUDI KASUS BPR SYARIAH BANGUN DRAJAT WARGA YOGYAKARTA) PERIODE TAHUN 2002 – TAHUN 2005, 06
  • PENGARUH TOTAL BAGI HASIL, SUKU BUNGA DAN FATWA MUI TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE 2001-2005, 06
  • PERANAN PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2000 – 2004, 05
  • PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1998-2000 DAN 2001-2003, 06
  • PREFERENSI DAN PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK – PRODUK BANK SYARIAH ( STUDI KASUS : BANK BTN SYARIAH DAN BANK BNI SYARIAH DI YOGYAKARTA ), 06
  • ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PERTANIAN PADI SAWAH DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 1999 (MENGGUNAKAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER COBB-DOUGLASS), 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR SEBELUM DAN SESUDAH LIKUIDASI 16 BANK UMUM DI INDONESIA (JANUARI 1997-JUNI 1998), 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN TONGKOL DI INDONESIA, 01
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH, 01
  • PENGARUH BEA MASUK, TINGKAT PENDAPATAN/KAPITA DAN KRISIS EKONOMI TERHADAP NILAI IMPOR KENDARAAN PENUMPANG RODA EMPAT INDONESIA TAHUN 1980-1999, 01
  • PENGARUH HARGA, BIAYA UPAH DAN BIAYA BAAN BAKU TERHADAP PENAWARAN PADA INDUSTRI KECIL BREIEN/PERAJUTAN DI KOTAMADYA BANDUNG, 01
  • ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BUNGA NOMINAL DI YOGYAKARTA TAHUN 1985 – 2004, 04
  • PENGARUH BELANJA PEMBANGUNAN PADA SEKTOR PRIMER TERHADAP PDRB KAB MERAUKE
  • IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR STRATEGIS DI WILAYAH KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO PERIODE 1999-2003, 05
  • ANALISIS PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH PASCA DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
  • KONTRIBUSI RETRIBUSI PARKIR DALAM PENINGKATAN PAD TINGKAT II KOTAMADYA YOGYAKARTA/1994
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MINYAK TANAH (STUDI KASUS DI KABUPATEN MALANG)
  • PERANAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN DATI II SLEMAN TAHUN ANGGARAN 1995/1996 – 1999/2000, 02
  • HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA 1970-2002, 04
  • TINJAUAN ATAS PENERAPAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KABUPATEN BANTUL (STUDI KASUS DI DESA SELOHARJO KECAMATAN PUNDONG DAN DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I YOGYAKARTA), 04
  • PERANAN USAHA PETERNAKAN AYAM POTONG (BOILER) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM PENINGKATAN PENDAPAT KELUARGA DI DESA JETIS, KECAMATAN PALIYAN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGGUNAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN OLEH PESERTA ASKES DI KOTA MADIUN (STUDI KASUS PADA PO CENDANA DAN BENGKEL LATU MURNI), 07
  • PERANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, 00
  • ANALISIS PERUBAHAN HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA (PERIODE 2001-2004), 07
  • UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II NGAWI, 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI LAHAN SAWAH DI DAERAH KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL, 1995

KODE – 07GM
  • ANALISIS PMA DI JATENG BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN PEMERINTAH TAHUN 1970-1992 – 95
  • ANALISIS PENGARUH FAKTOR PENDAPATAN TINGKAT BUNGA TERHADAP TABUNGAN MAHASISWA – 95
  • UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KAB. DATI II NGAWI – 95
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KAB. DATI II KEBUMEN – 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI LAHAN SAWAH DI DAERAH KEC. SEDAYU KAB. BANTUL – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DARI USAHA KERAJINAN GERABAH KASONGAN – 95
  • ANALISIS OPTIMALI USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING PERIODE TAHUN 1994 – 95
  • ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PENGRAJIN SALE PISANG GORENG DENGAN PENGRAJIN SALE PISANG BASAH – 91
  • ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN LOGAM METAL DAN PENDAPATAN PENGRAJIN BATA MERAH – 95
  • ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI USAHA TANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DENGAN USAHA TANI TEBU MASA TANAM TAHUN 1992-1993 DI KEC. JEKULO KAB. KUDUS – 95
  • ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR PENDAPATAN DAERAH REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KAB. BANTUL TAHUN 1980-1993 – 95
  • SUMBER DAN PENGELOLAAN DANA KOPERASI PRIMKOPAU II DI KAB. SLEMAN PERIODE 1990-1994 – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK KERAJINAN KULIT PADA INDUSTRI KULIT DI KEPARAKAN YOGYA – 93
  • ANALISA PENDAPATAN PETANI BAWANG PUTIH DI DUSUN NADEN KEL. SUTOPATI KEC. KAJORAN KAB. MAGELANG – 95
  • ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI – 94
  • USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN TANDUK MAUPUN INDUSTRI KERAJINAN PANDE BESI – 95
  • PERANAN IRIGASI DARI SUMUR BOR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN – 95
  • PERANAN USAHA PETERNAKAN AYAM POTONG SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA – 95
  • DAMPAK PEMILIHAN JENIS KOMODITAS BAWANG MERAH DAN CABAI MERAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN MENONTON FILM DI KALANGAN MAHASISWA STIE KERJASAMA JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM DIII – 95
  • ANALISIS RENCANA PENAMBAHAN KAMAR PADA HOTEL BOROBUDUR DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL DAN ASPEK SOSIAL – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT – 98
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH WISATAWAN AMBARUKMO PALACE YOGYA TH 1990-1997 – 98
  • ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI MONOCROPPING DENGAN PENDAPATAN PETANI MULTICROPPING – 98
  • CIRI-CIRI DAN MOTIV MOBILITAS DARI PENARIK BECAK DI KOTAMADYA TEGAL – 96
  • ANALISA HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN DI KEL. BLIMBING KEC. BLIMBING KODYA MALANG – 91
  • STUDI KORELASI TENTANG TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KB PADA PUS (PASANGAN USIA SUBUR) DI KEL. JOSENAN KEC. TAMAN KODYA MADIUN – 91
  • PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN DAERAH UNTUK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI KAB. SUMENEP – 92
  • PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS (SK : KEL. KACANG BESUKI KEC. SUKUN KODYA MALANG) – 91
  • PENGARUH TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI KAB. LUMAJANG DALAM KURUN WAKTU 1983-1991 – 93
  • ELASTISITAS PERMINTAAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KONSUMSI MINYAK TANAH DI DESA KAUMREJO KEC. NGANTANG KAB. MALANG – 93
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MINYAK TANAH (SK : DI KAB. MALANG) – 96
  • ANALISA POTENSI RETRIBUSI PASAR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DATI II KEDIRI – 97
  • UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) (SK : DI KAB. BANTUL) – 94
  • ANALISA TINJAUAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH TAHUN 1983-1999 – 02
  • ANALISA KOMPARATIF PENDAPATAN NASIONAL DAN EKSPOR SEKTORAL (PERTANIAN, MIGAS DAN INDUSTRI) UJI KAUSALITAS (SK : INDONESIA, THAILAND, MALAYSIA PERIODE 1976-1998) – 01
  • USAHA PENINGKATAN EKSPOR KOMODIIT KELAPA SAWIT PADA PT. SOCFINDO MEDAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS DI SUMUT – 99
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI JAMUR MERANG (SK : SINDUHARJO, NGAGLIK, SLEMAN) – 96
  • VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENYADAPAN TENAGA KERJA DI SEKTOR PARIWISATA DIY (1980-1995) – 97
  • ANALISA PERBANDINGAN KEUNTUNGAN INDUSTRI TAS NILON DENGAN INDUSTRI TAS AGEL DI KEC. SENTOLO KAB. KULON PROGO – 97
  • ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA LISTRIK TERHADAP HARGA OUTPUT INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA – 99
  • DAMPAK DEREGULASI PERBANKAN TERHADAP PEMBENTUKAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA (1979-1992) – 95
  • ANALISIS PENDAPATAN PETANI CABAI RAWIT (SK : DESA KREMBANGAN KEC. PANJATAN KULON PROGO) – 96
  • PERKEMBANGAN BADAN KREDIT DESA DAN DAMPAKNYA TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN USAHA MASYARAKAT PEDESAAN (SK : BKD KUTOSARI DAN BKD BAGUNG KEBUMEN) – 96
  • STUDI EVALUASI LINGKUNGAN PADA PEMBANGUNAN SARANA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PG. MADUKISMO BANTUL – 01
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ”YY” GARMENT STUDIO YOGYA – 00
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI INDUSTRI KECIL PATUNG PRIMITIF (SK : DESA BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL DIY) – 00
  • PERANAN PENDAPATAN PERAJIN KALENG BEKAS TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI PT. KARYA BARU DESA NGADIREJO MAGELANG – 02
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUNGA POTONG KRISAN (SK : KEBUN BUNGA SRI PADMA HUDYANA GIRI, DESA PETUNG, KEPUNGHARJO, CANGKRINGAN SLEMAN) – 02
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT (SK : DESA SUMBERSARI, MOYUDAN SLEMAN) – 02
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN BERSIH JASA TELEKOMUNIKASI (SK : DESA NGESTI HARJO, KASIHAN, BANTUL) – 02
  • ANALISIS PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN TAMADES DAN DEPOSITO DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (SK : BPR-BKK CABANG KEBUMEN) – 01
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR LADA PUTIH INDONESIA KE SINGAPURA 1988-1999 – 01
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA (SK : INDUSTRI BUNGA KERING KAMPUNG DUKUH, GEDONGKIWO) – 02
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA TANI MENDONG DAN PADI – 00
  • ANALISIS PERMNTAAN SEPEDA MOTOR JEPANG DI DIY – 01
  • PERANAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PAD DI KAB. DATI II SLEMAN TAHUN ANGGARAN 1995/1996 – 1999/2000 – 02
  • PENGARUH POLA PERGESERAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP HASIL PRODUKSI PERTANIAN TANAMAN PANGAN PADI DI DIY (1985-2000) – 02
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN RETRIBUSI (SK : PASAR GODEAN SLEMAN 1998-2000) – 01
  • PERANAN INDUSTRI KECIL EMPING MLINJO TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (SK : DESA BAWANG, BATANG JATENG) – 02
  • KAJIAN PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BRI DAN PENGARUH KREDIT BANK TERHADAP AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT (SK : PENGUSAHA DAN WIRASWASTA YANG MERUPAKAN NASABAH BRI UNIT NANGGULAN, KULON PROGO) – 02
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI LISTRIK BAGI RUMAH TANGGA – 02
  • PERANAN PENERIMAAN RETRIBUSI PARIWISATA TERHADAP PAD KAB. DATI II KULONPROGO TH. ANGGARAN 1991/1992 – 1999/2000 – 01
  • STUDI KELAYAKAN USAHA TANI SALAK PONDOH (SK : DESA KALIURANG. SRUMBUNG, MAGELANG JATENG) – 02
  • ANALISYS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AYAM PEDAGING (BROILER) TAHUN 2001 (SK : TEMPEL, SLEMAN DIY) – 01
  • ANALISIS PENYERAPAN DANA MASYARAKAT OLEH PERBANKAN DI INDONESIA 1969 – 1999 – 00
  • EFISIENSI USAHA PENGOLAHAN TEH HIJAU PADA PT. PAGILARAN SUB UNIT PENGOLAHAN TEH HIJAU SAMIGALUH KULON PROGO – 02
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN SEKTOR PARIWISATA DI KAB. DATI II GUNUNG KIDUL TAHUN 1993-2000 – 00
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG WAROENG ANGKRINGAN (SK : IMOGIRI, BANTUL, DIY) – 01
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MIKRO DI PASAR BERINGHARJO DIY – 02
  • PERANAN PBB TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PEMDA KAB. CILACAP TA 1989-2000 – 02
  • ESTIMASI GARIS KEMISKINAN DAN PERUBAHAN KESEJAHTERAAN DI INDONESIA TAHUN 1999 PENDEKATAN LINEAR EXPENDITURE SYSTEM – 02
  • PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTARA DUA DESA DI BALI (SK : DESA KEMENUH, GIANYAR, DAN DESA TALIBENG, KARANGASEM) – 95
  • ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU DI DIY TAHUN 1993-2001 – 02
  • DETERMINAN REALISASI PAD KAB. DATI II PATI KURUN WAKTU 1980-1999 – 03
  • ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INFLASI DI INDONESIA SELAMA PERIODE 1994-2000 – 01
  • ANALISIS PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP INVESTASI INDONESIA PERIODE 1983-2000 – 03
  • EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI BATU BATA DI KEL. BANTURUNG KEC. BUKIT BARU – 97
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL KERAJINAN PAHAT BATU DI DESA TAMAN AGUNG KEC. MUNTILAN KAB. MAGELANG – 00
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PAD KAB. PURWOREJO – 02
  • EFEKTIVITAS KEBIJAKSANAAN MONETER DI INDONESIA 1970-2002 – 04
  • KETIDAKADILAN VERTIKAL DALAM PENETAPAN PBB PERUMAHAN (SK : PERUM DI SLEMAN DAN BANTUL) – 05
  • REEVALUASI FINANSIAL USAHA DAGANG UD. SEMBILAN – 02
KODE – Y 15
  • FUNGSI PERMINTAAN IMPOR BATUBARA KALTIM OLEH JEPANG – 95
  • PENGARUH PEMBUNGKUSAN PADA INDUSTRI KECIL TEMPE TERHADAP PENDAPATAN PERAJIN DI KEC. MAGELANG UTARA KODYA MAGELANG – 94
  • PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH PADA BERBAGAI SKALA USAHA [STUDI KASUS DI DAERAH KODYA DATI II SURAKARTA JATENG] – 94
  • ANALISA PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS [STUDI KASUS DESA GILANGHARJA KEC. PANDAK KAB. BANTUL DIY] – 95
  • USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN TATAH SUNGGING PEMBUATAN WAYANG KULIT DAN UNIT USAHA TANI KELURAHAN SOMOREJO KEC. SUKOHARJO KAB. SUKOHARJO – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI SALAK PONDOH [STUDI KASUS DI DESA DONOKERTO KEC. TURI KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • ANALISA POTENSI RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KAB. DATI II LAHAT SUMSEL – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI [STUDI KASUS DESA WUKIRSARI KEC. CANGKRINGAN KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEDAPATAN PENGUSAHA YANGKO DI KOTAGEDE KEC. KOTAGEDE KODYA YOGYAKARTA DIY – 95
  • ANALISIS POTENSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI PENERIMAAN DAERAH DI KODYA DATI II YK – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI ROSTER BANGUNAN – 95
  • HUB. ANTARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA TAJI KEC. PRAMBANAN KEB. KLATEN [STUDI KASUS DESA TAJI, KEC. PRAMBANAN KAB. KLATEN] – 95
  • ANALISA PENDAPATAN PAJAK TONTONAN BIOSKOP SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KODYA YK – 95
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN TERHADAP PAD DI KAB. DATI II KLATEN – 95
  • ANALISIS PENGELUARAN MAHASISWA STIE KERJA SAMA IESP [DIII] UNTUK MENONTON FILM – 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA JUMLAH UANG SAKU YANG DITABUNG MAHASISWA STIE KERJA SAMA IESP (DIII) YK – 95
  • ANALISIS KELAYAKAN PROYEK PENANGKATAN AIR SUNGAI BAWAH TANAH GUA BRIBIN DI KAB. GUNUNG KIDUL – 95
  • ANALISIS PERBEDAAN PENGARUH INMUM DENGAN INSUS TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KEC. PIYUNGAN KAB. BANTUL – 95
  • PROFIL DAN KEBERADAAAN USAHA OJEK SEPEDA MOTOR DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI DESA CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN DIY – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PERUSAHAAN ROTAN CV. KHALIM B RATTAN FURNITURE DI DESA TEGALWANGI KEC. WERU KAB. CIREBON – 95
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II KODYA YK – 95
  • ANALISA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA PETANI KRUPUK TAPIOKA DESA SRIHARDONO KEC. PUNDONG KAB. BANTUL DIY – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TAHUN 1973-1992 – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGHASILAN KULI PASAR SEKTOR INFORMAL DI PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTA ADMINISTRATIF KLATEN [STUDI KASUS PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTATIF KLATEN] – 95
  • ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN GERABAH KASONGAN [STUDI KASUS DI DUSUN BANGUNJIWO KEC. KASIHAN KAB. BANTUL DIY] – 95
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. KLATEN – 95
  • PENINGKATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEMERINTAH DATI II CIAMIS JABAR – 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MAHASISWA STIE KERJASAMA JURUSAN IESP S1 YK – 95
  • PERANAN KUD DALAM MELAYANI JASA PLN BAGI MASYARAKAT [STUDI KASUS DI KUD SLEMAN KEC. SLEMAN, KAB. SLEMAN PROP DIY] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JERUK [STUDI KASUS DI DESA UMBULREJO KEC, UMBULSARI KAB. JEMBER JATIM] – 95
  • PERANAN INDUSTRI KELAPA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI DESA JATINGARANG KEC. BAYAN KAB. PURWOREJO – 94
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI AIR PDAM OLEH RUMAH TANGGA – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KACANG TANAH [STUDI KASUS DI DESA TIRTOMULYO KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY 1994] – 95
  • ANALISA TABUNGAN DI KEC. DANUREJAN DAN KEC. SEWON YANG DIPENGARUHI FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN – 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1969/1970-1993/1994 – 95
  • PENGARUH PAKAN PADA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH [STUDI KASUS KOPERASI UPP KALIURANG SLEMAN YK] – 95
  • ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI DAN TUKANG KAYU SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI [STUDI KASUS KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY] – 95
  • PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHA TANI TEMBAKAU ASAPAN [STUDI KASUS DI DESA WONOSARI KEC. TRUCUK KAB. KLATEN] – 95
  • ANALISA PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM PEDAGING DAN PETELUR DESA PERAWATAN KEC. JOGONALAN KAB. KLATEN – 95
  • PERBEDAAN PENDAPATAN PETERNAK DARI USAHA BETERNAK AYAM PEDAGING DENGAN DARI USAHA PETERNAK AYAM PETELUR [STUDI KASUS DI DESA SADONOHARJO KEC. NGAGLIK KAB. SLEMAN DIY] – 94
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I DALAM MENINGKATKAN PAD KAB. DATI II SLEMAN – 94
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN KAROSERI MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG – 95
  • ANALISA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA TERNAK AYAM PETELUR DAN USAHA BATU BATA MERAH [STUDI KASUS DI DESA SUMYANG DAN DI DESA KARANG DUKUH KEC. JOGONALAN KAB. KLATEN JATENG] – 95
  • PERANAN KUD MELALUI TEMPAT PELAYANAN KOPERASI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI JERUK [STUDI KASUS DI DESA SEMPELAI, KEC. KEBAR KAB. SAMBAS. PROP KALBAR] – 95
  • PERAN RETRIBUSI PARKIR DALAM MENINGKATKAN PAD [STUDI KASUS DI KAB. DATI II MAWI] – 95
  • USAHA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PBB DI KAB. DATI II BANTUL – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PETANI SEMANGKA DAN PETANI KEDELAI [STUDI KASUS DI DESA TIRTORAHAYU, KEC. GALUR, KAB. KULONPROGO DIY] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN KULI PASAR SEKTOR INFORMAL DI PASAR BERINGHARJO KODYA YK – 95
  • POTENSI PENGEMBANGAN PENGRAJIN ROTAN MASYARAKAT PEDESAAN [STUDI KASUS PADA PENGRAJIN ROTAN DESA TRANGSAN, KEC. GATOK, KAB. SUKOHARJO PROP JATENG] – 95
  • ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA SAMPINGAN SEBAGAI PETERNAK AYAM PETELUR DAN SEBAGAI PENGRAJIN ANYAM-ANYAMAN TIKAR– 94
  • ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN PADI DENGAN TANAMAN BAWANG MERAH [STUDI KASUS KEC. TANJUNG KAB. BREBES PROP JATENG] – 94
  • TINGKAT PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHA PEMBUATAN BATU BATA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA [STUDI KASUS DI DESA TRIHANGGO KEC. GAMPING KAB. SLEMAN DIY] – 94
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI TANAMAN PADI DI DESA TANJUNG KEC. TANJUNG KAB. BREBES JATENG
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN JAM KERJA PADA USAHA PEMBUATAN BATU BATA [STUDI KASUS DI DESA LESAH KEC. MANISRENGGO KAB. KLATEN JATENG] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGELUARAN UNTUK MENONTON FILM MAHASISWA STIE KERJA SAMA IESP [S1]– 95
  • ANALISIS PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH [STUDI KASUS DAERAH TINGKAT II KAB. WONOGIRI]– 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PETANI KECIL MENCARI PENGHASILAN TAMBAHAN KE DAERAH PARIWISATA – 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR PADA DINAS PASAR BERINGHARJO DI DATI II KODYA YK – 94
  • PERANAN INDUSTRI BESI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA [ DESA SEGARAN, KEC. DELANGGU, KAB. TINGKAT II KLATEN] – 94
  • PENGELOLAAN DANA PADA PRIMKOPAR II LAMIL ADISUCIPTO YK PERIODE 1991-1995 – 95
  • KREDIT UNTUK SEKTOR INFORMAL [STUDI KASUS PENGEMBANGAN USAHA KECIL PENGELOLAAN KAPAS AFAL KUNTORO DI KLATEN] – 95
  • ANALISA SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ’JASA” PEKALONGAN 1989-1993 – 95
  • PENGARUH LUPIES PADI Y TERHADAP PEMBANGUNAN PROPINSI DIY SELAMA PELITA IV – PELITA V – 95
  • ANALISIS PEMBELIAN KREDIT KEPADA GOLONGAN EKONOMI LEMAH OLEH PD. BANK PASAR KAB. DATI II TEMANGGUNG – 94
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA TANI PADA PETANI BAWANG MERAH ILUNSIAN TANAM 1993-1994 [STUDI KASUS DI DESA TRIMULYO KEC. KRETEK KAB. BANTUL PROP YK] – 95
  • PERANAN INDUSTRI KERAJINAN MEBEL BAMBU DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT [STUDI KASUS DI DESA BENELANI TIRTONADI KEC. MELATI KAB. SLEMAN] – 95
  • PENERAPAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PADA DI KODYA SEMARANG – 95
  • UPAYA MENINGKATKAN PADA MELALUI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DI KAB. DATI II BANJARNEGARA – 95
  • ANALISA BIAYA PRODUKSI PENGUSAHA MEBEL UKIR ANTARA INDUSTRI BESAR, INDUSTRI SEDANG DAN INDUSTRI KECIL DI KAB. JEPARA – 95
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH TINGKAT II KEB. PEKALONGAN – 95
  • ANALISA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT PENGRAJIN GERABAH KASONGAN DISENTRA INDUSTRI KECIL BANGUNJIWO BANTUL – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PETERNAK AYAM PETELUR DI DESA GILANGHARJO KEC. PANDAK KAB. BANTUL DIY– 95
  • PENGARUH KREDIT USAHA TANI (KUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI [STUDI KASUS DI KUD TANI MAKMUR KEC. KASIHAN KAB. BANTUL PROP DIY] – 95
  • PERAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KAIN TENUN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KEC. SAMBAS KAB. SAMBAS PROP KALBAR 1994 – 95
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I PADA PENINGKATAN PAD DI KODYA YK DAN UPAYA PENINGKATANNYA – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ANYAMAN BAMBU [STUDI KASUS DIDESA KARANGSARI, KEC. PENGASIH, KAB. KULON PROGO KAB. DIY] 95
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI KOTAMADYA DATI II YK – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU [STUDI KASUS DI DESA SAMOPUTRO KEC. JOGONALAN KAB. KLATEN] – 95
  • PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA BATIK TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KELUARGA – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PAD DI KAB. DATI II CILACAP – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II KODYA YK – 95
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II BANTUL – 95
  • PENGARUH PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAGING BAGI [STUDI KASUS DI DESA AMBAR KETAWANG, KEC. GAMPING, KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • PERAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT DALAM MENUNJANG EKONOMI RUMAH TANGGA [STUDI KASUS INDUSTRI KERAJINAN KULIT. IMOGIRI DAERAH TINGKAT II BANTUL] – 95
  • FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PEDESAAN [STUDI KASUS DI DESA TRIMULYO SEBAGAI DAERAH IDT KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY] – 95
  • ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH LIKUIDITAS BANK INDONESIA TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN COR LOGAM [STUDI KASUS PADA ANGGOATA KOPERASI BATUR JAYA DI DESA TEGAL REJO KAB. KLATEN JATENG] – 95
  • ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN GERABAH DAN PENGRAJIN KULIT [STUDI KASUS DI DESA BANGUNJIWO DAN SABDODADI KAB. BANTUL DIY] – 95
  • PENGARUH INDUSTRI BATU BATA TERHADAP PENDAPATAN PETANI [STUDI KASUS DI DESA BALECATUR KEC. GAMPING KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • PERANAN INDUSTRI GEPLAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DAN KESEMPATAN KERJA [STUDI KASUS DI DESA BANGUNJIWO DAN SABDODADI KAB. BANTUL YK] – 94
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA TERNAK BURUNG PUYUH [STUDI KASUS DI DESA KALANGAN KEC. SALAMAN KAB. DATI II MALANG] – 95
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PENINGKATAN PAD [STUDI KASUS DI KODYA SAMARINDA] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA TANI MENDONG DAN USAHA TANI PADI [STUDI KASUS DI DESA SENDANG SARI. MINGGIR SLEMAN YK] – 94
  • PERAN SERTA KREDIT DI BPR MANDIRI SURYA PERDANA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PASAR – 94
  • PERANAN BAPAK ANGKAT DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MITRA USAHA INDUSTRI KECIL ROTI KUE DI KODYA MAGELANG – 94
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERAJIN TEMPE 1993 [STUDI KASUS ANGGOTA PRIMKOPTI KULON PROGO KAB. KULON PROGO DIY] – 94
  • POLA KONSUMSI KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA BALIKPAPAN – 94
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR DALAM MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH KAB. TINGKAT II SLEMAN – 94
  • INVESTASI SWASTA PMDN DAN PMA DI YOGYAKARTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM KURUN WAKTU 1975-1990 – 94
  • ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PENGRAJIN GENTENG [STUDI KASUS DI DESA UNDEN, DESA SIDOLUHUR KEC. GODEAN KAB. SLEMAN PROP DIY] – 95
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA [STUDI KASUS DI JALAN MALIOBORO DAN JL. A YANI KOTAMADYA DATI II YK] – 95
  • UPAYA INTENSIFIKASI PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH GUNA MENUNJANG APBD KAB. DATI II BANTUL – 94
  • STUDI KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS MINI UNTUK JALUR SELAM MAGELANG PP PADA P.O WIDODO PUTRO – 94
  • PERANAN PROMOSI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN INDUSTRI PARIWISATA [STUDI KASUS OBYEK WISATA KALISATA PANTAI PARANGTRITIS KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY] – 94
  • PENDAPATAN BERSIH DARI PEMBUATAN GENTENG DAN PERANNYA DALAM PENDAPATAN KELUARGA DI DESA WUKIRSARI KEC. IMOGIRI KAB. BANTUL DIY – 94
  • ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DALAM PRODUKSI KAIN PRIMA GRAY PABRIK TEKSTIL INFITEKS CEPER CAVIN 1990-1993 – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PAJAK PEMBANGUNAN I KA. DAERAH DATI II SLEMAN DIY – 95
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PAD DI KODYA YK– 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA RUMAH MAKAN [STUDI KASUS KELURAHAN SEMPER TIMUR. CILINCING, JAKARTA] – 95
  • ANALISIS INTENSITAS PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI MODEL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI PERAK [STUDI KASUS DI KEC. KOTAGEDE KODYA YK DIY] – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA KERAJINAN GERABAH [STUDI KASUS DI DESA KASONGAN KEC. KASIHAN KAB. BANTUL PROP DIY] – 95
  • PENGARUH JUMLAH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI BADAN KREDIT KEC. PEDAN KAB. DATI II KLATEN – 95
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH KODYA SURAKARTA SELAMA PELITA V – 94
  • PERAN PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN INDUSTRI DI SEKTOR PARIWISATA DI KOTA YK – 95
  • ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA GENTENG [DI KEC. SRUWENG, KAB. KEBUMEN. PROP JATENG] – 94
  • PENENTUAN LABA OPTIMUM [STUDI KASUS PADA PT. SARI HUSADA YK] – 95
  • ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN KONVEKSI DESA TEMANGGUNG KEC. MUNTILAN KAB. MAGELANG PROP JATENG – 95
  • VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI WINGKO BABAD [STUDI KASUS PADA USAHA DAGANG WINGKO BABAD DI SEMARANG] – 95
  • ANALISA PENDAPATAN PERAJIN KURSI BAMBU DI DESA TLOGOADI KEC. MLATI KAB. SLEMAN DIY 1994 – 95
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I DALAM MENINGKATKAN PAD [STUDI KASUS KAB. DAERAH TINGKAT II LAMPUNG UTARA] – 95
  • PENENTUAN BIAYA FACTORY OVERHEAD DALAM MENETAPKAN HARGA POKOK PRODUK PADA INDUSTRI LOGAM CV. H. MOH. RODHI BATUR CEPER – 94
  • FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA JENIS USAHA MAKANAN JAJANAN DI KEC. KLATEN TENGAH – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA [STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN GENTENG ”ZAB” SOKKA DI KEC. PEJAGOAN KAB. KEBUMEN] – 95
  • FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA 1969-1992 – 95
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DI KAB. DATI II KEBUMEN- 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KAKAU DAN PETANI METE [ STUDI KASUS DI DESA WILAGEDE DAN DESA GEDANG REJO KEC. KARANG MOJO KAB. GUNUNG KIDUL PROP DIY] -95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PENGRAJIN KULIT DI DESA PATAN PULUHAN KODYA YK – 95
  • PENGARUH DAFTAR HARGA GABAH YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH TERHADAP PETANI [STUDI KASUS DESA WUKIRSARI KEC. CANGKRINGAN KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA SAMPINGAN SEBAGAI PETERNAK SAPI PERAH [STUDI KASUS DESA CAWAN, KEC. JATINOM KAB. DATI II KLATEN JAATENG – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI PADA INDUSTRI PERAK KOTAGEDE YK – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI TAMBAK UDANG WINDU – 94
  • UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN [PBB] DI KODYA DATI II SEMARANG – 95
  • STUDI KELAYAKAN PADA PABRIK GROUND ROD PT. INDOSAS UTAMA YK – 95
  • PERAN INDUSTRI TENUN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA [STUDI KASUS DESA SUMBER RAHAYU KEC. MOYUDAN KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • ANALISIS PAJAK NEGARA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 94
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 1986/1987, 1992/1993 KAB. DATI II BANTUL – 95
  • ANALISA PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN DAN PERKEMBANGAN EKSPOR KERAJINAN PERAK [STUDI KASUS KEC. KOTAGEDE KODYA YK DIY] – 94
  • ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN REPLIKA PRODUK FIBER GLASS DI WONOCATUR BANGUNTAPAN BANTUL DIY – 95
  • PERAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PEMERINTAHAN DAERAH KODYA DATI II SALATIGA – 95
  • ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI USAHA SAMPINGAN SEBAGAI PENGRAJIN GERABAH DAN SEBAGAI PEDAGANG – 95
  • PERAN BADAN USAHA MILIK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. DATI II GUNUNG KIDUL – 95
  • PERANAN INDUSTRI KECIL TERHADAP PENDAPTAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA [STUDI KASUS DI DUSUN KAJEN, DESA BANGUN JIWO KEC. KASIHAN KAB. BANTUL] – 95
  • PENGARUH PAD TERHADAP PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI KAB. DATI II BANTUL YK – 95
  • PROSPEK INDUSTRI ROTAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER DEVISA NON MIGAS DI JATIM – 89
  • ANALISIS PENGELUARAN SOSIAL KELAS MENENGAH DI DESA AMBAR KETAWANG KEC. GAMPING KAB. SLEMAN – 95
  • POLA PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA KARYAWAN DI STIE KERJASAMA YK – 94
  • PERAN PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA DALAM USAHA MENINGKATKAN TINGKAT PENDAPATAN ANGGOTANNYA DI KAB. BANTUL DIY – 94
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR DALAM MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH KODYA DATI II YK THN 1988/1989, 1992-1993 – 95
  • ANALISIS PENERIMAAN DAERAH DI KODYA DATI II YOGYAKARTA THN 1985-1994 – 95
  • UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KAB. DAERAH TINGKAT II KULON PROGO – 95
  • ANALISIS PENDAPATAN WARUNG ANGKRINGAN DI MALIOBORO YK – 94
  • PROSPEK INDUSTRI KACANG JIPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN KELUARGA DI DESA LUMPANG KEC. KARANG ANYAR KAB. PURBALINGGA – 93
  • ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG (BAGIAN PRODUKSI) PADA PERUSAHAAN GENTENG KHM SOKKA DI DESA KEDAWAN KEC. PEJAGOAN KAB. KEBUMEN – 95
  • ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI TANAMAN PADI DI DESA TANJONG. KEC. TANJONG KAB. BREBES JATENG – 95
  • PERAN PKB DAN PPMKB TERHADAP BELANJA DAERAH PEMRITAH PROPINSI DIY THN ANGGARAN 1988-1989, 1992-1993
  • ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT DARI KUD ”MINO SAROYO” TERHADAP PENINGKATAN MECANAN DI KEC. CILACAP SELATAN – 94
  • PERAN KOPERASI UNIT DESA SEYEGAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI DI SELURUH DESA KEC. SEYEGAN SLEMAN YK – 94
  • PERAN KUD MOROBANGUN DALAM PEMBERIAN KREDIT USAHA TANI UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI KEC. LARANGAN [STUDI KASUS DI KUD MOROBANGUN KEC. LARANGAN] – 94
  • ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MIGRASI PENDUDUK DESA KE KOTA [STUDI KASUS DAN PERBANDINGAN DI KEC. IMOGIRI DAN KEC. PAJANGAN KAB. BANTUL DIY] – 94
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA TANI BAWANG MERAH DAN TANAMAN PADI [STUDI KASUS DI DESA SUTAMAJA KEC. KERSANA KAB. BREBES JATENG] – 94
  • ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT DARI KUD ”MINO SAROYO” TERHADAP PENINGKATAN MECANAN DI KEC. CILACAP SELATAN – 94
  • ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGHASILAN PENARIK BECAK DENGAN PENARIK DELMAN DI YOGYAKARTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 94
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA KERAJINAN KULIT [STUDI KASUS DI DESA PANGGUNGHARJO KEC. SEWON KAB. BANTUL PROP DIY] – 94
  • RETRIBUSI PARKIR DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II KODYA YK – 94
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN MALIOBORO YK [STUDI PENELITIAN PADA KOPERASI TRI DHARMA]
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PEMILIK PEMANCINGAN IKAN [STUDI KASUS DI DESA JANTI KEC. POLAHARJO KAB. KLATEN] – 94
  • PROYEKSI KETENAGAKERJAAN MENURUT LAPANGAN USAHA DAN PENDIDIKAN BERDASARKAN ANALISA DATA TH 1986-1992 DI PROP DIY – 94
  • PERANAN PIR ANRIBUSI BABYCORN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DI KEC. DLINGO KAB. DATI II BANTUL [SUATU STUDI KASUS] – 96
  • ANALISIS POTENSI SEKTORAL PROPINSI DIY TH 1993-1991 – 00
  • KAJIAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI FERTILISASI PASANGAN USIA SUBUR [STUDI KASUS DI DESA SUMBER MANJING KULON KEC. POGAK KAB. DATI II MALANG] – 95
  • ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DROP OUT PESERTA KELUARGA BERENCANA DI KEL. DORO TANGGA KAB. DOMPU PROP. NTB – 95
  • PENGARUH KREDIT USAHA RAKYAT KECIL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KAB. KEDIRI [STUDI KASUS DI KEC. KANDANGAN] – 96
  • PENGARUH STRUKTUR SOSIAL EKONOMI TERHADAP FERTILISASI PASANGAN USIA SUBUR [STUDI DI DESA DONOWASIH KEC. KARANG PLOSO KAB. MALANG] – 96
  • PENGARUH PENETAPAN UPAH MINIMUM REGIONAL TERHADAP TINGKAT LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SOSIAL – 96
  • ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SEKITAR JASA PERHOTELAN DI KODYA MALANG – 96
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PRODUKSI PETANI PADI DI DESA SALAM REJO KEC. KARANGAN KAB. TRENGGALEK – 96
  • PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM UPAYA MENUJU KOPERASI UNIT DESA MANDIRI [STUDI KASUS DI KUD SUMBER PANCA USAHA KEC. PANDAAN KAB. PASURUAN] – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PERNDAPATAN PADA PERUSAHAAN KRIPIK TEMPE [STUDI KASUS KRIPIK TEMPE ”ABADI” MALANG] – 95
  • FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI USIA PERKAWINAN PERTAMA DI DESA KASAMBI KEC. PUCUK KAB. LAMONGAN – 96
  • KAJIAN TINGKAT FERTILITAS WANITA PEGAWAI DI DESA PADANG BANDUNG KEC. DUKUN KAB. GRESIK – 95
  • PERBEDAAN FERTILITAS ANTARA MASYARAKAT PRIBUMI DENGAN WNI KETURUNAN CINA DI KEC. CLURING KAB. BANYUWANGI – 94
  • PENINGKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DALAM UPAYA MENEKAN ARUS URBANISASI [STUDI PADA DUA DESA DI KE. BATU KOTIF, BATU] – 96
  • HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN ANAK DENGANTINGKAT PENDAPATAN DI KODYA MALANG [STUDI KASUS DI KEL. MADYOPURO KEC. KEDUNG KANDANG] – 95
  • HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DAN JUMLAH TANGGUNGAN ANAK DENGANTINGKAT PENDAPATAN DI KODYA MALANG [STUDI KASUS DI KEL. MADYOPURO KEC. KEDUNG KANDANG] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DEMOGRAFI YANG MEMPENGARUHI FAERTILITAS WANITA KAWIN DI KELURAHAN BANDUNG REEJOSARI KEC. SUKUN KODYA MALANG – 96
  • PENINGKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DALAM UPAYA MENEKAN ARUS URBANISASI [STUDI KASUS PADA UDA DESA DI KEC. BATU KOTIF, BATU] – 96
  • RESPON PETANI TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI (TRI) [STUDI KASUS DI DESA SUMBEREJO KEC. GELANGAN KAB. PLATANG] – 95
  • ANALISA PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PADA USAHA TAMBAH UDANG [STUDI KASUS CV. JASA SARANA DI DESA GEDUNG KEC. PANARUKAN KAB. SITUBONDO] – 96
  • PERANAN LEMBAGA KREDIT USAHA RAKYAT KECIL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS LKURK DI KEC. GADANGAN KAB. MALANG] – 96
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETERNAK SAPI [STUDI KASUS DI KUD SETIA KAWAN HONGKOJAJAR PASURUAN] – 96
  • ANALISIS PERAN SEKTOR-SEKTOR BASIS TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KAB. DATI II BANYUMAS TH 1983-1993 – 97
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PENGHASIL GULA KELAPA DI DESA HARGOWILIS. KEC. KOKAP. KAB. KULON PROGO PROP DIY – 96
  • PERAN KUD ”SANDEN” TERHADAP PENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI DI KEC. SANDEN KAB. BANTUL – 95
  • ANALISA DAN EVALUASI PENAMBAHAN AKTIVA TETAP STUDI PERUSAHAAN PD. ARINDYA UNIT PERCETAKAN NEGERI YK – 94
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR PADA DINAS PASAR BERINGHARJO DI DATI II KODYA YK – 94
  • PENGARUH KREDIT USAHA TANI (KUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI [STUDI KSUS DI KUD NGAGLIK KEC. NGAGLIK KAB. SLEMAN PROP DIY] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEDAPATAN PENGUSAHA YANGKO DI KOTAGEDE KEC. KOTAGEDE KODYA YOGYAKARTA DIY – 95
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH – 96
  • ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN GERABAH KASONGAN – 95
  • PENGARUH PENETAPAN HARGA DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PRIMKOPSI ”HANDAYANI” DI SALATIGA – 96
  • ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENGHASILAN PENARIK BECAK DENGAN PENARIK DELMAN DI YOGYAKARTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA – 94
  • PERANAN PAJAK PEMBANGUNAN I TERHADAP PAD KAB. DATI II KLATEN – 96
  • PERAN BADAN KREDIT KECAMATAN DALAM USAHA MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS DI KEC. KARANG MALANG KAB. SRAGEN JATENG] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGHASILAN KULI PASAR SEKTOR INFORMAL DI PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTA ADMINISTRATIF KLATEN [STUDI KASUS PASAR KLATEN KEC. KLATEN TENGAH KOTATIF KLATEN] – 95
  • ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERAK ANGGOTA KOPERASI PRODUKSI PENGUSAHA PERAK YK – 95
  • ANALISIS PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP PEMAKAIAN JASA LISTRIK TH 1996 [STUDI KASUS DI DAERAH TINGKAT II KAB. GUNUNG KIDUL] – 97
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI SALAK PONDOH [STUDI KASUS DI DESA BANGUNKERTO KEC. TURI KAB. SLEMAN DIY] – 94
  • PERANAN KREDIT USAHA TANI (KUT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI [PENELITIAN PADA KUD SANGGARSARI KEC. JATISARI KAB. KARAWANG PROP JABAR] – 93
  • PENGARUH PENGELUARAN MAHASISWA PENDATANG (KOST) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT TH 96 [STUDI KASUS DUKUH KRAPYAK WETAN KEL. PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL YK] – 97
  • TINGKAT PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHA PEMBUATAN BATU BATA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA [STUDI KASUS DI DESA TRIHANGGO KEC. GAMPING KAB. SLEMAN DIY] – 94
  • ANALISIS RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI SALAH SATU PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. DATI II KUPANG PROP NTT TH 1994/1995, 1995/1996 – 97
  • ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETANI PADI DENGAN PETANI TEBU [STUDI KASUS DI DESA BANGUNHARJO KEC. SEWON KAB. BANTUL PROP DIY] – 96
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI TERMINAL DAN PERANNYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TH ANGGARAN 1991/1992-1995/1996
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI TERMINAL DAN PERANNYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TH ANGGARAN 1991/1992-1995/1996 [STUDI KASUS DI KAB. DATI II TASIKMALAYA] – 97
  • ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERAK ANGGOTA KOPERASI PRODUKSI PENGUSAHA PERAK YK – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN SISA HASIL USAHA [STUDI KASUS PADA KUD KLATEN SELATAN DI DESA JETIS KEC. KLATEN SELATAN KOTA ADMINISTRATIF KAB. KLATEN JATENG] – 96
  • UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PBB [STUDI KASUS DI KAB. DATI II KLATEN 1988-1994] – 97
  • PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II TEMANGGUNG – 97
  • PERANAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PPh PASAL 25/29 PERSEROAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK [STUDI KASUS KPP KOTAMADYA DATI II MAGELANG TH 1989/1990- 1995/1996] – 96
  • UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PEMBANGUNAN I DI KAB. DATI II BANTUL – 96
  • ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETANI PADI DENGAN PETANI TEBU DI LAHAN SUBUR DI DESA BANGUNHARJO KEC. SEWON KAB. BANTUL PROP DIY – 96
  • KAJIAN TINGKAT FERTILITAS WANITA PEGAWAI DI DESA PADANG BANDUNG KEC. DUKUN KAB. GRESIK – 93
  • PERANAN KREDIT PENGGADAIAN DALAM RANGKA MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PADA PERUM PEGADAIAN CABANG KEDIRI – 96
  • ANALISIS SHIFT SHARE PERTUMBUHNA SEKTOR PEREKONOMIAN JAWA TIMUR 993-1998 – 00
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN (PD) SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH [STUDI KASUS DI DATI II KOTA YK TH 1985-1998]
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA 1970-1995 – 00
  • POLA KONSUMSI MAHASISWA ASRAMA PUTRI RATNANINGSIH [SEBELUM DAN DALAM MASA KRISIS EKONOMI] – 98
  • PENGARUH INPUT PADA SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TH 1979-1996 – 02
  • FAKTOR – FAKTOR PENENTU PERUBAHAN CADANGAN DEVISA PREIODE TH 1975-2000 – 03
  • INDUSTRI KECIL DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KAB. SAWAHLUNTO SI JUNJUNG – 98
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH INDONESIA 1985-1999 – 01
  • PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI PADA KOPERASI MAHASISWA INDONESIA – 04
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PERUM PEGADAIAN – 01
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS DI KEC. DEPOK KAB. SLEMAN DIY] – 95
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT MIKRO DI PASAR BERINGHARJO – 02
  • PERSEDIAAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BERPENDIDIKAN TINGGI DAN TENAGA KERJA BERPENDIDIKAN RENDAH PADA INDUSTRI PERAK DI DIY – 03
  • PERBUNGAAN KUALITS ANTARA JUMLAH YANG BEREDAR DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA 1970-2002 – 04
  • ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA YK – 03
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA KREDIT OLEH PEDAGANG KECIL [STUDI KASUS DI BUKD KEC. GAMPING KAB. SLEMAN PROP DIY] – 04
  • ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA ANGGREK [STUDI KASUS PADA JASA STUDI ORCHIDS DI DUSUN PAITAN TIRTOSARI SAWNGAN MAGELANG JATENG]
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERINTAHAN BERAS DI DIY TH 1991-2002 – 04
  • STUDI PERBANDINGAN PENDAPATAN BUDIDAYA PADI DENGAN BUDIDAYA SALAK PONDOH [STUDI KASUS DI DESA BANYU ADEM KEC. SRUMBENG KAB. MAGELANG] – 99
  • FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENGANGGURAN DI PEDESAAN [STUDI KASUS DI DESA TEGALTIRTO KEC. BERBAH, KAB. SLEMAN DIY TH 2000] – 00
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH DI DAERAH DATI II KAB. KEBUMEN – 01
  • ANALISA HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP KESEMPATAN ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL DI KAB. MALANG [STUDI DI KEC. BATU]
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI ANGGOTA DI BIDANG USAHA PADA KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPN SEDAR) KEC. NGANCAR KAB. KEMIRI – 93
  • ANALISA PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI TEGALAN DENGAN PETANI PALAWIJA, KACANG TANAH DAN PADI GOGO – 97
  • ANALISA PROGRAM PEMBINAAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN NELAYAN KECIL [P4K] DALAM MENANGGULANGI KEMISKINAN DI PEDESAAN [STUDI KASUS PDA DESA KAMPUNG NGAWEN] – 02
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN MODAL DALAM NEGERI DI JATENG KURUN WAKTU 1982-1996 – 00
  • ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG UGM PERIODE 1995-1997 – 98
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN RUMAH TANGGA [STUDI KASUS DI DESA SENDANG ARUM] – 96
  • FAKTOR-FAKTOR YANG TINGKAT DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA PERIODE 1986-1996 – 98
  • ANALISA PERANAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH TINGKAT II KODYA YK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 1990/1991-199/2000 – 01
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI JATIM 1981-1998 – 04
  • ANALISIS MANFAAT PEMBANGUNAN SARANA PENGOLAH LIMBAH DI PG. MADUKISMO KASIHAN BANTUL – 01
  • PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI DOMESTIK DAN PERTUMBUHAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1977-1997 – 00
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI KECIL DI KAB. BOYOLALI TH 1985-2001 – 03
  • STUDI TINGKAT PARTISIPASI DAN MOTIVASI ANGGOTA PADA KOPERASI ”KOPMA UGM” – 05
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA PERIODE 1984-2003 – 05
  • ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI INDONESIA 1980-2001 [PENDEKATAN KEUNGGULAN KOMPARATIF] – 05
  • ANALISIS PENGARUH TRANSFORMASI STRUKTURAL TERHADAP KENAIKAN PDRV PROP DIY DIRINCI PER KAB./KOTA TH 1982-2001 – 03
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR MANUFAKTUR DI INDONESIA TH 1980-2000 – 03
  • PERANAN PUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KAB. KULON PROGO TH 1997/1998 – 03
  • PERANAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DIY- 03
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PROP SUMUT PERIODE 1993.I-2000.IV – 03
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI RUMAH SAKTI [STUDI KASUSU RSUD KAB. DATI II BANTUL] – 03
  • ANALISIS SEKTOR BASIS PEMBANGUNAN DAN UPAYA MEMACU PERTUMBUHAN REGIONAL DI KODYA YOGYAKARTA PERIODE 1996-2000 – 03
  • PERANAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KAB. PURWOREJO – 04
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN TEKSTIL KUSUMATEK YOGYAKARTA – 04
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN VOLUME EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT TH 1980-2001 – 05
  • ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA [STUDI KASUS DI JL. MALIOBORO DAN JL. COLO YK] – 04
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KAB. SLEMAN 1980-2002 – 04
  • ANALISIS EKSPOR LADA PUTIH INDONESIA KE SINGAPURA [APLIKASI MODEL REGRESI LINIER BERGANDA] – 04
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DALAM NEGERI DI INDONESIA TH 1980-2001 – 04
  • PERANAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KAB. KULON PROGO – 05
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERAJINAN TANAH LIAT [STUDI KASUS DI DESA PANJANGREJO KEC. PUNDONG KAB. BANTUL DIY] – 05
  • ANALISIS INVESTASI ASING DI INDONESIA TH 1993-2003 – 05
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT GAJI PEGAWAI PADA PT. [PERSERO] PELABUHAN INDONESIA II CABANG TANJUNG INTAN CILACAP – 04
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA KE JEPANG TH 1981-2002 –
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN DAERAH KAB. SLEMAN – 04
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ARANG BRIKET PT. ANEKA SINENSO DI KULON PROGO – 05
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TEH PT. GOPEK CIPTA UTAMA TEGAL – 05
  • ANALISIS POTENSI DAERAH UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI PULAU LOMBOK [PENDEKATAN TEORI PUSAT PERTUMBUHAN] – 05
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROP. DIY 1984-2003 – 05
  • ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN INDEKS TOTAL KEUNGGULAN DAERAH (ITKD) STUDI KASUS DI PROP. DIY 2000-2003 – 05
  • ANALISIS EXSPORT BASE TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROP. DIY PERIODE 1999-2003 – 05
  • PERANAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. TEMANGGUNG – 02
  • PENGARUH PENDAPATAN BUMD TERHADAP PAD KAB. TEMANGGUNG – 02
  • ANALISIS DAYA ASING KOMODITAS EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ”TPT” DI INDONESIA 1980-2001 [PENDEKATAN KEUNGGULAN KOMPARATIF] – 04
  • ANALISIS SHIFT SHARE PERTUMBUHAN SEKTORAL PEREKONOMIA JATIM 1993-1998 – 00
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 1974-2004 – 06
  • KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH KAB. MINAHASA [PROP. SULUT] TH 2000-2004 – 06
  • PERANAN PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN PAD DI KODYA DATI II SURAKARTA – 06
  • PAJAK HOTEL DAN RESTORAN SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA YOGYAKARTA – 05
  • PAJAK REKLAME SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTAMADYA YOGYAKARTA TH 1999-2003 – 05
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR LADA PUTIH INDONESIA KE SINGAPURA– 05
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN TEKSTIL KUSUMATEK YOGYAKARTA TH 2003 – 04
  • PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJAUALAN TUNAI TERKOMPUTERISASI PADA SUMBER JASA MOTOR YK – 05
  • PERANAN PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN TERHADAP PADA KOTA YK – 05
  • POTENSI PERTUMBUHAN DAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI PROP DIY 1995-2003 – 05
  • PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENERIMAAN DAERAH DI KAB. KLATEN PERIODE 1999-2003 – 03
  • PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA TH 1984-2003 – 04
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI DIY PERIODE 1985-2003 – 07
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UPAH MINIMUM REGIONAL TENAGA KERJA DI PROP DIY DENGAN PENDEKATAN PHILIPS CURVE TH 1984-2004 – 06
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH INDONESIA TH 1971-2000 – 02
  • PERANAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KAB. KARANGANYAR PERIODE 2000-2004 – 07
  • ANALISIS PERKEMBANGAN KREDIT GADAI PADA PERUM PEGADAIAN PAKEM YK PERIODE 1994-1998 – 99
  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA [STUDI KASUS PADA SENTRA
  • INDUSTRI KERAJINAN KAIN TAPIS DI DESA NATAR KEC. TATAR LAMPUNG SELATAN] – 01
  • sumber: http://contohskripsi.idtesis.com/kumpulan-judul-contoh-skripsi-ekonomi-pembangunan-skripsi-ep-iesp.html/
Diposkan oleh di 21.58

Manajemen SDM

Pertemuan I

Tantangan Lingkungan Eksternal

Tidak dapat dikendalikan (uncontrollable)

Ada 2 pilihan untuk menghadapinya :

  1. Memonitor perubahan yang terjadi dan bereaksi terhadap perubahan tersebut (reaktif)
  2. Mengantisipasi perubahan yang akan terjadi dan merencanakan berbagai tanggapan (proaktif)

Tantangan teknologi

Kemajuan teknologi berdampak pada MSDM contoh :

  • kemajuan transportasi dan komunikasi meningkatkan mobilitas angkatan kerja
  • otomatisasi contohnya penggunaan komputer mengubah tipe kebutuhan SDM

Tantangan Ekonomi

  • Saat perekonomian booming ada tekanan untuk peningkatan upah, penawaran benefit yang lebih baik, perbaikan kondisi kerja dll
  • Saat perekonomian resesi perusahaan akan menekan biaya tenaga kerja sehingga perusahaan akan mengurangi TK

Semakin hati-hati HRD memonitor kondisi ekonomi, antisipasi yang lebih baik dapat dipersiapkan

Tantangan Politik dan Pemerintahan

  • Stabilitas politik, peraturan pemerintah bidang ketenagakerjaan akan mempengaruhi pengambilan keputusan departemen personalia
  • Contoh : PHK tidak dapat sewenang-wenang, UU tentang keselamatan kerja, UUyang mengatur hubungan manajerial
  • Keterlibatan pemerintah dalam hubungan manajerial berupaya untuk memelihara kepentingan masyarakat

Tantangan Demografis

  • Komposisi angkatan kerja seperti tingkat pendidikan umur, jenis kelamin dll mengalami perubahan
  • Perubahan demografis mengharuskan perusahaan menyesuaikan kebijakan yang dijalankan

Kondisi Sosial Budaya

  • Berkaitan dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pandangan dan gaya hidup yang berkembang dan terbentuk dari dinamika kebudayaan, ekonomi, geografis, religius, pendidikan dan faktor etnis lainnya
  • Contoh makin banyak wanita masuk ke dunia kerja, makin banyak orang terpelajar,
  • HRD akan dihadapkan pada sikap-sikap baru

Kegiatan para Pesaing

  • Makin kompetitifnya dunia usaha, kebijakan personalia jadi hal yang krusial sehingga perusahaan dapat memelihara dan mempertahankan karyawan terbaiknya
  • Kegiatan pesaing yang tidak sehat : pembajakan tenaga kerja

Tantangan-Tantangan Organisasional

  • Tantangan-tantangan yang muncul dari dalam organisasi
  • Timbul karena perusahaan mengejar sasaran-sasaran ganda. Sasaran-sasaran tersebut memerlukan “trade off” antara tujuan finansial, tujuan pemasaran, tujuan produksi dan tujuan personalia

Karakter Organisasi

Setiap organisasi  adalah unik. Karakter organisasi yang unik terbentuk dalam rentang waktu yang panjang yang melibatkan orang-orang, tujuan, struktur, teknologi, kebijakan, keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.

Tantangan MSDM adalah untuk menyesuaikan kegiatan-kegiatan personalia secara proaktif dengan karakter organisasi

Serikat Karyawan

Perusahaan dengan serikat karyawan menandatangani perjanjian kerja yang mengatur berbagai persyaratan kerja seperti jam kerja, kompensasi dan kondisi kerja. Perjanjian ini membatasi kegiatan-kegiatan personalia

Perbedaan individual karyawan

Orang berbeda satu sama lain dalam banyak hal, misalnya kepribadian, fisik, intelegensia, minat, bakat dll

Karakteristik yang berbeda ini harus diperhatikan oleh manajemen SDM dalam pelaksanaan kegiatan SDM

Job Analysis

Pertemuan II & III

Tujuan Analisis Pekerjaan

1.Job description

2. Job classification

3. Job evaluation

4. Job restructuring

5. Personnel requirement/ specifications

6. Performance appraisal

7. Worker training

8. Worker mobility

9. Efficiency

10. Safety

11. Human resource planning

12. Legal / quasi legal requirement

Manfaat analisis jabatan

  1. Digunakan sebagai data untuk menyusun uraian jabatan (job description)
  2. Sumber data untuk menyusun spesifikasi jabatan (job spesification)
  3. Dijadikan bahan untuk menetapkan standar pencapaian hasil (job performance standard)
  4. Untuk menetapkan materi pelatihan, baik untuk pegawai baru maupun pegawai lama
  5. Menempatkan pegawai dalam suatu jabatan sehingga sesuai minat dan kemampuan
  6. Digunakan untuk bahan penciptaan rencana pengembangan potensi pegawai
  7. Penetapan imbalan bagi pemegang jabatan secara adil

Langkah-langkah dalam Analisis Jabatan

  1. Tetapkan jabatan yang akan dianalisis
  2. Tetapkan jumlah sampel/responden
  3. Susun daftar pertanyaan (job analysis schedule), yang mencakup :

a. kewajiban-kewajiban

b. responsibilities

c. human abilities

d. job performance standard

4. Tetapkan tehnik pengumpulan data

a. interview

b. kuesioner

c. observasi

d. kombinasi

Job description (uraian jabatan)

Merupakan suatu pernyataan tertulis yang menerangkan kewajiban-kewajiban, kondisi kerja dan aspek-aspek lain dari satu jabatan khusus

Elemen yang tertulis dalam uraian jabatan :

  1. Nama jabatan
  2. Tanggal disusunnya uraian jabatan tersebut
  3. Kode jabatan
  4. Penyususn uraian jabatan
  5. Lokasi jabatan
  6. Tingkat jabatan
  7. Supervisor
  8. Job summary
  9. Job duties
  10. Job condition
  11. Approval (pengesahan)

Job spesification
Menguraikan syarat-syarat dan ketrampilan yang dibutuhkan suatu jabatan.
Tuntutan tersebut meliputi : pengalaman, latihan, pendidikan,kemampuan fisik dan kemampuan mental

Job performance standard :

  1. Merupakan tujuan/target bagi pegawai
  2. Merupakan kriteria yang dapat mengukur keberhasilan kerja

Perencanaan
Sumber Daya Manusia

Pertemuan IV

Perencanaan SDM

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut.

Merupakan seperangkat kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan akan kebutuhan SDM dari suatu organisasi di masa mendatang

Langkah-langkah yang diambil oleh manajemen guna menjamin bahwa organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai jabatan,kedudukan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat

Tujuan perencanaan SDM

  1. Memperbaiki penggunaan SDM
  2. Memadukan kegiatan-kegiatan personalia dengan tujuan-tujuan organisasi di masa mendatang dengan lebih efisien
  3. Melakukan pengadaan karyawan baru secara ekonomis
  4. Mengembangkan informasi dasar MSDM untuk membantu kegiatan-kegiatan personalia dan unit-unit organisasi lainnya
  5. Membantu program penarikan dari pasar tenaga kerja secara sukses
  6. Mengkoordinasikan program-program MSDM yang berbeda, seperti rencana penarikan dan seleksi

Lima fase proses perencanaan SDM

Fase 1. mengidentifikasi isu bisnis utama

Fase 2. menentukan implikasi SDM

Fase 3. mengembangkan tujuan dan sasaran SDM

Fase 4. merancang dan melaksanakan kebijakan, program dan praktek SDM

Fase 5. mengevaluasi, merevisi dan memfokuskan kembali

Fase 1. mengidentifikasi isu bisnis utama

  1. Mengumpulkan data untuk mempelajari dan memahami semua aspek lingkungan organisasi. Hal ini akan membantu organisasi merencanakan dan mengantisipasi isu yang muncul dari kondisi yang stabil maupun dinamis
  2. Aspek lingkungan organisasi yang mempengaruhi :

1. lingkungan eksternal : ekonomi, sosial-politik-    hukum, teknologi, persaingan

2. organisasional : rencana-rencana strategik, anggaran, forcast penjualan dan produksi, desain organisasi dan pekerjaan, perluasan usaha

3. persediaan karyawan : pensiun, permohonan berhenti, pemberhentian, kematian

Fase 2. menentukan implikasi SDM

Sasaran fase 2 :

  1. Mengembangkan pemahaman yang jelas mengenai bagaimana informasi yang dihasilkan fase 1 mempengaruhi permintaan organisasi di masa yang akan datang
  2. Mengembangkan gambaran yang akurat mengenai penawaran sekarang yang tersedia secara internal

Memperkirakan permintaan SDM

Dua kelompok tehnik yang dapat digunakan :

  1. Peramalan berdasarkan pertimbangan : melibatkan pengalaman dan metode yang lebih umum guna memprediksi permintaan SDM, yaitu estimasi manajerial, tehnik delphi, tehnik kelompok nominal.
  1. Proyeksi statistik konvensional : regresi linear, ekstrapolasi, indeksasi, rasio produktivitas
  2. Lainnya : analisis anggaran dan perencanaan, model-model komputer, analisis usaha baru, analisis beban kerja, pendekatan normatif (struktur organisasi)

Memperkirakan penawaran SDM

Dapat digunakan informasi yang berasal dari sumber internal dan eksternal:

  1. Sumber internal : menghitung jumlah karyawan dan mengaudit untuk mengevaluasi kemampuan mereka. Metode yang dipakai inventarisasi SDM, bagan penempatan dan analisis markov
  2. Sumber eksternal : menganalisis pasar tenaga kerja. Juga perlu memperhatikan tren kondisi kependudukan dan sikap masyarakat terhadap perusahaan

Fase 3. mengembangkan tujuan dan sasaran SDM

Melibatkan interpretasi informasi dan menggunakannya untuk menetapkan prioritas, sasaran dan tujuan

Ada 2 jenis tujuan :

  1. Tujuan yang berhubungan dengan produtivitas dan upah buruh serta menanggulangi masalah kekurangan atau kelebihan pegawai
  2. Tujuan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan dalam bidang kepegawaian yang menyangkut persoalan-persoalan eksternal, khususnya mengenai perubahan dalam hukum perburuhan, peraturan pemerintah atau perubahan sosial

Fase 4. merancang dan melaksanakan kebijakan,  program dan praktek SDM

1.  Merumuskan berbagai alternatif program yang dianggap memungkinkan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam fase 3

2.  Memilih suatu kegiatan yang paling baik diantara semua alternatif yang ada

3.  Mengintegrasikan seluruh kegiatan yang dipilih dalam suatu kerangka kerja yang utuh

Fase 5. mengevaluasi, merevisi dan memfokuskan kembali

Memantau fase-fase terdahulu dan memberikan umpan balik untuk hasil yang dicapai

Evaluasi dapat mencakup hal-hal berikut :

  1. Adanya seperangkat ukuran baku yang dapat dijadikan tolok ukur yang memadai
  2. Adanya alat-alat untuk membandingkan beberapa kegiatan dan hasilnya, guna memperoleh data tentang penyimpangan yang mungkin terjadi
  3. Adanya saluran yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan penyimpangan dan sebabnya, juga mengkomunikasikan tindakan perbaikan

REKRUTMEN & SELEKSI

Pertemuan V

Rekrutmen

Merupakan upaya pencarian sejumlah karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada

Merupakan serangkaian kegiatan yang digunakan untuk mendapatkan pool pelamar kerja yang memenuhi syarat

Merencanakan pekerjaan (personel)

Proses menentukan posisi yang akan diisi dalam perusahaan dan bagaimana mengisinya.

Pendekatan perencanaan personel :

  1. Analisis tren
  2. Analisis rasio
  3. Scatter plot
  4. Penggunaan komputer (software) utk meramalkan kebutuhan personel

Meramalkan Pasokan Tenaga Kerja dari Dalam

  1. Sistem manual dan bagan pengganti

2.  Sistem informasi terkomputerisasi

Meramalkan Pasokan Tenaga Kerja dari Luar

Bila tidak ada calon kandidat dari dalam untuk mengisi lowongan

Yang perlu diperhatikan :

  • kondisi ekonomi secara umum
  • taraf pengangguran yang diperkirakan
  • Ketersediaan kandidat pekerja yang potensial

Perekrutan Yang Efektif

1. Tidak mudah menemukan calon karyawan yang baik

2. Perekrutan merupakan hal yang kompleks :

  • Upaya perekrutan harus sesuai dengan       rencana strategis perusahaan
  • Beberapa metode perekrutan lebih baik dari metode yang lain
  • Keberhasilan rekrutmen tergantung pada area masalah dan kebijakan SDM

Mengukur Efektivitas Perekrutan

  • Berapa banyak pelamar yang dapat dihasilkan dari setiap sumber perekrutan
  • Biaya pemrosesan dalam perekrutan

Perangkat yang dapat digunakan untuk saringan awal pelamar

Bentuk :

  • Tes kemampuan mental scr umum
  • Tes moralitas
  • Tes integritas

Metode :

  • Tes contoh pekerjaan
  • Tes pengetahuan pekerjaan
  • Wawancara terstruktur
  • Data biografi
  • Rata-rata nilai
  • Peringkat pelatihan dan pengalaman

Piramida hasil perekrutan

Digunakan untuk menghitung jumlah pelamar yang yang harus dihasilkan untuk dapat mempekerjakan sejumlah karyawan baru yang dibutuhkan

Sumber Kandidat Dari Dalam

  1. Menemukan Kandidat Internal :
  • Publikasi pekerjaan
  • Catatan personalia
  • Data bank ketrampilan
  1. Mempekerjakan kembali karyawan :

mantan karyawan adalah orang yg telah dikenal dan telah mengenal budaya perusahaan, tp karyawan yang telah keluar mungkin kembali dengan perilaku yang kurang positif

  1. Perencanaan Penggantian :

untuk ketersediaan kandidat eksekutif dari dalam

Sumber Kandidat Dari Luar

  1. Periklanan :
  2. Agen-agen pekerjaan :
  • Agensi publik dan nonprofit
  • Agensi swasta
  • Agensi temporer
  1. Mengekspor/Mengontrakkan  Pekerjaan Profesional atau pekerjaan lainnya
  2. Perekrut eksekutif /headhunters
  3. Jasa perekrutan berdasakan permintaan (On Demand Recruiting Service —ODRS)
  4. Perekrutan dari perguruan tinggi
  5. Rujukan (referral) dan datang langsung (walk-in)
  6. Merekrut dari internet

Perekrutan Tenaga Kerja Yang Lebih Beragam

  1. Merekrut orang tua tunggal
  2. Para pekerja yang telah berumur
  3. Merekrut minoritas dan wanita
  4. para penyandang cacat
  5. Bantuan kesejahteraan melalui pekerjaan

Seleksi

  • Setelah didapat sejumlah pelamar, langkah berikutnya adalah memilih calon terbaik untuk pekerjaan itu.
  • Ini berarti mengurangi jumlah pelamar dengan menggunakan perangkat penyaringan : ujian, penilaian, pemeriksaan latar belakang dan referensi.

Konsep pengujian dasar

  1. Reliabilitas (keandalan) :ujian yang andal adalah ujian yang menhasilkan skor yang konsisten saat seseorangmelakukan dua alternatif bentuk ujian atau ketika melakukan tes yang sama pada waktu berbeda
  2. Validitas : apakah ujian ini mengukur apa yang seharusnya diukur
  • Validitas kriteria
  • Validitas isi

Proses validasi

Tahap 1. menganalisis pekerjaan

Tahap 2. memilih ujian

Tahap 3. melakukan ujian

Tahap 4. hubungkan nilai ujian dengan   kriteria

Tahap 5. validasi-ulang dan validasi-silang

Jenis-jenis ujian

  1. Ujian kemampuan kognitif :
  • Ujian inteligensia
  • Kemampuan kognitif khusus
  1. Ujian kemampuan motorik dan fisik
  2. Mengukur kepribadian dan minat
  3. Pengujian berbasis web

Contoh pekerjaan untuk seleksi karyawan

Mengukur bagaimana seorang calon benar-benar melakukan sebagian tugas dasar pekerjaan tersebut.

Keuntungannya : pelamar sulit memalsukan jawaban

Prosedur dasarnya :

  • memilih beberapa tugas yg sangat penting dan menguji pelamar dengan contoh pekerjaan masing-masing
  • Seorang pengamat mengawasi prestasi setiap tugas dan menilai prestasi tersebut

S. I. M. U. L. A. S. I.

1. Pusat penilaian manajemen

simulasi hingga 2-3 hari dimana 10 sampai 12 calon melaksanakan tugas manajemen secara realistis

2. Pengujian situasional berbasis video

menyajikan contoh situasi pekerjaan kepada orang yg diuji kemudian diikuti pertanyaan pilihan berganda yang harus dijawab

Pemeriksaan latar belakang dan referensi

Pemeriksaan latar belakang :

n  Latar belakang pekerjaan

n  Catatan mengemudi

n  Catatan kriminal

n  Catatan kredit

Alasan pemeriksaan latar belakang dan referensi :

n  Melakukan verifikasi informasi faktual yang diberikan pelamar

n  Mengungkapkan informasi yang tidak diinginkan

Pelatihan dan Pengembangan

Pertemuan VI

Orientasi

Orientasi karyawan adalah memberikan informasi kepada karyawan baru tentang latar belakang yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka secara memuaskan.

Informasi yang penting untuk disampaikan :

  • Jam kerja dan hari libur
  • Memperkenalkan karyawan baru kepada penyelianya
  • Sifat pekerjaan yang sebenarnya
  • Memperkenalkan kepada kolega
  • Membuat karyawan baru mengenal tempat kerjanya
  • Membantu mengurangi kegugupan pada hari pertama kerja

Pelatihan

Metode yang digunakan untuk memberikan karyawan baru atau karyawan yang ada saat ini ketrampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan.

Konteks Strategis Pelatihan

  • Mengidentifikasi ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan dan sasaran strategis perusahaan
  • Pelatihan berperan penting dalam manajemen kinerja

Lima langkah proses pelatihan dan pengembangan

  1. Analisis kebutuhan pelatihan
  • Analisis tugas : penilaian kebutuhan pelatihan untuk karyawan baru
  • Analisis prestasi : penilaian kebutuhan pelatihan karyawan lama

2. Merencanakan instruksi

3.Validasi : orang-orang yang terlibat  membuat sebuah program pelatihan dan menyajikannya kepada beberapa orang yang dapat mewakili

4.Menerapkan program yaitu melatih karyawan yang ditargetkan

5.Evaluasi dan tindak lanjut : manajemen menilai keberhasilan atau kegagalan program pelatihan

Metode Pelatihan

  • On-the-job training : meminta seseorang untuk mempelajari suatu pekerjaan dengan langsung mengerjakannya
  • Magang : proses terstruktur dimana orang menjadi pekerja yang terampil melalui kombinasi dari pelajaran di kelas dan pelatihan langsung di pekerjaan
  • Belajar secara informal :melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan berkolaborasi dengan kolega, memfasilitasi pemasangan papan tulis dan spidol untuk belajar secara informal
  • Job instruction training : pekerjaan terdiri dari sebuah rangkaian langkah yang logis dan diajarkan secara bertahap
  • Pengajaran : cara yang cepat dan sederhana untuk memberikan pengetahuan kepada sekelompok orang yang akan dilatih
  • Pelajaran yang terprogram : metode belajar sendiri langkah demi langkah
  • Teknik pelatihan kemampuan membaca dan menulis
  • Pelatihan dengan peralatan audiovisual
  • Pelatihan dengan simulasi
  • Pelatihan berbasis komputer
  • Pelatihan jarak jauh berbasis internet

Pengembangan Manajemen

  • Usaha untuk meningkatkan prestasi manajemen dengan menanamkan pengetahuan, perubahan perilaku atau peningkatan ketrampilan

Proses Pengembangan Manajemen

  1. Menilai kebutuhan strategis perusahaan
  2. Menilai prestasi manajer
  3. Mengembangkan manajer (calon manajer)

On-the-job training managerial

  1. Rotasi pekerjaan
  2. Pendekatan belajar sambil dibimbing
  3. Belajar bertindak

Off-the-job training

  • Metode studi kasus
  • Permainan manajemen
  • Seminar di luar
  • Program yang terkait dengan universitas
  • Permainan peran
  • Pembuatan model perilaku
  • Universitas perusahaan dan pusat pengembangan dalam kantor
  • Pelatih eksekutif

Mengevaluasi usaha pelatihan

Merencanakan studi evaluasi

  • Perencanaan urut waktu (time series)
  • Eksperimen terkendali

Efek pelatihan yang diukur

  1. Reaksi : evaluasilah reaksi orang yang dilatih terhadap program itu. Apakah mereka menyukai program itu ? Apakah menurut mereka hal itu berguna ?
  2. Pembelajaran : ujilah orang yang dilatih apakah mereka telah mempelajari prinsip, ketrampilan dan fakta yang seharusnya mereka pelajari

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIER

Pertemuan VII & VIII

Karier : seluruh pekerjaan (jabatan) yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang

Perencanaan karier (Career planning) : proses yang sengaja dilakukan dimana melalui proses tersebut seseorang memilih sasaran karier dan jalur ke karier tersebut

Pengembangan karier (career development) : peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai sasaran kariernya

Career path (jalur karier ) : pola urutan jabatan yang membentuk karier seseorang

Career goals (sasaran karier) : posisi masa mendatang yang dengan sekuat tenaga ingin dicapai seseorang sebagai bagian dari kariernya

Berbagai manfaat yang akan diperoleh bila departemen SDM terlibat dalam perencanaan karier :

  1. Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan
  2. Menurunkan perputaran karyawan
  3. Mengungkap potensi karyawan
  4. Mendorong pertumbuhan
  5. Mengurangi penimbunan
  6. Memuaskan kebutuhan karyawan
  7. Membantu pelaksanaan rencana-rencana perusahaan

Peran-peran dalam pengembangan karier

Individu

–     Bertanggungjawab atas kariernya sendiri

–     Menilai minat, ketrampilan dan nilai sendiri

–     Mencari informasi karier

–     Memanfaatkan peluang pengembangan

–     Berdiskusi dengan manajer tentang karier

–     Mengikuti rencana karier yang realistik

Manajer

–     Memberi umpan balik kinerja

–     Memberi dukungan dan tugas-tugas pengembangan

–     Berpartisipasi dalam diskusi pengembangan karier

–     Mendukung rencana pengembangan karier karyawan

Organisasi

–     Mengkomunikasikan misi, kebijakan dan prosedur

–     Memberikan peluang pelatihan dan pengambangan

–     Memberikan informasi dan program karier

–     Menawarkan keanekaragaman pilih karier

Pengembangan Karier Individual

  1. Memperbaiki prestasi kerja
  2. Menampilkan diri (exposure)
  3. Meletakkan jabatan sekarang dan mengambil karier yang lebih cocok
  4. Loyal terhadap perusahaan
  5. Minta bantuan orang lain untuk menjadi mentor/sponsor
  6. Menjadi key subordinates (bawahan kunci)
  7. Mengikuti program pengembangan

Siklus Karier

  1. Tahap pertumbuhan (growth stage)
  2. Tahap penjelajahan (exploration stage)
  3. Tahap penetapan (establishment stage):

–     Sub tahap percobaan

–     Sub tahap pemantapan

–     Sub tahap krisis pertengahan karier

  1. Tahap pemeliharaan (maintanance stage)
  2. Tahap kemerosotan (decline stage)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi pilihan karier seseorang :

  1. Minat, sikap dan ketrampilan
  2. Orientasi : kepribadian seseorang (meliputi nilai-nilai, motif dan kebutuhan)
  3. Career anchors (jangkar karier) : suatu poros yang disekelilingnya karier seseorang berputar, merupakan akibat dari pembelajaran tentang bakat dan kemampuan, motif dan kebutuhannya, serta sikap dan nilainya

Orientasi Kepribadian Dasar

  1. Orientasi realistik (realistic orientation)
  2. Orientasi penyelidikan (investigative orientation)
  3. Orientasi sosial (social orientation)
  4. Orientasi konvensional (conventional orientation)
  5. Orientasi kewiraswastaan (enterprising orientation)
  6. Orientasi artistik (artistic orientation)

Jangkar Karier

Satu hal atau nilai yang tidak akan membuat seseorang berhenti jika pilihan sudah ditetapkan.

  1. Jangkar karier fungsional/tehnik
  2. Kompetensi manajerial sebagai suatu jangkar karier
  3. Kreativitas sebagai suatu jangkar karier
  4. Otonomi dan kemandirian sebagai suatu jangkar karier
  5. Keamanan sebagai jangkar karier

Pedoman Manajemen Karier

  1. Hindari kejutan kenyataan
  2. Berikan jabatan awal yang menantang
  3. Memberikan pra-tinjauan jabatan yang realistik dalam perekrutan
  4. Jangan tanpa tuntutan
  5. Berikan rotasi berkala dan penjaluran jabatan
  6. Lakukan penilaian kinerja yang berorientasi karier
  7. Berikanlah lokakarya perencanaan karier dan buku kerja perencanaan karier
  8. Memberikan peluang untuk penasihatan (mentoring)

Mengelola Promosi dan Pemindahan

Mengambil keputusan promosi :

  • Keputusan 1 : apakah senioritas dan kompetensi merupakan aturan ?
  • Keputusan 2 : bagaimana kompetensi diukur ?
  • Keputusan 3 : apakah proses formal atau informal ?
  • Keputusan 4 : vertikal, horisontal atau lainnya ?

Menangani mutasi/transfer

Transfer : memindahkan pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain tanpa adanya perubahan gaji atau tingkatan

Alasan mutasi  (dari sisi karyawan) : untuk pengayaan pribadi, untuk pekerjaan yang lebih menarik, untuk kenyamanan yang lebih besar, untuk pekerjaan yang menawarkan peluang kemajuan yang lebih besar

Alasan mutasi (dari sisi perusahaan) : mengosongkan posisi dimana pegawai ybs tidak lagi diperlukan, untuk mengisi jabatan dimana pegawai tsb dibutuhkan, untuk mempertahankan pegawai senior atau untuk mencari pegawai yang lebih cocok

Penilaian Prestasi Kerja
(Performance Appraisal)

Pertemuan IX & X

Penilaian Prestasi Kerja

Proses evaluasi prestasi atau menilai prestasi kerja karyawan

Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran yang akurat mengenai prestasi kerja karyawan

Penilaian Prestasi Kerja Mencakup

  1. Menetapkan standar kerja
  2. Menilai prestasi kerja pegawai secara nyata dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan
  3. Memberikan umpan balik kepada pegawai dengan tujuan untuk memotivasi pegawai agar meninggalkan prestasi yang buruk dan mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang baik

Mengapa Penilaian Prestasi Diperlukan ?

  1. Memberikan informasi untuk keputusan promosi dan gaji
  2. Memberikan peluang bagi karyawan itu sendiri dan supervisornya untuk meninjau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan
  3. Penilaian kinerja merupakan pusat bagi proses perencanaan karier

Kegunaan penilaian prestasi kerja

  1. Perbaikan prestasi kerja
  2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
  3. Keputusan-keputusan penempatan
  4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan
  5. Perencanaan dan pengembangan karier
  6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing
  7. Ketidak-akuratan informasional
  8. Kesalahan-kesalahan desain penempatan
  9. Kesempatan kerja yang adil
  10. Tantangan-tantangan eksternal

Syarat Penilaian Kinerja :

  • Sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job related)
  • Praktis (bersifat praktikal)
  • Mempunyai ukuran baku/standar (performance standard)
  • Menggunakan ukuran (performance measures) yang dapat diandalkan

Langkah-Langkah Penilaian Prestasi

  1. Memberikan batasan pekerjaan berarti memastikan bahwa penilai dan yang dinilai sudah paham tugas dan standar kerja
  2. Menilai prestasi, berarti membandingkan prestasi aktual pegawai dengan standar yang telah ditetapkan
  3. Memberikan umpan balik berarti prestasi pegawai dan kemajuannya didiskusikan dan rencana pengembangan dibuat

Bias Penilaian

  1. Halo effect
  2. Central tendency (Kesalahan kecenderungan terpusat)
  3. Lenience & Strictness biases (Bias terlalu lunak atau terlalu keras)
  4. Personal Prejudice (Prasangka pribadi)
  5. Recency Effect (Pengaruh kesan terakhir)

Cara Mengurangi Bias

  1. Pemberian pelatihan bagi para penilai
  2. Umpan balik
  3. Pemilihan tehnik-tehnik penilaian prestasi kerja secara tepat

Siapa yang menilai

  1. Atasan langsung
  2. Sesama rekan kerja
  3. Komite atau panitia penilai
  4. Penilaian pribadi
  5. Bawahan

Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu

  1. Rating scale
  2. Checklist
  3. Critical Incident Method (Metode peristiwa kritis)
  4. Field review method
  5. Tes dan observasi prestasi kerja
  6. Metode evaluasi kelompok : metode ranking, Grading atau Forced distribution, point allocation method

Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan

  1. Penilaian diri (self appraisal)
  2. Penilaian psikologis (Psychological appraisal)
  3. Pendekatan Manajemen by Objective (MBO)
  4. Teknik pusat penilaian

Wawancara Evaluasi

  • Merupakan bagian kritis proses penilaian
  • Wawancara dimana supervisor dan bawahan mereview penilaian dan membuat rencana untuk memperbaiki kekurangan  dan mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi
  • Peninjauan kembali prestasi kerja yang memberikan kepada para karyawan umpan balik tentang prestasi kerja dimasa lalu dan potensi mereka

Dasar Wawancara Penilaian

Jenis wawancara Penilaian Tujuan wawancara penilaian
1. Performance memuaskan dan pegawai dipromosikan 

(satisfactory-promotable)

Membuat rencana pengembangan, rencana tindakan untuk pengembangan pendidikan dan profesionalitas yang dibutuhkan untuk pindah ke jabatan berikutnya
2. Memuaskan tetapi tidak dipromosikan 

(satisfactory-not promotable)

Mempertahankan performance 

Memberi insentif untuk mempertahankan performance yang sdh dicapai

3. Tidak memuaskan-dapat diperbaiki 

(unsatisfactory-correctable)

Merancang rencana tindakan utk memperbaiki performance yang tidak memuaskan

Beberapa pendekatan

  1. Tell and sell approach
  2. Tell and listen approach
  3. Problem solving approach

KOMPENSASI & INSENTIF

Pertemuan XI & XII

Kompensasi

Setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan tersebut

Komponen kompensasi :

  1. Pembayaran keuangan langsung : upah, gaji, insentif dan bonus
  2. Pembayaran tidak langsung : asuransi, uang liburan yang dibayar majikan

Pembayaran keuangan langsung

  1. Berdasarkan waktu : karyawan dibayar berdasar waktu yang mereka gunakan ditempat kerja.
  2. Berdasarkan kinerja : kompensasi dihubungkan langsung dengan jumlah produksi yang dihasilkan (lbh populer disebut rencana pembayaran insentif)

Tujuan Manajemen Kompensasi

  1. Memperoleh karyawan yang qualified
  2. Mempertahankan karyawan yang ada sekarang
  3. Menjamin keadilan
  4. Menghargai perilaku yang diinginkan
  5. Mengendalikan biaya
  6. Memenuhi peraturan/hukum yang ditetapkan pemerintah
  7. Menciptakan administrasi yang efisien

Ketidakpuasan akan pembayaran menimbulkan

  1. Keinginan untuk mencari imbalan yang lebih tinggi
  2. Berkurangnya rasa tertarik karyawan akan pekerjaannya yang sekarang
  3. Pegawai mencari pekerjaan sambilan di tempat lain sehingga mutu pekerjaannya sekarang tidak diperhatikan
  4. Mogok kerja
  5. Keluhan-keluhan
  6. Pegawai mencari pekerjaan yang menawarkan gaji lebih tinggi

Gaji yang terlalu tinggi (overpaid) menyebabkan karyawan merasa

  1. Cemas (discomfort), karena di tempat lain tdk dibayar setinggi itu shg kayawan merasa organisasi menuntut terlalu banyak
  2. Rasa bersalah jika tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan

Faktor-Faktor Utama Yang Mempengaruhi Rencana Upah :

  1. Supply dan demand tenaga kerja
  2. Labor union
  3. Ability to pay
  4. Produktivitas
  5. Cost of living
  6. Pemerintah

Keadilan dalam pengupahan

  1. External consistency : memperhatikan perbandingan upah yang diberikan perusahaan lain untuk jabatan yang sama
  2. Internal consistency : untuk jabatan yang sama dalam organisasi, karyawan mendapat upah yang sama dengan karyawan lain

Menetapkan Tarif Upah

Langkah 1. Lakukanlah Survei Gaji

Langkah 2. Menetapkan nilai masing-  masing jabatan : evaluasi jabatan

Langkah 3. pengelompokan jabatan-jabatan serupa ke dalam tingkatan upah

Langkah 4. penetapan upah untuk masing-masing tingkatan – kurva upah

Langkah 5. mencocokkan tarif upah

insentif

Definisi Insentif

Andrew F Sikula : insentif adalah sesuatu yang mendorong  atau mempunyai kecenderungan untuk merangsang suatu kegiatan. Insentif adalah motif-motif atau imbalan-imbalan yang dibentuk untuk memperbaiki produksi

Heidjrachman : pengupahan insentif dimaksud untuk memberi upah/gaji yang berbeda karena prestasi kerja yang berbeda

  • Insentif merupakan bentuk kompensasi yang dikaitkan langsung dengan motivasi (insentif diberikan untuk meningkatkan motivasi karyawan)
  • Insentif diberikan tergantung dari prestasi atau produktivitas (beda dengan upah yang merupakan hal yang wajib diberikan)
  • Insentif diberikan untuk mendorong karyawan lebih giat bekerja dan biasanya diberikan pada pegawai yang mudah diukur prestasi atau produktivitasnya

Tujuan Insentif

Meningkatkan motivasi karyawan dalam berupaya mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan menawarkan perangsang finansial yang melebihi upah atau gaji dasar

Jenis-jenis insentif

  1. Financial incentives : bonus, komisi, pembayaran yang ditangguhkan (misalnya pensiun)
  2. Non-finacial incentives : tersedianya hiburan, pendidikan dan latihan, penghargaan, terjaminnya tempat kerja, komunikasi yang baik
  3. Social incentives : keadaan dan sikap dari para rekan sekerja

Berbagai Masalah

  1. Administrasi sistem insentif sangat kompleks
  2. Penetapan standar dan hasil-hasilnya harus teliti/tepat atau terlalu mahal untuk dikembangkan
  3. Potensial menyebabkan ketidakadilan
  4. Kemungkinan karyawan tidak dapat mencapai standar karena faktor yang tidak dapat dikendalikan, misalnya penundaan pekerjaan dan kerusakan mesin
  5. Hanya memusatkan pada satu aspek (keluaran penjualan, harga saham) kadang-kadang mengabaikan berbagai dimensi lain (kualitas, pelayanan dan sasaran-sasaran jangka panjang)

Dua Kategori Utama Rencana-Rencana Insentif

1.Sistem Insentif (kompensasi Variabel) individual

2. Sistem Insenstif kelompok

Kompensasi Variabel-Individual

  1. Rencana-rencana insentif untuk karyawan operasional
  2. Rencana-rencana insentif untuk manajer
  3. Sistem sugesti
  4. komisi

Rencana-rencana insentif untuk karyawan operasional

Dua jenis data yang diperlukan :

  1. Jumlah output rata-rata yang ditetapkan sebagai standar prestasi kerja
  2. Jumlah uang yang adil dan layak bagi jumlah hasil kerja tersebut

Kepuasan Kerja, Stress & Disiplin

Pertemuan XIII

  • Keadaan emosional yg menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
  • Kepuasan kerja mempengaruhi :

–          Tingkat Absensi

–          Perputaran tenaga kerja

–          Semangat kerja

–          Keluhan-keluhan

–          Masalah-masalah personalia vital lainnya.

  • Fungsi Kepuasan Kerja

–          Kepuasan kerja   VS   Prestasi kerja

–          Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.

Kematangan Psikologis

Frustasi

Umpan Balik

 

Persepsi

Prestasi            Penghar-             keadilan thd               Kepuasan

Kerja                   gaan                      penghargaan             Kerja

 

 

 

 

Hubungan antara Prestasi dan Kepuasan Kerja

  • Kepuasan kerja           Perputaran karyawan    Signifikan?                     Absensi

Umur

Jenjang pekerjaan

Stress Karyawan

 

  • Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.
  • Penyebab Stress :

1)        Kondisi kerja (on the job)

–          Beban kerja berlebihan

–          Tekanan atau desakan waktu

–          Kualitas supervisi yang jelek

–          Iklim politis yang tidak aman

–          Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

–          Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab.

–          Kemenduaan peranan.

–          Frustasi

–          Konflik antar pribadi atau antar kelompok

–          Perbedaan nilai antara persh dan karyawan

–          Berbagai bentuk perubahan

2) Penyebab Stress ‘off the job” antara lain :

–          Kekuatiran finansial

–          Masalah-masalah ybs dengan anak

–          Masalah-masalah phisik

–          Masalah perkawinan (mis : perceraian)

–          Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal, dll.

  • Stress        mendorong prestasi kerja.

mengganggu

  • Reaksi terhadap Stress.

Tipe A :  mereka yg agresip dan kompetitip

Tipe B :  lebih relaks dan tidak suka                                                                       menghadapi  “masalah”

  • Kegiatan personalia utk mengurangi stress

–          Menangani sebab-sebabnya.

–          Departemen personalia membantu karyawan memperbaiki kemampuan menghadapi stress.

Program Konseling

  • Konseling / pembimbingan dan penyuluhan adalah pembahasan suatu masalah dg seorang karyawan, dg maksud  untuk membantu karyawan tsb agar dpt menangani masalah scr baik.
  • Fungsi Konseling :

(1)   Pemberian nasehat

(2)   Penentraman hati

(3)   Komunikasi

(4)   Pengenduran ketegangan emosional

(5)   Penjernihan pikiran

(6)   Reorientasi

  • Tipe-tipe Konseling :

(1)          Directing counseling :  memutuskan dg karyawan apa yg   seharusnya dilakukan.

(2)          Non directive counseling atau client centered.

(3)          Cooperative counseling :  hubungan timbal balik antara pembimbing dan karyawan, untuk membantu masalah-masalah karyawan.

  • Program-program konseling

Disiplin

  • Disiplin :  kegiatan manajemen utk menjalan kan standar-standar organisasional.
  • Ada dua kegiatan pendisiplinan :

(1)      Disiplin Preventive

(2) Disiplin Korektip

  • Sasaran tindakan pendisiplinan

(1)      Untuk memperbaiki pelanggar.

(2)      Untuk menghalangi karyawan lain melakukan kegiatan serupa

(3)      Menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektip.

  • Aturan Kompor Panas

–          Suatu pedoman yang sangat berguna utk disiplin korektip.

–          Karakteristik tsb adalah bhw disiplin hendaknya dilakukan dg : peringatan, segera, konsisten dan tidak bersifat pribadi.

  • Disiplin Progresip

Memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran yang berulang.

(1)       Teguran secara lisan oleh penyelia (mandor)

(2)       Teguran tertulis, dg catatan dalam file personalia

(3)       Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga   hari.

(4)       Skorsing satu minggu atau lebih lama

(5)       Diturunkan pangkatnya (demosi)

(6)    Dipecat.

Ekonomi Koperasi

 

BAB I

 

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN

Krisis nilai tukar telah menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah yang merosot tajam sejak bulan Juli 1997 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam triwulan ketiga dan triwulan keempat menurun menjadi 2,45 persen dan 1,37 persen. Pada triwulan pertama dan triwulan kedua tahun 1997 tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8,46 persen dan 6,77 persen. Pada triwulan I tahun 1998 tercatat pertumbuhan negatif sebesar -6,21 persen.

Merosotnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari masalah kondisi usaha sektor swasta yang makin melambat kinerjanya. Kelambatan ini terjadi antara lain karena sulitnya memperoleh bahan baku impor yang terkait dengan tidak diterimanya LC Indonesia dan beban pembayaran hutang luar negeri yang semakin membengkak sejalan dengan melemahnya rupiah serta semakin tingginya tingkat bunga bank. Kerusuhan yang melanda beberapa kota dalam bulan Mei 1998 diperkirakan akan semakin melambatkan kinerja swasta yang pada giliran selanjutnya menurunkan lebih lanjut pertumbuhan ekonomi, khususnya pada triwulan kedua tahun 1998. (grafik 1)

Sementara itu perkembangan ekspor pada bulan Maret 1998 menunjukkan pertumbuhan ekspor nonmigas yang menggembirakan yaitu sekitar 16 persen. Laju pertumbuhan ini dicapai berkat harga komoditi ekspor yang makin kompetitif dengan merosotnya nilai rupiah. Peningkatan ini turut menyebabkan surplus perdagangan melonjak menjadi 1,97 miliar dollar AS dibandingkan dengan 206,1 juta dollar AS pada bulan Maret tahun 1997. Impor yang menurun tajam merupakan faktor lain terciptanya surplus tersebut. Impor pada bulan Maret 1998 turun sebesar 38 persen sejalan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suau negara.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional[1]. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.

Sumber daya alam yang dimiliki mempengaruhi pembangunan ekonomi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.

Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

BAB II

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA DAN JURANG PEMBANGUNAN

Jurang pembangunan Hingga Pertengahan Abad Kedua Puluh

Di bagian ini akan diterangkan studi Kuznets dan Zimmerman yang menggambarkan perubahan perbedaan tingkat pembangunan dan perubahannya yang, berlaku di antara pertengahan abab ke-19 pertengahan abad ke-20. Kuznets merupakan, ahli ekonomi yang mempelopori studi sperti itu. Karena itu hasil Studinya masih sangat sederhana. Gambaran yang lebih lengkap dikemukakan oleh Zimmerman, dan Agus Maddison.

Hasil Studi Kuznets

Kuznets membuat perbandingan laju pembangunan ekonomi dari akhir abad yang lalu di empat daerah berikut: (i) “Negara-negara Baru”, yaitu negara-negara yang diciptakan oleh bangsa-bangsa Eropa Barat seperti Amerika Scrikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru; (ii) Eropa Barat, yaitu negara-negara Perancis Austria, Jerman, Swiss, dan negara-negara Eropa Utara; (iii) daerah Eropa lainnya, yaitu Eropa Selatan dan Eropa Timur; dan (iv) Rusia. Data yang diperbandingkannva adalah data pendapatan per kapita di keempat daerah tersebut pada tahun-tahun 1894-95, 1938, dan 1949. Untuk tujuan analisisnva data pendapatan per kapita yang dikumpulkannya itu diubah menjadi dalam bentuk angka indeks. pendapatan per kapita daerah Eropa lainnya, untuk masing-masing tahun di atas dijadikan sebagai dasar perbandingan dan diberi angka indeks 100. Angka indeks pendapatan per kapita di daerah lainnya ditentukan berdasarkan kepada perbandingan di antara pendapatan per kapita daerah yang hcrsangkutan dengan pendapatan per kapita daerah Eropa lainnva.

Hasil Studi Zimmerman

Zimmerman menggunakan data yang lebih Iengkap dalam menganalisismengenai tingkat pembangunan ekonomi di beberapa daerah di dunia di antara tahun 1860-1960, dan implikasinva kepada jurang pembangunan. Menurut hasil penelitian Zimmerman pendapatan per kapita di berbagai daerah di dunia ini pada tahun­-tahun 1860, 1913, dan 1960 dan laju perkembangan diataara ketiga tahun ter­sebut, adalah sepertl yang ditunjukkan dalam Tabel 2.6. Gambaran itu menunjukkan bahwa, dinilai dengan daya beli dolar Amerika Serikat pada tahun 1952-54, di antara tahun 1860-1960 pendapatan per kapita dunia telah menigkat dari sebesar U$90 menjadi US$400. Kenaikan ini berarti di antara kedua masa tersebut, pendapatan per kapita dunia mengalami perkembangan rata-rata 1,52%

Mengenai corak perkembangan ekonomi dunia di antara tahun-tahn tersebut, sifa-sifatnya adalah seperti dirumuskan di bawah ini:

  1. Di tiga daerah, yaitu Amerika Utara, Rusia, dan jepang, tingkat pertambahan pendapatan per kapita melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata pendapatan per kapita dunia. Berarti kulga daerah itu meupakan daerah yang perkem­bangannya paling resat di dalam satu abad belakangan ini. Di Rusia, per­kembangan pesat baru berlaku dalam periode 1913-60. Dalam periode ini Rusia merupakan Negara yang paling cepat berkembang dinuai.
  2. Lajunya tingkat petambahan pendaptan per-kapita di Erpa Barat, Eropa Selatan dan Amerika Latin berada dibawah perkembangan rata-rata dunia pada tahun 1860-1913 tetapi mendekati atau melebihinya pada periode 1913-1960 untuk periode 1860-1960.

 

BAB III

MENELUSURI ARTI PEMBANGUNAN

K Elemahan Pendapatan Per Kapita Sebagai Indeks Tingkat Kesejahteraan

Apabila kita membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di beberapa negara berdasarkan pada tingkat pendapatan per kapita mereka, maka secara radar atau tidak sebenamya kita telah menganggap bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh besarnya pendapatan per kapita masyarakat tersebut. Salah satu kelemahan penting dari pendapatan per kapita sebagai indeks tingkat kesejahteraan bersumber dari ang­gapan ini. Sudah lama orang meragukan kesesuaian dari anggapan bahwa tingkat pendapatan masyarakat merupakan pencerminan dari tingkat kesejahteraan yang dinikmati sesuatu masyarakat. Diakui bahwa pada umumnya tingkat pendapatan masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Tetapi di samping itu terdapat pula beberapa faktor lain yang adakalanya me­rupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Cukup banyak kenyataan yang membuktikan hal ini.

Beberapa Faktor Non-Ekonomi yang Menentukan Kesejahteraan

Kalau dibandingkan keadaan kehidupan masyarakat dalam suata negara dan di antara berbagai negara, maka akan dapat dilihat bahwa banyak faktor lain di luar tingkat pendapatan yang sangat berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan. Faktor non­ekonomi seperti pengaruh adat istiadat dalam kehidupan masyarakat, keadaan iklim dan alam selcitar, dan ada tidaknya kebebasan be-tindak dan mengeluarkan pendapat merupakan beberapa faktor yang akan menimbulkan perbedaan dalam tingkat kesejahteraan di negara yang mempunyai pendapatan per kapita yang tidak banyak berbeda. Hal ini dapat dilihat dengan)’clas dari beberapa contoh di bawah ini.

Walaupun penduduk di pegunungan mempunyai pendapatan yang sama dengan penduduk yang hidup di dataran rendah, berdasarkan kepada perbedaan keadaan alamnya kita dapat mengatakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di dataran rendah adalah lebih tinggi. Keyakinan seperti ini didasarkan kepada kenyataan bahwa pada umumnya penduduk dataran rendah menghadapi tantangan alam yang sedikit. Di dataran rendah iklimnya tidak tedalu dingin, pekerjaan di sektor pertanian lebih,

Beberapa Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan

Dalam bentuk yang lebih spesifik, nilai pendapatan per kapita sebagai indeks untuk menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan danjurang tingkat kesejahteraan dikritik karena perbandingan secara demikian mengabaikan adanya perbedaan­perbedaan dalam hal-hal berikut di antara berbagai negara:

  • Komposisi umur penduduk.
  • Distribusi pendapatan masyarakat.
  • Pola pengeluaran masyarakat.
  • Komposisi pendapatan nasional.
  • Jumlah masa lapang (leisure) yang dinikmati masyarakat,
  • Per-ubahan-perubahan dalam keadaan pengangguran.

1. Komposisi UmurPenduduk

Di negara berkembang proporsi penduduk yang di bawah umur dan orang-orang muda adalah lebih tinggi dari negara maju. Dengan demikian, perbandingan pendapat­an setiap keluarga di kedua golongan negara itu tidaklah seburuk seperti yang di­gambarkan dengan membandingkan tingkat pendapatan per kapita mereka. Apabila suatu keluarga terdiri dari 6 orang berpendapatan US$1000 dan sate keluarga lain berpendapatan US$500 terdiri dari 3 anggota keluarga, maka besar kemungkinan keluarga yang terdiri dari 6 orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Ini disebabkan karena beberapa jenis perbelanjaan seperti pembayaran air dan listrik, perumahan dan barang-barang lain yang digunakan secara bersama tidak banyak berbeda di antara kedua keluarga tersebut.

2 Distribusi Pendapatan Masyarakat

Di samping tingkat pendapatan, distribusi pendapatan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan keadaan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Faktor ini tidak diperhatikan dalam membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari masa ke masa, jika indeks yang digunakan adalah tingkat pendapat­an per kapita. pada akhir-akhir ini, dari pengamatan atas thasil-hash pembangunan di negara berkembang, makin meluas kesadaran bahwa walaupun dalam sejarah pem­bangunan negara maju telah terbukti pembangunan ekonomi pada akhirnya akan di­ ikuti oleh.

MASALAH PENGANGGURAN DI NEGARA BERKEMBANG

Dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang  penganggura-nyan_g semakin bertambah ju ahnya merupakanmasalahyang lebih rumit dan lebih serius dari masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapat terendah. Keadaan di negara berkembang dalam beberapa dasa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak sanggup menciptakan  kesempatan kerja yang lebih cepat dari pertambahan penduduk. Oleh karenanya masalah pengangguran yang dihadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin ber­tambah serius. Lebih malang lagi, di beberapa negara miskin bukan saja jumlah peng­angguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari keseluruhan tenaga kerja telah menjadi bertambah tinggi.

Dengan cara Beckerman ini indek tingkat kesejahteraan dari masing-masing negara  ditentukan berdasarkan kepada tingkat konsums jumlah stok barang dari beberapa jenis barang tertentu yang datanya dapat dengan mudah diperoleh di Negara berkembang data tersbut adalah:

  1. Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun dan dinyatakan dalam kilogram
  2. Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 dan dinyatakan 1 ton.
  3. jumlah Surat dalam negeri dalam satu tahun.
  4. Jumlah stok pesawat radio dikalikan 10.
  5. Jumlah stok telepon dikalikan 10.
  6. Jumlah stok berbagai jenis kendaraan.
  7. Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun dinyatakan dalam kilogram

 


 

ertambahan jumlah penduduk yang sangat besar di negara berkembang. Hal ini menimbulkan beberapa masalah pada usaha-usaha pembangunan karena, di satu pihak, pertambahan pendu­duk yang sangat tinggi akan menimbulkan perkembangan jumlah tenaga kerja yang hampir sama cepatnya. Di lain pihak, kemampuan negara itu menciptakan kesempatan kerja yang barn sangat terbatas. Sebagai akibat dari kedua keadaan yang bertentangan, pertambahan penduduk menimbulkan masalah-masalah berikut: (i) jumlah peng­angguran yang sudah cukup serius keadaannya

MASALAH PENDUDUK

Di negara berkembang pertumbuhan penduduk yang sangat besar jumlahnya, menambah kerumitan masalah pembangunan. Dapatlah dikatakan bahwa masalah penduduk merupakan, salah satu masalah pembangunan yang paling utama dan paling sukar diatasi.

Faktor yang Mempercepat Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk dunia yang besar jumlahnya tersebut disebabkan olch dua faktor. Yang pertama adalah jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak dewasa ini. Semenjak permulaan abad lalu, yaitu dalam waktu satu abad, pcnduduk dunia telah berkembang dari 1,6 miliar menjadi lebih dari 6 miliar. pertambahan pcnduduk yang demikian besar dalam waktu singkat tersebut belum pernah terjadi dalam sejarah. Pada pertengahan abad ketujuh belas (tahun 1650), pcnduduk dunia ditaksir berjumlah 545 juta Jiwa, dan satu setengah abad kemudian yaitu pada tahun 1800 penduduk dunia baru berjumlah 906 juta.

Faktor kedua, dan yang lebih penting, yang menyebabkan perkembangan penduduk yang sangat pesat dewasa ini adalah tingakat pertambahan penduduk yang relatif sangat cepat dalam beberapa dasawarsa belakangan ini. Bahwa pada masa ini cepatnya tingkat pertambahan pcnduduk adalah lebih besar daripada masa-masa sebelumriya sudah dapat disimpulkar, dari gambaran mengenai keadaan perkembangan pcnduduk yang baru saja dijelaskan.

Pendapatan per kapitanya. Negara di dunia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

  1. 1. Low income countries (LIC) atau negara yang berpendapatan rendah.
  2. 2. Middle income countries (MIC) atau negara berpendapatan menengah.
  3. 3. High income countries (HIC) atau negara yang berpendapatan tinggi.

BAB V

 

FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN TINGKAT PERKEMBANGAN PENDUDUK  YANG CEPAT

Tahap-tahap Perkembangan Penduduk

Tahap pertama antara tahun 1900 sampai tahun 1920—ddah periode di many tingkat perkembangan penduduk lambat. Dalam tahap ini penduduk tidak selalu berkernbang. Adakalanya jumlah penduduk mengalami kemunduran yang timbul Sebagai akibat bahaya kclaparan atau wabah penyakit. Ciri lain dan lebih penting dari tahap ini adalah terdapatnya tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi. Kedua faktor ini me­nyebabkan tingkat pertambahan penduduk rendah.

Tahap kedua, yaitu dari akl-iir tahap pertama hingga tahun 1950 merupakan periode yang ditandai dengan penurunan tingkat kematian, narnun tingkat kelahiran tidak mengalarni perubahan. Faktor yang menvebabkan penurunan tingkat kematian, Z:) tersebut adalah kemajuan dalam bidang kedokteran dan perluasan pdayanan kesehatan kepada  masyarakat..

Didasarkan pada sifat ketiga tahap perkembangan penduduk tersebut dapat di­simpulkan bahwa perkembangan penduduk yang sangat pesac di negara berkembang disebabkan oleh proses penurunan tingkat kematian yang tidak diikuti oleh penurunan dalam tingkat kelahiran. Sebagai akibatnya perbedaan antara tingkat kelahiran dan kematian, yang terutania menentukan tingkat pertambahan penduduk di suatu negara (faktor lain adalah perpindahan penduduk dari negara lain), menjadi scn-iakin ber­tambala besar.

MASALAH PERPINDAHAN PENDUDUK DARI DAERAH PEDESAAN KE KOTA BESAR

Di samping, pertambahan jumlah pengangguran di daerah pedesaan, pertambahan penduduk clan tenaga kerja yang semakin cepat dan besar di sektor pertanian me­nimbulkan pula masalah penting lain yang harus diatasi negara berkembang, yaitu masalah perpindahan penduduk yang sangat berlebihan dari daerah pedesaan ke kota­kota besar. Migrasi dari desa ke kota bukan saja memperburuk masalah pengangguran dan underemployment di kota-kota besar, akan tetapi juga mcnimbulkan banyak masalah lainnya, seperti masalah kongesti/kesesakan, penyerobotan tanah dan pembangunan rumah liar, daerah perumahan yang kurang memadal (slumps), dan sebagainya.

Urbanisasi di Negara Maju

TEORI-TEORI HAMBATAN PEMBANGUNAN

lima aspek dari teori yang menjelaskan tentang bentuk-bentuk hambatan tersebut. Teori-teori tersebut adalah:

  1. Analisis mengenai pengaruh perkembangan penduduk terhadap beberapa
  2. aspek dalam pembangunan ekonomi.
  3. Efek dualisme sosial dan teknologi terhadap mckanisinc pasar dan penggunaan tenaga kerja.
  4. Lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious circle ofpovei-ty) sebagai factor yang mengekalkan keterbelakangan.
  5. Struktur ekspor yang bcrupa bahan mentah dan efek-nya kepada kemungkinan mewujudkan pembangunan
  6. Proses sebab-akibat kumulatif (the circularcumulatire causation) dan efeknya kepada daerah yang lebih miskin.

EFEK TAK LANGSUNG PERKEMBANGAN PENDUDUK TERRADAP PEMBANGUNAN

Untuk melengkapi uraian mengenai pengaruh pertambahan penduduk terhadap pembangunan ekonomi, selanjutnya perlu pula dibahas analisis-analisis vang menun­jukkan pengaruh tidak langsung dari perkembangan penduduk terhadap pertambahan tingkat kesejahteraan masyarakat. Seperti telah dikatakan, analisis serupa ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh pertambahan penduduk yang pesat terhadap beberapa faktor penting yang menentukan lajunya tingkat pertumbuhan ekonomi. Berbagai analisis yang dikemukokan terutama menunjukkan pengaruh pertambahan penduduk yang pesat kepada:

  • Kemampuan masyarakat untuk menabung.
  • Corak penanaman modal yang akan dilakukan.
  • Pemerataan pendapatan.
  • Strategi pemilihan teknologi yang akan digunakan.
  • Keperluan untuk mempercepat kenaikan produksi bahan makanan.
  • perkembangan perdagangan luar negeri.

Bagaimana perkembangan penduduk akan mempengaruhi berbagai faktor ini, dan se­lanjutnya menimbulkan efek kepada pembangunan ekonomi, akan diterangkan dalam uraian berikut.

  • Pertambahan Penduduk dan Tingkat Tabungan

Salah satu kesimpulan yang dapat ditank dari teori Nelson adalah bahwa suatu masya­rakat dapat rnelepaskan dirinya dari the low level equilibiiuin trap dengan memperbesar tingkat penanaman modalnya sehingga menimbulkan pertambahan pendapatan nasional yang lebih besar dari pertambahan penduduk. Unwk menaikkan penanaman

  • Pertambahan Penduduk dan penanaman Modal

Mengenai pengaruh pertambahan penduduk yang sangat cepat terhadap corak pe­nanaman modal, ahli-ahli ekonomi sepenul-inya sependapat bahwa keadaan tersebut akan mengakibatkan beberapa perubahan yang tidak menguntungkan struktur penanaman modal yang dilak-sanakan olch negara berkembang.

  • Pertambahan Penduduk dan. Pemerataan pendapatan

 

EFEK DUALISME EKONOMI TERHADAP MEKANISME PASAR

Salah satu ciri penting dari negara berkembang seperti telah dijelaskan dalam Bab Satu, adalah: perekonomiannya bersifat dualistic. Maksudnya, dalam perekonomian kegiatan ekonomi dapat dibedakan kepada dun golongan: kegiatan ekonomi modern dan kegiatan ekonomi tradisional. Beberapa pendapat telah dikemukakan tentang akibat yang kurang menguntungkan dari adanya dualisme tersebut terhadap kemung­kinan untuk mengembangkan perekonomian, terutama yang masih menjalankan kegiatan-kegiatannya secara tradisional. Analisis-analisis tersebut pada dasarnya menun­jukkan bahwa ciri ekonomi yang bersifat dualistic tersebut, terutama dualisme sosial dan teknologi, menimbulkan keadaan-keadaan yang menyebabkan mekanisme pasar tidak berfungsi secara semestinya. Dan ketidaksempurnaan mekanisme pasar ini selan­jutnya men’akibatkan cumber daya yang tersedia tidak digunakan secara efisien.

Efek Dualisme Teknologi

Yangpertama, di dalam keadaan di mana dualisme teknologi sebagai akibat domi­nannya modal asing atas sektor modern, sebagian besar keuntungan yang diperoleh akan dibawa ke luar negeri. Ini akan mengurangi potensi tabungan yang dapat dikerah­kan untuk penanaman modal di dolah negeri lajunya pembangunan ekonomi. Walau demikian, keadaan yang kurang menguntungkan ini tidal, perlu di­anggap sebagai suatu masalah yang serius, karena setelah Perang Dania 11 peranan modal asing di sektor pertanian dan pertambangan di negara berkcmbano, Judah kian berkurang. Tabungan asing di sektor tersebut hanya merupakan sebagian kecil saja dari sejumlah tabungan lain yang bisa dikerahkan.

EFEK LINGKARAN PERANGKAP KEMISKINAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

Yang dimaksudkan dengan lingkaran perangkap keiniskinan (the vicious circle OfPovol)) atau dengan selengkatpemykap kemiskinan, nan, adalah serangkaian kekuatan yang sating inemperigaml-ii secara secicirilkiari rupa sehingga menimbulkan keadaan d: inana sesuarLi negara akan tetap miskin dan akan tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi. Teori ini terutama dikaitkan kepada name Nurkse, seorang ahli ekonomi yang merintis mengenai masalah pem­bentukan modal di negara berkembang. Nurkse inengempkakan teorinva tersebut scbagai suite landasan untuk menjelaskan tentang perlunnya dilaksanakan strategi.

BAB VI

HAMBATAN PEMBANGUNAN FAKTOR LUAR NEGERI

Ahli -ahli ekonomi Klasik telah menunjukkan beberapa keuntungan yang mungkin diperoleh apabila mengadakan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain. Apabila keuntungan ini dapat benar-benar diperolch, hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain dapat merupakan alas pendorong penning untuk mempercepat pernbangunan ekonomi. Akan tetapi malangnya, walaupun sejak bebe­rapa abad lain kebanyakan negara berkembang telah melakukan hubungan dengan dunia luar, terutaima dengan negara maul, keuntungan yang, tclah diperolch belumlah mencapai tingkat yang, cukup menggembirakan. Sebaliknva, segolongan ahli ekonomi mengaanggap bahwa hubungan tersebut telah menghambat negara berkembang mencapai perkembangan yang iebih pesat.

EKSPOR DAN PEMBANGUNAN EKONOMI: PANDANGAN RICARDO

Sejak beberapa abad lalu ahli ckonomi telah menelaah peranan ekspor dalam pem­bangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di dalam masa Klasik analisis mengenai keterkaitan antara perdagangan luar negeri dan pembangunan mendapat perhatian yang lebih besar lagi. Beberapa ahli ekonomi pada masa itu, Ricardo, Smith, dan Mill telah menujukan bahwa perdagangan luau negeri seperti perdaganga dan memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. Apabila pandangan mereka mengenai keuntungan-keuntungan perdagangan luar negeri digabungkan, maka dapat dikatakan bahwa ahli-ahli ekonomi Klasik mengemukakan tiga sumbangan penting perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi. Keuntungan yang pertama Ricardo menyatakan Apabila suatu Negara sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, perdangangan luar negeri memungkinkan mencapai tingkat konsumsi yang lebih tingi dari pada yang mungkin dicapai tanpa adanya kegiatan tersebut. Sedangkan Smith dan Mill mengemukakan dua keuntngan lainya yaitu (i) memunginkan suatu Negara memperluas pasar atas hasill produksinya dan (ii) memungkinkan Negara tersebut menggunakan teknologi yang dikembangkan diluar negeri, yang lebih baik dari pada yang terdapat dalam negeri.

Skspor Dan Pembangunan Ekonomi: Pandangan Smith Dan Mill

Menurut ahli-ahli ekonomi klasik, ada dua keuntungan lain darimengadakan hubungan ekonomi dengan Negara lain, yaitu dapat memperluas pasar dan dapat memperolch teknologi yang lebih baik daripada yang ada di dalam negeri. Adam Smith merupakan ahli ekonomi Klasik pertama yang menunjukkan kemungkinan memperolch kedua keuntungan ini. Pada pokoknya la berpendapat bahwa, pertaina, dengan adanya perdagangan luar negeri, negara dapat menaikkan produksi barang­barang yang sudah tidak dapat dijual lagi di dalam negeri akan tetapi masih dapat dijual ke luar negeri. Dan selanjutnya, dengan adanya ekspor tersebut negara itu dapat mengimpor barang luar negeri dan menambah jumlah barang yang dapat dikonsumsi- kan oleh penduduknya. Mengenai keuntungan yang kedua, Smith menjelaskan bahwa perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk menggunakan teknik produksi yang lebih tinggi prod uktivi tas n ya. Salah satu cara yang dapat di­tempuh untuk melaksanakan hal ini adalah dengan mengimpor teknologi yang lebih tinggi dari luar negeri.

Pandangan bahwa perdagangan luar negeri dan hubungan ekonomi dengan negara lain dapat mempertinggi tingkat produktivitas kegiatan memproduksi diuraikan dengan lebih mendalam oleh John Stuart Mill. Menurut pendapatnya ada beberapa faktor yang menyebabkan perdagangan luar negeri akan menaikkan tingkat produktivitas. Sama dengan Smith, Mill berpendapat bahwa perluasan pasar yang diakibatkan olch perdagangan luar negeri akan mendorong dilaksanakannya perbaikan-perbaikan tek­nologi yang digunakan dalam proses produksi. perdagangan luar negeri akan mem­pertinggi tingkat spesialisasi, mempertinggi efisiensi penggunaan mesin yang ada, dan akan mendorong usaha-usaha untuk memperbaiki efisiensi proses produksi dengan mengadakan pcmbaruan (inovasi).

Perbandingan Teori Ricardo Dengan Teori Smith Dan Mill

Apabila dibandingkan teori Ricardo di satu pihak dengan teori Smith dan Mill di lain pihak, dapat disimpulkan bahwa di antara teori-teori itu terdapat tiga perbedaan peering.

Pertama, dalam doktrin comparative costs yang dikemukakan oleh Ricardo dimisal­kan bahwa tingkat kesempatan kerja penuh sudah tercapai. Oleh karena itu produksi suatu barang hanya dapat dinaikan dengan mengurangi produksi baranglainnya. faktor-faktor produksi, oleh karenanya produksi suatu barang masih dapat ditambah tanpa mengurangi produksi barang lainnya. Maka apabila perdagangan luar negeri dilakukan, hanya dapat ditambah dengan memindahkan sebagian faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang yang dapat dilmpor. Hal ini tidak perlu terjadi menurut teori Smith dan Mill. produksi barang yang dapat diekspor dapar ditambah dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang menganggur dan dengan mempertinggi teknologi yang digunakan dalam proses produksi.

Perbedaan yang kedua, dalam doktrin comparative costs dianggap terdapat dua hal berikut: (i) jumlah permintaan dalam masyarakat cukiip besar sehingga mernungkinkin dicapainya tingkat kesempatan kerja penuh; dan (ii) mobilitas faktor-faktor produksi adalah sempurna. Dalam kedua teori lainnya, hal-hal yang dirnyatakan ini tidak periu wujud. Doktrin vent for sutlus dan productivity menganggap bahwa permintaan ) dalam masvarakat sudah seluruhnya  dipenuhi sebelum tingkat kesempatan tercapai. Maka faktor-faktor produksi yang belum digunakan terpaksa menganggur. DoCim, keadaan seperti ini perluasan pasar ke luar negeri akan menaikkan permintaan. Selanjutnya kenaikan permintaan ini akan menaikkan produksi dan mempertinggi tingkat penggunaar, faktor-faktor produksi.

EFEK STRUKTUR EKSPOR KOLONIAL TERHADAP PEMBANGUNAN

Sifat-sifat Sektor Ekspor

Dipandang dari sudut sifat atau ciri sektor ekspor, tingkat laju pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari perkembangan ekspor, akan menjadi bertambah tinggi apabila berlaku keadaan-keadaan berikut:

  1. Tingkat perkembangan ekspor bertambah tinggi.
  2. Akibat langsung dari kegiatan ekspor terhadap kesempatan kerja adalah tinggi
  3. Hanya sebagian kecil pendapatan dari ekspor diterima oleh golongan masyarakat yang memiliki kecondongan marjinal mengimpor (marginal propensity to import) yang tinggi.
  4. penanaman modal yang dilakukan dan dibiayai oleh tabungan sekcor ekspor sangat produktif.
  5. perkembangan ekspor diciptakan oleh perkembangan teknologi, bukan oleh perluasan kegiatan tersebut.
  6. Hubungan kait mengait diantara sector ekspor dengan sector-sektor lain sangat erat.
  7. Pendapatan ekspor tetap berada didalam negeri.

PROSES SEBAB-AKIBAT KUMULATIF

Teori yang dikemukakan oleh Myrdal ini mengemukakan sebab-sebab dari bertambah memburuknya perbedaan tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara. Tetapi ia menekankan bahwa Lori tersebut dapat pula digunakan untuk menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya jurang pembangunan antara negara miskin dan negara kaya. Teori Klasik berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang mekanisme pasar akan menciptakan pembangunan yang seimbang antara berbagai daerah dan negara. Myrdal tidak sependapat dengan pandangan ini dan berkeyakinan bahwa dalam proses pem­bangunan ada faktor-faktor yang akan memperburuk- perbedaan tingkat pembangunan antara berbagai daerah atau negara. Keadaan seperti itu terjadi akibat dari suatu proses sebab-akibat kumulatif (circular cumulative causation).

Ekonomi Publik

Ekonomi Publik

  1. A. Materi Pokok Ekonomi Publik

Ilmu Ekonomi Publik adalah cabang Ilmu Ekonomi yang menelaah masalah-masalah ekonomi khalayak ramai (publik/masyarakat, pemerintah/negara) seperti kebijakan subsidi/pajak, regulasi/ deregulasi, nasionalisasi/privatisasi, sistem jaminan sosial, ketahan-an pangan, kebijakan teknologi, pertahanan dan keamanan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Menurut Montesqieu, kekuasaan negara dapat dipisahkan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam prakteknya, kekuasaan eksekutif (pemerintah, yaitu presiden dan para pembantunya) lazimnya paling berpengaruh terhadap suatu perekonomian.

Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain

  1. menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian,
  2. mengatur/meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak,
  3. memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi,
  4. membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan,
  5. meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, dan
  6. menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya

Beberapa Landasan Ekonomi Publik

Masalah kunci perekonomian adalah masalah mikro (distribusi produksi, alokasi konsumsi) dan masalah makro (pengangguran, inflasi, kapasitas produksi, pertumbuhan). Sistem Perekonomian berkaitan dengan siapa (pemerintah atau bukan) atau bagaimana keputusan ekonomi diambil (melalui perencanaan terpusat atau mekanisme harga). Pandangan-pandangan tentang peran pemerintah dalam perekonomi-an semakin konvergen (cenderung mendekat satu terhadap yang lain), yakni secara umum swasta harus mengambil peran utama dalam pasar. Namun bila terjadi kegagalan pasar dan pemerintah berpotensi dapat memperbaiki kegagalan tersebut, maka seyogyanya pemerintah memperbaiki kegagalan tersebut sepanjang diyakini bahwa memang mampu.

Pendekatan ilmiah menjamin kesimpulan yang ditarik dari suatu analisis bersifat sahih. Analisis sektor publik terdiri dari empat tahap, yakni deskripsi kegiatan pemerintah dalam perekonomian, telaahan konsekuensi dari penerapan kebijakan tersebut, tinjauan atas kriteria keberhasilan keputusan publik, dan evaluasi atas proses politik yang mengarah pada pengambilan keputusan tentang kebijakan publik.

B. Sektor Publik Di Indonesia

  1. Jenis Kegiatan Pemerintah

Jenis kegiatan pemerintah antara lain adalah:

  1. Menyediakan sebuah kerangka kerja/ sistem yang legal, yang diperlukan untuk membawa perekonomian ke fungsinya semula.
  2. Memproduksi barang dan jasa, yang berguna untuk pertahanan, pendidikan, keamanan, perhubungan, dan sebagainya.
  3. Mempengaruhi apa yang diproduksi oleh sektor privat (swasta), melalui subsidi, pajak, kredit dan peraturan (undang-undang).
  4. Membeli barang dan jasa dari sektor privat dan kemudian menyalurkannya ke perusahaan dan rumah tangga.
  5. Melakukan redistribusi pendapatan.
  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kegiatan pemerintah:
    1. Adanya perang.
    2. Peningkatan pendapatan masyarakat.
    3. Adanya urbanisasi.
    4. Perkembangan demokrasi.
  1. Ukuran Kegiatan Pemerintah

Ukuran kegiatan pemerintah dapat dilihat dari seberapa besar ukuran sektor publiknya dan suatu indikator yang mudah digunakan yaitu seberapa besar ukuran pengeluaran publik relatif terhadap total perekonomian.

Pemerintah meningkatkan pendapatan untuk membayar seluruh pengeluarannya melalui beberapa macam jenis pajak dan apabila terjadi defisit maka defisit tersebut akan dibiayai melalui pinjaman.

Adam Smith mengemukakan teori bahwa pemerintah hanya mempunyai tiga fungsi:

  1. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan.
  2. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan.
  3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan.

Peran pemerintah dalam perekonomian modern terbagi menjadi peran alokasi, peran distribusi dan peran stabilisasi.

Kegagalan pemerintah dikarenakan beberapa faktor yang mengakibatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju kondisi Pareto optimal tidak dapat tercapai.

C. Efisiensi Pasar

  1. Efisiensi Pareto

Efisiensi Pareto terjadi apabila alokasi dari kekayaan tidak membuat seseorang sejahtera dengan membuat orang lain dirugikan. Terdapat 2 prinsip yang perlu diperhatikan dalam teori fundamental dari ekonomi kesejahteraan: teori pertama, menjelaskan kepada kita bahwa ekonomi adalah persaingan (dan kondisi yang memuaskan) adalah efisien Pareto, dan teori kedua mengimplikasikan setiap alokasi efisiensi Pareto dapat dicapai oleh mekanisme pasar yang desentralisasi

Efisiensi menurut perspektif pasar tunggal terjadi pada saat marginal benefit sama dengan marginal cost.

  1. Analisis Efisiensi Ekonomi

Terdapat 3 (tiga) aspek dari Pareto Efficiency. Pertama, efisien dalam pertukaran. Kedua, efisien dalam produksi. Ketiga, efisiensi dalam keseluruhan (overall/mix efficiency).

Efisiensi dalam pertukaran adalah suatu pengalokasian sejumlah barang yang tertentu jumlahnya dalam suatu ekonomi pertukaran disebut (pareto) efisien jika, melalui realokasi barang-barang, tidak seorang individupun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi kesejahteraan individu lainnya.

Efisiensi dalam produksi terjadi apabila dalam suatu masyarakat dengan dalam mengalokasikan sumber-sumber produksi jika tidak ada suatu barang yang dapat diproduksi tanpa keharusan mengu-rangi produksi barang lainnya.

Efisiensi keseluruhan dalam suatu ekonomi adalah jika tidak seorangpun yang dapat ditingkatkan kesejahteraannya dengan tanpa membuat kesejahteraan yang lainnya berkurang.

D. Kegagalan Pasar

Hak Milik, Paksaan Kontrak dan Kegagalan Pasar

Pemerintah harus aktif melindungi warga negara dan hak milik, pelaksanaan kontrak, dan mendefinisikan hak milik yang tersedia sebagai dasar bekerjanya semua ekonomi pasar.

Terdapat 6 (enam) faktor penyebab kegagalan pasar yaitu:

  1. Kegagalan dari persaingan (failure of competition).
  2. Adanya barang publik (public good).
  3. Eksternalitas.
  4. Pasar tidak lengkap.
  5. Kegagalan informasi.
  6. Adanya pengangguran, inflasi, dan ketidakseimbangan (unemployment, and other macroeconomic disturbances).

Peran Pemerintah dalam Redistribusi

Salah satu peran penting dari pemerintah adalah kegiatan dalam mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer pendapatan. Hal ini memberikan koreksi terhadap distribusi pendapatan yang ada di masyarakat.

Terdapat dua aspek analisis dari sektor publik yaitu pendekatan normatif yang memfokuskan pada apa yang harus dilakukan pemerintah dan pendekatan positif yang memfokuskan pada penggambaran dan penjelasan secara nyata apa yang dilakukan pemerintah dan konsekuensinya.

E. Efisiensi Dan Kemerataan

Efisiensi, Distribusi, dan Pilihan Sosial

Terdapat trade-off antara kemerataan dan efisiensi.

Kurva indifferen untuk individu menggambarkan bagaimana mereka membuat trade-off antara barang yang berbeda, kurva kepuasan sosial menggambarkan bagaimana masyarakat membuat trade-off antara tingkat kepuasan dari individu yang berbeda.

Fungsi kesejahteraan sosial menyediakan sebuah dasar untuk merangking beberapa alokasi dan sumber daya dan kita memilih alokasi yang menghasilkan tingkat tertinggi dari kesejahteraan masyarakat. Prinsip Pareto mengatakan kita harus memilih alokasi yang paling sedikit dari beberapa individu better off dan tidak seorangpun worse off. Ini berarti bahwa jika beberapa individu kepuasannya meningkat dan tidak seorangpun kepuasannya menurun kesejahteraan sosial meningkat.

Menganalisis Pilihan Sosial dan Pilihan Sosial dalam Praktek

Jika proyek tidak Pareto improvement, pendekatan umum yang digunakan adalah menggunakan efek efisiensi dan pemerataan. Jika proyek sebuah proyek mempunyai keuntungan bersih yang positif dan mengurangi ketidakmerataan, maka proyek dijalankan dan sebaliknya. Dan Jika efisiensi menunjukkan keuntungan tetapi kemerataan banyak yang hilang, maka terdapat trade-off secara umum akan diterapkan kebijakan sistem pajak untuk redistribusi pendapatan.

Cara yang standar yang dapat dilakukan untuk mengukur keuntungan (benefit) dari beberapa program atau proyek khususnya individu, adalah dalam bentuk “willingness to pay”.

Keuntungan sosial diukur oleh tambahan keuntungan yang diterima oleh semua individu. Jumlah yang diperoleh menunjukkan kemauan membayar total dari semua individu di masyarakat. Perbedaan antara kemauan membayar dan biaya total dari proyek dapat disebut sebagai efek efisiensi dari proyek.

F. Teori Barang Publik

Barang Publik dan Syarat Efisiensi untuk Barang Publik

Terdapat dua bentuk dasar dari kegagalan pasar terkait dengan barang publik: underconsumption dan undersupply. Dalam kasus barang nonrival, exclusion adalah tidak diinginkan karena menghasilkan underconsumption. Tetapi tanpa exclusion, yang mana terdapat masalah undersupply.

Keengganan individu berkontribusi secara sukarela untuk menyediakan barang publik akan menimbulkan masalah free rider.

Barang publik murni adalah barang publik di mana biaya marginal untuk menyediakannya terhadap tambahan orang adalah nol dan di mana tidak mungkin melarang orang untuk menerima barang. Pertahanan nasional adalah salah satu dari sedikit contoh barang publik murni.

Barang publik murni disediakan secara efisien ketika penjumlahan dari tingkat marginal substitusi (atas semua individu) adalah sama dengan transformasi marginal

Kurva permintaan untuk barang publik atau Kurva permintaan kolektif adalah penjumlahan secara vertikal dari permintaan individu yang ada dalam masyarakat.

Barang Privat yang Disediakan oleh Publik

Jika barang privat bebas tersedia maka akan terjadi over-consumpption. Ketika individu tidak membayar untuk mendapatkan barang, dia akan meminta sampai pada titik di mana keuntungan marginal yang dia terima dari barang tersebut sama dengan nol.

Kesejahteraan yang hilang dapat diukur oleh perbedaan individu yang ingin bayar dengan peningkatan output dan biaya produksi meningkat.

Pemerintah menentukan cara untuk membatasi konsumsi. Metode untuk membatasi konsumsi barang disebut rationing system. Harga menyediakan satu rationing system. Kedua, cara umum untuk me-rationing barang publik adalah ketentuan yang seragam bagi penawaran barang dalam jumlah yang sama untuk setiap orang. Seperti penyediaan pada tingkat yang seragam untuk bebas pendidikan bagi semua individu meskipun individu ada yang menyukai lebih atau sedikit. Keuntungan utama dari ketentuan publik bagi barang; tidak mengikuti untuk beradaptasi terhadap perbedaan kebutuhan individu dan hasrat seperti dalam pasar privat.

G. Teori Pilihan Publik

Mekanisme Publik untuk Alokasi Sumberdaya

Tidak seperti pengeluaran dalam barang swasta yang konvensional, yang ditentukan melalui sistem harga, pengeluaran barang publik ditentukan melalui proses politik.

Penentuan penyediaan barang publik melalui sistem mayoritas sederhana dapat menimbulkan masalah karena adanya Arrow Paradoks, kecuali pada masyarakat yang sangat homogen di mana preferensi mereka semuanya sama sehingga dapat dilakukan pemilihan secara aklamasi.

Alternatif untuk Penentuan Pengeluaran Barang Publik

Teori pengeluaran pemerintah yang di kemukakan oleh Lindahl adalah teori yang sangat berguna untuk membahas penyediaan barang publik yang optimum dan secara bersamaan juga membahas mengenai alokasi pembiayaan barang publik antara anggota masyarakat. Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori ini hanya membahas mengenai barang publik tanpa membahas mengenai penyediaan barang swasta yang dihasilkan oleh sektor swasta.

Tidak tersedianya gambaran yang cukup dari proses politik. Keluaran dari proses politik. dalam pandangan ini, merefleksikan kekuatan politik dari kelompok kepentingan spesial.

Kelompok kepentingan mempunyai power yang ditunjukkan melalui:

  1. Biaya yang rendah untuk memilih dan mendapatkan informasi, khususnya untuk pemilih yang mendukung aktivitas mereka. Mereka menyediakan informasi, dan kadang mereka menyediakan transportasi, perawatan anak, dan yang lainnya.
  2. Penyediaan informasi bagi si politisi,
  3. Penyuapan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada politisi. Pemerintahan yang efektif tergantung pada kualitas pelayanan terhadap masyarakat/publicH. Produksi Publik Dan Birokrasi

Monopoli Alamiah: Produksi Publik Barang-Barang Swasta serta Perbandingan Efisiensi pada Sektor Publik dan Swasta

Monopoli alamiah adalah produksi yang dikuasai oleh satu perusahaan. Karena banyaknya output yang diproduksi seiring dengan menurunnya biaya produksi, maka perusahaan pada monopoli alamiah memiliki struktur biaya menurun

Ada beberapa pembatas yang mengakibatkan mengapa perusahaan pemerintah cenderung kurang efisien daripada perusahaan swasta, namun ada beberapa pengecualian yang membuktikan ketidakbenar-an pendapat tersebut.

Sumber Ketidakefisienan pada Sektor Publik, Korporatisasi dan Perkembangan Konsensus pada Peran Pemerintah dalam Produksi

Alasan inefisiensi pada sektor publik :

  1. Perbedaan organisasi :

1)      Mendapat subsidi pemerintah, tidak akan bangkrut.

2)      Lebih berorientasi politik.

3)      Tidak adanya kompetisi.

4)      Pembatasan pegawai (pegawai tidak dapat dipecat, gaji lebih rendah).

5)      Prosedur pembelian lebih rumit.

6)      Pembatasan anggaran.

  1. Perbedaan individu
  2. Tidak adanya insentif.
  3. Tujuan birokrat : memaksimumkan organisasi.

Ada beberapa alasan mengapa pada tahap korporatisasi, efisiensi sering tercapai, antara lain adanya kebebasan bertindak, perbedaan usaha, dan dana yang terbatas. Alasan lain, jika tanpa motif keuntungan, maka pencapaian hasil tidak akan optimal. Para pekerja pada perusahaan pemerintah bekerja lebih baik setelah menjadi perusahaan swasta, karena mendapat pendapatan yang lebih tinggi.

Peranan pemerintah dalam produksi merupakan debat yang tiada habisnya. Ada konsensus bahwa pemerintah seharusnya tidak terlibat dalam produksi barang swasta umum. Atau dapatkah tercapai efisiensi dengan cara korporatisasi? Sangat sulit mengukur performa dari sektor publik dan sektor swasta dan sangat tidak mungkin semua produksi dikompetisikan, walaupun sudah ada beberapa yang saat ini mulai terbuka kompetisi, misalnya pada sektor komunikasi, kesehatan dan pendidikan.

I. Eksternalitas Dan Lingkungan Pendahuluan

Problem Eksternalitas dan Solusi Swasta terhadap Eksternalitas

Ketika transaksi antara pembeli dan penjual secara langsung berdampak pada pihak ketiga, maka dampak itu disebut suatu eksternalitas. Eksternalitas negatif, seperti polusi, menyebabkan kuantitas optimal secara sosial dalam pasar menjadi lebih kecil daripada kuantitas ekuilibrium. Eksternalitas positif, seperti limpahan manfaat dari adanya teknologi, menyebabkan kuantitas optimal secara sosial dalam pasar menjadi lebih besar daripada kuantitas ekuilibrium.

Mereka yang terkena eksternalitas kadang-kadang dapat menyelesai-kan masalah itu secara privat (tanpa campur tangan pemerintah). Misalnya, ketika suatu bisnis memberikan dampak negatif kepada bisnis lain, maka kedua bisnis itu dapat menginternalisasikan eksternalitas itu dengan cara bergabung (merger). Atau, pihak-pihak yang terlibat dapat menyelesaikan masalah dengan berunding untuk mencapai suatu perjanjian. Menurut teorema Coase, bila orang dapat tawar-menawar tanpa menimbulkan biaya, maka mereka selalu dapat mencapai persetujuan yang menghasilkan alokasi efisien. Namun dalam banyak kasus, kesepakatan di antara banyak pihak sulit tercapai. Dengan demikian teorema Coase tidak dapat diterapkan.

Bila pihak-pihak privat tak dapat menangani efek-efek eksternal, seperti polusi, maka sering pemerintah campur tangan. Kadang-kadang pemerintah menghindarkan aktivitas yang secara sosial tidak efisien dengan menerapkan regulasi. Kadang-kadang pemerintah menginternalisasikan eksternalitas dengan pajak Pigovian. Kebijak-an publik lain adalah dengan menerbitkan izin. Misalnya, pemerintah dapat melindungi lingkungan dengan menerbitkan sejumlah terbatas izin polusi. Hasil akhir dari kebijakan ini kira-kira sama dengan hasil yang diperoleh dari penerapan pajak Pigovian pada penghasil polutan.

Solusi Publik Terhadap Eksternalitas dan Peraturan Pemerintah untuk Melindungi Lingkungan Ada beberapa metode bagi pemerintah untuk mengatasi eksternalitas lingkungan: pajak, subsidi dan peraturan pemerintah.

Pajak akan dikenakan pemerintah bila perusahaan penyebab polusi memproduksi di atas ambang (Q0). Penerimaan pajak digunakan untuk memberikan kompensasi kepada pihak yang terkena polusi. Keuntungan bagi masyarakat adalah kerugian bagi pengusaha karena berkurangnya produksi dan keuntungan masyarakat karena berkurangnya polusi.

Subsidi dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan untuk mengatasi eksternalitas untuk mengurangi polusi dalam jumlah tertentu atau pengenaan hukuman bila melakukan pelanggaran. Kelemahan cara ini untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber-sumber ekonomi adalah justru timbulnya inefisiensi apabila ada dua pabrik atau lebih yang menimbulkan polusi.

Peraturan Pemerintah, baik nasional maupun internasional, telah banyak yang dikeluarkan untuk melindungi lingkungan dari eksternalias negatif. Sudah beberapa kesepakatan dan peraturan dibuat untuk melindungi lingkungan regional dan global terhadap polusi. Antara lain terkait hal penanggulangan polusi udara, air, tanah, hujan asam, sampah beracun serta perlindungan terhadap flora dan fauna yang sudah langka.

TEORI EKONOMI DAN KNSEP EKONOMI PUBLIK

Intinya ekonomi publik adalah adalah ilmu yang mempelajari pengaruh atau campur tangan pemerintah atau Negara dalam kehidupan ekonomi. Ekonomi publik adalah salah satu bagian atau subsistem ilmu ekonomi, maka-maka prinsip-prinsip atau hukum dalam ilmu ekonomi pada umumnya juga berlaku dalam Ekonomi public, meskipun terhadap pengecualian dan pengkususannya.

Ilmu adalah suatu penjelasan atau studi yang menggunakan metode dan sistematika tertentu. metode tersebut digunakan baik dalam pendekatan maupun dalam analisisnaya. Sistematika adalah urutan dalam mengadakan penjelasan atau analisisnya. Di samping syarat-syarat tersebut ilmu dalm pemaparannya harus bersifat jujur, sederhana dan diusahakan seobjektif mungkin.

Pengaruh pemerintah dalam pembentuknya pendapatan nasional yang memepengaruhi investasi masyarakat, balanced budged multiplier dan sebagainya hanya dijumpai dalam Ekonomi Makro. Analisis tentang akibat perpajakan atau subsidi terhadap motivasi kerja, terhadap produksi, tehadap karya dan lain-lain hanya dibicarakan dalam Ekonomi Mikro.

Ilmu Keungan Negara, intinya adalh ilmu yang mempelajari penerimaan dan pengeluaran Negara, sedangkan Ekonomi Publik mempelajari segala kegiatan pemerintah dala mempngaruhi kegiatan atau kehidupan ekonomi masyarakat segala macam kegiatan pemerintah akan Nampak dalam pemerintah dan pengeluaran Negara. Subject matters ilmu Keungan Negara sama dengan Subject  matters Ekonomi Publik. Perbedaan terletak pada Ilmu Keuangan Negara lebih menitikberatkan pada kebijaksanaan dan pengaruhnya sedangkan Ekonomi Publik lebih menitikberatkan pada analisis ekonominya.

Prinsip-prinsip ekonomi yang bersifat universal seperti prinsip efisiensi dan efektivitas, law of diminishing return.

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PUBLIK

A. DEFINISI PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

a. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KENAIKAN PRODUKTIVITAS

Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang.

b. PERMINTAAN AGREGRATIF DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Pada gambar ini dianggap bahwa tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada thaun 1998 A sebesar 26 trilyun rupiah dan skedul permintaan agregratifnya adalah C+I+C1 hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh dapat dicapai karena sama dengan tingkat pendapatan keseimbangannya.Misalkan terjadi pertumbuhan kapasitas produksi akibat adanya pertambahan sumber-sumber pertumbuhan ekonommi hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1998 B menjadi 27 trilyun rupiah atau kenaikan sebesar kira-kira 4% dalam output riil.Agar potensi produksi total dapat direalisasikan maka permintaan agregratif harus naik dengan laju pertumbuhan yang cukup untuk memelihara tingkat kesempatan kerja penuh.Karenanya permintaan agregratif harus bergeser keatas menjadi C+I+C2. Bila tidak atau naik secara lebih kecil maka kenaikan kapasitas produksi tak dapat direalisasikan dan dimanfaatkan.Gambar ini menunjukkan aspek penciptaan pendapatan oleh komponen pengeluaran investasi neto.

B. TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI

Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi . A.Teori Inovasi Schum Peter Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini. B.Model Pertumbuhan Harrot-Domar Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output. C.Model Input-Output Leontief. Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah . D.Model Pertumbuhan Lewis Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan. E.Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi tinggi.

C. NEGARA BERKEMBANG DAN FAKTOR PERTUMBUHANNYA

  1. Ciri-ciri negara sedang berkembang
    1. Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.
    2. Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.
    3. Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.
    4. Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor industri.Produktifitas kerjanya rendah.
    5. Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau mempunyai sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.
    6. Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil atau sedikit jumlahnya.
    7. Sebagian besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.
  1. Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu: Tahap
    1. Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah; Tahap
    2. Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk naik. Tahap
    3. Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun; Tahap
    4. Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol.
  1. Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
    1. Sumber-sumber Alam Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.
    2. Sumber-sumber Tenaga Kerja Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat rendah.
    3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah Negara-negara sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.
    4. Akumulasi Kapital Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
  1. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
    1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri.
    2. Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
    3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian.
    4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
    5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat.
    6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
  1. .Strategi pertumbuhan ekonomi
  2. Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.
  3. Strategi Impor Versus Promosi Ekspor Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional. Perlunya Disertivikasi Usaha mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.

D. ASPEK HUBUNGAN EKONOMI INTERNASIONAL DALAM PERTUMBUHAN EKONOMIPerluasan Perdagangan Negara-negara maju telah berkembang merupakan sumber atau pensupplai barang-barang kapital. Di samping itu mereka juga merupakan pasar yang luas dan cukup besar yang membeli ekspor hasil-hasil pertanian, pertambangan, bahan mentah, ataupun barang-barang manufaktur oleh negara-negara sedang berkembang. Penurunan harga di pasar dunia akan bahan-bahan mentah produk pertanian ataupun hasil pertambangan akan sama seperti halnya turunnya harga minyak bumi ataupun harga tembaga di pasaran internasional.

  1. Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing Aliran kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector pemerintah maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap bagi usaha pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing banyak bergerak di sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan, kehutanan, perikanan, dan juga di sektor manufacturing.
  2. Bantuan Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman Bantuan asing bisa diberikan secara langsung atau melalui lembaga keuangan internasional. Contoh bantuan langsung berupa hadiah atau pinjaman yang diberikan oleh US-AID (United State Agency for International Development), suatu lembaga bantuan luar negeri pemerintah Amerika Serikat, atau dari badan-badan luar negeri yang serupa dari negara-negara maju telah berkembang lainnya.

CAMPUR TANGAN PEMERINTAH TERHADAP SEKTOR PUBLIK

1. Pendahuluan

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kekayaan negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini tertuang dalam ketetapan Standar Audit – Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA–SAFP) tahun 1996 oleh BPKP dengan keputusan Kepala BPKP No. Kep-378/K/1996. SA-APFP secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Penyelenggaraan auditing sektor publik atau pemerintahan tersebut dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembanguan (BPKP). BPKP merupakan suatu badan yang dibentuk oleh lembaga eksekutif negara (presiden), yang bertugas untuk mengawasi dana untuk penyelenggaraan pembangunan negara yang dilakukan pemerintah dan bertangungg jawab atas tugasnya pada pemerintah juga. Penyelenggaraan akuntansi pemerintahan yang bertumpu pada sistem Uang yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 217/KMK.03/1990 masih terlalu sederhana. Pemakaian uang yang digunakan dalam proses penyelenggaaraan pemerintahan mengacu pada APBN atau APBD dan pertanggungjawabannya hanya menyangkut pada berapa uang yang diterima dan berapa uang digunakan. Jadi, ada suatu kecederungan bahwa penggunaaan dana bertumpu pada proses keseimbangan antara pemasukan dan  pengeluaran uang saja. Dalam melaksanakan audit di sektor publik (pemerintahan) perlu pembentukan suatu lembaga audit yang independen yang benar-benar mempunyai integritas yang bisa dipertanggungjawabkan kepada pihak publik. Oleh karenanya lembaga auditor tersebut setidaktidaknya bernaung di bawah lembaga legislatif negara ataupun merupakan lembaga profesional independen yang keberadaan mandiri, seperti akuntan publik. Peraturan yang dikembangkan dalam Standar Auditing Sektor Publik harus terbentuk oleh suatu lembaga ataupun badan yang berdiri sendiri dan terlepas dari praktik pengauditan, sebagai contoh organisasi AAA (American Accountant Association) yang berada di Amerika. Keberadaan IAI di Indonesia masih belum mampu menjamin independensi Akuntan Publik terhadap opini yang diberikan kepada kliennya. Hal ini bisa terjadi karena IAI telah membentuk Dewan SAK, dimana masih ada anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, adanya kepentingan pribadi anggota IAI yang berkaitan dengan bisnisnya sebagai akuntan publik akan berpengaruh terhadap independensi dalam penetapan Standar Audit yang dikembangkan di Indonesia. Begitu pula untuk sektor publik yang menyangkut dana masyarakat yang cukup besar seharusnya mendapatkan pengawasan memadai yang mampu menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan dana tersebut. Penetapan Standar Audit di sektor publik ini harus dibentuk oleh suatu badan yang terlepas dengan kepentingan pribadi ataupun golongan. Negara Amerika dan Inggris pada tiaptiap sektor publik atau departemen-departemen pemerintahan dalam menjalankan roda administrasi keuangan telah diawasi oleh badan yang berupa Comptroller and Auditor General (C&AG). Untuk menjaga independensi dan integritas dalam melaksanakan tugas dari pihak publik atau masyarakat, maka badan tersebut bernaung di bawah lembaga legislatif negara. Laporan hasil kerja C&AG nantinya diberikan oleh pihak legislatif untuk melihat sejauh mana pelaksanaan penggunaan uang negara oleh pihak pemerintah (eksekutif). Tanggung jawab sepenuhnya C&AG atas pelaksanaan tugas adalah kepada publik melalui para wakil yang berada di lembaga legislatif. Oleh karena itu, lembaga legislatif harus memerintahkan suatu badan independen untuk menyusun suatu peraturan audit (Audit Act) yang menerbitkan suatu standar audit sektor publik. Berlakunya Standar Audit-Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP) tahun 1996 oleh BPKP atas perintah Presiden RI melalui Kepres No. 31, Tahun 1983 dan Inpres No. 15, Tahun 1983. Kalau kita melihat dari sini, tampak rancu karena eksekutif merupakan pihak yang diperiksa, tetapi di sisi lain dia menerbitkan peraturan untuk dirinya sendiri.

2. TINJAUAN TEORI

Untuk melihat lebih jauh bagaimana pengembangan audit sektor publik setidaknya kita bisa melihat sedikit gambaran mengenai SA-APFP. Secara garis besar SA-APFP 1996 telah mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang telah diterbitkan oleh IAI. Berdasarkan fakta tersebut ada beberapa hal yang menjadi sorotan penulis untuk pengembangan dan perbaikan audit sektor publik, maka isi dari Standar Audit Sektor Publik (Pemerintahan) harus meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Kualitas sumber daya manusia pada auditor pemerintah.

Auditor di sektor pemerintah status kepegawaiannya adalah pegawai negeri. Dalam perekrutannya sepenuhnya dipengaruhi oleh campur tangan pemerintah. Sebagaimana kita lihat pada masa jayanya orde baru berkuasa, perekrutan pegawai negeri khususnya auditor BPKP banyak yang kurang memenuhi persyaratan dalam segala hal. Selain pengaruhnya yang begitu kuat, maka dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor pemerintah (BPKP) sangat dipengaruhi oleh dominannya kekuasan pemerintah. Kecenderungan ini membuat profesionalitas seorang auditor pemerintah sangat diragukan.

2. Landasan hukum

Langkah awal untuk melaksanakan audit atau pemeriksaan di sektor pemerintah (publik) harus mengacu pada suatu pijakan hukum yang benar. Selama ini yang kita lihat auditor yang menjalankan tugas bertolak pada Kepres dan Inpres. Di sini tampak jelas bahwa auditor sektor publik diciptakan oleh pihak eksekutif dan bekerja untuk mengawasi pihak eksekutif pula. Dengan demikian, tanggung jawab yang dipikul auditor sektor publik bukan kepada publik atau masyarakat melainkan kepada pihak pemerintah. Untuk menindaklanjuti landasan hukum yang mengatur auditor dengan segala tanggung jawabnya harus didasarkan pada suatu lembaga yang merupakan wakil dari rakyat untuk mengatur segala kepentingan masyarakat.

3. Keahlian

Untuk menunjang proses pemeriksaan yang memadahi setidak-tidaknya harus dilakukan oleh seorang atau kelompok yang mempunyai suatu keahlian khusus di bidangnya. Di sector privat proses audit perusahaan dilakukan oleh akuntan intern (internal auditor) atau akuntan publik (eksternal auditor) yang telah dianggap mampu. Maksudnya adalah auditor yang telah bersertifikat dan mempunyai izin praktik sebagai akuntan publik atau akuntan intern. Kalau kita mengacu pada negara Amerika dan negara barat lainnya, seseorang yang menjadi auditor di sektor privat harus mempunyai CPA atau kalau di sektor akuntansi manajemen dengan CMA-nya atau juga Certified of Internal Audior (CIA) untuk auditor internal, sehingga kemampuannya tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, auditor di sector publik kiranya perlu juga mempunyai sertifikat khusus yang menjamin keahlian profesinya di sektor publik.

4. Lingkup audit

Audit sektor publik (pemerintahan) harus mencakup audit keuangan dan audit operasional. Sektor penggunaan keuangan untuk menjalankan pemerintahan perlu mendapatkan perhatian yang cukup mendalam karena dana yang digunakan sektor ini cukup besar dan mencakup hajat hidup orang banyak. Dasar penyelenggaraan administrasi keuangan jangan hanya bertumpu pada penggunaan dana berimbang dengan berpedoman pada APBN atau APBD. Lebih jauh dari itu, aset yang dimiliki negara kita ini cukup banyak sehingga sistem administrasi keuangan harus diubah dalam bentuk yang baru dan mempunyai akuntabilitas. Tugas auditor selain mengaudit sektor keuangan perlu juga memperhatikan audit pada sektor operasional. Perhatian auditor akan berkembang pada audit manjemen, audit kinerja, audit terpadu, audit efisiensi dan efektivitas serta berkembang menjadi audit value for money (value for money auditing) atau secara komprehensif. Penilaian-penilaian yang dilakukan nantinya harus menuju ke arah penilaian atas ketaatan terhadap kebijakan manajemen, penilaian atas kewajaran penyajian laporan keuangan, penilaian ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian efisiensi dan efektivitas penggunaan dana pemerintahan.

  1. 5. Independensi

Secara teori independensi meliputi dua aspek, yaitu independence in fact dan independence in appearance. Penekanan independence in fact terletak pada independen yang sesungguhnya yang meliputi bagaimana kinerja para praktisi individu dalam menjalankan tugasnya. Hal ini meliputi sikap independensi para praktisi dalam merencanakan program audit, kinerja auditor dalam memverifikasi pekerjaan dan menyiapkan laporannya. Sebaliknya, penekanan pada independence in appearance adalah bagaimana auditor bertindak sebagai suatu kelompok profesional yang cukup independen dalam menemukan bukti-bukti audit. Sebagai sekelompok yang profesional, auditor harus menghindari praktikpraktik yang menyebabkan independensi itu berkurang yang nanti akan berpengaruh pada opini yang dibuat. Masalah independensi auditor, terutama pada auditor sektor publik merupakan hal yang menjadi sorotan pertama bagi auditor. Hal itu terjadi karena posisi dan keberadaan seorang atau sekelompok auditor sektor publik harus mendapatkan jalan pemecahan yang baik. Praktik di Indonesia, auditor dari BPKP sering kali terlihat tidak mempunyai kekuatan dalam mengungkapkan hasil temuannya. Penyebab utama masalah ini adalah karena independensi sebagai auditor tidak berada pada posisi yang netral.

6. Standar Pelaporan

Untuk menindaklanjuti hasil pekerjaannya auditor tentunya menyusun pekerjaannya dalam suatu laporan audit. Laporan audit yang disusun oleh auditor sektor publik (auditor BPKP) berpedoman pada SA-APFP. Padahal SA-APFP sendiri mengacu pada SPAP, sedangkan SPAP berpegang pada Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (GAAP) dengan berpegang pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Belum adanya Standar Akuntansi Pemerintahan ataupun Standar Akuntansi Sektor Publik merupakan hal yang aneh apabila kita menyusun laporan berdasarkan SA-APFT tersebut. Masih primitifnya akuntansi pemerintahan di Indonesia setidaknya harus mendapatkan perhatian yang cukup mendalam oleh para praktisi dan akademisi dalam memecahkan masalah ini. Laporan audit pemerintahan menjadi layak dan andal apabila sebelumnya ada suatu Standar Akuntansi Pemerintahan (Sektor Publik) yang mempu menjabarkan aset, kewajiban, dan ekuitas yang dipunyai oleh negara beserta penjabaran income negara dengan selayaknya.

7. Distribusi Pelaporan

Agar ada tindak lanjut dari laporan audit sektor publik, seharusnya laporan audit tersebut didistribusikan kepada publik untuk bisa mengevaluasi hasil kinerja pemerintah. Dalam hal ini yang bertindak tentunya adalah wakil rakyat yang tertampung dalam DPRD sehingga mengetahui seberapa jauh pihak eksekutif mengemban tanggung jawab yang dipikulnya.

3. PEMBAHASAN

Adanya dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan audit sektor publik, kita pertama kali seharusnya mampu mengembangkan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Apabila kita berpikir jauh ke depan mengenai audit sektor publik, maka kita harus mempunyai suatu aturan main dalam sistem dan standar akuntansi sektor publik yang lebih maju pula. Di Amerika standar akuntansi pemerintahan telah tertuang dalam Governmental Accounting Standards Board (GASB). GASB ini terbentuk oleh Committee on Accounting in the Public Sector yang merupakan komite dari AAA. Komite ini selalu berpikir ke arah depan agar semua masalah yang

berkenaan dengan akuntansi pemerintahan di Amerika selalu tanggap dengan situasi zaman. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa akuntansi pemerintahan di Indonesia hanya mengacu pada APBN/APBD yang pengelolaan dananya menggunakan pembukuan dengan istilah Uang yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD). Selain pembukuan ini hanya bertumpu pada cash basis, tetapi sistemnya sangat sederhana. Sistem tersebut sudah tidak mampu menampung masalah-masalah dalam kondisi sekarang. Untuk itu perlu adanya perbaikan akuntansi pemerintahan di Indonesia yang meliputi hal-hal berikut.

1. Sistem Akrual (Accrual System)

Kekayaan yang dimiliki oleh negara atau masyarakat cukup besar yang penggunaannya meliputi pengeluaran dan pemasukannya tentunya harus memerinci mengenai aset, kewajiban dan ekuitas. Dengan demikian, pendekatan sistem yang dikembangkan harus mengarah pada sistem akrual seperti yang dikembangkan oleh Couply Paul A. dan kawan kawan dalam tulisannnya di Accounting Horizon, September 1997 (lihat lampiran).

2. Perlu dibentuk komite khusus yang menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan

Pengembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sebaiknya mencontoh di Amerika dengan membentuk suatu komite yang berada di bawah IAI. Hal ini akan menyebabkan independensi penyusun standar tersebut akan mengarah pada independensi dan integritas yang lebih baik daripada sebelumnya. Akibatnya aset negara yang demikian besarnya akan terlindung dari perilaku yang tidak baik yang dapat merugikan negara dalam jumlah yang besar.

3. Standar Akuntansi harus disusun per sektor.

Banyak bagian atau departemen yang ada di pemerintahan menjadikan perhatian pengembangan standar akuntansi pemerintahan. Mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) telah mengatur standar untuk tiap jenis usaha tertentu, misalnya perbankan, pertambangan, koperasi, dan lainnya. Demikian pula untuk sektor pemerintahan banyak departeman yang ada dalam pemerintahan juga harus mempunyai aturan main yang berbedabeda dalam mengatur administrasi keuangannya. Dengan adanya standar yang memadai maka aset negara yang begitu besar jumlahnya tentu akan terkontrol oleh publik dengan baik.

4. SIMPULAN

Atas dasar uraian yang sebelumnya dapat disimpulkan bahwa untuk memperbaiki audit sektor publik di Indonesia, yang harus diperhatikan pertama kali adalah perbaikan pada system dan standar akuntansi pemerintahan oleh badan yang independen yang mendapat mandat dari lembaga eksekutif negara. Langkah berikutnya baru melakukan perbaikan pada sistem dan standar audit, yang proses pembentukannya mengacu pada akuntansi pemerintahan juga. Dengan

demikian, akan diperoleh hasil yang memuaskan dan jaminan keamanan aset negara bias dilaksanakan dengan baik. Saran penulis untuk perbaikan audit sektor publik dan akuntansinya, hendaknya dilakukan secepatnya. Hal ini disebabkan karena kondisi sekarang dianggap mendesak dan asset negara sudah banyak yang hilang tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas. Dengan adanya audit sektor publik dan akuntansi sektor publik yang baru diharapkan mampu melakukan pengelolaan dan perlindungan terhadap aset negara yang memadai. Berdasarkan hal ini akan tercipta suatu tatanan baru dalam pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah pada Sektor publik dan RAPBN

  1. 1. Penerimaan Pemerintah

Dalam menerapkan kebijakan anggaran baik anggaran defisit maupun anggaran surplus, tidak terlepas dari peran pajak sebagai sumber pendapatan utama. Dalam penerapan anggaran surplus, pemerintah dapat meningkatkan pajak khususnya pajak penghasilan atau pajak tidak dinaikkan tetapi pengeluaran pemerintah dikurangi. Begitu juga dalam penerapan anggaran defisit, pemerintah dapat menurunkan tingkat pajak sehingga konsumsi masyarakat dapat meningkat dan gairah usaha juga meningkat.

Dalam struktur pendapatan negara, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) didominasi oleh penerimaan dari sumber daya alam migas. Perkembangan dan kontribusi PNBP terhadap pendapatan negara dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak mentah di pasar internasional dan perubahan nilai tukar (kurs) yang keduanya sangat rentan terhadap perubahan kondisi berbagai faktor eksternal.

  1. 2. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran rutin digunakan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Selain itu, pengeluaran pembangunan digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum baik pembangunan secara fisik maupun non fisik.

Penelitian Erdal Karago and Kerim Ozdemir (2006)

Erdal Karago and Kerim Ozdemir (2006) menyatakan bahwa banyak investigasi dan penelitian tentang hubungan pengeluaran pemerintah dan investasi swasta telah dilakukan dan di publikasikan. Ada beberapa hasil penelitian yang dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama yang menyatakan bahwa tingginya pengeluaran pemerintah akan menyingkirkan investasi swasta (efek dari crowding out). Kedua menjelaskan hubungan antara ukuran disaggregate pengeluaran pemerintah dan investasi swasta menggunakan analisis disagregate. Ketiga menyatakan peningkatan pengeluaran pemerintah akan menarik keluar investasi swasta.

Erdal Karago and Kerim Ozdemir (2006) menggunakan metode estimasi maksimum (Johansen & Juselius, 1990) untuk menguji cointegration. Mempertimbangkan VAR dan corresponding VECM,

Dimana X = investasi swasta (PI), GE = pengeluaran pemerintah, dan Y = GDP Riil. Berdasarkan data di Turki periode 1967-2001, semua variabel ditransformasi ke log seperti LPI< LGE dan LY. Data GDP diperoleh dari State Planning Organisation, Economic and Social Indicators: 1950-2000. Deflator GNP (1987=100%) digunakan untuk mendeflasi variabel. Impulse response analysis juga digunakan untuk menguji interrelationship antar variabel dan menilai penyesuaian keseimbangan jangka panjang. Fungsi ini menunjukkan efek dinamis dari government expenditure shock terhadap variabel lain.

Hasil penelitian mengindikasikan: Ada satu persamaan cointegrasi LPI = -22,444 -0,212LGE +2,306LY. Disamping itu juga ditemukan ada hubungan negatif jangka panjang antara pengeluaran pemerintah dan investasi swasta di Turki. iperkirakan pengeluaran pemerintah men-Crowding-out investasi swasta. Pengeluaran pemerintah adalah suatu faktor pembatas terhadap investasi swasta di Turkey. Kejutan (shock) dari pengeluaran pemerintah akan mempunyai efek negatif pada investasi swasta. Pengeluaran pemerintah memiliki efek negatif pada investor swasta dan pengembangan ekonomi Turkey. Fungsi impulse respon, menunjukkan respon negatif pada investasi swasta untuk one standard deviation shock pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah merupakan substitusi investasi swasta.

.(Dikutip dari Erdal Karago and Kerim Ozdemir, Government Expenditures and Private Invetment: Evidence from Turkey. The Middle East Business and Economic Review, Volume 18, No. 2, December 2006, Page 33)

Pengeluaran Pemerintah dan Crowding Out

Beberapa teori ekonomi menyatakan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi tingkat output nasional. Pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi akan meningkatkan ouput agregat (Dornbusch, 2001)

Defisit anggaran pemerintah merupakan hal yang normal. Yang penting adalah sebarapa lama angaran pemerintah akan menjadi surplus kembali. Secara umum sedikit surplus akan dicapai pada tahun-tahun boom dan sedikit defisit dapat terjadi pada tahun-tahun resesi. Ketika perekonomian mengalami resesi atau tumbuh lambat, mungkin pajak dapat dikurangi dan pengeluaran pemerintah ditambah agar dapat meningktkan output. (Dornbusch et al, 2001).

Namun di sisi lain, kenaikan pengeluaran pemerintah dapat menghambat laju invetasi. Crowding Out terjadi ketika kebijakan fiskal ekspansioner menyebabkan suku bunga naik sehingga mengurangi pengeluaran swasta terutama investasi swasta (Dornbusch et al, 2001)..

Seberapa serius kita menghadapi crowding out? Dornbush, et al, (2001) mengajukan tiga point penting dalam menghadapi crowding out ini. Pertama, pada kondisi ekspansi fiskal yang meningkatkan permintaan, maka perusahaan dapat diminta merekrut lebih banyak pekerja untuk meningkatkan output mereka. Kedua kenaikan permintaan aggregate akan menaikkan pendapatan dan selanjutnya dapat meningkatkan tabungan. Ekspansi tabungan ini dapat membiayai defisit anggaran tanpa menyentuh pengeluaran swasta. Ketiga selama ekspansi fiskal, penawaran uang dinaikkan oleh otoritas moneter (monnetary acomodation) agar mencegah kenaikan suku bunga.

PENERIMAAN PEMERINTAH : PRINSIP-PRINSIP PERPAJAKAN

  1. Insidens Pajak Anggaran Berimbang (Balanced-Budget Incidence). Pengaruh distributif suatu pajak terhadap pengeluaran pemerintah yang dibiayai dari penerimaan-penerimaan pajak dalam jumlah yang sama.
  2. Insidens Pajak Diferensial (Differential Incidence). Menganalisis berbagai alternatif pembiayaan dengan menggunakan pajak terhadap suatu program pemerintah.
  3. Insidens Pajak Absolut (Absolute Incidence). Analisis ini melihat pengaruh suatu jenis pajak (misalnya pajak pendapatan) terhadap distribusi pendapatan masyarakat tanpa melihat efek distributif efek distributif dari suatu program pemerintah (pengeluaran pemerintah) atau jenis-jenis pajak lainnya.

TEORI PENGELUARAN PEMERINTAH

  1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes

Penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui proses pengganda (multiplier) akan memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional akan menaikkan permintaan aggregat dan melalui efek pengganda menciptakan tambahan lapangan pekerjaan (Kamaluddin, 1999).

  1. Pembangunan dan Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Rostow, Musgrave menghubungkan perkembang-an pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang terdiri dari :

Tahap awal : perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pemerintah harus menyediakan prasarana seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. Tahap menegah : Investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas. Pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Tahap lanjut Pembangunan ekonomi dan aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua dan tahap menengah dan tahap lanjut.

  1. Hukum Wagner

Wagner menyatakan dalam suatu perkonomian apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesoebroto,2001).

  1. Teori Peacock dan Wiseman

Adanya perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.

Analisa RAPBN dari sudut Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan

Dari perkembangan keadaan ekonomi global pada awal tahun 2008 dan perkembangan harga minyak dunia pada triwulan I 2008 yang mengalami perubahan yang cukup drastis dimana harga minyak mencapai US$ 147/barel memaksa pemerintah untuk melakukan revisi APBN 2008 pada awal pelaksanaannya, suatu hal yang belum pernah terjadi terhadap APBN yang dilakukan perubahan diawal tahun.

Kemudian badai krisis finansial Amerika tak hanya berhenti disitu, pada awal triwulan III tahun 2008 beberapa lembaga keuangan USA mengalami kebangkrutan, akan tetapi sebaliknya perkembangan harga minyak dunia malah mengalami penurunan yang diakibatkan turunnya permintaan minyak dari USA karena sedang mengalami kelesuan ekonomi yang tentunya penurunan harga minyak tersebut membawa angin segar bagi Indonesia dimana subsidi BBM yang sebelumnya memaksa pemerintah melakukan perubahan APBN diawal tahun dapat berkurang, tetapi penurunan harga minyak juga akan mempengaruhi bagi hasil Migas yang mengecil. Hal -hal tersebut merupakan suatu ketidakpastian yang cukup tinggi karena berkaitan dengan keadaan geopolitik regional.

 

 

Pendapatan

Melihat struktur APBN-P 2008 dan RAPBN 2009 terutama dari sisi pendapatan negara dan hibah yang mencapai nilai diatas Rp.1.000 trilyun merupakan pengaruh dari kenaikan harga minyak dan meningkatnya harga komoditas pangan di pasar dunia sehingga berpengaruh kepada penerimaan pajak dan kontribusi BUMN kepada pemerintah yang semakin meningkat.

Tidak hanya itu kebijakan dalam kemudahan pajak dan revisi atas UU KUP 2007 yang memberlakukan sunset policy kepada WP yang beritikad baik untuk membayar pajak juga diharapkan akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak. Mengenai target pendapatan penerimaan negara yang 97% disumbang dari penerimaan pajak seharusnya masih dapat ditingkatkan dengan melakukan perbaikan administrasi dan kepatuhan WP dalam membayar pajak

Pemerintah juga harus dapat menciptakan iklim investasi dalam negeri yang menarik bagi para investor sehingga bersedia untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan sejalan dengan meningkatnya investasi tersebut diharapkan terjadi peningkatan dalam sektor penerimaan perpajakan.

Belanja

Dilihat dari prioritas belanja pemerintah dalam tahun 2008 yang menekankan pada percepatan pertumbuhan ekonomi  dan pengurangan kemiskinan, maka pemerintah lebih memprioritaskan alokasi dana untuk peningkatan investasi, pengurangan pengangguran dan peningkatan sarana pendidikan sudah cukup tepat untuk dilaksanakan.

Kemudian proritas pembangunan nasional 2009 yang masih mengambil tema peningkatan kesejahtreraan rakyat dan pengurangan kemiskinan dengan pelaksanaan peningkatan ketahanan pangan sudah cukup tepat. Diharapkan apabila ketahanan pangan dapat terjaga maka diharapkan sektor riil di Indonesia tidak terlalu terpengaruh akan krisis finansial global. Karena pemicu terjadinya inflasi di Indonesia sebenarnya bukan disebabkan berlebihnya peredaran uang di masyarakat tetapi lebih dipengaruhi kondisi sektor rill yang rentan akan pengaruh dari luar dimana Indonesia masih terlalu bergantung kepada impor atas komoditi pokok.

Kebijakan alokasi belanja dimana diprioritaskian untuk memacu pertumbuhan (pro-growth), menciptakan dan memperluas lapangan kerja (pro-job), serta mengurangi kemiskinan (pro-poor), sehingga pengalokasian belanja lebih diutamakan untuk investasi, bantuan sosial, dan subsidi dengan tujuan menstabilkan harga barang/komoditas pokok dipasar diharapkan dapat menciptakan kemandirian sektor riil.

Pembiayaan

Besarnya pembiayaan ditentukan oleh kebutuhan pemerintah untuk menutup defisit APBN, investasi dan refinancing utang yang akan dilakukan pemerintah. Dalam penentuan besaran pembiayaan tersebut harus memperhatikan segala risiko fiskal yang akan terjadi di masa datang.

Kebijakan pembiayaan yang beralih dari penjualan asset dan restrukturisasi BUMN kepada pembiayaan yang bersumber dari utang dalam negeri melalui penerbitan SBN sebelumnya harus dipikirkan mengenai kemampuan membayar kembali utang tersebut dimasa datang sehingga utang yang diperoleh saat ini tidak mempengaruhi kemampuan fiskal pemerintah dimasa depan.

Beralihnya sumber pembiayaan dari non-utang tersebut, merupakan suatu keputusan yang tepat dimana semakin sedikitnya jumlah asset dan BUMN yang dapat diprivatisasi oleh pemerintah. Juga beralihnya pembiayaan yang bersumber dari utang dengan memprioritaskan utang yang bersumber dari dalam negeri didasarkan atas pertimbangan risiko ekternal yang dimiliki Indonesia yang cukup tinggi sehingga pemerintah memeprtimbangkan menjual SBN di dalam negeri agar tidak terpengaruh kepada nilai tukar valas. Selain itu pembiayaan yang bersumber dari utang harus dibarengi dengan pengelolaan utang yang hati-hati dan menganut prinsip Good Government.

KESIMPULAN

  1. Berdasarkan hasil uji Kausalitas Granger menunjukkan terjadi kausalitas satu arah antara penerimaan dan pengeluaran pemerintah selama kurun waktu 1970-2004. Pola atau arah hubungan kausalitas adalah dari pengeluaran pemerintah ke penerimaan pemerintah. Tingginya penerimaan pemerintah tidak menyebabkan meningkatnya pengeluaran pemerintah, namun sebaliknya meningkatnya pengeluaran pemerintah mendorong meningkatnya penerimaan pemerintah (higher government expenditure leads to higher government revenue).
  2. Uji kointegrasi menunjukkan terdapat hubungan jangka panjang antara penerimaan dan pengeluaran pemerintah, yang memberi arti bahwa dalam jangka panjang variasi perubahan pengeluaran pemerintah akan menciptakan variasi perubahan pada penerimaan pemerintah.
  3. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel independen secara keseluruhan maupun secara parsial, berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pemerintah. pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap penerimaan pemerintah.
  4. Utang luar negeri berpengaruh positif terhadap penerimaan pemerintah, sedangkan utang dalam negeri berpengaruh negatif terhadap penerimaan pemerintah.

JENIS DAN FAKTOR PENYEBAB EKSTERNALITAS

A.  JENIS-JENIS EKSTERNALITAS

Efisiensi alokasi sumberdaya dan distribusi konsumsi dalam ekonomi pasar dengan kompetisi bebas dan sempurna bisa terganggu, jika aktivitas dan tindakan invividu pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen mempunyai dampak (externality) baik terhadap mereka sendiri maupun terhadap pihak lain.  Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi ekonomi berikut ini :

a)      Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on other producers).

b)      Efek atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on consumers)

c)      Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers)

d)      Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers on producers)

 

1.  Dampak Suatu Produsen Terhadap Produsen Lain

Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produsen lain.  Dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini meliputi biaya pemurnian atau pembersihan air yang dipakai (eater intake clen-up cost) oleh produsen hilir (downstream producers) yang menghadapi pencemaran air (water polution) yang diakibatkan oleh produsen hulu (upstream producers).  Hal ini terjadi ketika produsen hilir membutuhkan air bersih untuk proses produksinya.  Dampak kategori ini bisa dipahami lebih jauh dengan contoh lain berikut ini.  Suatu proses produksi (misalnya perusahaan pulp) menghasilkan limbah residu produk sisa yang beracun dan masuk ke aliran sungai, danau atau semacamnya, sehingga produksi ikan terganggu dan akhirnya merugikan produsen lain yakni para penangkap ikan (nelayan).  Dalam hal ini, kegiatan produksi pulp tersebut mempunyai dampak negatif terhadap produksi lain (ikan) atau nelayan, dan inilah yang dimaksud dengan efek suatu kegiatan produksi terhadap produksi komoditi lain.

 

2.  Dampak Produsen Terhadap Konsumen

Suatu produsen dikatakan mempunyai eksternal efek terhadap konsumen, jika aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen).  Dampak atau efek samping yang sangat populer dari kategori kedua yang populer adalah pencemaran atau polusi.  Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyaman konsumen atau masyarakat luas.  Dalam hal ini, suatu agen ekonomi (perusahaan/produsen) yang menghasilkan limbah (waste products) ke udara atau ke aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam berbagai bentuk.  Sebagai contoh, kepuasan konsumen terhadap pemanfaatan daerah-daerah rekreasi akan berkurang dengan adanya polusi udara.

 

3. Dampak Konsumen Terhadap Konsumen Lain

Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang  atau kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu fungsi utilitas konsumen yang lain.  Konsumen seorang individu bisa dipengaruhi tidak hanya oleh efek samping  dari kegiatan produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu yang lain.  Dampak atau efek dari kegiatan suatu seorang konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk.  Misalnya, bisingnya suara alat pemotong rumput tetangga, kebisingan bunyi radio atau musik dari tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang sekitarnya dan sebagainya.

 

4. Dampak Konsumen Terhadap Produsen

Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen tertentu.  Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumahtangga terbuang ke aliran sungai dan mencemarinya sehingga mengganggu perusahaan tertentu yang memanfaatkan air baik oleh ikan (nelayan) atau perusahaan yang memanfaatkan air bersih.

Lebih jauh Baumol dan Oates (1975) menjelaskan tentang konsep ekternalitas dalam dua pengertian yang berbeda :

a)      Eksternalitas yang bisa habis (a deplatable externality) yaitu suatu dampak eksternal yang mempunyai ciri barang individu (private good or bad) yang mana jika barang itu dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa dikonsumsi oleh orang lain.

b)      Eksternalitas yang tidak habis (an undeplate externality) adalah suatu efek eksternal yang mempunyai ciri barang publik (public goods) yang mana barang tersebut bisa dikonsumsi oleh seseorang, dan juga bagi orang lain.  Dengan kata lain, besarnya konsumsi seseorang akan barang tersebut tidak akan mengurangi konsumsi bagi yang lainnya.

Dari dua konsep eketernalitas ini, eksternalitas jenis kedua merupakan masalah pelik/rumit dalam ekonomi lingkungan.  Keberadaan eksternalitas yang merupakan barang publik seperti polusi udara, air, dan suara merupakan contoh eksternalitas jenis yang tidak habis, yang memerlukan instrumen ekonomi untuk menginternalisasikan dampak tersebut dalam aktivitas dan analisa ekonomi.

B.  FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EKSTERNALITAS

Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan.  Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi.   Karakteristik barang atau sumberdaya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan keadaan-keadaan dimana unsur hak pemikiran atau pengusahaan sumber daya (property rights) tidak terpenuhi.  Sejauh semua faktor ini tidak ditangani dengan baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari.  Kalau ini dibiarkan, maka ini akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap ekonomi terutama dalam jangka panjang.  Bagaimana mekanisme timbulnya eksternalitas dan ketidakefisienan dari alokasi sumber daya sebagai akibat dari adanya faktor di atas diuraikan satu persatu berikut ini.

1.  Keberadaan Barang Publik

Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila  dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut.  Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public good) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat.

Kajian ekonomi sumber daya dan lingkungan salah satunya menitikberatkan pada persoalan barang publik atau  barang umum ini (common consumption, public goods, common property resource).  Ada dua ciri utama dari barang publik ini.  Pertama, barang ini merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan tidak bersaing dalam mengkonsumsinya (non-rivalry in consumption).  Kedua adalah tidak ekslusif (non-exclusive) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya diperuntukan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya.  Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya.

Satu-satunya mekanisme yang membedakannya adalah dengan menetapkan harga (nilai moneter) terhadap barang publik tersebut sehingga menjadi barang privat (dagang) sehingga benefit yang diperoleh dari harga itu bisa dipakai untuk  mngendalikan atau memperbaiki kualitas lingkungan itu sendiri.   Tetapi dalam menetapkan harga ini menjadi masalah tersendiri dalam analisa ekonomi lingkungan.   Karena ciri-ciri di atas, barang publik tidak diperjual belikan sehingga tidak memiliki harga, barang publik dimanfaatkan berlebihan dan tidak mempunyai insentif untuk melestarikannya.  Masyarakat atau konsumen cendrung acuh tak acuh untuk menentukan harga sesungguhnya dari barang publik ini.  Dalam hal ini, mendorong sebagian masyarakat sebagai “free rider”.  Sebagai contoh, jika  si A mengetahui bahwa barang tersebut akan disediakan oleh si B, maka si A tidak mau membayar untuk penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa barang itu akan disediakan oleh si B, maka si A tidak mau membayar untuk penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa barang itu akan disediakan oleh si B.  Jika akhirnya si B berkeputusan untuk menyediakan barang tersebut, maka si A bisa ikut menikmatinya karena tidak  seorangpun yang bisa menghalanginya untuk mengkonsumsi barang tersebut, karena sifat barang publik yang tidak ekslusif dan merupakan konsumsi umum.  Keadaan seperti akhirnya cendrung mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik.  Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cendrung  memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (undervalued).

2.  Sumberdaya Daya Bersama

Keberadaan sumber daya bersama (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya tertentu  ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik di atas.

Sumber-sumber daya milik  bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel.  Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan cuma-cuma.  Namun tidak seperti barang publik, sumber daya milik  bersama memiliki sifat bersaingan.  Pemanfaatannya oleh  seseorang, akan mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.  Jadi, keberadaan sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang efisien.  Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas terjadi pada kasus sumberdaya bersama ini adalah seperti yang diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang terkenal dengan  istilah tragedi barang umum (the tragedy of the commons).

3.  Ketidaksempurnaan Pasar

Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam suatu tukar manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang terjadi (outcome).  Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempurna  (imperfect market) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal).

Ketidaksempurnaan pasar ini misalnya terjadi pada praktek monopoli dan kartel.  Contoh konkrit dari praktek ini adalah Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dengan memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit sehingga mengakibatkan meningkatnya harga yang lebih tinggi dari normal.  Pada kondisi yang demikian akan hanya berakibat terjadinya peningkatan surplus produsen yang nilainya jauh lebih kecil dari kehilangan surplus konsumen, sehingga secara keseluruhan praktek monopoli ini merugikan masyarakat (worse off).

4.  Kegagalan Pemerintah

Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure).  Kegagalan pemerintah banyak diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau kelompok  tertentu (interest groups) yang tidak mendorong efisiensi.  Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya.  Aksi pencarian keuntungan (rent seeking) bisa dalam berbagai bentuk :

a)      Kelompok yang punya kepentingan tertentu (interest groups) melakukan loby dan usaha-usaha lain yang memungkinkan diberlakukannya aturan yang melindungi serta menguntungkan mereka.

b)      Praktek mencari keuntungan bisa juga berasal dari pemerintah sendiri secara sah misalnya memberlakukan proteksi berlebihan untuk barang-barang tertentu seperti mengenakan pajak impor yang tinggi dengan alasan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam negeri.

c)      Praktek mencari keuntungan ini bisa juga dilakukan oleh aparat atau oknum tertentu yang mempunyai otoritas tertentu, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan bisa  memberikan uang jasa atau uang pelicin untuk keperluan tertentu, untuk menghindari resiko yang lebih besar kalau ketentuan atau aturan diberlakukan dengan sebenarnya.  Praktek mencari keuntungan ini membuat alokasi sumber daya menjadi tidak efisien dan pelaksanaan aturan-aturan yang mendorong efisiensi tidak berjalan dengan semestinya.  Praktek jenis ini bisa mendorong terjadinya eksternalitas.  Sebagai contoh, perusahaan A yang mengeluarkan limbah yang merusak lingkungan.  Berdasarkan perhitungan atau estimasi perusahaan  A harus mengeluarkan biaya (denda) yang besar (misalnya  Rp. 1 milyar) untuk menanggulangi efek dari limbah yang  dihasilkan itu.  Pencari keuntungan (rent seeker) bisa dari perusahaan itu sendiri atau dari pemerintah atau oknum memungkinkan membayar kurang dari 1 milyar agar peraturan sesungguhnya tidak diberlakukan, dan denda informasi ini belum tentu menjadi reveneu pemerintah.  Sehingga akhirnya dampak lingkungan yang seharusnya diselidiki dan ditangani tidak dilaksanakan dengan semestinya sehingga masalahnya menjadi bertambah serius dari waktu ke waktu.

  • EKSTERNALITAS DALAM PRODUKSI

Perhatikanlah, bahwa dalam melangsungkan kegiatan produksinya, pabrik-pabrik aluminium itu menimbulkan polusi. Untuk setiap aluminium yang mereka produksi, sejumlah asap kotor yang mengotori atmosfer tersembur dari tanur pabrik-pabrik tersebut. Karena asap itu membahayakan kesehatan siapa saja yang menghirupnya, maka asap itu merupakan eksternalitas negatif dalam produksi aluminium. Bagaimana pengaruh eksternalitas negatif ini terhadap efisiensi hasil kerja pasar ?

Akibat adanya eksternalitas tersebut, biaya yang harus dipikul masyrakat yang bersangkutan secara keseluruhan dalam memproduksi aluminium lebih tinggi dari pada biaya yang dipikul oleh produsennya. Biaya sosial (social sost) untuk setiap unit aluminium yang diproduksikan, mencakup biaya produksi yang dipikul produsen – biasa disebut “biaya pribadi” (private cost) – plus biaya yang harus ditanggung oleh pihak lain yang ikut mengalami kerugian akibat polusi. Gambar 1-2 menunjukkan besarnya biaya sosial produksi aluminium. Kurva biaya sosial itu berada diatas kurva penawaran, karena di dalamnya tercakup pula biaya-biaya eksternal yang ditimpakan ke pundak masyarakat oleh para produsen aluminium. Nilai atas selisih atau jarak antara kedua kurva itulah yang mencerminkan biaya atau jumlah kerugian akibat polusi dari proses produksi aluminium.

Berapa banyak aluminium yang harus diproduksi (agar mencukupi kebutuhan aluminium, sekaligus tidak terlalu banyak menimbulkan polusi) ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, sekali lagi kita perlu membayangkan apa yang akan dilakukan oleh si pejabat pemerintah yang serba kuasa. Si pejabat ini ingin memaksimalkan surplus total yang dimunculkan pasar- yakni nilai bagi konsumen aluminium dikurangi biaya produksi aluminium. Namun ia juga mengetahui bahwa biaya produksi aluminium juga mencakup biaya-biaya eksternal seperti halnya polusi.

Perencana itu ingin mencapai tingkat produksi aluminium yang yang dilambangkan oleh titik perpotongan antara kurva permintaan dan kurva biaya sosial. Titik perpotongan inilah yang melambangkan jumlah produksi aluminium yang optimum bagi masyarakat secara keseluruhan. Si pejabat memang harus mencapai tingkat produksi itu, karena jika produksi ternyata dibawah tingkat itu, maka nilai aluminium bagi konsumennya (diukur oleh ketinggian kurva permintaan) akan melampaui biaya sosial produksinya (diukur oleh ketinggian kurva biaya sosial). Seandainya saja hal ini benar-benar terjadi, maka toleransi terhadap kelebihan produksi seperti polusi itu akan lebih besar sehingga polusi akan cenderung meningkat atau bahkan tidak terkendali. Sebaliknya, jika produksi melebihi tingkat optimum tersebut, maka biaya sosial produksi aluminium akan melebihi nilainya bagi konsumen. Andaikan hal ini yang terjadi, maka permintaan akan melemah, dan harga akan turun sehingga biaya produksi aluminium menjadi terlalu berat bagi produsen.

Perhatikanlah bahwa kuantitas produksi aluminium pada kondisi ekuilibrium, yakni QPASAR lebih besar dari pada kuantitas produksi yang secara sosial optimum atau QOPTIMUM Ini merupakan inefisiensi, dan penyebabnya adalah kuantitas produksi dalam kondisi ekuilibrium pasar itu hanya mencerminkan biaya produksi pribadi (yang hanya ditanggung produsen). Dalam ekuilibrium pasar tersebut, nilai aluminium bagi konsumen marginal lebih rendah dari pada biaya sosial produksinya. Artinya, pada QPASAR kurva permintaan terletak dibawah biaya kurva sosial. Pada situasi ini, penurunan konsumsi dan produksi aluminium hingga dibawah tingkat ekuilibriumnya, justru akan menikkan kesejahteraan ekonomi total (baik bagi konsumen maupun produsen).

Lalu bagaimana tingkat produksi optimum itu bisa    dicapai ? Salah satu caranya adalah dengan mengenakan pajak kepada para produsen, atas setiap ton aluminium yang mereka jual. Pajak ini akan menggeser kurva penawaran aluminium ke atas, sebanyak besaran pajaknya. Jika pajak itu sesuai dengan nilai kerugian akibat asap, maka posisi kurva penawaran itu akan bersesuaian dengan kurva biaya sosial. Maka akan tercipta ekuilibrium baru di pasar, di mana tingkat produksi yang dilakukan para produsen akan optimum secara sosial.

Pengenaan pajak yang tepat itu dikatakan mampu menciptakan internalisasi eksternalitas (internalizing an externality), karena pajak tersebut memberi para konsumen dan produsen suatu insentif untuk memperhitungkan dampak-dampak eksternal dari tindakan-tindakan mereka. Produsen akan terdorong untuk menghitung biaya penanggulangan polusi sebagai bagian dari biaya produksi, sebelum mereka memutuskan kuantitas aluminium yang akan mereka produksikan (artinya mereka juga berusaha membatasi polusi yang ditimbulkan oleh proses produksinya, karena mereka harus membayar pajak atas setiap polusi yang tidak dikendalikan.

 

Meskipun banyak  pasar dimana biaya sosial produksinya melebihi biaya pribadi, ada pula pasar-pasar yang justru sebaliknya, yakni biaya pribadi para produsen malahan lebih besar dari pada biaya sosialnya. Di pasar inilah, eksternalitasnya bersifat positif, dalam arti menguntungkan pihak lain (selain produsen dan konsumen). Contoh yang dapat dikemukakan disini adalah pasar robot industri (robot yang khusus dirancang untuk melakukan kegiatan atau fungsi tertentu di pabrik-pabrik).

Robot adalah ujung tombak kemajuan teknologi yang mutakhir. Sebuah perusahaan yang mampu membuat robot, akan berkesempatan besar menemukan rancangan-rancangan rekayasa baru yang serba lebih baik. Rancangan ini tidak hanya akan menguntungkan perusahaan yang bersangkutan, namun juga masyarakat secara keseluruhan karena pada akhirnya rancangan itu akan menjadi pengetahuan umum yang bermanfaat. Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut “imbasan teknologi” (technology spillover).

Analisis atas eksternalitas positif tidak banyak berbeda dari analisis tentang eksternalitas negatif. Gambar 1-3 memperlihatkan pasar robot. Berkat adanya imbasan teknologi, biaya sosial untuk memproduksi sebuah robot lebih kecil dari pda biaya pribadinya. Oleh karena itu, pemerintah tentu saja ingin lebih banyak memproduksi robot dibanding produsernya sendiri.

Dalam kasus ini, pemerintah dapat membantu dengan melakukan internalisasi eksternalitas positif tersebut. Caranya misalnya dengan memberikan subsidi untuk setiap unit robot yang dibuat. Melalui subsidi ini, kurva penawaran akan terdorong ke bawah sebesar subsidi, dan pergeseran ini akan menaikkan ekuilibrium kuantitas produksi robot.

Agar ekuilibrium pasar yang baru itu sama dengan titik optimum sosial, maka subsidinya harus diusahakan sama dengan nilai imbasan teknologi.

 

 

 

  • EKSTERNALITAS DALAM KOMSUMSI

Sejauh ini, eksternalitas yang telah kita bahas hanya eksternalitas yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Selain itu masih ada eksternalitas yang terkandung dalam kegiatan konsumsi. Konsumsi minuman beralkohol, misalnya, mengandung eksternalitas negatif jika si peminum lantas mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya. Eksternalitas dalam konsumsi ini juga ada yang bersifat positif. Contohnya adalah konsumsi pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.

Analisis terhadap eksternalitas dalam konsumsi ini, mirip dengan yang telah kita lakukan terhadap eksterlitas dalam produksi. Pada gambar 1-4, kurva permintaannya tidak lagi melambangkan nilai sosial dari suatu barang. Panel (a) memperlihatkan kasus eksternalitas negatif dalam konsumsi,

Misalnya, konsumsi minuman beralkohol. Dalam kasus ini, nilai sosialnya lebih kecil dari pada nilai pribadinya (private value, atau nilai minuman beralkohol bagi para peminum minuman beralkohol itu sendiri), dan kuantitas penawaran minuman beralkohol yang optimum secara lebih sosial lebih rendah dari pada kuantitas penawaran yang ada di pasar. Sedangkan panel (b) menunjukkan kasus eksternalitas positif dalam konsumsi, misalnya konsumsi pendidikan. Dalam kasus ini, nilai sosial lebih besar dari pada nilai pribadi, dan kuantitas yang ooptimal secara sosial juga lebih besar dari pada kuantitas yang diinginkan pasar secara pribadi (yang diinginkan oleh produsennya saja).

Dalam kasus tersebut, pemerintah juga dapat mengoreksi kegagalan pasar tersebut melalui internalisasi eksternalitas. Langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah pada kasus eksterlitas dalam konsumsi ini, mirip dengan yang dapat dikerjakannya pada kasus eksterlitas dalam produksi. Untuk menggerakkan ekuilibrium pasar mendekati titik optimum sosial, keberadaan eksterlitas negatif itu dapat ditekan melalui penerapan pajak, sedangkan untuk eksterlitas positif dapat diimbangi dengan pemberian subsidi. Hal ini sama persis seperti terjadi dalam kenyataannya. Di berbagai negara, pemerintah senantiasa mengenakan pajak terhadap berbagai jenis  minuman beralkohol, dan pajaknya biasanya tergolong paling tinggi bila dibandingkan dengan pajak untuk barang-barang konsumsi lainnya. Demikian pula, pemerintah di semua negara selalu berusaha menyubsidi pendidikan melalui pengadaan sekolah negara berbiaya murah (atau bahkan bebas biaya ) dan pemberian beasiswa.

Dari berbagai contoh yang diutarakan diatas, kita dapat memetik beberapa kesimpulan umum. Yakni, keberadaan eksternalitas negatif dalam konsumsi maupun produksi, mendorong pasar menghasilkan output produksi dalam kualitas lebih banyak dari pada yang diinginkan secara sosial. Sebaliknya, keberadaan eksternalitas positif dalam konsumsi maupun produksi mendorong pasar menghasilkan output produksi dalam kuantitas lebih sedikit dibanding yang diinginkan secara sosial. Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah perlu campur tangan dengan melakukan internalisasi eksternalitas melalui pemberlakuan pajak terhadap barang-barang yang mengandung eksternaliatas negatif, serta memberikan subsidi bagi produksi barang-barang yang mengandung eksternalitas positif.

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

  1. 1. Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Tujuan utama dari pembangunan adalah mencapai kemakmuran yang tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah dapat turut campur secara aktif maupun pasif. Suatu hal yang menarik, bahwa peran pemerintah dalam turut mengatur perekonomian kadangkala masih dipertanyakan. Hal ini didasarkan pada faham liberalisme dan kapitalisme murni yang menganggap bahwa adanya kebebasan individu secara mutlak dan tidak membenarkan adanya pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali untuk hal-hal yang tidak dapat diatur oleh individu. Namun dalam kenyataannya hal ini masih dipertanyakan dan sesungguhnya saat ini tidak ada lagi negara yang menganut paham kapitalis murni.

Menyerahkan segalanya kepada mekanisme pasar sesungguhnya akan membawa ketimpangan. Mangkoesoebroto (1999) menyimpulkan bahwa pada sistem persaingan sempurna mekanisme harga hanya dapat menjamin tercapainya efisiensi dalam alokasi barang konsumen dan alokasi faktor produksi. Akan tetapi tidak dapat memecahkan masalah keadilan dan dalam distribusi konsumsi barang, oleh karena efisiensi yang dicapai mungkin menyebabkan seseorang mendapatkan semua barang sedangkan konsumen lainnya tidak mendapat satu barang apapun.

Menurut Groves (1953) bahwa kaum klasik terutama Adam Smith pemerintah memiliki tiga fungsi yaitu dalam bidang pertahanan nasional, keadilan sosial dan pekerjaan umum. Kegiatan-kegiatan seperti ini tidak pernah menarik perhatian para individu baik secara bersama-sama ataupun secara sendiri-sendiri untuk mengusahakannya. Hal ini disebabkan oleh keuntungan-keuntungan yang timbul dari usaha tersebut bagi individu yang bersangkutan boleh dikatakan tidak ada dan bahkan seringkali pengeluaran-pengeluaran tersebut jauh lebih besar dari penerimaan-penerimaannya. Di samping itu kaum Klasik mengatakan bahwa yang penting bagi pemerintah adalah tidak mengerjakan aktivitas-aktivitas yang telah dikerjakan individu

2.2. Peranan Alokasi

Kegiatan-kegiatan alokasi muncul sebagai akibat kegagalan pasar untuk menyesuaikan produksi berbagai barang pada tingkat utilitas masyarakat dipandang dalam pengertian untuk mencapai penghasilan riil per kapita yang maksimal.

Bertolak pada pola pembagian pendapatan, maka penyesuaian optimal dalam pasar hanya dapat dicapai dengan syarat-syarat sebagai berikut (Due, 1968):

  1. Tidak adanya pengaruh eksternalitas pada produksi dan konsumsi yakni bahwa dalam pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi dan dalam pemakaian barang-barang untuk memenuhi kebutuhan, tidak ada saling mempengaruhi antara para produsen dan para konsumen. Pemakaian sumber-sumber ekonomi dalam produksi oleh satu perusahaan tidak mempengaruhi biaya atau hasil dari perusahaan lain dan semua biaya untuk masyarakat yang disebabkan produksi barang-barang akan tampak sebagai biaya-biaya untuk para produsen.

1.

  1. Harga-harga barang adalah pada tingkat yang mencerminkan biaya riil dari produksi secara relatif. Maka harga-harga adalah sama dengan biaya marjinal dan harga-harga faktor produksi merupakan persamaan dari persediaan dan permintaan akan faktor produksi itu.

2.3. Peranan Distribusi

Peranan distribusi erat kaitannya dengan distribusi pendapatan. Distribusi ini dilakukan mengingat kenyataan adanya tradeoff antara pertumbuhan dengan pemerataan pendapatan. Peran pemerintah adalah mengatur agar terjadi pemerataan yang lebih baik dari pendapatan yang ada dan mangatur sistem trickle-down sehingga semua dapat merasakan pendapatan yang diperoleh negara.

Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor produksi, permintaan dan penawaran. Dari sisi etika maka pendistribusian kembali pendapatan dari pihak kaya ke pihak miskin sebagai suatu meknisme trickle-down adalah sangat baik. Pendistribusian ini akan menjadi benar hanya jika mekanismenya diserahkan pada pemerintah bukan kepada pihak orang kaya. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan (Suparmoko, 1997):

  1. Seperti diusulkan Adam Smith bahwa pemerintah perlu campur tangan dalam bidang keadilan. Karena distribusi penghasilan yang lebih merata itu sangat diperlukan dan dipandang baik atas dasar keadilan, maka sebaiknya pendistribusian kembali pendapatan itu ditangani oleh pemerintah. Hal ini karena manusia secara perorangan kurang tertarik untuk mengusahakan keadilan ini dan seringkali tidak mampu untuk merealisasikan usaha tersebut berhubung Ia hanya merupakan bagian kecil masyarakat dan lebih suka free rider artinya kalau orang lain lebih suka melakukannya maka ia lebih suka untuk tidak melakukannya.
  2. Bahwa dalam redistribusi pendapatan terdapat unsur barang publik. Dalam hal ini bukan redistribusi pendapatannya yang merupakan barang publik, tetapi akibat yang ditimbulkannya mempunyai ciri sebagai barang publik. Adanya  redistribusi pendapatan menyebabkan golongan miskin mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan sebagai akibatnya tingkat kerusakan pada masyarakat dan kriminalitas akan berkurang.
  3. Alasan ketiga adalah alasan yang berhubungan dengan kekuatan politik. Seringkali golongan kaya walaupun jumlahnya tidak banyak namun dapat mempengaruhi jalannya politik di suatu negara. Oleh karena itu untuk menghindari adanya kemungkinan tersebut, pemerintah harus mendistribusikan pendapatan sehingga terdapat distribusi pendapatan yang lebih merata. Dengan demikian kebijakan pemerintah tidak dikuasai atau dipengaruhi oleh kelompok yang berpendapatan tinggi.

Di lain pihak di samping kelompok yang menginginkan adanya redistribusi pendapatan agar terdapat distribusi yang lebih merata, ada kelompok pendapat yang justru menghendaki adanya distribusi pendapatan seperti apa adanya dalam masyarakat itu. Beberapa alasan yang diberikan adalah:

  1. Alasan keadilan yaitu bahwa harus menghargai ambisi, kerja keras, kerajinan dan kecakapan dalam hubungannya dengan pendapatan. Adanya korelasi yang positif antara kemauan bekerja keras, kerajinan dan kecakapan dengan tingkat pendapatan sehingga pantaslah bagi mereka yang mempunyai sifat-sifat di atas mendapatkan imbalan yang sesuai. Sebaliknya tidak pantas bahwa orang malas dan orang bodoh mendapatkan penghasilan yang tinggi karena redistribusi pendapatan.
  2. Bahwa redistribusi pendapatan akan mengurangi dorongan atau insentif untuk bekerja keras. Hal ini sesuai dengan pemikiran umum bahwa pendapatan adalah imbalan terhadap jerih payah atau usaha seseorang. Namun bila pada pendapatan yang semakin tinggi dipungut kembali sebagian oleh pemerintah untuk ditransfer kepada mereka yang pendapatannya rendah, maka akan berarti mengurangi insentif seseorang untuk bekerja, menabung dan berinvestasi. Akibatnya pendapatan absolut akan relatif rendah dengan adanya redistribusi pendapatan. Ini berarti pula bahwa redistribusi pendapatan akan lebih meratakan distribusi pendapatan tetapi mengorbankan efisiensi perekonomian.
  3. Dengan redistribusi pendapatan, laju pertumbuhan ekonomi akan terhambat karena menurunnya tingkat investasi di negara bersangkutan. Pada umumnya dana investasi datang dari tabungan yang dilakukan oleh kelompok pendapatan tinggi. Oleh karena itu bila ada redistribusi pendapatan maka jumlah tabungan di negara yang bersangkutan menurun dan demikian pula tingkat investasinya. Dengan rendahnya tingkat investasi maka laju pertumbuhan ekonomi juga terganggu.

2.4. Peranan Stabilisasi

Selain peranan alokasi dan distribusi, pemerintah mempunyai peranan utama sebagai alat stabilisasi perekonomian. Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada sektor swasta akan sangat peka terhadap goncangan keadaan yang akan menimbulkan pengangguran dan inflasi. Ketika suatu barang turun daya belinya maka yang terjadi adalah mengurangi produksi. Jika hal ini dibiarkan akan mengakibatkan pengangguran besar-besaran. Pengangguran akan mengganggu stabilitas politik maupun ekonomi.

 

PERAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN DAN DAMPAKNYA

3.1. Peranan Pajak Dalam Pembangunan

Pajak merupakan pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk tujuan-tujuan tertentu. Misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian dan juga untuk mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang.

Pajak merupakan modal dasar pembangunan. Hal ini telah dilakukan pada RAPBN 2001. Lebih dari dua pertiga modal dasar pembangunan adalah berasal dari pajak. Mekanisme bekerjanya sistem pajak seperti ini dapat dijelaskan seperti berikut. Pada saat pemerintah melakukan belanja barang dan jasa terjadi aliran pendapatan dari pemerintah ke dalam masyarakat. Termasuk juga dalam hal ini beberapa multiplier effect dalam bentuk, misalnya employment creation dan peningkatan output. Kenaikan pendapatan masyarakat ini akan merangsang peningkatan permintaan dan dalam kondisi penawaran yang relatif terbatas akan terjadi kecenderungan kenaikan harga (untuk selanjutnya mengarah pada inflasi). Dalam situasi seperti ini sebagian dari pendapatan masyarakat yang meningkat itu diambil oleh pemerintah melalui pajak untuk membiayai defisit anggaran berikutnya. Hal inilah yang dikatakan sebagai forced saving, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pembentukan modal.

3.2. Prinsip Pengenaan Pajak

Pengenaan pajak yang terbaik dipandang dari sudut pandangan ilmu ekonomi adalah sistem perpajakan yang memiliki pengaruh-pengaruh ekonomi paling baik atau setidaknya walaupun memberikan pengaruh tidak baik, adalah yang paling sedikit. Soal prinsip pengenaan pajak agar dapat dihasilkan suatu kebaikan telah dikemukakan oleh Adam Smith dengan cannon of taxation. Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria di antaranya adalah (1) Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar sesuai dengan bagiannya yang wajar; (2) Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi; (3) Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi di sektor swasta, apabila instrumen pajak dapat melakukannya; (4) Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal untuk tujuan stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi; (5) Sistem pajak harus dimengerti wajib pajak; (6) Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sesedikit mungkin; (7) Pasti; (8) Dapat dilaksanakan; dan (9) Dapat diterima.

3.3. Dampak Pajak terhadap Kesejahteraan (Welfare)

Apabila suatu barang dikenakan pajak maka harga yang dibayar konsumen lebih tinggi daripada harga yang diterima oleh produsen atau penjual, karena sebagian harga dibayarkan kepada pemerintah. Dalam beberapa hal kadang-kadang suatu pajak akan menimbulkan beban yang lebih berat dibandingkan nilai yang dipungut. Kelebihan beban yang ditimbulkan oleh pajak itulah yang disebut kesejahteraan yang hilang karena pajak (welfare cost of taxation). Penting sekali membedakan secara jelas antara biaya tak langsung (the welfare cost taxation) dan biaya langsung (direct cost of taxation) dalam hubungannya dengan penarikan sumber-sumber produktif dari sektor swasta.

Perbedaan ini dapat diilustrasikan secara jelas dengan contoh sebagai berikut: misalnya suatu pajak penjualan dikenakan pada produk tertentu, tetapi pajak tersebut dikenakan sedemikian tinggi sehingga produk tersebut menurun sampai nol. Dalam hal demikian berarti tidak ada biaya langsung dari suatu pajak sebab tidak ada penerimaan pajak yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah. Tetapi jelas ada beban bagi masyarakat karena pajak yaitu produk tersebut tidak diproduksi padahal sangat dibutuhkan masyarakat.

Dengan demikian ada mis-alokasi sumber-sumber produksi sehingga konsumen menjadi kurang senang dan kehilangan kesejahteraan, yang berarti mereka memikul beban pajak. Jadi dalam hal ini ada welfare cost of taxation meskipun tidak ada direct cost of taxation. Apabila pajak penjualan tersebut dipungut pada tingkat tertentu yang masih menghasilkan sejumlah penerimaan pajak berarti akan timbul baik welfare cost of taxation maupun direct cost of taxation. Lebih jelasnya dapat diikuti pada gambar berikut.

Gambar 1. Dampak Pajak Terhadap Welfare.

Gambar 1 memperlihatkan bahwa harga mula-mula sebelum dikenakan pajak terhadap produk tersebut adalah Po dan kurva supply adalah S, namun ketika dikenakan pajak pada produk tersebut maka kurva supply bergeser dari S ke S+T sehingga harga menjadi naik dari Po menjadi P1 sedangkan produksi turun dari Qo menjadi Q1. Penerimaan pajak (the direct cost taxation) sama dengan PoP1BA. Harga bagi konsumen sekarang adalah P1 di atas harga awal yaitu Po dan inilah sumber mis-alokasi yang menyebabkan adanya welfare cost. Pengurangan konsumsi atas produk tersebut dari Qo ke Q1 berarti hilangnya manfaat sebesar BCQoQ1. Sumber-sumber produktif yang dipakai untuk memproduksi Qo dan Q1 dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang lain yang lebih banyak. Jadi pajak membatasi produksi barang-barang yang dikenakan pajak dan mendorong sumber-sumber ptoduktif berpindah ke pemakaian lain. Tetapi nilai barang lain yang diproduksi (ACQoQ1) lebih sedikit dibanding dengan hilangnya nilai barang-barang yang dikenakan pajak (BCQoQ1). Perbedaan atau selisih antara BCQoQ1 dan ACQoQ1 = BAC merupakan welfare cost sebab ini merupakan besarnya kehilangan neto akan manfaat.

Dengan mengetahui welfare cost maka dapat dibandingkan pajak yang satu dengan yang lain dan menentukan mana yang memberikan beban lebih besar kepada masyarakat sehingga pemerintah dapat membuat alternatif lain di bidang perpajakan. Demikian pula besarnya welfare cost dapat memberi petunjuk kepada pemerintah untuk mengalokasikan sumberdaya produktif seefisien mungkin.

3.4. Dampak Pajak terhadap Produksi

Menurut Suparmoko (1997) kemampuan seseorang untuk bekerja akan berkurang apabila dikenai pajak yang dapat mengurangi efisiensi kerjanya. Oleh karena itu suatu pajak yang dikenakan kepada golongan yang mempunyai tingkat penghasilan yang rendah dalam suatu masyarakat hanya akan menurunkan tingkat efisiensi kerjanya.

Kemampuan menabung juga akan berkurang akibat dikenakannya pajak. Orang yang dikenakan pajak penghasilan, kemampuannya untuk menabung akan berkurang sebesar marginal propensity to save (mps) dikalikan dengan jumlah pajak yang dikenakan. Bagi orang-orang yang tergolong mempunyai pengahasilan rendah, pengenaan pajak tidak akan mengurangi kemampuannya untuk menabung karena memang biasanya mereka itu sudah tidak mempunyai tabungan walaupun belum dikenakan pajak. Sehingga kalau dikenakan pajak tidak akan mengurangi tabungannya melainkan akan mengurangi konsumsinya. Dengan alasan yang demikian ini maka masuk akal jika kemudian pajak yang dikenakan terhadap petani yang sebagian besar berpenghasilan rendah tidak dilakukan.

 

3.5. Dampak Pajak terhadap Distribusi Pendapatan

Baik atau tidaknya suatu kebijakan haruslah dipertimbangkan dari beberapa segi. Hendaknya diketahui pula bahwa tujuan pembangunan suatu negara pada umumnya adalah berupa peningkatan pendapatan nasional per kapita, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan yang merata dan keseimbangan dalam neraca pembayaran internasional. Keempat tujuan umum pembangunan ini tidak sejalan dan selaras dalam pencapaiannya, melainkan seringkali untuk mencapai tujuan yang satu terpaksa harus mengurangi keberhasilan dari tujuan yang lain. Sebagai misal untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali terjadi ketidakmerataan pendapatan.

3.6. Dampak Pajak terhadap Keinginan untuk Bekerja

Jika pajak progresif dikenakan pada pendapatan tenaga kerja maka tenaga kerja tersebut akan berkurang keinginannya untuk bekerja. Tenaga kerja yang bersangkutan akan kurang berkehendak untuk bekerja giat, sebab apabila penghasilannya bertambah maka sebagian besar hanya akan dipungut oleh pemerintah saja. Jadi pajak progresif akan mengurangi insentif kerja. Sedangkan pajak regresif merupakan pajak dengan perkembangan yang kurang dari sebanding dengan perkembangan taxable capacity, persentase pajak yang harus dibayar menjadi semakin kecil atau average tax rate menurun pada setiap peningkatan tax base. Pajak regresif ini akan menambah insentif kerja, karena dengan semakin tingginya penghasilan yang diperoleh, maka pajak yang harus dibayarnya semakin rendah persentasenya. Para pekerja akan bekerja lebih giat agar memperoleh penghasilan yang lebih besar dan dengan demikian pajak yang harus dibayarnya akan menjadi semakin kecil persenatasenya.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PRODUK PERTANIAN

DAN DAMPAKNYA

4.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak pertambahan nilai dapat dikenakan dalam bentuk satu tahap atau beberapa tahap. Jika beberapa tahap pemungutan pajak dikenakan terhadap nilai tambah, maka ini sama artinya dengan satu tahap pemungutan pajak penjualan. Sistem pengenaan pajak pertambahan nilai adalah berkali-kali, tetapi pada setiap tingkat yang dikenakan pajak pertambahan nilai hanya atas pertambahan nilainya saja. Artinya jumlah pajak yang harus dibayar oleh pengusaha atau produsen adalah selisih antara jumlah pajak yang harus dipungut oleh pengusaha kena pajak pada waktu menjual hasil produksinya dengan jumlah pajak yang telah dibayarnya waktu membeli bahan-bahan input.

4.2. Dampak PPN Pertanian Jika Dikenakan pada Produsen

Ketika petani menjual harga produknya pada kondisi normal petani akan kehilangan sedikit insentifnya akibat petani ikut menanggung PPN yang dikenakan sehingga meskipun harga yang dilakukan tinggi, namun petani justru mengalami kerugian akibat harus menyetor pajak kepada pemerintah. Pada kondisi ekstrim bahwa konsumen tidak mau membeli komoditas pertanian dengan harga tinggi tersebut dan memilih harga sebelum pajak, maka akibatnya petani juga mengalami kerugian dan pada akhirnya akan menjual dengan harga rendah dan menanggung sendiri PPN tersebut. Pengenaan PPN pertanian pada produsen sama sekali sulit untuk dilakukan dan mengandung resiko yang sangat besar sehingga dibutuhkan pengorbanan yang besar bila hal ini tetap dilakukan.

4.3. Dampak PPN Pertanian Jika Dikenakan pada Konsumen

Dengan murahnya produk pertanian seperti buah-buahan impor akan mengurangi daya beli masyarakat akan produk lokal. Pada akhirnya harga di tingkat petani juga akan jatuh.

Pengenaan PPN pertanian pada tingkat konsumen masih dapat direkomendasikan sepanjang dapat dilakukan upaya bagi diversifikasi produk pertanian agar dapat ditingkatkan nilai tambahnya baik dari sisi kebutuhan konsumen maupun dari sisi selera konsumen, sehingga permintaan akan barang-barang tersebut tidak berubah. Meskipun ada sebagian orang mengatakan bahwa produsen tersebut sesungguhnya konsumen juga.

4.4. Dampak PPN Pertanian terhadap Kesejahteraan Petani

Dengan melihat bahwa jumlah share terbesar PDB adalah sektor pertanian dengan produktivitas yang rendah, maka dapat dipastikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani. Dengan mengacu pada keterangan bab-bab sebelumnya, maka pengenaan PPN pada petani memiliki unsur ketidakadilan. Hal ini dikarenakan bahwa pendapatan petani adalah rendah. Dengan pengenaan PPN maka akan menurunkan tingkat kesejahteraannya.

Pengenaan PPN pada petani sama saja dengan menerapkan aturan pajak yang salah. Meskipun akan didapat jumlah pendapatan yang banyak bagi pemerintah, namun yang dipajak adalah masyarakat yang cenderung dengan welfare rendah. Jika hal ini diteruskan maka akan dapat mengganggu stabilitas ekonomi serta meningkatkan kemiskinan masyarakat.

4.5. Dampak PPN Pertanian terhadap Kemauan untuk Bertani

Akibat dampak PPN yang mengakibatkan produk pertanian menjadi berdaya saing yang semakin lemah dan insentif yang semakin berkurang maka hal ini akan menurunkan keinginan masyarakat untuk bertani. Tenaga kerja di bidang pertanian sudah dapat dipastikan akan beralih ke bidang-bidang lain yang menghasilkan nilai tambah yang cukup tinggi. Bukan tidak mungkin justru nilai nominal PDB sektor pertanian justru mengecil akibat kelesuan sektor pertanian.

Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah timbulnya kelompok kecil masyarakat kaya yang memanfaatkan pertanian dengan berupaya meningkatkan efisiensi dan menguasai bidang pertanian. Maka akan timbul tuan-tuan tanah yang dapat merusak tatanan ekonomi dan sosial politik. Dengan memanfaatkan modal yang besar, petani kaya ini akan menguasai berbagai segi kehidupan. Sedangkan petani miskin/kecil akan semakin tidak berdaya.

4.6. Dampak PPN Pertanian terhadap Daya Saing Internasional

Sampai saat ini produk pertanian Indonesia masih kalah bersaing dari sisi harga dibanding dengan pertanian di negara lain. Di negara-negara barat sistem pertanian sudah sangat efisien dengan produktivitas tinggi sehingga mampu menjual dengan harga murah. Sedangkan Indonesia masih memiliki ptoduktivitas rendah.  Dengan adanya PPN pada produk pertanian maka harga produk pertanian akan bertambah mahal sehingga mengakibatkan daya saing produk tersebut semakin merosot.

 

4.7. Timbulnya Kegagalan Pemerintah

Jika penerapan PPN tanpa melakukan langkah-langkah mengimbanginya maka pemerintah secara langsung telah gagal untuk melaksanakan perannya dalam pembangunan yaitu peran alokasi, distribusi serta stabilisasi. Dari sisi alokasi, maka pemerintah telah gagal untuk menciptakan alokasi yang tepat untuk sumber-sumber ekonomi. Pemerintah telah menutup peluang pengembangan sektor pertanian dengan menghilangkan insentif bagi petani yang sesungguhnya tidak terlalu besar. Dari sisi welfare maka pemerintah akan tidak mampu melakukan peningkatan kesejahteraan akibat semakin banyaknya masyarakat yang justru merasa terpukul dengan kondisi pertanian yang dikenai PPN.

Urutan Kepangkatan TNI – POLRI – PNS

Urutan Kepangkatan TNI

Nama Pangkat
Singkatan
Simbol
Letak
PERWIRA TINGGI
Jenderal Besar *)
 
Pundak
Jenderal **)
Jend.
Letnan Jenderal **)
Letjen
Mayor Jenderal **)
Mayjen
Brigadir Jenderal **)
Brigjen
PERWIRA MENENGAH
Kolonel
Kol.
 
Pundak
Letnan Kolonel
Letkol
Mayor
May.
PERWIRA PERTAMA
Kapten
Kapt.
 
Pundak
Letnan Satu
Lettu
Letnan Dua
Letda
BINTARA TINGGI
Pembantu Letnan Satu
Peltu
 
Pundak
Pembantu Letnan Dua
Pelda
BINTARA
Sersan Mayor
Serma
 
Lengan
Sersan Kepala
Serka
Sersan Satu
Sertu
Sersan Dua
Serda
TAMTAMA
Kopral Kepala
Kopka
 
Lengan
Kopral Satu
Koptu
Kopral Dua
Kopda
Prajurit Kepala
Praka
Prajurit Satu
Pratu
Prajurit Dua
Prada

*) Di Indonesia hanya ada tiga Jendral besar yang tercatat dalam sejarah yaitu Jendral Besar Soedirman, Soeharto dan A.H. Nasution
**)  Perbedaan dengan TNI AL dan AU yaitu :

TNI AD
TNI AL
TNI AU
Jenderal Besar
Laksamana Besar
Marsekal Besar
Jenderal
Laksamana Laut
Marsekal
Letnan Jenderal
Laksamana Madya
Marsekal Madya
Mayor Jenderal
Laksamana Muda
Marsekal Muda
Brigadir Jenderal
Laksamana Pertama
Marsekal Pertama

Urutan Kepangkatan POLRI

Nama Pangkat
Singkatan
Simbol
Letak
PERWIRA TINGGI
 
Pundak
Jenderal Polisi
Jend. Pol
Komisaris Jendral Polisi
Komjen Pol
Inspektur Jenderal Polisi
Irjen Pol
Brigadir Jenderal Polisi
Brigjen Pol
PERWIRA MENENGAH
Komisaris Besar Polisi
Kombes Pol
 
Pundak
Ajun Komisaris Besar Polisi
AKBP
Komisaris Polisi
Kompol
PERWIRA PERTAMA
Ajun Komisaris Polisi
AKP
 
Pundak
Inspektur Polisi Satu
Iptu
Inspektur Polisi Dua
Ipda
BINTARA TINGGI
Ajun Inspektur Polisi Satu
Aiptu
 
Pundak
Ajun Inspektur Polisi Dua
Aipda
BINTARA
Brigadir Polisi Kepala
Bripka
 
Pundak
Brigadir Polisi
Brippol
Brigadir Polisi Satu
Briptu
Brigadir Polisi Dua
Bripda
TAMTAMA
Ajun Brigadir Polisi
Abrippol
 
Pundak
Ajun Brigadir Polisi Satu
Abriptu
Ajun Brigadir Polisi Dua
Abripda
Bhayangkara Kepala
Bharaka
Bhayangkara Satu
Bharatu
Bhayangkara Dua
Bharada

Urutan Kepangkatan dan Golongan PNS

Nama Pangkat
Golongan
Ruang
GOLONGAN IV
Pembina Utama
IV
e
Pembina Utama Madya
IV
d
Pembina Utama Muda
IV
c
Pembina Tingkat I
IV
b
Pembina
IV
a
GOLONGAN III
Penata Tingkat I
III
d
Penata
III
c
Penata Muda Tingkat I
III
b
Penata Muda
III
a
GOLONGAN II
Pengatur Tingkat I
II
d
Pengatur
II
c
Pengatur Muda Tingkat I
II
b
Pengatur Muda
II
a
GOLONGAN I
Juru Tingkat I
I
d
Juru
I
c
Juru Muda Tingkat I
I
b
Juru Muda
I
a

aplikasi pencari lafaz pada Al-Quran menggunakan Aksara Latin

lafzi logoMungkin ada sebagian orang terkadang kesulitan mencari suatu potongan ayat dalam Al-Qur’an karena tidak tahu bagaimana cara menulis ayat itu dalam tulisan Arab. Dan, apabila ingin mencari ayat pada aplikasi Al-Quran yang umum ditemukan kebanyakan harus menulis dalam tulisan Arab. Untuk mengatasi hal, kini telah hadir aplikasi Lafzi yang memudahkan  pencarian lafaz pada Al-Quran.

Aplikasi Lafzi dibuat untuk memudahkan pencarian ayat dengan lafaz tertentu pada Al-Quran hanya dengan aksara Latin biasa berdasarkan pelafalan pembicara bahasa Indonesia, tanpa perlu mengetikkannya dalam aksara Arab. Dengan sistem ini, seseorang dapat mencari ayat al-Qur’an berdasarkan lafaz yang diingatnya dengan penulisan aksara Latin.

Aplikasi ini merupakan hasil dari penelitian skripsi mahasiswa Departemen Ilmu Komputer IPB, Muhammad Abrar Istiadi, pada bulan April 2012. Kini, aplikasi Lafzi telah berada di situs aplikasi Departemen Ilmu Komputer IPB yang dapat diuji coba oleh setiap orang.

Ide awalnya Lafzi sendiri menurut Abrar adalah ketika sedang diskusi topik penelitian untuk skripsi bersama pembimbing. Awalnya menginginkan aplikasi yang bisa menulis Arab dengan huruf latin. Namun pada akhirnya diarahkan oleh pembimbing kepada mesin pencarian pada Al-Qur’an, karena ini merupakan sumber teks berbahasa Arab yang paling dikenal oleh masyarakat muslim.

Lafzi pencarian
Tampilan situs Lafzi

Untuk pemakaian aplikasi ini cukup mudah, pengguna hanya cukup memasukkan kata kunci lafal yang ingin dicari, misal “innalillahi wa inna ilaihi roji’un” yang nantinya akan ditampilkan daftar ayat yang paling sesuai dengan lafal yang dimasukkan. Akan tetapi ketika lafal yang dicari dituliskannya kurang tepat, maka hasilnya dapat menjadi kurang tepat.

Aplikasi ini oleh pembuatnya terbuka untuk diperbaharui oleh mahasiswa lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian dan mengembangkan metode pencarian yang digunakan di Lafzi. Hal ini karena Lafzi versi saat ini masih ada beberapa kekurangan dalam hasil pencarian, terlebih kalau pengguna memasukkan lafal dengan kurang tepat.

Menurut saya aplikasi Lafzi ini sangat bermanfaat bagi orang untuk mencari potongan ayat Al-Qur’an yang mengalami kesulitan menulis aksara Arab dengan menggunakan aksara latin. Bagi pembaca yang tertarik ingin menggunakan layanan Lafzi ini dapat mengunjungi situs resminya di Aplikasi Departemen Ilmu Komputer IPB